Anda di halaman 1dari 14

Hadapi Revolusi Industri 4.

0, Apa yang Harus


Disiapkan?
[unpad.ac.id, 9/1/2019] Perkembangan teknologi yang cepat turut memengaruhi kehidupan
manusia di segala aspek. Berbagai perubahan yang ada perlu disikapi dengan bijak agar
menghasilkan luaran yang positif.

Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Prof. Engkus Kuswarno menjadi pembicara kunci
dalam Organizational Communication Conference (Oration) 2019 yang digelar Magister Ilmu Komunikasi Fikom
Unpad di Ruang Oemi Abdurrahman, Fikom Unpad, Jatinangor, Rabu (9/1). (Foto: Tedi Yusup)*

“Pada setiap perubahan conditio sine qua non harus kita sikapi dengan bijaksana agar
menghasilkan output yang positif. Kondisi tersebut meniscayakan adanya perubahan mindset,
cara kerja, dan pola membangun hubungan yang harmonis antar kelompok masyarakat maupun
organisasi,” kata Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, Prof. Engkus Kuswarno saat
menjadi pembicara kunci dalam Organizational Communication Conference (Oration) 2019
yang digelar Magister Ilmu Komunikasi Fikom Unpad di Ruang Oemi Abdurrahman, Fikom
Unpad, Jatinangor, Rabu (9/1).
Prof. Engkus menyebutkan, berdasarkan laporan The Future of Jobs Report, World Economic
Forum, terdapat lima keterampilan SDM dalam era industri 4.0 dalam rentang waktu 2015-2020.
Keterampilan tersebut jika diurutkan yaitu complex problem solving, social skill, process skill,
system skill, dan cognitive abilities.
Setelah tahun 2020, diperkirakan kemampuan kognitif menjadi keterampilan yang paling
dibutuhkan, diikuti system skills, complex problem solving, content skills, dan process skills. Hal
tersebut juga menunjukan bahwa untuk menghadapi era industri 4.0, dibutuhkan SDM yang
memiliki kemampuan kognitif yang fleksibel, logika berpikir yang baik, sensitif terhadap
masalah, kemampuan matematika, dan visualisasi.
“Pergeseran cognitive abilities skill dari posisi kelima menjadi pertama setelah tahun 2020
menjadi menarik dan sekaligus tantangan bagi SDM mengarungi era industri 4.0,” ujar Prof.
Engkus.
Memasuki era industri 4.0 memaksa manusia memasuki dua dunia, yaitu dunia riil dan dunia
virtual. Internet of things  yang merupakan ruh di era ini mengkondisikan manusia secara
personal dan komunal sangat bergantung kepada dunia virtual, yang semakin hari
semakin complicated dan smart.
“Artificial Intelligence menjadi mitra the real brain.  Relasi Artificial Intelligence dengan the
real brain idealnya positif, artinya semakin cerdas AI makan semakin cerdas the real
brain  kita,” ujar Prof. Engkus.
Menurut Prof. Engkus, jika tidak menjadi SDM industri 4.0 yang cerdas (smart), maka bisa jadi
akan menjadi “korban pelengkap penderita”.
“Apakah kita mulai saat ini akan menjadi pelaku SDM industri 4.0 yang cerdas, atau menjadi
korban pelengkap penderita? Jika pilihannya terpaksa sebagai korban, kemungkinan yang terjadi
adalah kita yang riil sekarang ini bukan lagi memasuki dunia virtual, melainkan akan menjadi
‘gaib’, oleh karena eksistensi kita sirna dengan sendirinya. Kita hilang dari peredaran dan
peradaban dunia,” pungkasnya.
Oration 2019
Oration 2019 merupakan seminar komunikasi organisasi ketiga yang digelar Magister Ilmu
Komunikasi Fikom Unpad. Acara secara resmi dibuka oleh Dekan Fikom Unpad Dr. Dadang
Rahmat Hidayat, SH., S.Sos., M.Si.
Tahun ini, seminar mengangkat tema “The Future of Organizational Communication in The Era
Industry 4.0”, dengan subtema: Budaya Organisasi, Iklim Organisasi, Manajemen Konflik,
Kepemimpinan, Birokrasi, Kekuasaan, Arus Komunikasi dan komunikasi organisasi secara
umum.
Acara diikuti oleh 95 pemakalah dari akademisi dan praktisi yang berasal dari seluruh Indonesia.
Artikel yang dipresentasikan telah melalui serangkaian seleksi oleh tim reviewer yang
merupakan pakar di bidang komunikasi organisasi.
“Dengan adanya seminar ini kami berharap pemikiran-pemikiran yang muncul dapat
memberikan solusi taktis dan praktis dalam menghadapi kompleksitas berkomunikasi dalam
berkomunikasi,” harap Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Unpad Dr. Jenny Ratna
Suminar.*
Laporan oleh Artanti Hendriyana/am
http://www.unpad.ac.id/2019/01/hadapi-revolusi-industri-4-0-apa-yang-harus-disiapkan/
Skill yang Harus Dimiliki dalam Menghadapi Revolusi
Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 di depan mata, apakah kamu sudah siap


menghadapinya?

by  Fakhri Fauzan Azhari6 months ago1.7kViews   0Comments


ShareTweet

Sahabat Ublik, pernah membayangkan kehidupan kita di dunia ini ditemani


dengan berbagai robot canggih seperti di film-film? Seperti adanya mobil
otomatis, artificial intellegent, dan berbagai alat robotik lainnya. Nah, para
pakar teknologi meramalkan bahwa pada tahun 2020 dunia akan memasuki
era revolusi industri 4.0, yang mana di era tersebut akan banyak sekali
bermunculan robot canggih yang dilengkapi kecerdasan buatan,
superkomputer, kendaraan otonom, dan serba robotik lainnya.

Nah, seiring dengan masuknya era revolusi industri 4.0, maka tentu
pemanfaatan robot dan kecerdasan buatan itu akan semakin lazim digunakan
dalam proses produksi manufaktur. Memang kalau kita lihat, mungkin akan
terlihat begitu wah dan canggih serta membuat takjub. Namun, di balik itu
semua pasti akan selalu ada dampaknya. Sebagaimana dilansir dari
Teknologi.id, bahwa revolusi industri 4.0 ini akan menyebabkan disrupsi atau
gangguan, tidak hanya di bidang bisnis saja, namun perubahan ke arah
automasi tersebut bisa mendatangkan berbagai dampak kepada para pekerja
industri.

Hal ini berarti akan banyak sekali jenis pekerjaan yang hilang dan tergantikan
oleh fungsi robot canggih. Wah jadi pengangguran dong kita? Tapi tunggu
dulu! hehe. Perubahan di era revolusi industri 4.0 ini memang akan
bermunculannya berbagai robot canggih, tetapi di satu sisi akan muncul pula
kemungkinan berbagai jenis pekerjaan baru yang tak terbayangkan
sebelumnya, sehingga dari adanya revolusi industri 4.0 ini menuntut kita
untuk memliki skill atau kemampuan yang selaras dan mumpuni yang tentu
sangat diperlukan di masa depan.
Lalu, apa saja skill yang harus kita miliki untuk menghadapi era baru ini? Nah,
berikut adalah skill yang harus sahabat Ublik kuasai agar bisa mejadi strategi
menghadapinya.
1.Complex Problem Solving
Apa sih complex problem solving itu? Maksudnya ialah suatu kemampuan
untuk menyelesaikan masalah dengan sistematis. Dimulai dari melakukan
identifikasi, menyeleksi informasi terkait masalah tersebut, melihat dan
menentukan opsi atau solusi, serta mengevaluasinya, guna menyelesaikan
masalah tersebut. Ini sangat penting sekali, apalagi di era digital yang mana
informasi sangat berserakan.
2.Critical Thinking
Yang kedua adalah critical thinking atau bisa kita sebut berpikir kritis dan
tentunya masuk akal. Dari berpikir kritis itu akan membentuk strategi yang
akan meningkatkan hasil dan feedback yang kita harapkan.
3.Creativity

Ini sangat penting sekali, sebuah kreativitas yakni kemampuan untuk


menemukan sesuatu yang unik dan orisinil. Tak harus benar-benar baru, bisa
juga kita berinovasi dari yang sudah ada, yang terpenting sesuatu yang baru
dan unik itu bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

4.People Management
Ya, ini merupakan kemampuan untuk mengatur orang atau bisa kita
sebut leadership. Artinya kita harus mampu mengatur, memimpin, dan
memanfaatkan sumber daya manusia secara tepat sasaran dan efektif. Kalau
tidak apa mau kita nanti diatur oleh robot? Hmm…
5.Coordinating with Other

Sebagai manusia kita merupakan makhluk sosial yang pasti hidup


berkelompok dan bekerja sama dengan orang lain. Maka saling berkordinasi
dengan sesama sangat diperlukan.

