Anda di halaman 1dari 7

Dalam penyusunan program K3 dalam suatu perusahaan, terdapat landasan atau dasar-dasar yang

melatarbelakangi pembuatan suatu program diantaranya adalah hasil  risk assessment dari suatu


kegiatan produksi untuk mengetahui potensi-potensi bahaya dan resiko ditempat kerja. Terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian resiko yaitu, metode
kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif. Sebelum melakukan penilaian resiko perlu diketahui
bisnis proses suatu kegiatan produksi suatu industri, dalam setiap tahapan proses produksi
terdapat beberapa bahaya yang dapat menimpa pekerja sehingga berpotensi menyebabkan
kecelakaan dan gangguan kesehatan. Adapun proses produksi suatu industri garmen dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Faktor-faktor penyebab yang dapat membahayakan tenaga kerja sudah seharusnya dicegah,
dikendalikan, diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Untuk mencegah berbagai gangguan yang
muncul, maka terlebih dahulu perlu diketahui  proses produksi dan identifikasi permasalahannya,
cara pemantauan, dan standar-standar yang berlaku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum ditemukan di industri garmen
adalah :
1.    Faktor Lingkungan Kerja memungkinkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja,
sebagaimana terlihat pada penjelasan di bawah ini.
Proses Produksi dan Faktor Lingkungan Kerja
      Gudang Bahan : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde
      Pola dan Pemotongan Bahan : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde
      Menjahit : penerangan, iklim kerja, getaran, debu, uap formaldehyde
      Pemotong Sisa Benang : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde
      Pengecekan Kualitas : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde
      Seterika : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde
      Finishing: penerangan, iklim kerja, debu, kapas, uap formaldehyde
      Pengemasan : penerangan, iklim kerja, debu karton, uap formaldehyde

2.    Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja, hal-hal yang menjadi permasalahan berkaitan dengan potensi
bahaya kecelakaan kerja pada industri garmen adalah sebagai berikut :
      Gudang memiliki potensi bahaya kebakaran
      Bagian Pola/ potong memiliki potensi bahaya jari tangan terpotong, tersengat arus litrik
      Bagian Jahit memiliki potensi bahaya jari terkena jarum, tersengat arus listrik, kebakaran
      Bagian Pasang Kancing memiliki potensi bahayajari tergencet mesin kancing, tersengat arus
listrik
      Bagian Seterika memiliki potensi bahaya tersengat arus listrik, kebakaran
      Bagian Pengemasan memiliki potensi bahaya tergores, barang terjatuh

3.    Keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja. Keserasian peralatan dan sarana
harus diperhatikan oleh pihak perusahaan dan disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya
agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesalahan yang disebabkan ketidakserasian antara
peralatan dan sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa permasalahan seperti ini yang
ditemukan di industri garmen :
      Bagian pemotongan kain, jahit dan seterika, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah ukuran
meja, kursi duduk, sikap dan sistem kerja
      Bagian pengemasan, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah kegiatan angkat junjung, sikap
dan cara kerja, ruang gerak.
Beberapa permasalahan di atas sangat umum ditemukan di industri garmen. Dan seperti
kebanyakan yang terjadi di industri, terkadang penyelesaian permaslahan tersebut mendapatkan
resistansi dari manajemen.

