Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ERLINA KURNIASARI FAKULTAS : EKONOMI

NIM : 17441417 PRODI :S1 AKUNTANSI


KELAS : S1 AKUNTANSI 6B

TUGAS METODE PENELITIAN AKUNTANSI

1. BERITA :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Ponorogo 2020
mendatang defisit Rp20,3 miliar. Dalam nota keuanganya, Wakil Bupati (Wabup)
Ponorogo Soedjarno mengungkapkan, kekuatan APBD Ponorogo tahun 2020 mencapai
2,17 triliun, angka ini turun Rp 178 miliar dari APBD Ponorogo tahun 2019 sebesar Rp
2,30 Triliun.
Penyebab terjadinya defisit anggaran dikarenakan pengeluaran belanja lebih tinggi
dari pendapatan. Wabup Soedjarno, pada kesempatan itu juga memaparkan bahwa
Pemkab Ponorogo memproyeksikan pendapatan daerah sebesar Rp 2.174.336.522.900,
dan belanja sebesar Rp 2.194.636.522.900, pada 2020 mendatang. 
Ada tiga kelompok pendapatan Pemkab Ponorogo, yakni: Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan rincian dari pajak daerah sebesar Rp 80 miliar, retribusi Rp 13,3 miliar,
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp 1,04 miliar, dan lain-lain PAD yang
sah Rp 185,8 miliar. Sedangkan pada kelompok Dana Perimbangan rinciannya
penerimaan hasil pajak/bukan pajak sebesar Rp 122,9 miliar, dana alokasi umum Rp
1,084 triliun, dan dana alokasi khusus sebesar Rp 237,09 miliar. Ketiga, pada kelompok
lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp449,39 miliar.
Kekuatan anggaran tahun 2020 diproyeksikan mencapai Rp 2,17 triliun. Di sisi lain,
belanja menyedot Rp 2,19 triliun, dengan rincian Rp 1,58 triliun untuk belanja tidak
langsung (72,27 persen), dan belanja langsung sebanyak Rp 608 miliar (27,73 persen).
Soedjarno lantas memerinci belanja tidak langsung tersebut. "Paling banyak rupanya
untuk belanja pegawai, yang memakan anggaran tak kurang dari Rp 986 miliar," ujarnya.
Sementara Ketua DPRD Ponorogo, Sunarto, mengatakan porsi belanja tidak
langsung yang begitu besar disebabkan oleh faktor X. Yakni, keharusan untuk
membiayai beberapa pengeluaran kakap sekaligus. Diantaranya, hibah dana pilkada yang
menyedot sekitar Rp 55 miliar, penerapan tunjangan kinerja untuk PNS yang mencapai
Rp 50 miliar, hingga penyetaraan penghasilan tetap perangkat desa yang minimal
memakan Rp 34 miliar.
2. TOPIK : Pemerintahan Daerah
TEMA : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kab. Ponorogo
MASALAH : 1. APBD Ponorogo tahun 2020 mengalami penurun Rp 178 M dari
APBD Tahun 2019.
2. Pengeluaran belanja tahun 2020 lebih tinggi dari pendapatan,
dimana pendapatan daerah sebesar Rp 2.17 T dan belanja sebesar
Rp 2.19 T pada tahun 2020.
3. Adanya pengeluaran besar tak terjadwal dari belanja tidak
langsung.
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH KAB.
PONOROGO TAHUN 2020 MENGALAMI DEFISIT.

Mungkin tidak terjadi penyelewengan anggaran ?


Bagaiman kira2 bentuk akuntabilitas yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam pengelulaan APBD
Ponorogo?
Mungkin tidak terjadi penyelewengan anggaran ?
Defisit dalam penyusunan anggaran dapat terjadi dikarenakan dua hal yaitu
ketidakpahaman dalam penyusunan anggaran dan adanya oknum yang dengan sengaja
melakukan penyelewengan. Menurut saya terjadinya defisit anggaran di Kab. Ponorogo
bukan disebabkan oleh penyelewengan tetapi lebih utama dikarenakan kurangnya
pemahaman dalam proses penyusunan anggaran dan pengelolaan anggaran. Hal itu bisa
terjadi karena kesalahan dalam pengalokasian anggaran dan kurang cermatnya penetapan
angka ke dalam pengeluaran belanja daerah. Dalam proses penyusunan anggaran biasanya
pemerintah daerah mengakomodasi lebih banyak pengeluaran belanja dalam APBD sehingga
pengeluaran belanja daerah tersebut lebih besar atau lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan APBD, hal itulah yang bisa memicu terjadinya defisit anggaran.
Walaupun di dalam pengelolaan keuangan daerah Kab. Ponorogo terdapat
pengeluaran yang besar dari Belanja Tidak Langsung dikarenakan faktor yang tak terduga
bukan berarti hal itu bisa disebut sebagai penyalahgunaan keuangan daerah, namun hal itu
bisa saja membuka peluang bagi oknum yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan
penyalahgunaan. Karena anggaran adalah suatu rencana keuangan sehingga pada praktiknya ,
prediksi dalam perencanaan keuangan daerah berbeda dengan yang terealisasi dalam
pelaksanaan anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua defisit APBD tersebut selalu
defisit dalam realisasinya. Tetapi dalam proses penyusunan anggaran alangkah baiknya para
penyelenggara anggaran memahami dan memeperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus
dipenuhi dan ditaati agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan
rencana sehingga tidak ada penyalahgunaan keuangan daerah ataupun penyelewengan dalam
anggaran.

Bagaiman kira2 bentuk akuntabilitas yang bisa dipertanggungjawabkan dalam


pengelolaan APBD Ponorogo?
Akuntabilitas adalah suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (PP No. 7
Th. 1999). Dalam pemerintahan daerah akuntabilitas yaitu kewajiban untuk memberikan
laporan pertanggunjawaban secara periodik atas aktivitas atau kinerja finansial kepada pihak
yang berkepentingan.
Menurut saya bentuk akuntabilitas yang bisa dipertanggunjawbkan dalam pengelolaan
APBD Ponorogo adalah bentuk akuntabilitas seacara horizontal yaitu pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana kepada DPRD dan masyarakat luas. Mengapa demikian ? karena
pengelolaan keuangan daerah dipusatkan pada APBD sehingga pengeluaran dan penggunaan
keuangan daerah harus disetujui sekaligus dikontrol oleh DPRD, juga harus
dipertanggujawabkan melalui audit BPK atau BPKP sehingga tidak akan terjadi
penyalahgunaan dalam keuangan daerah. Karena anggaran belanja dalam APBD Kab.
Ponorogo yang besar dan diperkirakan mengalami defisit sehingga sangat diperlukan campur
tangan dari pihak DPRD dan audit BPK sehingga jika terjadi adanya penyelewengan
anggaran yang melanggar hukum dan peraturan maka hal itu bisa segera ditindaklanjuti.
Juga, dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui pengelolaan keuangan daerah dan
pertanggunjawaban dalam pengaplikasian dan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah,
sehingga para pejabat diwajibkan untuk melaporkan atau menginformasikan serta
memberikan alasan terhadapa setiap kebijakan dan operasional kegiatannya terutama dalam
hal pertanggungjawaban secara finansial. Dengan meningkatnya akuntabilitas keuangan
daerah maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemerintahan
daerah yang ada dan dapat dilakukan suatu kontrol apabila terjadi suatu penyimpangan dalam
keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai