Anda di halaman 1dari 116

Djamal Thaib B.Sc, S.IP, M.Sc.

HIU
Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia

1
PENDAHULUAN
 Setiap perusahaan menginginkan
keberhasilan/ kesuksesan dalam
operasionalnya.
 Agar dapat berhasil/ sukses, perusahaan harus
memiliki pekerja yang produktif.
 Pekerja yang produktif harus sehat jasmani,
rohani, dan sosial.
 Bekerja pada lingkungan kerja yang sehat
aman dan nyaman.

2
 Kemajuan industri berdampak positip & negatip.
 Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menimbulkan gangguan
Kesehatan.
 Berbagai bahan, tempat, dan lingkungan
berbahaya dalam suatu industri telah banyak di
identifikasi,
 Dampak terhadap pekerja dan masyarakat masih
dirasa
 Pengetahuan tentang bahan-bahan dan
lingkungan kerja berbahaya berkembang pesat,
 Penanganannya ya masih belum memadai.

3
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DERAJAT KESEHATAN

Perilaku
(20 %)

Keturunan Lingkungan
(19 %) (51 %)
DERAJAT
KESEHATAN

Pelayanan kesehatan
(10 %)
4
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP
STATUS KESEHATAN PEKERJA

LIngkungan
kerja

STATUS
Lingkungan KESEHATAN Lingkungan
individu PEKERJA Rumah

Lingkungan
Masyarakat

5
What is
Occupational Hygiene?

Work activity

Exposure Occupational
Hygiene
Occupational
Health
Disease Occupational
Medicine

6
UNDANG-UNDANG No.14 TH 69

Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatan dan kesehatan kerja

UNDANG-UNDANG No.1 TH 70
 Tenaga Kerja wajib memenuhi dan mentaati syarat
keselamatan dan kesehatan kerja, memakai alat pelindung diri
yang diwajibkan, memberikan keterangan yang benar bila
diminta oleh pegawai dan atau ahli Keselamatan Kerja
 Pengurus diwajibkan memeriksa tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh Pengusaha yang dibenarkan oleh Direktur

7
PERMENAKER & TRANS No. 03 TH 1982

Tugas-tugas pokok kesehatan kerja


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja :
1. diselenggarakan sendiri oleh perusahaan
2. mengadakan ikatan dengan dokter/pelayanan kes.lain
3. bersama-sama beberapa perusahaan

UNDANG-UNDANG No. 23 TH 92 - KESEHATAN

Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,


pencegahan pak, syarat kesehatan kerja
Upaya kes.kerja merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja

8
MENGAPA PERLU HIGIENE INDUSTRI
● Lingkungan kerja tidak akan pernah bebas dari
bahaya, khususnya bahaya kesehatan kerja.
● Pekerja merupakan modal utama dalam suatu
perusahaan.
● Banyaknya kejadian penyakit maupun kecederaan
akibat kerja.
● Perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak
ternilai besarnya, jika terjadi penyakit akibat kerja
dan meningkatnya angka absenteism karena sakit
akibat bahaya di tempat kerja.

9
10
11
12
INTERAKSI PEKERJA DAN LINGKUNGANNYA
TANPA TINDAKAN KOREKSI

Ling. Kerja
Sakit
Tidak sehat

Diagnosis

Pengobatan

Pekerja
Sehat

13
INTERAKSI PEKERJA DAN LINGKUNGANNYA
DENGAN TINDAKAN KOREKSI

Ling. Kerja
Penyakit
Tidak sehat

Mengantisipasi & Diagnosis


Mengenali masalah

Menilai & Pengobatan


Mengendalikan

Ling. Kerja Pekerja


Sehat Sehat

14
Untuk melakukan tindakan koreksi itu
diperlukan fungsi khusus yaitu :

Higiene Industri (Indonesia)


Higiene Perusahaan (Indonesia),
Kesehatan Lingkungan Kerja (Indonesia)
Industrial Hygiene (Amerika),
Occupational Hygiene (Inggris & Sebagian Eropa),

15
HIGIENE INDUSTRI (OSHA).
Ilmu dan seni yang terfokus pada antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian faktor
faktor lingkungan kerja atau stres yang timbul di
atau dari tempat kerja yang dapat meyebabkan
sakit, gangguan kesehatan, dan kesejahteraan
atau ketidaknyamanan pada pekerja maupun
masyarakat.

16
Penerapan ilmu tehnik dan prinsip-prinsip
manajerial secara ilmiah guna melindungi
kesehatan tenaga kerja serta
lingkungannya, melalui upaya pencegahan
atau mengurangi risiko yang disebabkan
oleh hazards fisik, kimia, biologi, dan
problema ergonomi

17
INDUSTRIAL HYGIENE
MELALUI PENDEKATAN 5W + 1H

1. WHAT  Environmental factors and stresses.


2. WHY  May cause sickness, impaired health
and well being, or significant disconfort.
3. WHERE  Work place
4. WHEN  Work time (8 hrs/ day or 40 hrs/ week)
5. WHO  Workers and Community
6. HOW  Anticipation, Recognition, Evaluation,
and Control.

18
TUJUAN HIGIENE INDUSTRI

• Mencegah timbulnya kecederaan dan penyakit


akibat kerja melalui usaha usaha Mengantisipasi
(Anticipation), Mengenal (Recognition), Menilai
(Evaluasi), dan Mengendalikan (Control) bahaya
kesehatan di lingkungan kerja (Occupational health
hazards).

• Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja


yang sehat, aman dan nyaman, memberikan
keuntungan kepada perusahaan dan pekerja, guna
meningkatkan derajat kesehatan/moral pekerja dan
produktivitas kerja.
19
HIGIENE INDUSTRI
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG :

SEHAT
Terbebasnya pekerja dari kemungkinan
mendapatkan penyakit akibat kerja,
AMAN
Terhindarnya pekerja dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan/ kecederaan dan,
NYAMAN
Terciptanya kondisi yang dapat meningkatkan
produktivitas kerja.

