KENAPA?
Disusun Oleh:
EKO HIDAYAT
55519110009
FAKULTAS EKONOMI
2020
i
STAF KHUSUS KEPRESIDENAN MENGUNDURKAN DIRI:
KENAPA?
Oleh: Eko Hidayat
Universitas Mercu Buana
Latar Belakang
Dua staf khusus ‘milenial’ mengumumkan pamit dari pemerintahan Presiden
Joko Widodo. Keduanya adalah Adamas Belva Syah Devara CEO dari aplikasi
belajar, bernama Ruangguru dan Andi Taufan Garuda Putra Founder dan CEO dari
Amartha. Keduanya mengundurkan diri setelah ada kontroversi terkait perusahaan
yang mereka dirikan. Mundurnya dua stafsus 'milenial' Jokowi masih menyisakan
persoalan di tengah sorotan ada dugaan konflik kepentingan. Andi Taufan
mengirimkan surat bertanggal 1 April 2020 dengan kop Sekretariat Kabinet kepada
camat di Pulau Jawa, Sulawesi, hingga Sumatera bahwa PT Amartha, perusahaan
miliknya, akan mengedukasi COVID-19 dan memfasiliasi kebutuhan APD di daerah.
Surat itu bocor ke publik beberapa hari kemudian dan dikecam karena posisi Andi
Taufan sebagai stafsus, yang tidak punya kewenangan struktural di pemerintahan,
berpotensi melakukan maladministrasi dengan menyalahi prosedur birokrasi.
Hal sama juga terjadi saat Belva Devara yang pamit lebih dulu dari Andi
Taufan. Belva mundur di tengah polemik keterlibatan Ruangguru sebagai satu dari
delapan mitra pelatihan Kartu Prakerja. Proyek pelatihan untuk penerima Kartu
Prakerja mendapatkan sorotan tajam karena saat ini pemegang Prakerja justru
memerlukan dana tunai karena imbas pandemi COVID-19 sulit mendapatkan
pekerjaan. Selain Ruangguru, ada Tokopedia, Maubelajarapa, Bukalapak, Pintaria,
Sekolahmu, Kemenaker, dan Pijar mahir. Belva membantah ada konflik kepentingan
dengan alasan, "penentuan mitra dilakukan independen oleh Kemenko Perekonomian
dan PMO tanpa intervensi siapa pun," tulisnya dalam utas Twitter. Ia menyebut
delapan mitra Kartu Prakerja "mengikuti proses seleksi dari akhir tahun 2019 yang
dibuka untuk umum."
1
Pembahasan
Polemik yang terjadi pada kedua kasus tersebut yang disoroti oleh masyarakat
dan Keterlibatan ruangguru dan amartha saat itu masih dimiliki stafsus menimbulkan
dua permasalahan, pertama abuse of power (Penyalahgunaan wewenang) dan kedua
conflict of interest (konflik kepentingan).
A. Abusse of Power (Penyalahgunaan Wewenang)
Menurut Tatiek Sri Djatmiati, dalam konteks tindak pidana korupsi abuse of
power (penyalahgunaan wewenang) atau unreasonableness (sewenang-wenang),
keduanya merupakan parameter yang utama ada tidaknya penyimpangan dalam
penggunaan wewenang pemerintahan tentunya di samping asas-asas hukum
administrasi yang lain. Dalam hal terdapat unsur penyalahgunaan wewenang dan
sewenang-wenang, maka terdapat unsur maladministrasi dan tentu ada unsur
perbuatan melawan hukum, dan perbuatan itu menjadi tanggung jawab pribadi
pejabat yang melakukannya. Abuse of power lebih luas pengertiannya daripada
unreasonableness, namun dalam kajian hukum administrasi keduanya sangat
diperlukan untuk menentukan ada tidaknya korupsi pejabat.
Menurut Indriyanto Seno Adji, dalam kerangka hukum administrasi negara,
parameter yang membatasi gerak bebas kewenangan aparatur negara
(discretionary power) adalah detournement de povoir (penyalahgunaan
wewenang) dan abus de droit (sewenang-wenang). Sedangkan dalam area hukum
pidanapun memiliki kriteria yang membatasi gerak bebas kewenangan aparatur
negara berupa unsur “wederechtelijkheid” dan menyalahgunakan kewenangan.
Indriyanto Seno Adji memberikan perspektif tentang penyalahgunaan
kewenangan dalam 3 bentuk:
a. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan pribadi,
kelompok atau golongan;
2
b. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut
adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari
tujuan diberikannya kewenangan tersebut oleh undang-undang atau
peraturanperaturan lain;
c. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang
seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah
menggunakan prosedur lain agar terlaksana
3
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa para stafsus presiden minimal
telah melakukan tindakan yang mengatasnamakan pribadi untuk mendapatkan
keuntungan sendiri, melalui tindakan penyalagunaan wewenang dan adanya konflik
kepentingan.
Referensi
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 2 Stafsus Milenial Jokowi
Mundur, Ini Kontroversi Belva Devara dan Andi Taufan yang Menjadi Sorotan,
https://www.tribunnews.com/nasional/2020/04/24/2-stafsus-milenial-jokowi-
mundur-ini-kontroversi-belva-devara-dan-andi-taufan-yang-menjadi-sorotan?
page=3. Diakses pada tanggal 28 April 2020.
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016. Pengelolaan Konflik Kepentingan. Direktorat
Pendidikan Dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan. Jakarta
Henny Juliani, 2019. Akibat Hukum Penyalahgunaan Wewenang Administrasi
Pejabat Pemerintahan yang Menimbulkan Kerugian Keuangan Negara.
Adminitrative Law & Governance Journal. Volume 2 Issue 4, ISSN. 2621 – 2781
Online.