Gambar 1
Deskripsi permintaan industri sepatu pria, tetapi diberikan sekolah
sepatu wanita maka yang terjadi ketimpangan dan kepincangan
Stop hal tersebut terjadi berlarut-larut, jika tidak dampaknya sangat besar
yakni peserta didik lulusan SMK tidak laku di pasar industri, perlu terobosan
baru yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan industri agar tujuan
pendidikan di SMK sesuai dan tepat sasaran yaitu siap memenuhi kebutuhan
industri dengan menyiapkan calon-calon tenaga kerja siap pakai dan memiliki
karakter yang berbudaya industri sehingga langsung dapat beradaptasi,
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan barunya, tanpa waktu yang
lama, inilah yang disebut siap kerja.
B. Langkah-langkah dan Strategi Mengatasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas perlu kiranya dilakukan
refleksi terhadap peran dan fungsi kepala sekolah, agar lebih dekat dengan
pihak industri terutama dalam menjalin komunikasi, sebagai salah satu cara
pendekatan emosional antara sekolah dan industri. Mungkin hal ini sudah
banyak dilakukan oleh kepala sekolah namun intensitasnya kurang, hanya
dilakukan diawal-awal kerjasama tanpa kontinuitas berkunjung ke perusahaan
atau sekedar “say halo” ke HRD sebagai bentuk jalannya komunikasi.
Seorang kepala sekolah tentunya sudah mengetahui tugas pokok dan
fungsinya sebagai seorang manager yakni dituntut untuk dapat
mengembangkan sekolahnya, dengan demikian harus memiliki sifat visioner
dalam menentukan strategi dan langkah-langkah pengembangannya, jika tidak
akan terkalahkan dengan sekolah yang sudah maju dan sekolah baru, perlu
inovasi dan ide-ide kreatif dalam managerial kepemimpinannya dan ditambah
kepiawaiannya dalam melobi atau public speaking.
Adapun langkah-langkah dan strategi dalam mengatasi permasalahan di
atas yang sudah penulis lakukan sebagai berikut:
1. Kunjungan Kepala Sekolah Ke Industri
Sebelum melakukan kunjungan ke industri tentunya kepala sekolah
masih blank tentang perusahaan yang akan dikunjunginya, atau bahkan
belum dapat nomor kontak pimpinan perusahaannya, untuk itu ada
beberapa hal yang harus dilakukan :
a. Cari call center nomor telepon perusahaan di website
b. Cari call center nomor telepon perusahaan ke Pengelola Kawasan
Industri
c. Jika sudah dapat nomor teleponnya hubungi dan jika belum ada respon
ulangi hingga direspon
d. Saat mendapat respon pertama, kenalkan diri dan minta jadwal
kunjungan untuk bisa bertemu dengan HRD perusahaan
e. Sebelum bertemu pelajari data perusahaan tersebut mengenai, sejarah,
lokasi, cabangnya dimana saja, vendornya, dan memproduksi apa,
sehingga saat pertemuan membuat kesan yang baik atau responsive
f. Saat pertemuan biarkan pihak perusahaan bicara lebih awal, dan lebih
banyak
g. Biasanya dari perusahaan memberikan kartu nama (saat menerima
kartu nama tersebut tatap mata HRD (eyes contact) sambil ucapkan
terimakasih, dan lihat kartu nama tersebut beberapa saat, letakan di
meja di depan kita, jangan langsung disimpan di saku atau di dalam
buku
h. Kemudian berikan kartu nama anda juga
i. Selanjutnya perkenalkan diri dan nama sekolah, maksud dan tujuan
j. Sampaikan ucapan terimaksih yang sangat terdalam karena telah
diperkenankan bisa melakukan pertemuan
k. Menyampaikan secara singkat kebijakan pemerintah tentang peraturan
PKL dan sinergitasnya dengan perusahaan
l. Jika diperkenankan untuk presentasi school profile buat dan siapkan
dengan slide menarik dan public speaking yang komunikatif dan tidak
menggurui
m. Tutup pembicaraan dengan yang menyanjung perusahaan ataupun
HRD. Contoh “ Demikian sekilas profile sekolah kami, mohon arahan
dan masukan dari Bapak/ibu demi perbaikan kami kedepannya”.
Pertemuan ini merupakan kebanggan buat kami, karena bisa bertemu
langsung dengan Bapak/Ibu HRD yang super luar biasa sibuknya.