20
MANFAAT PROGRAM HIGIENE INDUSTRI
• Menjembatani pemecahan masalah antara unit kerja atau
tempat/ lingkungan kerja dengan bagian kesehatan dalam
mencegah penyakit akibat kerja.
• Memberikan data yang diperlukan bagi dokter perusahaan guna
mengambil keputusan yang berkenaan dengan diagnose penyakit
akibat kerja.
• Melindungi pekerja dari paparan bahaya kesehatan dan
merekomendasikan pengendalian yang diperlukan.
• Menekan biaya kompensasi yang dikeluarkan perusahaan akibat
adanya tuntutan atau keluhan pekerja.
• Meningkatkan produktivitas, karena meningkatnya kualitas
lingkungan kerja.
• Meningkatkan efisiensi kerja pekerja karena adanya penyesuaian
mesin produksi dengan kapasitas dan antropometri pekerja.
• Berkurangnya jumlah pekerja yang absen karena sakit dan
kecelakaan.
21
BAHAYA KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
OCCUPATIONAL HEALTH HAZARDS - OHH

1. Kelompok fisik, yang meliputi bising, penerangan,


cuaca kerja, kelembaban, getaran, radiasi, dan tekanan
udara.
2. Kelompok kimia, yang meliputi gas, uap, debu, kabut,
fume, asap, awan, cairan dan benda padat.
3. Kelompok biologi, baik dari golongan hewan ataupun
tumbuhan baik yang bersel satu ataupun lebih.
4. Kelompok fisiologi / ergonomi, seperti konstruksi
mesin, sikap dan cara kerja yang salah, dan hubungan
pekerjaan dengan lingkungan kerja yang tidak sesuai.
5. Kelompok psikologi, seperti suasana kerja yang tidak
baik, hubungan antar pekerja yang kurang harmonis,
pemilihan kerja yang tidak sesuai dan lain lain.
22
KOMPONEN DASAR PROGRAM HIGIENE INDUSTRI

MENGANTI
SIPASI
OHH
1

MENGENDA
LIKAN OHH
4 2 MENGENAL
OHH

3
MENILAI
OHH

23
MENGANTISIPASI BAHAYA KESEHATAN KERJA

24
ANTISIPASI
Merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk memprediksi
kemungkinan potensi bahaya yang
ada di tempat kerja, khususnya
bahaya kesehatan kerja.

25
TUJUAN ANTISIPASI :

• Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih


dini sebelum muncul menjadi bahaya dan
risiko yang nyata,
• Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum
suatu proses dijalankan, atau suatu area
dimasuki
• Meminimalisasi kemungkinan risiko yang
terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki.

26
KUNCI ANTISIPASI : INFORMASI.
IINFORMASI apa yang dicari :

• Karakteristik bangunan tempat kerja.


• Mesin-mesin yang digunakan.
• Proses kerja dari mesin dan alat produksi
• Bahan baku yang digunakan.
• Alat alat yang dipakai.
• Cara kerja yang dilakukan.
• Jumlah dan karakteristik pekerja.
• Dll

27
LANGKAH KANGKAH ANTISIPASI

● Pengumpulan informasi.
• Melalui study literature.
• Mempelajari hasil penelitian
• Dokumen-dokumen perusahaan
• Survey lapangan (Walk Through Survey).
● Analisis dan diskusi
• Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten.
● Pembuatan laporan hasil antisipasi

28
HASIL ANTISIPASI

● Daftar potensi bahaya dan risiko dikelompokkan


• Berdasarkan lokasi atau unit.
• Berdasarkan kelompok pekerja
• Berdasarkan jenis bahaya
• Dll
● Hasil antisipasi berupa daftar bahaya dibuat detil
namun belum tentu membahayakan pada kondisi
Sebenarnya.
● Hasil antisipasi belum bisa dijadikan ukuran untuk
menyatakan suatu area atau proses berbahaya.

29
MENGENAL BAHAYA KESEHATAN KERJA

30
• Sebelum melakukan tindakan yang harus
diambil perlu mengenal bahaya tersebut.
• Mengenal bahaya adalah usaha untuk
mengetahui/ memperkirankan potensi
bahaya pada suatu sistem.
• Mengenal bahaya merupakan langkah
mendasar, dalam :
• membuat rencana kerja,
• menilai bahaya,
• Menetapkan strategi pengendalian,

31
TUJUAN REKOGNISI

● Mengetahui karakteristik suatu bahaya


secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola paparan dan besaran)
● Mengetahui sumber bahaya dan area
yang berisiko.
● Mengetahui pekerja yang berisiko.

32
MENGENAL BAHAYA

• Bahaya apa dan dalam situasi yang


bagaimana bahaya tersebut timbul.
• Sifat alamiah bahaya dan kemungkinannya
menimbulkan gangguan kesehatan.
• Perlu mengenal tentang :
• proses kerja/ operasi,
• bahan mentah,
• produk akhir,
• dan produk samping yang dihasilkan,
• Dampak bahaya terhadap K3L
• Perlu pengetahuan tentang toksikologi
33
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
BAHAYA (Tiga elemen dasar)

1. Karakteristik Pekerjaan atau tempat


kerja,
2. Pola paparan,
3. Evaluasi bahaya secara kualitatif.

34
1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN ATAU
TEMPAT KERJA.

• Suatu tempat kerja dapat mempekerjakan


beberapa pekerja - sampai ribuan pekerja.
• Masing masing mempunyai aktifitas yang
berbeda :
• Rumah Sakit,
• Pabrik konstruksi,
• Bangunan kantor,
• Pertanian dan lain-lain.
• Setiap tempat kerja dapat dibagi menurut
Bagian, Seksi dst.
35
• Data detil yang perlu antara lain
• diagram proses operasi,
• pembagian kerja masing2 bagian,
• kelompok kegiatan lainnya

• Perlu identifikasi bahan bahan yang digunakan


• bahan mentah,
• material yang ditambahkan,
• apakah itu produk primer,
• inter mediate dan
• produk akhir,
• reaksi dari produk dan
• produk yang dihasilkan lainnya.

36
• Bahan mentah perlu di identifikasi :
• merek dagangnya
• susunan kimiawinya,
• SDS (Safety Data Sheet).
• Dalam suatu proses industri, perbedaan tahap dan
operasi dapat diidentifikasi sebagai produksi.
• Beberapa tahapan proses mungkin dilakukan
tertutup, untuk mencegah paparan tanpa diduga.
• Bahaya harus diidentifikasi sejak dari perencanan,
• Bila ada perubahan dapat diperbaiki lebih awal dan
bahaya diantisipasi lebih dini/ dihindari.

37
• Kondisi/ prosedur menyimpang harus diidentifikasi
dan dievaluasi sesuai prosesnya.
• Mengenal bahaya juga mencakup :
• buangan emisi.
• fasilitas operasi,
• lokasi sumber emisi dan
• penyebab lainnya,
• Perlu dibentuk unit-unit yang dapat menganalisis
potensi paparan lebih dalam.
• Penyebab suatu kejadian, dikelompokkan sesuai :
• efek kesehatan yang ditimbulkannya,
• perkiraan besarnya emisi ke lingkungan kerja.