c.       Identifikasi Masalah Industri Garmen di Indonesia


Berdasarkan Baseline Reports : Worker Perspectives from the Factory and Beyondyang disusun
oleh ILO, ada beberapa masalah tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya di Industri
Garmen Indonesia. Secara garis besar berikut beberapa permasalahan di Industri Garmen yang
terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja :
Identifikasi Klasifikasi Hambatan dan Akar Solusi Penyelesaian
Permasalahan Permasalahan
>80% Lulusan Faktor Individu Industri garmen merupakan
SMP/SMU industri yang menyerap
banyak tenaga kerja sehingga
tidak mensyaratkan pekerja
berpendidikan tinggi
39,9% tidak Faktor Individu Pekerja yang tidak Memperbaiki sistem
memiliki (Skill dan berpengalaman dapat perekrutan karyawan
pengalaman kerja Pengalaman) menghambat kecepatan dengan mensyaratkan
produksi dikarenakan harus penglaman bekerja
dilatih terlebih dahulu minimal 1 tahun
>38% berkeluarga Faktor Individu Konsentrasi pekerja wanita Pihak manajemen perlu
dan memiliki anak yang memiliki anak akan memberikan perhatian
terbagi untuk keluarga dan khusus bagi pekerja
pekerjaannya wanita yang sudah
berkeluarga dan memiliki
anan
>53% mengeluhkan Faktor Kesehatan Target produksi yang sangat Penyediaan air minum
masalah severe thirst kerja tinggi serta kondisi yang cukup bagi pekerja
lingkungan kerja yang panas
membuat pekerja selalu
merasa kehausan, yang
berakibat kesehatan pekerja
menurun karena dehidrasi
42% severe fatigue Faktor Kesehatan Faktor kelelahan sangat Pihak manajemen harus
Kerja berbahaya dapat berpotensi memperhatikan jam kerja
menimbulkan gangguan karyawan agar tidak
kesehatan dan kecelakaan melampaui jam kerja
kerja yang telah ditentukan
30,6% stomach pain Faktor Kesehatan Tidak ada waktu untuk Manajemen harus
Kerja makan karena dikejar target memberikan waktu
menyebabkan pekerja telat kepada pekerja untuk
makan sehingga berakibat istirahat dan makan
pada gangguan kesehatan
41,5% dizziness Faktor Kesehatan Kondisi lingkungan kerja Pneyediaan klinik untuk
(pusing) Kerja yang tidak baik serta pola berobat
makan dan istirahat yang
tidak teratur menyebabkan
gangguan kesehatan pada
pekerja
46% back and neck Faktor Kesehatan Tempatk kerja tidak Mengatur posisi dan
ache Kerja, Regonomi ergonomis, terlalu lama pada tempat kerja
posisi yang sama
>59% concern Faktor >41% kurang concern Penyediaan informasi
terhadap bahaya Keselamatan terhadap bahaya kerja, bisa dan pelatihan tentang
ditempat kerja Kerja dikarenakan kurangnya bahaya ditempat kerja
pengetahuan tentang bahaya
ditempat kerja
>40% mengeluhkan Faktor Psikologi Masalah aturan jam kerja Manajemen memberikan
bekerja dihari karyawan dikarenakan kesempatan untuk libur
weekend dikejar produksi
Makan sambil Faktor Kesehatan Tidak ada jam istirahat untuk Pengaturan waktu untuk
bekerja Kerja makan karena mengejar istirahat makan dan
produksi disediakan tempat makan
Bekerja dihari Faktor Psikologi Target produksi yang tinggi Manajemen memberikan
minggu kesempatan untuk libur
Tidak ada pengaturan Faktor Sistem pengaturan jam kerja Pihak manajemen harus
jam kerja lembur Manajemen lembur tidak jelas memperhatikan jam kerja
karyawan agar tidak
melampaui jam kerja
yang telah ditentukan
Upah rendah, Faktor Sistem perjanjian kerja Penyesuaian upah sesuai
dibawah standar, Manajemen karyawan tidak memihak aturan UMR yang telah
keluar masuk karyawan ditetapkan Pemerintah
karyawan tinggi
Slip gaji tidak Faktor Sistem administrasi Memperbaiki sistem
lengkap info tentang Manajemen pembayaran gaji tidak jelas administrasi dan
bonus tidak jelas transparansi
65%tergabung dalam Faktor - Manajemen harus
Trade Union Manajemen memberikan kebebasan
Member kepada pekerja untuk
bergabung dengan serikat
pekerja
>80% terikat kontrak Faktor Pekerja industri garmen Manajemen harus
namun  67,7% non Manajemen biasanya merupakan memberi kesempatan
permanent karyawan outsourcing kepada pekerja yang
memiliki prestasi untuk
diangkat jadi karyawan
tetap
35,4% sudah Faktor Program pelatihan K3 belum Program pelatihan K3
mendapatkan Keselamatan menyentuh keseluran harus diberikan kepada
training K3 Kerja karyawan seluruh pekerja
<30%  mendapatkan Faktor Program pelatihan K3 belum Program pelatihan K3
training Manajemen menyentuh keseluran harus diberikan kepada
karyawan seluruh pekerja
85,2% mendapatkan Faktor Psikologi Sangsi terhadap pelaku Harus dibentuk badan
sexual harrasment kekerasan tidak tegas advokasi bagi karyawan
79,4% verbal abuse Faktor Psikologi Sangsi terhadap pelaku Harus dibentuk badan
kekerasan tidak tegas advokasi bagi karyawan
87,4% physical Faktor Psikologi Sangsi terhadap pelaku Harus dibentuk badan
abuse kekerasan tidak tegas advokasi bagi karyawan
>30% mendiskusikan Faktor Psikologi Rata-rata pekerja tidak berani Harus dibentuk badan
masalah dengan menyampaikan masalahnya advokasi bagi karyawan
supervisor/trade
union rep.
>50% merasa Faktor Psikologi Atasan tidak peduli terhadap Harus dibentuk badan
supervisor permasalahan para pekerja advokasi bagi karyawan
menyelesaikan
masalah dengan tidak
respek
Kurang sejahtera, Faktor Psikologi Tingkat kesejahteraan Manajemen harus
sedih, dan tidak karyawan pabrik masih memperhatikan
punya harapan untuk rendah kesejahteraan pekerja
masa depan
>80% sangat tertarik Faktor - Terus digalakan
mendapatkan Keselamatan pelaksanaan program K3
informasi tentang K3 Kerja
dan informasi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa industri garmen di Indonesia masih banyak
permasalahan yang merugikan pekerja atau buruh pabrik. Masalah-masalah yang muncul
berkaitan dengan aspek pendidikan, skill dan pengalaman kerja, upah buruh yang rendah,
kesejahteraan pekerja belum diperhatikan, jam kerja yang tidak teratur dan sebagainya. Para
pekerja industri garmen umumnya adalah wanita yang baru lulus SMP/SMA, sebagian dari
pekerja wanita sudah berkeluarga dan memiliki anak sehingga konsentrasinya terbagi kedalam
pekerjaan dan rumah tangga, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi
sehingga wanita yang sudah memiliki anak harus ikut mencari penghasilan. Tak jarang para
pekerja wanita tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari rekan kerja maupun
atasan seperti kekerasan seksual, perlakuan kasar berupa ucapan dan fisik.
Dari permasalahan yang ada, dapat disederhanakan bahwa permasalahan keselamatan dan
kesehatan kerja di industri garmen terkait dengan pekerja itu sendiri dan komitmen manajemen
terhadap masalah K3. Untuk itu perlu dibangun program-program keselamatan dan kesehatan
kerja yang dipayungi oleh komitmen dan kebijakan manajemen.
Sesuai dengan skema yang disusun oeh James Reason dalam bukunya Managing the Risks of
Organizational Accidents, bahwa penyebab dasar suatu insiden atau kecelakaan kerja adalah
kesalahan pada organisasi/ manajemen. Berdasarkan model tersebut, maka perlu disusun Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mencakup mulai dari komitmen dan
kebijakan manajemen hingga penerapan K3 di tempat kerja dan pekerja.