Terimakasih atas waktu yang diberikannya untuk kami. Semoga kami
masih bisa diperkenankan berkunjung kembali demi anak-anak negeri
dalam mendukung program vokasi”.
n. Selesai foto Bersama, dan memberikan cinderamata atau kenang-
kenangan
Dari paparan di atas bisa saja sistematis atau alur dialognya dimulai
oleh kepala sekolah, yang terpenting tidak ada komunikasi yang terputus,
sikap dan penampilan merupakan performance modal awal untuk
meyakinkan pihak perusahaan, siapkan kartu nama dengan desain yang
sederhana tapi istimewa.
Gambar 2
Kunjungan ke Industri dalam Rangka Perkenalan Sekolah dan
Negosiasi untuk MoU
Gambar 3
Aktivitas Kunjungan Industri
3. Strategi Penerapan Budaya Industri di Sekolah
Setelah melaksanakan kunjungan industri keperusahaan sekolah
seharusnya segera mengimplementasikan budaya industri di sekolah,
sehingga program tersebut dapat berjalan dengan efektif, bukan sekadar
seremonial dan menunaikan kewajiban saja tanpa ada tindak lanjutnya bagi
sekolah. Begitupun pada saat penerepan tersebut akan dilakukan tentunya
harus disepakati oleh seluruh warga sekolah, dengan diawali sosialisasi
aturan perihal penerapan budaya industri secara terintegrasi dalam
pembiasaan sehari-hari di lingkungan sekolah. Semua harus berkomitmen
tanpa terkecuali termasuk kepala sekolah wajib melaksanakan aturan
budaya industri yang diterapkan, bahkan peran dan fungsi kepala sekolah
sebagai role model bagi guru-guru dan peserta didiknya yang dapat
menggerakan berjalan atau tidaknya suatu aturan.
Adapun budaya-budaya industri yang bisa diterapkan disekolah cukup
banyak diantaranya :
a. Membudayakan Safety Riding
Safety riding atau keamanan dalam berkendara ialah usaha yang
dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan
keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi yang
mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain serta
menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita dan
pemahaman akan pencegahan serta penanggulangannya.
Dari pengertian tersebut di atas tentunya sosialisasi dan
pelaksanaan kegiatan safety riding harus digalakan diseluruh bidang
dan segmen mengingat besarnya data kecelakaan berlalulintas pada
tahun 2019, yakni 116.411 kejadian. Berdasarkan usia, angka
kecelakaan terbanyak diusia 20-24 tahun, sementara peringkat kedua
usia 15-19 tahun, dari usia tersebut angka kecelakaan tertinggi
disumbangkan pelajar, mahasiswa dan pekerja muda yakni 56.187 jiwa
atau 43,06%.
Perlu digarisbawahi dari data di atas bahwa siswa sekolah atau
pelajar merupakan penyumbang terbanyak di susul mahasiswa dan
karyawan, tentunya ini harus menjadi perhatian penting bagi kepala
sekolah sebagai pemegang kebijkan. Agar dapat menekan angka
kecelakan dan korban jiwa dari para pelajar, sangat miris dan ironis jika
sekolah tidak mau ambil bagian dalam mengguide peserta didiknya
terhadap safety riding, sama juga halnya sekolah membiarkan peserta
didiknya celaka dan meninggal tanpa ada kepedulian bertindak sebagai
preventif awal.
Diperusahaan saja yang nota bene adalah karyawan yang sudah
dewasa dan faham serta sudah stabil dalam pengendalian emosionalnya
masih diajarkan tentang safety riding, karena perusahaan memnadang
bahwa karyawan adalah asset berharga, untuk itu perlu dilindungi
kesehatannya. jiwa dan raganya sebagai bentuk kepedulian antar
sesama.
Riskan apa yang terjadi disekolah, justru sebaliknya sekolah
sebagian besar tidak peduli dan belum berpikir sampai seperti di
perusahaan, mungkin lepas tangan, itu bukan tugas sekolah, tugasnya
kepolisian dan orang tua yang membiarkan anaknya mengendarai
sepeda motor, lagi-lagi terjadi lempar tanggung jawab.
Baiklah permasalahan di atas kita tinggalkan saja karena sudah
tidak jaman lagi dan relevan, orang tua sekarang sudah cerdas dan tahu
mana sekolah yang tulus memberikan pelayan prima dan mana sekolah
yang asal-asalan saja. Ketika dihadapkan pada persoalan ini baru
sekolah tersadar jika lambat-laun peminat atau pendaftarnya berkurang
dikarenakan pelayanan terhadap peserta didik dan orang tua siswa tidak
baik.