Bisakah kita bekerjasama?

6.Emotion Intelligence
Dalam kehidupan sehari-hari, kadangkala kita tak lepas dari emosi. Nah,
untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ini, kita harus mampu mengatur emosi
kita. Karena emotion intelligence atau kecerdasan emosional dimaksudkan
untuk mengatur, menilai, menerima, serta mengontrol emosi untuk diri sendiri
dan orang lain.
7.Judgement and Decision Making

Nah, maksudnya adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan atau


mengambil keputusan dalam kondisi apapun bahkan ketika berada di bawah
tekanan sekalipun. Pokoknya harus siaga mengambil keputusan deh! Hehe.
Jangan menggantung.

8.Service Orientation
Sudah tak asing dengan istilah pelanggan adalah raja? Nah, ini maksudnya.
Kita harus memiliki kemampuan melayani. Service orientation merupakan
kemampuan dan keinginan untuk membantu dan melayani orang lain sebaik
ungkin agar mereka tidak terlalu terbebani. Nah, dengan sikap service
orientation ini, kita akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
orang lain atau pelanggan tanpa mengharapkan penghargaan semata. Kalau
tidak pekerjaan kita diambil robot nih.
Kita pun tak lepas dari negosiasi setiap hari

9.Negotiation

Nah, ini bisa diartikan kemampuan berbicara, bernegosiasi, dan meyakinkan


orang lain dalam aspek pekerjaan. Walaupun sulit tapi ini harus bisa kita
lakukan. Karena sebuah pekerjaan diperlukan kesepakan bersama bukan?
Meskipun tak semua orang secara alami memiliki kemampuan untuk
mengadakan kesepakan yang berbuah hasil. Namun, hal ini dapat kita kuasai
dengan banyak latihan dan pembiasaan diri, yang terpenting kita mau apa
tidak?

10.Cognitive Flexibility
Nah, yang terakhir adalah cognitive flexibility atau fleksibilitas kognitif. Yakni
sebuah kemampuan untuk switch atau pengalihan dalam berpikir sesuai
kebutuhan yang diperlukan. Artinya kita harus mampu menyusun secara
spontan suatu pengetahuan, serta memberi respon untuk dapat
menyesuaikan dengan keperluan dan mengubah tuntutan situasional.
Nah, itulah sahabat Ublik, 10 skill atau kemampuan yang harus kita miliki
guna menghadapi revolusi industri 4.0. Dengan perubahan yang begitu
signifikan dalam kehidupan, maka kita pun harus memiliki kemampuan dan
mampu beradaptasi, karena hanya ada dua pilihan; beradaptasi atau mati!
Mudah-mudahan artikel ini dapat memberikan sahabat Ublik referensi ya,
terima kasih.
SAHABAT KELUARGA-Berusaha mencontoh perilaku Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari
adalah salah satu wujud bahwa kita mencintai dan menghormati Rasul Allah. Dimulai sejak usia dini
supaya perilaku tersebut terbawa saat usia remaja sampai tua. Sikap terpuji Rasulullah SAW sangat
banyak. Bahkan setiap perilakunya sehari-sehari memiliki suri teladan yang mesti dicontoh. Perkataan
dan perbuatan Rasulullah merupakan budi pekerti yang baik. Di antara sifat terpuji Rasulullah, ada 4 sifat
yang mesti kita ajarkan kepada anak-anak kita sejak dini:  
Shiddiq (Jujur) Jujur adalah sikap menyatakan sesuatu sesuai dengan fakta. Kejujuran Rasulullah SAW
sangat terkenal, tidak hanya diakui teman dekatnya, bahkan diakui oleh musuhnya. Ali r.a meriwayatkan
bahwa Abu Jahal berkata kepada Rasululullah SAW, ”Kami tidak mengatakan engkau dusta. Namun,
kami menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.” Beliau selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan
benar. Anak-anak juga seperti itu. Dalam situasi apapun, sifat kejujuran harus dimiliki. Tanda anak hebat
adalah jujur. Sebagai contoh, seorang anak anak, sebut saja namanya Odi ditanya oleh guru. ”Kamu tadi
pagi salat Subuh atau tidak?” Odi menjawab dengan berbohong, ”Iya Bu, saya salat Subuh tadi pagi.” Ibu
guru melanjutkan, ”Jam berapa kamu salat?” Odi berbohong lagi, ”Jam 05.00 Bu.” Ibu guru bertanya lagi,
”Salat sama siapa kamu?” Odi terpaksa berbohong lagi, ”Sama mama, papa, dan adek, Bu.” Hanya
karena berbohong sekali, Odi terpaksa berbohong lagi dan lagi karena guru terus bertanya. Jadi kita tidak
boleh berbohong karena berbohong sekali pun dapat menibulkan kebohongan-kebohongan yang lain dan
menyebabkan kita mendapatkan banyak dosa.  