38
2. POLA PAPARAN

• Jalan masuk atau rute paparan utama.


• Pola paparan tergantung pada
frekuensi kontak dengan bahaya,
• intensitas paparan
• waktu paparan.
• Kegiatan suatu pekerjaan perlu
diperiksa secara sistematis

39
• Pekerja dapat langsung terpapar bahaya.
• Pekerja dapat juga terjadi secara tidak
langsung karena pekerja berada
berdekatan di lokasi sumber paparan.
• Pengamatan perlu fokus pada pekerjaan
yang :
• berpotensi tinggi menyebabkan
kerusakan.
• terjadi dalam waktu yang singkat
(konsentrasi tinggi dengan waktu
paparan pendek).

40
• Pada pekerjaan yang sama, paparan dapat
berbeda karena :
• pekerja menggunakan alat pelindung diri.
• Pekerja tidak lagi menggunakan APD.

• Pekerja dengan pekerjaan sama harus di


kelompokkan pada paparan yang sama.
• Jenis pekerjaan,
• teknik pekerjaan dan
• waktu kerja yang berbeda
akan berbeda sesuai besarnya paparan yang
terjadi.
41
3. EVALUASI BAHAYA

• Perbedaan besarnya paparan pada suatu


kelompok perlu diranking untuk menentukan
besarnya risiko.
• Pekerja yang potensial terpapar harus
diidentifikasi dan diklasifikasi menurut :
• Sumber bahaya,
• Rute masuk bahaya dalam tubuh,
• Efek bahaya yang ditimbulkan,
• Frekuensi kontak,
• Intensitas,
• Lamanya paparan.
42
TEKNIK MENGENAL BAHAYA
• Masih banyak model/ tehnik yang
dikembangkan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi bahaya.
• Meskipun berbeda dalam kompleksitas nya,
namun satu tehnik dengan lainnya dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil lebih baik.
• Setiap model dapat digunakan sesuai
kebutuhannya, agar hasilnya optimal.
• Hazards operability studys (Hazops) dapat
digunakan untuk mengidentifikasi bahaya di
suatu proses produksi,
43
Prosedur dasar yang dapat digunakan secara
sistematik dapat memanfaat kan pertanyaan
berikut :
• Apa bahan yang diproduksi ?
• Bahan mentah apa yang digunakan?
• Bahan apa yang ditambahkan dalam proses
produksi ?
• Peralatan apa saja yang digunakan dalam proses
produksi ?
• Bagaimana siklus proses operasinya ?
• Prosedur proses operasi apa yang digunakan ?
• Apakah ada prosedur tertulis penanganan dan
penyimpanan bahan yg digunakan secara aman ?

44
TEKNIK MENGENAL BAHAYA

• Pemeriksaan Kesehatan • Hazosps


• Catatan Pekerja • Fault Tree Analysis
• Inspeksi Rutin/ Non Rutin • Event Tree Analysis
• Diskusi Dan Literatur • Teknis Menilai Insidens Secara
Kritis
• Safety Data Sheet (SDS)
• Failure Mode And Efect Analysis
• Tinjauan Ulang Proses Produksi
Safety Review • Job Safety Analysis
• Prelimanry Hazards Analysisi • What If
• (PHA) • Dll

45
BEST PRACTICE MENGENAL BAHAYA DI
TEMPAT KERJA DITANDAI DENGAN :
• Dirasakanya ada rangsangan pada mata (Iritasi
mata).
• Adanya bau yang menyengat bila memasuki suatu
unit kerja.
• Terlihat adanya gumpalan asap/ awan yang
setelah diobservasi berasal dari kebocoran.
• Terlihat adanya gumpalan debu yang setelah
diobservasi berasal dari salah satu mesin.
• Sistem ventilasi tidak dapat menangkap semua
kontaminan yang seharusnya ditangkap.
46
• Terlihat fumes yang release ke udara, berasal dari
proses las.
• Bising suara yang cukup keras, yang mengganggu
pembicaraan normal (3 feet).
• Adanya tumpahan akibat kesalahan penanganan
bahan kimia.
• Adanya bahan berbahaya yang dapat menimbulkan
Cancer secara terbuka.
• Adanya keluhan pekerja dan banyaknya gejala
penyakit yang sama karena paparan bahan kimia.
• Adanya pertemuan yang membicarakan masalah
kesehatan tenaga kerja.
47
MENILAI BAHAYA KESEHATAN KERJA

48
EVALUASI – MENILAI BAHAYA/ RISIKO
Merupakan assessment atau analisis
terhadap hasil pemantauan sehigga dapat
ditentukan apakah suatu lingkungan kerja
berbahaya atau tidak terhadap kesehatan
pekerja.
● Analisis dampak kesehatan
● Analisis terhadap konsentrasi dan
dosis
● Analisis terhadap TLVs dan
peraturan.

49
MENILAI BAHAYA
PENILAIAN KUALITATIF

yaitu penilaian dengan memberikan pendapat secara profesional


(professional judgment) berdasarkan pengetahuan, pengalaman
dan pengamatan kerja lapangan, wawancara, literatur dan catatan
yang ada tentang potensi bahaya pada proses produksi dan
lingkungan kerja.

PENILAIAN KUANTITATIF

yaitu penilaian dengan membandingkan hasil pengukuran kadar


bahaya lingkungan kerja (yang dapat dihitung jumlahnya) dengan
parameter yang berlaku.

50
MENILAI RISIKO Mempertimbangkan
beberapa faktor,

• keadaaan alami dari bahan kimia beracun,


• besarnya konsentrasi paparan,
• lamanya waktu paparan,
• jenis kelamin,
• umur,
• ras (suku),
• kerentanan individu,

51
PENGUMPULAN DATA HIGIENE INDUSTRI

a. Preliminary survey, untuk mengetahui,

• Garis besar manajemen industri.


• Proses produksi secara umum yang mencakup
Lay out, penggunaan bahan mentah, hasil
produksi dan hasil sampingan
• Jenis dan sumber bahaya kesehatan kerja yang
mungkin timbul.
• Sumberdaya yang ada dan dapat dimanfaatkan.
• Alat pengendali yang digunakan dan
kemampuannya.

52
b. Pemantauan Individu dan Lingkungan.

