Anda di halaman 1dari 2

Moch Yusuf Multazam Attoillah

Kelas c / 17013010089

Uas akuntansi bela negara, Kasus Karakter akuntan professional


Kasus 1 : Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN

 Penjelasan kasus

Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di
mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan.

“Saya tahu bahwa ada sejumlah pos yang sebetulnya harus dinyatakan sebagai beban bagi perusahaan
tetapi malah dinyatakan masih sebagai aset perusahaan. Jadi ada trik akuntansi,” kata salah satu
Komisaris PT Kereta Api, Hekinus Manao di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan keuangan itu karena adanya
ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN perhubungan itu.

“Saya tahu laporan yang diperiksa oleh akuntan publik itu tidak benar karena saya sedikit banyak
mengerti akuntansi, yang mestinya rugi dibuat laba,” kata penyandang Master of Accountancy, Case
Western Reserve University, Cleveland, Ohio USA tahun 1990.

Akibat tidak ada tanda tangan dari satu komisaris, rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Kereta
Api yang seharusnya dilaksanakan sekitar awal Juli 2006 ini juga harus dipending.

 Penjelasan kesimpulan

 Sebagai Suatu lembaga, PT Kereta Api Indonesia memang memiliki kewenangan untuk
menyusun laporan keuangannya dan memilih auditor eksternal untuk melakukan proses audit
terhadap laporan keuangan tersebut.

 Tetapi, ada hal mendasar yang harus diperhatikannya sebagai wujud penerapan tata
kelolaperusahaan yang baik (good corporate governance).

 Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus
terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya, dalam hal ini Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional Akuntan Publik.

 Selain itu, auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara benar dengan komite audit yang
ada pada PT Kereta Api Indonesia.

 Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu kepentingan. Seperti halnya yang telah
diketahui bersama, hal ini jelas mempunyai dimensi etis.
Kasus 2

Eks Dirut Pertamina Tolak Kesaksian Akuntan Publik Soal Hasil Audit

 Penjelasan kasus

Friday, May 03, 2019       19:03 WIB

Mantan Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan, menolak kesaksian saksi ahli dari Kantor
Akuntan Publik Soewarno, Bono Jatmiko. Bono dihadirkan dalam persidangan lanjutan sebagai saksi
untuk menilai potensi kerugian negara atas akuisisi Blok Basker Manta Gummy (BMG) di Australia
tahun 2009 silam.

Dalam kesaksiannya, Bono menegaskan bahwa terjadi kerugian negara sebesar Rp568,06 miliar dalam
aksi korporasi yang dilakukan saat itu. Namun sayangnya dasar penilaian tersebut hanya menyadur dari
Laporan Perhitungan Keuangan Negara dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Sementara dalam
kapasitasnya sebagai akuntan, Bono tidak mengerti isi UU terkait akuntan publik dan tidak mengetahui
mekanisme pengelolaan antara uang negara dan uang perusahaan. Namun Bono langsung menyatakan
bahwa ada kerugian negara dalam akuisisi tersebut.

"Jadi Rp568,06 miliar itu ada dalam rugi laba, ada penurunan aset. Nah angka itu yang kita pakai dan
itu ada di laporan rugi laba. Kalau itu udah dimasukkan dalam rugi laba maka kalau itu dinyatakan rugi
maka uang negara berkurang, kalau untung maka uang negara nambah," kata Bono.

Namun ketika ditelisik lebih lanjut, Kuasa Hukum Karen, Waldus Situmorang, menegaskan bahwa ada
perbedaan antara kerugian negara dengan kerugian perusahaan. Sehingga divestasi yang dilakukan
Pertamina saat itu tidak bisa disebut sebagai kerugian negara.

"Kita ragukan akuntan ini sebagai saksi yang menyatakan bahwa kerugian itu adalah kerugian negara.
Bahkan ketika ditanya soal UU akuntan publik dia tidak mengerti isinya, padahal UU itu menjadi dasar
atau standar bagi akuntan dalam melakukan pemeriksaan keuangan," kata Waldus.

Sementara itu Karen menilai Bono tidak layak menjadi saksi ahli dalam kasusnya. Sebab banyak hal
yang tidak diketahuinya. Sementara kesaksiannya penuh dengan asumsi yang tidak berdasarkan fakta
yang ada.

"Itu saya tidak terima, bohong itu, bohong. Tadi disampaikan banyak kebohongan-kebohongan,
dibilang 2009 divestasi padahal 2009 tidak ada divestasi tapi bilang udah divestasi. Itu sumpah palsu
menurut saya dan harus dipidana," kata Karen. (Marjudin)

 Penjelasan kesimpulan

 Sikap profesional suatu akuntan harus mengetahui peraturan dasar/literatur yang ada pada uu
apabila masih belum mengetahui maka akan dipertanyakan profesiobnalisme nya sehingga pada
kasus ini di ragukan kesaksiaan nya di karenakan tidak mengerti tentang uu akuntan publik

 Penjelasan profesional harus mengerti secara keseluruhan terkiat literatur pada uu akuntan publik
agar segala hal akan perbuatan ada dasarnya untuk di pertanggung jawab kan

Anda mungkin juga menyukai