Amanah (Dapat Dipercaya) Amanah merupakan sikap yang dapat di percaya. Apabila suatu urusan
dipercayakan kepadanya maka dia akan melaksanakan urusan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Sebagaimana Rasulullah SAW diberikan amanah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat
manusia melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya mesti taruhan nyawa, jiwa, dan raga. Rasul
tidak gentar untuk menjalankan amanah itu. Ketika kita berjanji kepada teman, orangtua, saudara,
bahkan kepada musuh sekalipun kita harus tetap menepati janji. Jika kita mengingkarinya berarti tidak
dapat dipercaya. Misalkan, Odi diberikan amanah oleh guru untuk memeberitahu teman-temannya yang
lain untuk mengerjakan tugas. Tetapi dia tidak menyampaikannya. Berarti Odi termasuk orang-orang
yang tidak dapat dipercaya.  

Tabligh (Menyampaikan) Sifat tabligh yang artinya menyampaikan, yaitu sifat wajib Nabi menyampaikan
seluruh ajaran yang diterima dari Allah SWT berupa wahyu kepada umat manusia agar menjadi pedoman
hidup. Rasulullah SAW menyampaikan seluruh ajaran yang diterimanya dari Allah SWT bahkan sampai
yang hal yang terkecil pun sehingga umat manusia mempunyai pedoman dalam kehidupannya.
Kewajiban mencontoh dan menerapkan salah satu sikap Rasulullah yaitu menyampaikan amanah yang
ia dapat kepada orang yang berhak menerima dan tidak satupun tidak sampai kepada alamatnya.
Misalkan, Odi disuruh ibunya untuk menyampaikan dan memberikan titipan uang kepada ibu pemilik
warung. Tetapi dia tidak memberikan uang tersebut, malah menggunakannya untuk jajan. Berarti Odi
tidak menyampaikan amanah yang diberikan oleh ibunya kepadanya.  

Fathonah (Cerdas) Sifat fathonah merupakan sifat yang pasti dimiliki. Kita pahami betapa sulitnya tugas
yang di emban Rasulullah SAW sehingga wajib memiliki sifat cerdas. Rasulullah saw terkenal sebagai
seorang yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan bijaksana. Dalam mengambil keputusan didasari
dengan pertimbangan dan pemikiran  matang. Tugas orangtua sebagai pendidik harus mengondisikan
agar anak rajin belajar agar menjadi anak cerdas dan pandai. Termasuk di dalamnya mendampingi dan
memfasilitasi berbagai kebutuhan penunjang belajar. Jadi dengan meneladani sifat cerdas Rasul, kita
dapat melewati berbagai rintangan dalam kehidapan sehari-hari. Terutama anak-anak.   Keempat sifat
dari Rasulullah yang dipaparkan di atas, merupakan akhlak yang perlu ditanamkan kepada anak sejak
dini. Terlebih dalam situasi seperti saat ini ketika banyak anak bergaul tidak wajar. (Nur Hafidz-
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Relawan
Rumah Kreatif Wadas Kelir).
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?
r=tpost/xview&id=4943