Pelaksanaan program K3 tidak akan berjalan efektif jika persoalan-persoalan tersebut belum
diatasi oleh pihak-pihak terkait, sehingga dalam penyusunan program K3 diharapkan dapat
mengakomodir aspek-aspek yang terkait. cross cutting issue dalam K3 dapat direfleksikan dalam
suatu program K3 perusahaan seperti aspek psikologis sosial pekerja, budaya, kesadaran akan
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja serta
meningkatkan komitmen manajemen dalam melaksanakan program K3 untuk mendukung
kelangsungan usaha yang kompetitif.
Berikut ini program K3 yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan garmen berdasarkan isu-
isu yang saling berkaitan.
TUJUAN HASIL PROGRAM
Kecelakaan Penerapan/Sertifikat Menyusun Sistem Manajemen K3 berdasar standar
Nihil (Zero Standar SMK3 Sistem Manajemen K3
Accident )
Di Tempat
Kerja
Sarana untuk Susunan kepanitian Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
membahas isu- terdiri dari perwakilan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Unit
isu dalam K3 pekerja dan manajemen Tanggap Darurat
serta masalah
yang berkaitan
dengan pekerja
Mengendalikan Register bahaya dan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
bahaya-bahaya resiko Resiko
yang muncul
ditempat kerja
untuk
menghindari
kecelakaan kerja
dan PAK
Melindungi Semua pekerja Penyediaan peralatan K3 (APD, Rambu, Tanda
pekerja dari mendapatkan APD yang Bahaya & Poster K3 dan Papan Informasi K3)
bahaya dan sesuai serta mendapatkan
resiko di tempat informasi tentang K3
kerja
Mempersiapkan Pekerja memahami Penyediaan Aset Tanggap Darurat (Alarm Bahaya,
dalam prosedur dalam Detektor Kebakaran, Hidran,
menghadapi menghadapi situasi Tabung Pemadam/APAR, Kotak P3K, Radio
situasi darurat gawat darurat Komunikasi dan Sarana Berkumpul
seperti Darurat)
kecelakaan
kebakaran
gempa bumi,
dll.
Mengatur Terdapat prosedur- Pengendalian Operasional (Prosedur Keselamatan
aktifitas prosedur yang berkaitan Kerja, Ijin Kerja Aman, Induksi
pekerjaan sesuai dengan keselamatan K3)
dengan aturan dalam bekerja
keselamatan
Pekerja Seluruh pekerja Mengadakan Pelatihan untuk menigkatkan skill dan
memahami dan mendapatkan tarining pengetahuan pekerja tentang K3 (Dasar K3, Bahaya
memiliki skill yang dibutuhkan di tempat kerja, Cara Kerja Aman, P3K dan
dalam hal Tanggap Darurat)
bekerja yang
aman dan
selamat
Memantau dan Pelaksanaan pemantauan Melakukan Pemantauan K3 secara berkala seperti
meminimalisir lingkungan kerja secara suhu, kelembaban udara, debu, kebisingan
bahaya-bahaya berkala
ditempat kerja
Melaporkan Meeting dilakukan setiap Meeting Berkala (Presentasi Kinerja K3)
hasil/kinerja bulan
pelaksanaan K3
Membudayakan Seluruh pekerja Safety talk, toolbox meeting dan safety briefing
K3 dalam setiap mengikuti kegiatan
aktivitas safety talk, dll
pekerjaan
Meningkatkan Pekerja mendapatkan Program safety reward dan punishment
peran serta penghargaan bagi yang
pekerja dalam melaksanakan program
kegiatan K3 K3 dengan baik
Memastikan Hasil inspeksi Melakukan inspeksi K3 secara rutin
pelaksanaan
program K3
berjalan dengan
baik
Memantau Seluruh pekerja Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara
kesehatan mendapatkan berkala
pekerja dan pemeriksaan secara
menghindari berkala
paparan sumber
bahaya
Menghindari Prosedur jam kerja aman Membuat prosedur tentang aturan jam kerja yang
kecelakaan aman untuk menghindari fatigue, jam istirahat yang
akibat kelelahan cukup
dalam bekerja
Mengatasi Setiap sudut ruangan Menyediakan air minum disetiap ruangan untuk
keluhan pekerja tersedia air minum pekerja
tentang
kehausan
selama bekerja
Menyediakan Klinik pengobatan Menyediakan klinik untuk pekerja
sarana tersedia
pengobatan bagi
pekerja
Menciptakan Dibentuknya sistem Memberikan advokasi dan perlindungan kepada
rasa aman bagi pelaporan dan pekerja terhadap kekerasan yang menimpa pekerja
pekerja selama penyelesaian masalah
bekerja