• Perlu menggunakan metode yang tepat


agar hasil pengukuran akurat
• Gunakan Pendekatan dengan 5W 1H

53
Strategi pengambilan sampel untuk
penilaian :

1. What - Hazards apa yang berpotensi


berbahaya
2. Why - Mengapa Hazards perlu di evaluasi
3. Who - Siapa yang harus diambil sebagai s
4. Where - Dimana sampel harus diambil.
5. When - Kapan sampel diambil (siang atau
malam, bulan apa (musim).
6. How - Bagaimana sampel diambil

54
1. WHAT – Hazards apa yang berpotensi
berbahaya

• Dari identifikasi bahaya diketahui bahaya


apa saja yang bisa di temui di tempat
kerja.
• Melalui Risk Assessment diketahui
bahaya kimia yang perlu harus
mendapatkan perioritas ditangani
• Bahan kimia berbahay perlu di kenal
dengan baik melalui SDS nya

55
2. WHY - Mengapa Hazards perlu di
evaluasi

• Bahan kimia memebrikan dampak


kesehatan yang buruk bagi pekerja
• Bahan kimia mencemari lingkungan
tempat kerja karyawan
• Bahan kimia merusak aset perrusahaan
dan dapat menghentikan operasi
perusahaan

56
3. WHO - Siapa yang harus diambil sebagai
sampel.

• Yang diambil sebagai sampel ialah pekerja


yang sehari-hari terpapar bahaya kesehatan
di-lingkungan kerja.
• Personel monitoring cara terbaik mewakili
kelompok pekerjaan.
• Job description dicatat guna menilai
besarnya paparan suatu kelompok job
(Similar Exposure Group - SEG).

57
SEG -
Similar Exposure Group

KPS –
Kelompok Paparan yang Sama

58
Mengapa kita perlu mengelompokkan
pekerja ?

o Tempat kerja ditempati beberapa sampai


ribuan pekerja yang mungkin terpapar
bahan kimia berbahaya
o Pekerja terpapar dari menit ke menit, jam
ke jam sampai hari demi hari selama
mereka bekerja di perusahaan.
o Sehingga susah untuk menentukan siapa
yang terpapar dan siapa yang tidak
terpapar
59
Tujuan
Untuk menilai besarnya paparan dan risiko
kesehatan yang diterima pada semua
pekerja, oleh berbagai jenis bahaya di
lingkungan kerja, pada setiap hari kerja.

Tantangan yang dihadapi


Apakah telah dilakukan secara akurat dan
efisien terhadap berbagai macam paparan
yang memapari seluruh pekerja sepanjang
waktu kerja.

60
Apa yang harus dilakukan ?

• Buat strategy untuk mengumpulkan


pekerja yang mendapatkan paparan
yang sama kedalam kelompok (secara
kualitatif atau kuantitatif) sesuai
karakteristik dari pekerja dalam
kelompok,

• Pertimbangkannya sebagai perwakilan


dari pekerja yang berada dalam
kelompok tersebut.
61
KPS = SEG

Kelompok Paparan yang Sama (KPS)

adalah sekelompok pekerja yang memiliki


profil paparan umum yang hampir sama
akibat dari kesamaan dan keseringan
melakukan pekerjaan dengan material dan
proses sama, dan memiliki kesamaan
dalam cara kerja saat mereka melakukan
pekerjaannya

62
Ada dua cara secara umum dilakukan
untuk menetapkan KPS
1. Pendekatan Pengamatan lebih tradisional,
para pekerja dikelompokkan dalam
kelompok paparan yang sama berdasarkan
suatu pengamatan kegiatan pekerjaan yang
mereka lakukan dan berharap paparan
mereka sama.
2. Pendekatan Operasional dengan melalui
pengambilan sampel untuk melakukan
pengukuran

63
Lanjutan ……
• Pertama-tama pekerja di kelompokkan
berdasarkan kegiatan yang
dilakukannya dan berharap paparan
mereka sama
• Paparan pada banyak pekerja diukur
dan digunakan dalam proses
penentuan seorang pekerja masuk
dalam kelompok paparan yang sama
berdasarkan statistic analisis dari data
paparan mereka.

64
1. Menetapkan KPS dengan melakukan
Observasi/ pengamatan
• Menetapkan KPS dengan menggunakan
informasi yang dikumpulkan pada waktu
mengkarakteristikkan suatu pekerjaan,
kualitas dan kuantitas paparan.
• Pendekatan observasi mengizinkan
seorang Higienis Industri membuat
penilaian awal tentang paparan, membuat
perioritas untuk tindakan lebih jauh
terhadap hasil pemantauan, dan
pengendalian yang telah dilakukan.
65
Lanjutan……..

KPS ditetapkan melalui observasi/


pengamatan pada umumnya
dikelompokkan berdasarkan :
• Proses atau bagian
• Jenis Pekerjaan yang dilakukan
• Tugas tugas yang diberikan
• Penyebab Paparan (sumber bahaya)

66
2. Menetapkan KPS Dengan Pengukuran

• Nilai ukuran paparan digunakan untuk


mengklasifiksikan pekerja dalam kelompok
paparan yang sama (PKS)
• Pekerja dikelompokkan sesuai dengan
jumlah kesamaan pekerjaaan yang
dianggap lebih objektif
• Cara ini akan lebih akurat daripada
klasifikasi berdasarkan pengamatan

67
4. WHERE - Dimana sampel harus
diambil.

• Sampel harus setinggi daerah


pernafasan pekerja (breathing zone)
untuk Personal/ Area sampling.
• Pengambilan sampel area dilakukan di
lingkungan kerja (Work station, panel2
kerja, tempat berlalu lintas dan tempat
ngumpul).

68
5. WHEN - Kapan sampel diambil.

• Waktu ampel akan menentukan besarnya


paparan secara akurat.
• Operator yang bekerja terus menerus dalam
satu shift, sampel harus selama masa kerja
shiftnya, pagi, sore atau malam.
• Bagian lain yang perlu diperhitungkan adalah
keadaan cuaca/ suhu udara,
• Sampel sebaiknya diambil secara periodik
bulanan dalam setiap musim agar hasilnya
akan lebih akurat.
69
• Dalam mengevaluasi paparan kimia/
fisik, sample dapat diambil pada
puncak kegiatan atau pada istirahat,

• Pemantauan hanya merupakan satu


fase upaya penilaian bahaya kesehatan
kerja.

• Sampel diambil pada pagi, siang atau


malam hari tergantung waktu operasi
pekerjaan yang dilakukan.