EVENT
 AFFILIATIONNEW

Filly Marta
F OLL OW

Mahasiswa

Mahasiswa tadris matematika


E DU KA SI
Tantangan Revolusi Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0
12 November 2019   22:21 Diperbarui: 12 November 2019   22:22  1  1 0

Identitas Penulis: Filly Marta Saktya Wardhaning Mulya.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Alamat:Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung Telp.(0355)321513,

 Fax.(0355)321656.

Abstrak

Tak bisa dipungkiri lagi, Revolusi Industri 4.0 telah membawa banyak perubahan dalam berbagai
aspek di kehidupan manusia. Salah satunya adalah dalam sistem pendidikan. 

Namun apakah benar sistem pendidikan di Indonesia sudah berkembang sesuai dengan Era
Revolusi Industri 4.0 ini? Atau kah sistem pendidikan di Indonesia masih tetap berjalan di
tempat dengan tetap menggunakan sistem pendidikan yang sudah ketinggalan jaman? Artikel ini
bertujuan untuk memaparkan tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh sistem pendidikan di
Indonesia agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten serta dapat bersaing
dan berkonstribusi secara global. 

Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Di Indonesia, kesiapan menghadapi
tantangan pendidikan era revolusi industri 4.0 yang terus melaju pesat adalah segera
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia di Indonesia melalui
pendidikan dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai
pendorong kemajuan pendidikan berbasis teknologi. Agar revolusi pendidikan di Indonesia dapat
sejalan dengan revolusi industri 4.0 maka kurikulum yang digunakan harus mengacu pada
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, internet of things, big data dan
komputer, serta kewirausahaan dan magang. Ini semua perlu agar dapat menghasilkan lulusan
yang terampil di bidang literasi, literasi teknologi, dan literasi manusia. Beberapa solusi lain
yang bisa dilakukan untuk menghadapi era revolusi 4.0 ini antara lain, kesesuaian kurikulum dan
kebijakan dalam pendidikan, kesiapan sumber daya manusia dalam memanfaatkan Information
Communication Technologies, mengoptimalkan kemampuan peserta didik, dan mengembangkan
nilai - nilai (karakter) peserta didik, serta  dan kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran
berbasis digital.

Kata Kunci: Pendidikan, Revolusi Pendidikan, Revolusi Industri 4.0


Pendahuluan

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri generasi ke empat (Revolusi Industri 4.0)
yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan  sistem digital,
kecerdasan artifisial, dan virtual. Dengan semakin konvergennya batas antara manusia, mesin,
teknologi informasi dan komunikasi dan sumber daya lainnya, tentu berimbas pula pada berbagai
sektor kehidupan. Salah satunya yakni berdampak terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Perubahan era ini tidak dapat dihindari oleh siapapun sehingga dibutuhkan persiapan yang
matang dan memadai agar siap menghadapi tantangan jaman dan mampu bersaing dalam skala
global. Salah satu persiapan yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar dan menengah hingga ke
perguruan tinggi. Hal ini merupakan salah satu kunci untuk mampu mengikuti perkembangan
Revolusi Industri 4.0.  

Dalam situasi ini, setiap lembaga pendidikan harus mempersiapkan oritentasi dan literasi baru
dalam bidang pendidikan. Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan matematika harus
diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu literasi data, teknologi dan sumber daya
manusia. Literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi
dari data dalam dunia digital. Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami
sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber daya
manusia,yakni kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter. Selain itu,
seluruh stakeholders baik orangtua, siswa, staf pengajar, pengelola sistem pendidikan dan
masyarakat, perlu mendapat informasi yang cukup tentang seberapa baik sistem pendidikan di
negaranya dalam mempersiapkan peserta didik untuk dapat bertahan hidup. Asesment dan
evaluasi disertai dengan insentif yang tepat dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik,
memotivasi guru untuk mengajar secara lebih efektif, dan memotivasi sekolah-sekolah menjadi
lingkungan yang lebih mendukung dan lebih produktif menjadi tugas manajemen pendidikan ke
depan.