Dari penyusunan program K3 tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:


a.    Pelatihan kompetensi tertentu memberikan pengetahuan khusus kepada pekerja mengenai ilmu/
keterampilan spesifik di bidang/ bagian kerjanya. Diharapkan dengan mendapatkan pelatihan ini,
minimal pekerja yang belum memiliki pengalaman kerja mengetahui prosedur yang benar dalam
melaksanakan pekerjaannya.
b.    Penyusunan SOP memberikan aturan-aturan tentang bagaimana dan apa yang boleh serta tidak
boleh dilakukan selama bekerja atau selama ada di tempat kerja. Dengan menaati batasan-
batasan yang ada, prekondisi tindakan tidak selamat dapat dihindari.
c.    OHS Toolbox Meeting sebagai media 2 arah dari pihak HSE dan pekerja untuk menyampaikan
informasi-informasi tentang keselamatan. Di samping itu sebagai sarana pelatihan kepada
pekerja tentang keselamatan spesifik pada bidang/ bagian tertentu.
d.   OHS Inspection merupakan cara dari HSE untuk mengevaluasi kelayakan K3 yang ada di tempat
kerja serta menemukan dan merekomendasikan perbaikan atas ketidaksesuaian yang ditemukan
di tempat kerja. Di samping itu, sesekali diadakan inspeksi bersama jajaran manajemen dengan
tujuan agar manajemen mengetahui kondisi terkini pekerja dan tempat kerja khususnya
mengenai permasalahan K3.
e.    OHS Forum merupakan forum mediasi antara HSE dan jajaran manajemen (level supervisor ke
atas) untuk membahas isu, permasalahan, dan ketidaksesuaian terkait K3 yang tidak dapat
diselesaikan di level pekerja atauHSE, di dalamnya termasuk tentang pengaturan jam kerja,
lembur, dan tata krama hubungan atasan dan bawahan.
f.     5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) bermaksud menciptakan tempat kerja yang nyaman dan
aman bagi pekerja itu sendiri. Dengan begitu diharapkan stres akibat kenyamanan ruang kerja
dan permasalahan ergonomi di tempat kerja dapat dihindari.
g.    OHS Award sebagai wadah pemberian penghargaan bagi jajaran pekerja dan manajemen yang
berprestasi dalam menerapkan K3, termasuk yang melaksanakan rekayasa administratif dan
rekayasa teknis untuk tujuan menciptakan pekerjaan yang lebih selamat.
h.    Poster K3 berfungsi sebagai pengingat bagi seluruh pekerja tentang pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja dalam menunjang produktivitas.
i.      Pemeriksaan kesehatan sebagai komitmen manajemen melindungi sumber daya manusianya dan
sebagai usaha preventif kehilangan jam kerja orang.

j.      Sertifikasi SMK3 yang dapat dicapai memberikan nilai tambah bagi perusahaan sehingga
memberikan motivasi bagi manajemen dan pekerja untuk tetap mempertahankan prestasi K3
yang telah dicapai.

Anda mungkin juga menyukai