70
6. HOW – Bagaimana Sampel diambil

• How long - Berapa lama sampel


sebaiknya diambil.
• How many - Berapa jumlah sampel
yang harus diambil.
• How Far – Seberapa jauh sampel
diambil dari sumber
• How often – Seberapa sering sampel
harus diambil

71
Berapa lama sample diambil

• Bila sampel 8 jam kerja tidak dapat


dilakukan, maka perhitungan dilakukan
dengan pengukuran singkat sepanjang
waktu kerja ( NAB - TWA )
• Bila hasil akan dibandingkan dengan (NAB
- STEL ) maka lamanya waktu sampel
harus sesuai yaitu selama 15 benit
• Pengukuran singkat (Grab Sampling)
selama 1 - 5 menit dapat dilakukan sesuai
parameter yang ada ( NAB - C ).
72
Berapa jumlah sampel yang harus diambil.

• Tidak ada ketentuan berapa jumlah sampel.


• Perlu sedikit sampel untuk menentukan karakteristik
& pola paparan.
• Jika ada indikasi besar paparan mendekati/ melebihi
NAB sampel harus diulang
• Konsentrasi kontaminan tidak selalu stabil dan
bervariasi.
• Pengambilan sampel tunggal menghasilkan
konsentrasi terlalu tinggi/ rendah, tergantung
• letak sumber,
• arah angin,
• tinggi letak sampel (Breathing Zone)
73
WAKTU PENGAMBILAN SAMPLE

TLV-Ceiling
TLV-STEL 15 menit

TLV-TWA
Konsentrasui

Waktu (jam) 8 jam

74
• Semakin banyak sampel diambil semakin baik
hasilnya.
• Untuk mendapatkan rata-rata paparan harian,
jumlah sampel yang banyak akan lebih baik,
perlu pertimbangan ekonomi.
• Tidak ada patokan khusus yang dapat
digunakan.
• Satu sampel tidaklah cukup apalagi bila hasil
analisis dekat dengan NAB,
• Zat kimia dalam udara tidak lepas pada
kecepatan yang sama, konsentrasinya selalu
berubah.

75
Interpretasikan hasil

• Lakukan penghitungan yang diperlukan.


• Bandingkan hasilnya dan tandai yang
menyimpang dari standar yang berlaku.
• Usahakan untuk mengerti keterbatasan standar
yang berlaku.
• Bandingkan hasilnya dengan data yang lain.
• Buat catatan secara detil dan akurat.
• Tinjau ulang peralatan kendali yang ada.
• Presentasikan hasilnya kepada pegawai dan
pengawas yang bersangkutan.

76
HASIL PENILAIAN DIGUNAKAN UNTUK :
• Mehubungkan sebab akibat antara hazards dan
penyakit akibat kerja.
• Menghubungkan data di atas dengan hasil
pemeriksaan kesehatan periodik,
• Menghubungkan sebab akibat antara dokumen
hasil pengukuran paparan hazards dengan status
kesehatan pekerja.
• Mendokumentasikan hasil pengukuran yang
diperlukan guna menilai efektifitas dari berbagai
alat pengendali (baik dalam bentuk grafik maupun
diagram, dll).
• Memanfaatkan data yang diperoleh untuk
perencanaan alat pelindung diri dan usaha
pencegahan yang perlu disiapkan.
77
MENGENDALIKAN BAHAYA KESEHATAN KERJA

78
• Upaya pengendalian bahaya perlu
penelaahan, peninjauan ulang, perbaikan
dan penyesuaian yang berkesinambungan.
• Tujuannya untuk melihat efisiensi dan
meng-evaluasi efektivitas alat kendali
secara berkala.
• Pengendalian sangat tergantung pada :
• Keadaan alamiah dari bahaya
• Jalan masuk kedalam tubuh,
• Besarnya paparan
• Lamanya paparan.
79
PENGENDALIAN

Merupakan serangkaian kegiatan dalam


mengelola bahaya di tempat kerja sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan
bagi pekerja.

Pengendalian dimaksudkan untuk menekan


konsentrasi atau dosis bahaya yang
memapari pekerja sampai pada tingkat yang
tidak membahayakan kesehatan

80
MENGENDALIKAN BAHAYA
• Mengendalikan bahaya dimulai dengan tindakan
awal melalui Action Level (sebelum paparan bahaya
kesehatan melebihi NAB).
• Mengendalikan bahaya kesehatan yang paling
efektif ialah langsung pada sumbernya,
• Personal hygiene (kebersihan perorangan) pekerja
bagian dari upaya pengendalian.
• Pengendalian ditahap awal lebih mudah dilakukan
dan biayanyapun relatif lebih murah.
• Penyuluhan kesehatan & komunikasi bahaya
merupakan unsur penting juga dalam suatu upaya
pengendalian.
81
CARA PENGENDALIAN BAHAYA
DILINGKUNGAN KERJA

1. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control), yaitu cara


pencegahan bahaya melalui spesifik disain pada awal projek, atau
dengan menggunakan teknik yang sesuai seperti substitusi, isolasi,
atau ventilasi.

2. Pengendalian Secara Administratif (Administrative Control),


yaitu pengendalian terhadap paparan dengan membuat jadwal kerja,
pengaturan kerja, penyuluhan kesehatan, pembuatan prosedur kerja
dan lain-lain kegiatan yang bersifat administratif.

3. Alat Pelindung diri (Personal protective Equipment), yaitu


penggunaan alat pelindung diri untuk melindungi dari bahaya yang
ada dilingkungan kerja, namun memerlukan pertimbangan yang
matang, karena upaya ini merupakan langkah terakhir (last resort)
suatu upaya pengendalian bahaya ditempat kerja.

82
• Upaya pengendalian yang terintegrasi dalam suatu projek (built up) akan
sangat baik sekali,
• Disainer projek mengerti akan keadaan lingkungan atau problema yang
akan terjadi pada projek tersebut, antara lain mencakup
• menurunkan potensi bahaya,
• menentukan sumber pencemar,
• menentukan pola paparan dan pola kerja karyawan,
• penggunaan peralatan keselamatan kerja.
• Pemahaman yang baik/ memadai akan kondisi lingkungan kerja, sangat
penting dalam memilih cara yang tepat untuk mengendalikan bahaya.
• Bila pengendalian teknis tidak berjalan sesuai dengan harapan maka
penggunaaan alat keselamatan kerja baru dipertimbangkan
• Bahaya kesehatan dapat berubah sesuai perjalanan waktu/ perubahan
proses/ modifikasi plant, sehingga sistem pengendali perlu ditinjau secara
rutin dan perlu di update.