Pendidikan 4.0 adalah respons terhadap kebutuhan Revolusi Industri 4.0 di mana manusia dan
teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-peluang baru dengan kreatif dan inovatif.

Metodologi Penelitian : Artikel ini menggunakan metode studi pustaka. Sumber data diperoleh
dari jurnal dan referensi lainnya seperti artikel yang berkaitan dengan pola budaya pendidikan
karakter dan sistem pendidikan di Indonesia dan Jepang.

Hasil dan Analisis

Pendidikan umum memberikan landasan kuat  kepada  peserta  didik  untuk menjadi sumber
daya manusia  (SDM)  yang  tidak  hanya berbicara  tentang agama, melainkan berfikir,
berperasaan, berkesadaran, bertindak, berperilaku dan beramal sesuai dengan agama yang dianut
masing-masing. Pendidikan umum  bertujuan memanusiakan  manusia" (Mulyana, 2008).
Tantangan pada dunia pendidikan dalam menghadapi industri 4 adalah penanaman nilai-nilai
pendidikan yang perlu dikembangkan. Pendidikan nilai mengajarkan generasi muda tentang
value dan moral yang seharusnya dimiliki. Pendidikan nilai ditujukan untuk mencegah antara
lain meningkatnya kasus kejahatan, degradasi moral dan penggunaan obat-obatan terlarang oleh
generasi muda. Melalui pembelajaran berbasis nilai diharapkan siswa dapat menentukan nilai
baik dan buruk dalam kehidupan sehingga  dapat  memilih  nilai  yang  baik  untuk   peningkatan
kualitas hidupnya di dalam masyarakat.

Dalam merespon perkembangan teknologi, kendala utama yang dihadapi pendidikan di


Indonesia ada pada daerah terisolir terluar dan terpinggir, yaitu berbagai macam tantangan agar
pendidikan di indonesia merata dan dapat dinikmati semua pihak.

Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya
pada perguruan tinggi yang mencetak generasi yang inovatif dan produktif adalah :

Kurangnya sistim pembelajaran yang inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum
pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information
Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic,
mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi
yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and
human literacy.

Belum adanya Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan
responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program
studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti
sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan
mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di
pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.

Masih kurangnya terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung revolusi Industri
4.0 untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi,
Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.

Masih kurangnya Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan
produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Adanya tantangan dalam bentuk sebuah permasalahan sebisa mungkin diiringi dengan solusi
untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dunia pendidikan saat ini mulai disibukkan untuk
menyiapkan generasi yang mampu bertahan dalam kompetisi di era revolusi industri 4.0.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam pembahasan ini solusi dari tantangan pendidikan di era
revolusi industri 4 sebagai berikut :

Kesesuaian kurikulum dan kebijakan pendidikan di Indonesia.


Kesesuian kurikulum dan kebijakan pendidikan dapat dilihat salah satunya melalui kompetensi
yang dimiliki oleh lulusan pendidikan. Agar revolusi pendidikan di Indonesia dapat sejalan
dengan revolusi industri 4.0 maka kurikulum yang digunakan harus mengacu pada pembelajaran
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, internet of things, big data dan komputer, serta
kewirausahaan dan magang.

Kesiapan SDM dalam Pemanfaatan ICT (Information Communication Technologies).

Saat ini, menyiapkan semua sistem pendidikan yang ditujukan untuk memaksimalkan
kemampuan yang dimiliki generasi milinieal tentunya tidak bisa lepas dengan peralatan
teknologi terkini. Oleh karena itu, solusi dalam bidang pendidikan yang berkaitan dengan
tantangan di era revolusi industri 4.0 akan selalu berkaitan dengan kesiapan sumber daya
manusia dan sarana prasarana sebagai pengguna ICT. Begitu pula dalam pembelajaran, untuk
melibatkan dan mengajar siswa millennial secara efektif, sistem sekolah harus dilengkapi dengan
prasyarat sumber daya manusia yang memiliki kemampuan penggunaan peralatan teknologi.
Kemampuan yang dimaksud yaitu kemampuan dalam menggunakan ICT sehingga mampu
mendampingi dan mengajarkan siswa dengan memanfaatkan ICT. Memiliki ketrampilan ICT
juga harus diiringi dengan pemahaman bahwa ICT untuk dimanfaatkan dalam memperoleh hasil
belajar yang positif.