Marilah berpikir bahwa siswa adalah asset sekolah, dan asset
negara jika siswa merupakan asset berarti sekolah wajib melindungi
dari apapun itu, termasuk kecelakaan lalulintas. Adapun langkah-
langkah penerapan safety rinding sekolah yaitu:
❖ Pada saat pertemuan awal dengan orang tua siswa sekolah
menyampaikan kebijakannya tentang penggunaan kendaraan
sepeda motor, bahwa sekolah tidak mewajibkan siswanya untuk
membawa sepeda motor, jika orang tua dan siswa berinisiatif
membawa sepeda motor sekolah pun tidak melarang, dan jika
dijalan terdapat razia dan terjadi sesuatu itu tanggung jawab orang
tua
❖ Saat membawa kendaraan sepeda motor yang boleh masuk
parkiran sekolah adalah yang sesuai standar pabrikan, harus
lengkap tidak dan dimodifikasi
❖ Motor yang sudah dinyatakan standar maka akan diberikan stiker
logo sekolah
❖ Membawa STNK kendaraan
❖ Memakai kelengkapan safety riding (Helm SNI, Sepatu safety,
Jaket, dan Sarung tangan)
❖ Sepeda motor yang tidak sesuai standar pabrikan akan dipisahkan
parkirannya dan akan dipanggil orang tuanya
❖ Parkir menghadap arah jalan, sehingga saat terjadi bencana kendara
bisa cepat diamankan
Gambar 4
Memasuki Gerbang Sekoah
Gambar 5
Pengecekan STNK, Kelengkapan Safety Riding dan
Atribut Sekolah
Gambar 6
Posisi Parkir Sepeda Motor Siswa
c. Membudayakan Green Line atau Jalur Pejalan Kaki
Dibuatnya jalur pejalan kaki diperusahaan tentunya bukan hanya
sekedar saja, melainkan memiliki fungsi vital, hal tersebut yang
menjadi wajib dan wajib ada disetiap perusahaan. Berikut alasan
mengapa perlu adanya jalur pejalan kaki di perusahaan, Pertama,
sebagai standar operasional yang telah diatur dalam undang-undang
yang dibuat oleh kementerian pekerjaan umum, No. 03/PRT/M/2014,
pada bab 3 pasal 10 ayat d tentang ketersediaan jalur hijau bagi pejalan
kaki. Kedua, sebagai keamanan dan keselamatan bagi pejalan kaki di
area perusahaan karena begitu padatnya aktivitas dan hilir-mudik
kendaraan. Ketiga, agar tidak mengganggu aktivitas di perusahaan,
sebagaimana diketahui bahwa perusahaan adalah tempat untuk
memproduksi berbagai macam barang atau produk sehingga aktivitas
manusia sangat super sibuk, adanya green line tersebut agar aktivitas
tersebut tidak terganggu.
Penjelasan terkait greenline di atas, harus ditangkap dan diserap
langsung oleh pemegang kebijakan di sekolah terutama SMK, bahwa
budaya industri terkait jalan sudah diatur dalam SOP perusahaan dan
ada ketentuan aturannya. Sebagai tindaklanjut dalam pembentukan dan
pembiasaan sikap peserta didik agar melakukan hal-hal yang ada di
industri, karena vatal jika tidak diajarkan dibiasakan dan dipraktikan
dalam kesehariannya di sekolah.
Jalur pejalan kaki yang dibuat oleh sekolah dalam rangka
menerapkan pembiasan budaya industri di sekolah harus benar-benar
dilaksanakan oleh semua warga sekolah, agar pembuatan jalur tersebut
benar-benar bermanfaat dan realistis atau ada hasilnya terhadap
perubahan kebiasaan siswa. Namun banyak sekolah yang sudah
membuat jalur pejalan kaki tetapi tetap saja tidak berjalan dijalur
tersebut, hal ini dikarenakan kebijakan sekolah yang kurang tegas, bisa
saja hanya sebagai simbolis, diberlakukan hanya kepada siswa saja
sehingga lama-kelamaan siswa melihat gurunya tidak berjalan pada line
akhirnya mengikutinya.
Sehingga saat mereka berkunjung ke perusahaan, bahkan saat
mengikuti panggilan tes diperusahaan berjalan tanpa mengikuti line
alias semaunya, tanpa disadari bahwa saat itu telah dilakukan penilaian
sikap terhadap para peserta tes. Karena terlihat kamera CCTV tidak
disiplin akhirnya tidak lolos, penerapan budaya industri membutuhkan
kesadaran dan pembiasaan, sekali lagi jika tidak dibiasakan mustahil
akan terbentuk.