83
PENGENDALIAN TEKNIS
(ENGINEERING CONTROL).
Pengendalian Teknis pada saat disain.

• Saat terbaik untuk mengendalikan bahaya


secara teknis adalah pada saat disain,
• Upaya pengendalian langsung terintegrasi
dalam proses produksi.
• Dari proses diketahui secara sistematis bahaya
apa yang akan timbul pada setiap tahapannya,
• Upaya pengendalian yang terintegrasi akan
berjalan sangat baik dan ekonomis.
• Idealnya proses produksi berjalan tertutup,
84
• Pada beberapa proses pekerjaan,
proses dilakukan secara terpisah
sehingga tidak menimbulkan bahaya
kesehatan,
• Untuk memelihara integritas dari
proses, proses flow perlu dikaji secara
teratur, dijaga agar bahan berbahaya
tidak keluar dari proses.
• Diperlukan kerja sama yang erat antara
disain enjinir dan Higienis Industri.

85
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
mendisain suatu proses produksi adalah :

1. Pada tingkat mana, sisa bahan kimia berbahaya


tersebut dapat keluar dari sistem peralatan
sebelum alat tersebut dibuka.
2. Pada penambahan yang bagaimana, sistem
dapat didisain sehingga akan mengurangi beban
pemeliharaan.
3. Dapatkah sistem didisain secara tertutup,
sehingga proses flow dilakukan secara tertutup
4. Dapatkah proses opereasi dibuat otomatik
sehingga didalam operasinya tidak memerlukan
tambahan pekerja.
86
PENGENDALIAN TEKNIS ANTARA LAIN :

1. Substitusi.

• Artinya mengganti material yang tinggi tingkat


bahayanya dengan material yang kurang bahayanya,
• serbuk alumina digunakan untuk pengganti serbuk
quartz, dapat menekan jumlah penderita silicosis.
• penggantian timah putih didalam cat dengan zinc,
barium, atau titanium oksid,
• water blasting menggantikan sand blasting,
• freon menggantikan methyl bromide,
• Man Made Mineral Fibre menggantikan Asbest.
• Perubahan kondisi fisik dari material seperti bentuk
pellet/ bricket dapat menggantikan bentuk powder.
87
2. Merubah Proses Produksi.

• Kalau secara ekonomis memadai, maka


perubahan proses produksi adalah sangat baik
untuk dilakukan,
• pengalaman menunjukkan, perubahan proses
produksi mengurangi dispersi debu/ fume.
• pada industri otomotive dimana pemakaian
gurinda berkecepatan tinggi diganti dengan
yang berkecepatan rendah, debu lebih sedikit,
• pengecatan dengan kuas akan mengurangi
jumlah kontaminan diudara dibandingkan
dengan pengecetan dengan semprotan.

88
3. Segregasi.

• Sering digunakan dengan memisahkan bahaya dengan


pekerja, al :
• Menggunakan penghalang fisik (memisahkan
pekerjadari proses dengan sekat penghalang).
• Memisahkan pekerja dengan membuat jarak
(membuat zona bising atau garis contour).
• Memisahkan pekerja dengan bahaya melalui
pengaturan lamanya kerja (mengatur kerja shift).
• Pemisahan dengan pengaturan umur dan jenis
kelamin (melindungi kemungkinan kerusakan pada
janin bagi pekerja wanita).

89
4. Isolasi.
• Isolasi dimaksudkan untuk mengurangi paparan bahaya kepada
karyawan.
• Isolasi dapat dilakukan dengan pengaturan waktu atau
menggunakan remote control
• Dapat juga mengisolasikan dirinya sendiri kedalam ruangan
yang kedap suara namun diberikan aliran udara segar.
• Isolasi terutama sangat berguna pada pekerjaan dengan jumlah
pekerja yang sedikit, bila pengendalian lain sulit dilakukan.
• Pekerjaan yang mengandung bahaya yang cukup tinggi harus
diisolasi dari kegiatan yang lain guna mengurangi kemungkinan
memapari karyawan yang lain.
• Isolasi dapat sebagian dan dapart juga keseluruhan

90
5. Sistem basah.

• Bahaya debu dapat dikurangi dengan


bantuan dispersi air atau cairan lain
• Membasahi lantai sebelum melakukan
pengepelan, akan juga mengurangi paparan
debu ditempat kerja, bila vacuum cleaner
tidak boleh digunakan.
• Pengurangan pencemaran juga dilakukan
pada proses pengeboran yang
menggunakan air sebagai pendingin dan
pengurang debu hasil pengeboran.
• Penggunaan air dalam proses blasting
sangat mengurangi besarnya paparan debu.

91
6. Ventilasi.

a. Ventilasi umum dan Pengenceran


(General ventilation & Dilution).
• Ventilasi umum banyak digunakan dalam industri
untuk mengeluarkan bahaya (gas, uap) pada
konsentrasi kecil,
• Ventilasi dilusi mengencerkannya menjadi
konsentrasi yang lebih kecil dan sekaligus dapat
mengendalikan suhu udara.
• Ventilasi umum tidak dapat digunakan untuk
bahan pencemar beracun.
• Kerugian utama penggunaan ventilasi umum
adalah sangat sulit mengawasi besarnya
paparan bahan pencemar pada tenaga kerja.
92
b. Ventilasi lokal
(Local Exhaust ventilation).

• Ventilasi lokal sangat efisien untuk


menangkap konsentrasi bahan pencemar
Konsentrasi agak tinggi,
• Menangkap bahaya dari sumbernya serta
membuangnya melalui duct yang selanjutnya
ditangkap melalui filter atau proses lainnya,
• Mencegah kemungkinan bahan tersebut
mencemari lingkungannya

93
• Ventilasi lokal tidak hanya sekedar mengeluarkan
atau mengencerkan bahan bencemar, tetapi
mengeluarkan kontaminan dalam jumlah besar
• Cara ini dapat dilakukan bila bahan pencemar tidak
dapat dikendalikan dengan substitusi, perubahan
proses, isolasi, dan secara tertutup.
• Keuntungan utama cara ini ialah hanya
menggunakan aliran udara yang kecil dengan
dasar low volume dan high velocity.
• Yang penting adalah alat ventilasi ini perlu dicek
secara rutin yang mencakup : flow rate dari aliran
udara, duct velocity, agar selalu memenuhi
spesifikasi disain.

94
7. Cara khusus.

• Banyak cara lain yang dilakukan guna


mengendalikan hazard kesehatan ditempat
kerja misalnya dengan menggunakan shielding
atau sekat untuk melindungi paparan radiasi
dan panas.
• Furnace dapat disekat dengan menggunakan
reflektif dari panel aluminium, karena metal
tidak cocok sebagai reflektif (menyerap panas
radiasi).