Kesiapan SDM dalam mengoptimalkan kemampuan dan karakter siswa.

Solusi lain untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 yaitu dari segi
kemampuan dan pembentukkan karakter siswa. Hal ini tentu tak lepas dari tujuan pendidikan era
revolusi indutri 4.0 untuk memperoleh lulusan pendidikan yang kompeten, bukan hanya mampu
memanfaatkan ICT tetapi juga mampu kompeten dalam kemapuan literasi, berpikir kritis,
memecahkan masalah, komunikasi, kolaborasi, dan memiliki kualitas karakter yang baik. Pada
era revolusi industri 4.0, pembelajaran diharapkan lebih banyak memberikan kesempatan pada
siswa untuk kreatif, memecahkan masalah, mengoptimalkan kemampuan literasi dan numeracy,
kolaborasi, dan  berpikir kritis.

Selain kemampuan kognitif siswa, karakter atau pengembangan nilai pada diri siswa juga sangat
dibutuhkan. Hal itulah yang membedakan antara manusia dengan robot atau mesin. Harus ada
pembedaan antara manusia dengan mesin, sehingga apapun yang terjadi dengan perubahan
zaman, manusia tetap dibutuhkan dalam dunia kerja. Oleh karena itu, pendidikan di era revolusi
industri 4.0 harus mampu mencetak siswa yang berkarakter sehingga tidak hanya bertahan pada
zamannya tetapi juga mampu mengkritisi zaman.

Adanya kurikulum dan kebijakan yang mendukung, SDM,serta sarana,  dan prarasana
merupakan hal -- hal yang saling berkaitan. Kebijakan yang baik tidak akan menjadi solusi
apabila tidak didukung dengan SDM yang kompeten dan sarana prasarana yang memadai. Begitu
pula, adanya sarana prasarana yang baik tidak akan membawa manfaat untuk mengatasi
tantangan yang ada jika tidak didukung dengan SDM yang kompeten dan kebijakan yang baik.
Kesimpulan

Di Indonesia kesiapan menghadapi tantangan pendidikan era revolusi industri 4.0 adalah segera
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia Indonesia melalui pendidikan
dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai pendorong
kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi di Indonesia untuk menjawab tantangan
Revolusi Industri 4.0 yang terus melaju pesat. Kebijakan manajemen pendidikan di Indonesia
saat ini mendorong seluruh level pendidikan, terutama pendidikan tinggi untuk memanfaatkan
kemajuan teknologi digital dan komputasi pendidikan era revolusi industri 4.0. Beberapa solusi
yang bisa dilakukan antara lain, 1) kesesuaian kurikulum dan kebijakan dalam pendidikan, 2)
kesiapan SDM dalam memanfaatkan ICT, mengoptimalkan kemampuan peserta didik, dan
mengembangkan nilai - nilai (karakter) peserta didik, serta 3) kesiapan sarana dan prasarana
pendidikan.

Saran

Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 ini, sebaiknya negara Indonesia secepatnya
mempersiapkan diri dan mulai merombak sistem pendidikannya sehingga sesuai dengan eranya.
Jika sistem pendidikan di Indonesia tetap menggunakan sistem pendidikan yang kuno dan
revolusi pendidikan ini tidak secepatnya dilakukan maka ditakutkan lulusan yang dihasilkan
hanya akan bagus dalam bidang akademik saja namun tidak akan dapat bersaing secara global
karena saat ini dunia tidak hanya butuh kemampuan akademik saja namun juga kreatifitas dan
juga inovasi.

Referensi

Mulyana, D., dan Rakhmat. (2008). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosdakarya

Chai dan Chain. (2016). Professional Learning For 21st Century Education. Journal Computer
Education, 4 (1) 1 -- 4.

Syamsuar dan Reflianto. (2019). Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi di Era Revolusi Industri 4.0. Padang.

Lase, Delipiter. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Ambon

Anda mungkin juga menyukai