Gambar 7
Gambar 8
Siswa saat menaiki tangga dengan tertib dan rapih
Gambar 9
Seluruh Siswa Wajib Menggunakan Sepatu Safety
Gambar 10
Pengarahan LDKS
Gambar 11
Kegiatan Penerapan Budaya 5S
h. Budaya 4 C ( Critical, Comunication, Collaboration, Creativity)
Menghadapi era revolusi industri 4.0 bukan merupakan perkara
mudah. Hal ini harus disongsong dengan mempersiapkan sumberdaya
manusia yang adaptif dengan tuntutan era revolusi industri 4.0.
Peranan lembaga pendidikan termasuk di dalamnya SMK, memegang
peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yaitu
dengan meningkatkan kompetensi lulusan yang memiliki keterampilan
sesuai tuntutan abad 21 (learning and inovation skill) di samping
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang
digeluti (Zubaidah, 2018). Karena trend abad 21 lebih berfokus pada
spesialisasi tertentu, maka tujuan pendidikan di SMK harus diarahkan
pada upaya membekali lulusan memiliki keterampilan abad 21.
Keterampilan abad 21 yang dimaksudkan adalah setiap orang
menguasai 4C yang merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan
dalam kehidupan di masyarakat pada abad 21 ini.
Keempat skill/keterampilan tersebut juga diterapkan dalam
pendidikan nasional kita, walaupun masih banyak kendala yang
dihadapi oleh para pendidik namun setidaknya hal tersebut merupakan
satu langkah positif khususnya dalam meningkatkan pola pikir dari
masyarakat kita. Penerapan 4 C’s dalam proses pembelajaran di SMK
Ananda Mitra Industri deltamas sebagai berikut :
1. Critical thinking (Berpikir kritis)
Melihat masalah dengan cara baru dan menghubungkan
pembelajaran lintas mata pelajaran dan disiplin ilmu. Contoh dalam
proses pembelajaran guru menunjukkan 4 gambar benda yang
mendukung mereka untuk belajar, minta siswa untuk memilih salah
satu gambar dan kemukakan alasannya sedetail mungkin.
Cara lain, dengan membuat soal yang jawabannya lebih dari satu
jawaban yang benar sehingga siswa terbiasa memberikan jawaban dari
perspektif yang berbeda. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk
pola pikir peserta didik untuk berpikir kristis dengan memandang
sebuah jawaban dari perspektif yang berbeda dan bukan seperti
pendidikan kita selama ini yang hanya diminta memilih satu jawaban
yang benar, dimana pada akhirnya jika ada pendapat orang lain yang
berbeda dianggap kesalahan padahal setiap manusia memiliki persfektif
yang berbeda dalam melihat sesuatu hal.
2. Communication (Komunikasi)
Siswa berbagi pemikiran, penyampaian ide, pertanyaan, dan
Solusi. Di zaman teknologi canggih saat ini membuat komunikasi jauh
lebih mudah, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk berkomunikasi
dengan orang lain tetapi kita juga tidak boleh untuk mengesampingkan
komunikasi secara langsung dengan tidak melibatkan teknologi. Untuk
penerpannya siswa melakukan presentasi skill menggunak powerpoint
di hadapan HRD dan Guru-Guru penguji laporan PKL.
3. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi di dalam proses pembelajaran, dapat kita mulai dengan
menggunakan metode pembelajaran project base learning. Dengan
metode ini siswa akan saling berkolaborasi untuk mengerjakan proyek
yang telah ditentukan oleh Guru dan tentunya komunikasi juga akan
muncul disana karena setelah proyek selesai peserta didik akan
mempresentasikan hasil proyek mereka di depan Guru dan rekan-rekan
mereka. Penerapan skill ini guru produktif wajib menggunakan metode
project base lerarning
4. Creativity (Kreativitas)
Mengasah kreativitas pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan sederhana, tidak perlu mahal tetapi mampu menggali
kreativitas mereka, salah satu contohnya, Guru mempersiapkan sedotan
plastik, solasi, dan gunting. Minta peserta didik untuk membuat sebuah
benda yang paling bagus menurut mereka, dan membuat suatu produk
yang kemudian diadakan kegiatan market day hasil karya mereka.
Gambar 12
Kegiatan Penerapan Budaya 4 CS
C. Capaian Prestasi
Strategi penerapan budaya industri di sekolah berdampak positif terhadap
kepercayaan industri khususnya para pimpinan perusahaan terhadap karakter
dan budaya sekolah yang melekat dengan budaya industri, dan kepercayaan
masyarakat khususnya orang tua karena anak-anaknya diterima PKL dan
bekerja diperusahaan dicarikan dan difasilitasi oleh sekolah.