95
PENGENDALIAN ADMINISTRATIF
(ADMINISTRATIVE CONTROL).

1. Administrative Exposure Controol

• Mengurangi waktu kerja cara mengendalikan


bahaya kesehatan, bila pengendalian pada
sunbernya tidak dapat dilakukan.
• Untuk pekerja yang bekerja pada tekanan tinggi,
jadual waktu kerja yang ketat perlu mendapatkan
perhatian, makin tinggi tekanan semakin singkat
waktu shift & semakin lama waktu decompression.
• Rotasi jabatan mungkin bisa untuk mengurangi
besarnya paparan terhadap bahan beracun.
96
2. Good Housekeeping.

• Good Housekeeping memainkan kunci yang penting dalam


pengendalian Hazard kesehatan diempat kerja,
• Pembersihan debu, pembuangan sampah, pengaturan material
yang tidak berguna adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan Good housekeeping.
• Pembersihan yang segera dari tumpahan bahan kimia beracun
adalah usaha yang perlu dilakukan.
• Bahan kimia disimpan, ditangani, dan digunakan debgan baik,
memperbaiki kontainer yang bocor, memindahkan isinya secara
aman serta pembersihan tumpahan secara baik dan cepat.
• Monitoring kontaminan udara yang beroperasi secara terus
menerus sangat membantu
• Peralatan yang terkena bahan kimia beracun harus segera
dibersihkan, sebelum dipindahkan ketempat lain atau dibuang.
• Saat shut down perlu dicek apakah peralatan masih mengandung
bahan kimia berbahaya sebelum dipasang kembali.
97
3. Medical Control.

• Bagian penting dalam program pengendalian bahaya kes.


• Program kesehatan dapat juga memberikan batuan
terhadap pembuatan pengendalian secara teknis.
• Gejala-gejala terjadinya paparan pada sekelompok
pekerja akan menjelaskan/ mengindikasikan kegagalan
pengendalian teknis.
• Pengendalian kesehatan lebih jauh akan tergantung pada
bahaya serta risk yang dijumpai
• Hasil pemeriksaan calon karyawan digunakan sebagai
pembanding dalam menilai paparan.
• Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan berkala
khusus serta monitoring biologi.
• Pemeriksaan darah yang teratur, sangat membantu
penilaian paparan dengan melihat perubahan bentuk/
struktur sel darah.
98
3. Pelatihan.

• Pendidikan dan pelatihan mendukung upaya pengendalian


teknis yang telah dilakukan,
• Pelatihan hrus dilakukan oleh petugas yang berwenang dan
memahami akan bahaya yang ada di lingkungannya.
• Pelatihan dilakukan pada pengawas/ pekerja agar semua sadar
akan upaya K3.
• Pengawas harus diberitahukan bila dan dalam keadaan yang
bagaimana perlu permintaan pertolongan atas bahaya
kesehatan,
• Pengawas bertanggung jawab untuk memberikan informasinya
kepada pekerja yang ada dibawahnya.
• Perlu kursus singkat mengenai bahaya kesehatan ditempat
kerja serta upaya penanggulangannya.
• SOP perlu dibuat agar setiap pekerja dapat melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan kaidah k3 yang berlaku.
99
4. Personal hygiene.

• Personal hygiene upaya yang cukup penting,


• Pekerja berkewajiban untuk membersihkan diri sebelum
pulang kerumah, khususnya bagi pekerjaan berbahaya.
• Banyak bahan kimia yang dalam waktu singkat
menimbulkan iritasi kulit sehingga kebersihan penting.
• Fasilitas tempat cuci tangan dan perlu disediakan dalam
jumlah yang memadai,
• Banyak pembersih tangan untuk industri dijual dipasaran.
• Perlu sabun dengan pH yang netral.
• Perlengkapan lain, emergency showers, eye wash fountain.
• Harus tersedia poster dan label yang memberikan
penjelasan bahaya kesehatan.
• Makan, menyimpan makanan, atau minum didaerah kerja
yang mengandung bahan kimia berbahaya sangat dilarang.
100
5. Pembuangan Sampah (waste).

• Pembuangan bahan kimia beracun hanya diperbolehkan oleh


pekerja yang telah dilatih,
• Prosedur pembuangan harus dijalankan sesuai peraturan.
• Pekerja kimia atau ahli kimia berkewajiban untuk membantu
menetralisir bahan kima berbahaya sebelum dibuang/
dimusnahkan.
• Bila perlu disediakan alat yang bisa memusnahkan bahan
kimia beracun.
• Pembuangan pada sumur dalam bisa dilakukan untuk jenis
bahan buangan tertentu setelah dilakukan penelitian geologi.
• Incenerator juga dapat digunakan, namun memerlukan
perncanaan yang baik.
• Netralisasi bahan kimia dengan menggunakan kontainer dan
campuran bahan kimia yang lain

101
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT).

• APD tersedia dalam segala macam jenis, biasanya ditentukan oleh


prosedur yang ada.
• APD harus digunakan sebagai perioritas yang terakhir.
• Jika APD harus digunakan maka harus menggunakan yang
memenuhi syarat, namun memerlukan pertimbangan antara lain :
• Menyeleksi peralatan agarbenar-benar dapat melindungi
pemakai.
• Yakin dapat dipakai secara benar..
• Yakin akan dapat dipelihara secara teratur
• Mudah melatih karyawan untuk dapat menggunakan peralatan
secara baik dan benar.
• Terjadualnya pengawasan dan pencatatan pemakaian dan
pemeliharaannya.

102
Pengendalian bahaya kesehatan dapat
dilakukan melalui :

Pengendalian Tehnis Pengendalian Administratif Penggunaan Alat


pelindung diri.
 Substitusi.  Pengaturan waktu kerja.  Penggunaan alat
pelindung diri
 Isolasi.  Pengaturan tempat kerja.

 Proses tertutup.  Pengaturan tenaga kerja.

 Ventilasi.  Pendidikan dan pelatihan


tenaga kerja.
 Cara basah.
 Program pengawasan yang
 Good Housekeeping baik.

 Membuat prosedur kerja.

 Membuat sticker, leaflet,


booklet serta komunikasi
hazards lainnya.
103
MENURUT MATA RANTAINYA Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara :
Sumber bahaya Media perantara Penerima
 Substitusi dengan  Ventilasi umum.  Pendidikan dan
material yang kurang pelatihan.
bahayanya.  Ventilasi Dilusi
 Rotasi diantara pekerja.
 Merubah prosesnya.  Tambah jarak antara
sumber hazard dan  Mengisolasi pekerja.
 Proses produksi yang Penerima paparan.
dilakukan secara tertutup.  Monitoring individual.
 Housekeeping
 Proses produksi diisolasi  Penggunaan alat
(waktu dan ruang).  Monitoring lingkungan. pelindung diri.

 Menggunakan cara  Program pemeliharaan  Program pemeliharaan


basah. yang memadai. yang memadai.

 Ventilasi lokal.

 Program pemeliharaan
yang memadai. 104
SISTEM INFORMASI HIGIENE INDUSTRI
• Terintegrasi dalam Sistem Informasi K3
• Mendokumentasikan pelaksanaan program HI
• Terdiri atas Sistem Pencatatan dan Pelaporan
• Sistem Informasi Higiene Industri merupakan bagian
penting dalam :
– Pencatatan dan Penilaian kegiatan,
– Penegakan diagnosa penyakit akibat kerja,
– Pencegahan dan Pengendalian bahaya
kesehatan ditempat kerja,
– Perencanaan program Higiene Industri,
– Pembuatan keputusan
– Pembuatan Laporan.

105
• Laporan seorang Higienis Industri harus
merefleksikan keadaan sesungguhnya dari :
 Kondisi tempat kerja,
 Tenaga kerja
 Lingkungan Kerja.
 Efek yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja .

• Penilaian yang tidak memadai dari suatu


kondisi lingkungan kerja dapat menimbulkan :
 Gangguan kesehatan pekerja,
 Pemborosan,
 Kesalahan dalam mengantisipasi kondisi
kesehatan kerja

106
SISTEM PENCATATAN HI
 Komprehensive,
 Fleksibel,
 Simple.
 Format standar dan mudah dipahami.
 Terkait erat dengan pelaporan.
 Pencatatan tidak saja dalam bentuk angka
tapi dapat dalam bentuk foto atau gambar.
 Efisiensi dan efektif.
 Akurat.

107
SISTEM PELAPORAN HI
1. Unbiased,
2. Independent,
3. Systematic,
4. Dokumented,
5. Efficient,
6. Qualified,
7. Periodic,

108
FORMAT LAPORAN HI

Ringkasan Pelaksanaan

Ringkasan pelaksanaan adalah penting dan menetukan, harus


singkat berisi tujuan dan latar belakang, ringkasan
pelaksanaan, kesimpulan dan rekomendasi yang diajukan,
usahakan tidak lebih dari 1 (satu ) halaman.

Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang kegiatan, siapa ,kapan,


dimana, apa, mengapa, dan bagaiman suatu program
(kegiatan) Higiene Industri dilaksanakan .

109
Hasil temuan dan Penilaian/Pembahasan

Hasil temuan dan Oservasi perlu sedikit detil berisikan hasil


monitoring, penyimpangan yang ditemukan dari lokasi atau
kondisi lingkungan kerja yang diperiksa. Menyampaikan
komentar terhadap temuan yang positif dan negatif, perlu
deskripsi secara utuh, logis & sistimatis.
Perubahan perlu dibandingkan dengan parameter yang ada atau
dengan hasil terdahulu, serta diskusikan usaha pengedalian yang
pernah dilaksanakan

Kesimpulan

Kesimpulan merupakan pernyataan yang didasarkan atas fakta


yang ada . Komentar dan pandangan subyektif harus dihindarkan.
Kesimpulan harus bertahan berdasarkan pada fakta dan temuan
objektif.

110
Rekomendasi
 Rekomendasi meliputi saran-saran guna perbaikan
penyimpangan.
 Rekomendasi harus jelas dan mudah dilaksanakan,
 Hindarkan yang bertele-tele dan tidak praktis,
 Berikan berbagai alternatif untuk pemecahannya dan tidak
terlalu detil.
 Rekomendasi disususn berdasrkan prioritas.

Lampiran

Lampiran dapat digunakan sebagai tambahan penjelasan,


memperjelas maslah yang masih kabur. Jika diperlukan
lampiran gambar, tabel, photo, peta, copy dari surat
tertentu, deskripsi dari proses, dan laporan terdahulu
yang dianggap perlu.

111
KODE ETIK PROFESI AHLI
HIGIENE INDUSTRI INDONESIA

= Kami akan mempraktekkan profesinya mengikuti


dasar-dasar ilmu higiene industri guna mencapai
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan pekerja
dan masyarakat yang sangat tergantung pada
keputusan profesionalnya dalam memberikan
perlindungan, kesehatan dan kesejahteraan.

= Kami akan meberikan nasehat kepada pekerja dan


manajemen, tentang dampak dan fakta-fakta yang
berhubungan dengan potensi risiko kesehatan dan
rekomendasi yang diperlukan untuk menghindari
efek yang buruk terhadap kesehatan.
112
KODE ETIK PROFESI ..........................

= Kami harus bisa menjaga kerahasiaan informasi


bisnis dan pribadi yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan higiene industri, kecuali bila
dibutuhkan oleh penegak hukum atau sebagai data
tambahan untuk pertimbangan K3.
= Kami harus menghindari keadaan dimana akan
muncul konflik kepentingan atau kompromi dalam
membuat keputusan profesional.
= Kami harus memberikan layanan hanya dalam
batas-batas area kompetensinya.
= Kami harus bertanggungjawab menjaga keutuhan
integritas profesi.

113
PEMBAGIAN DAERAH KERJA RELATIF ANTARA
DOKTER KESEHATAN KERJA DAN HIGIENIS INDUSTRI

Pencegahan

Higienis Industri

Lingkungan Metabolisme
Sumber Penyakit
Bahaya Tindakan Tanda Klinis Akibat Kerja

Dokter Kesehatan Kerja

Pengobatan
114
PROSES INDUSTRIAL HYGIENE
ANTISIPASI PENILAIAN PENGENDALIAN
PENGENALAN

PENGENDALIAN
ENJINERING
PEMERIKSAAN
PROSES INDUSTRIAL HYGIENE

KESEHATAN PENELITIAN

PERLINDUNGAN
PEGAWAI

MONITORING INFORMASI
HAZARD PEMBERIAN
LINGKUNGAN KEPADA
KESEHATAN LABEL
KERJA PEKERJA
MASUKAN DARI FUNGSI

• PROSES • FABRIKASI • ENJINERING


PRODUKSI • PEMBELIAN • FABRIKASI
• PERATURAN - • SUMBER DAYA DAN PEMBANGUNAN • PENGENDALIAN LINGKUNGAN
PERATURAN • KESEHATAN • PRODUK KESELAMATAN
• HUBUNGAN PEGAWAI • PELATIHAN
• PEMENUHAN STANDARD DAN KEUNTUNGAN

115
116

Anda mungkin juga menyukai