Alhamdulillah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini SMK Ananda
Mitra Industri Deltamas sudah menjalin kerjasama dengan berbagai
perusahaan-perusahaan besar kelas dunia, sehingga pada saat pelaksanaan
praktik kerja industri sekolah tidak kesulitan dalam menempatkan siswa-
siswinya diindustri, karena pada saat kunjungan ke industri pihak perusahaan
langsung jatuh cinta terhadap karakter dan sikap anak-anak yang ternyata
sudah paham dan terbiasa terhadap budaya-budaya di tempat kerja.
Sekolah juga senantiasa berusaha mempromosikan sekolah ke
perusahaan-perusahaan dengan cara menyampaikan school profile, baik
melalui presentasi kepada para HRD maupun membagikan buku tentang profil
sekolah yang dicetak dengan sebagus mungkin. Rasa ketertaikan dan penasaran
mereka (HRD) ingin tahu dan ingin datang untuk membuktikan benar atau
tidaknya secara real pelaksanaan budaya industri di sekolah dan sekaligus
survey sebelum melakukan kerjasama. Adapun data perusahaan yang telah
bekerja sama sebagai berikut:
Ini merupakan prestasi bagi kami, pada bulan April 2021 disaat masih
pandemic seperti ini perusahaan sangat percaya terhadap lulusan kami bagi
peminatan kerja sudah 85,75% diterima perusahaan dan yang langsung
bekerja, sementara ada juga yang menunggu panggilan kerja tetapi sudah
diterima diperusahaan tersebut.
Sulitnya peluang kerja dimasa pandemic sangat menghantui pikiran-
pikiran peserta didik kami dikarenakan banyak tenaga kerja yang terkena
dampaknya, yakni banyak yang dirumahkan bahkan dilakukan
pengurangan atau PHK, tetapi ada beberapa perusahaan yang memang
membutuhkan tenaga kerja tetapi jumlahnya masih dapat dihitung.
Semoga pandemic segera berakhir dan target hingga bulan Juni 2021,
sisa 14,25% lagi dapat terserap dikarenakan ada beberapa siswa yang
memang usianya kurang dari 18 tahun sehingga harus menunggu genap 18
tahun. Hingga penulisan praktik baik ini ditulis pada bulan Oktober
akhirnya alumni Angkatan pertama sudah terserap 100% bekerja di
industri, bahkan Angkatan keduapun yang belum lulus sudah mulai dipesan
perusahaan.
Data Penenpatan Keterserapan Siswa Di Perusahaan
D. Faktor Pendukung
Untuk mencapai keterserapan siswa 100% diperusahaan perlu kerja keras dan
dukungan dari seluruh guru dan karyawan serta orang tua, Adapun faktor
pendukung yang relevan yaitu:
1. Di wilayah Bekasi banyak Kawasan industri
2. Support dari perusahaan yang sudah MoU
3. Guru-guru mau bekerja keras dan kompak
4. Komite sekolah selalu mendukung program sekolah
E. Faktor Penghambat
Setiap usaha apapun yang dilakukan sudah pasti akan ada penghalang dalam
suatu kegiatan, tergantung bagaimana kita menyikapinya apakah menjadi
penghambat atau tantangan buat kita. Hampir dibilang tidak ada penghambat
dalam menerapkan strategi budaya industri di sekolah, hanya kemauan dan
keinginan keras dari dalam jiwalah yang dapat mengalahkan kemalasan dan
kekurang yakinan. Jika ditolak perusahaan atau lama dalam merespon balasan
untuk pertemuan itu hal wajar, dan terus lakukan komunikasi, komunikasi,
komunikasi, hingga akhirnya bisa bertemu dan deal.
F. Kesimpulan
Dari pemaran di atas dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya:1.
1. Penerapan strategi budaya industri di sekolah terbukti dapat meningkatkan
kepercayaan perusahaan terhadap kualitas karakter, budaya industri, yang
dilaksanakan sekolah sehingga perusahaan mau menerima lulusan
walaupun dimasa pandemic hingga keterserapan 100% sebelum kelulusan.
2. Masyarakat dan orang tua semakin percaya terhadap program yang
dijalankan sekolah, karena memberikan efek positif nyata pada karakter
anaknya
3. Dapat mengurangi resiko kecelakaan lalulintas pada siswa melalui program
safety riding, dan mengurangi kecalakaan kerja pada saat siswa PKL
4. Sekolah menjadi lebih rapi, nyaman dan bersih sehingga semua warga
sekolah nyaman dan Bahagia
DAFTAR PUSTAKA