Anda di halaman 1dari 33

PENERAPAN BUDAYA INDUSTRI DI SEKOLAH UPAYA 100% SISWA

DITERIMA INDUSTRI SEBELUM KELULUSAN


Abdul Rokib
SMK Ananda Mitra Industri Deltamas Bekasi Jawa Barat
Abdulrokib79i@yahoo.co.id
Putraciketing79i@gmail.com

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan tempat bagi anak-anak belajar, dididik, dibina, dilatih,
dan ditempa berbagai ilmu pengetahuan, bersosialisasi, berinteraksi dan
pengembangan karakter positif. Sehingga mereka akan mengalami suatu proses
metamorfhosis atau perubahan signifikan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak baik menjadi baik, dari tidak berkarakter menjadi berkarakter dan dari
tidak berbudaya menjadi berbudaya.
Sekolah menengah kejuruan atau yang kita kenal dengan SMK merupakan
sekolah yang memerlukan sentuhan khusus dalam mempersiapkan peserta
didiknya, dikarenakan banyak melibatkan instansi-instansi lain dalam proses
pendewasaannya. Jika tidak menerapkan pola-pola baru, pendekatan baru, dan
melibatkan pihak lain terutama dunia industri dan dunia usaha niscaya
lulusannya akan menjadi penyumbang pengangguran.
SMK yang notabene lulusannya siap kerja hingga saat ini masih kalah
bersaing dengan lulusan SMA, bahkan menurut data statistik SMK merupakan
penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Ironis sekali dan sangat
memukul bagi kita selaku kepala sekolah yang merupakan stakeholder digarda
terdepan pendidikan, jika mendengar informasi tersebut. selayaknya dan telah
menjadi tugas bersama dalam meningkatkan mutu lulusan peserta didik agar
bisa terserap di dunia industri dan dunia usaha, tugas kepala sekolah yakni
melakukan suatu perubahan dasar dengan mengevaluasi proses dan langkah-
langkah yang telah dilakukan dalam mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja
kepada peserta didik.
Proses pembelajaran dengan muatan kompetensi yang tertuang dalam
kurikulum di sekolah terkadang berbeda dengan kebutuhan di industri, hal ini
sering dilupakan oleh kepala sekolah, bahkan banyak diantara kita yang dengan
duduk manis dikursi jabatannya tidak mau memutar sedikit otaknya untuk
melakukan perubahan dan pendekatan ke pihak industri dengan turun langsung
untuk berkoordinasi terhadap apa yang dibutuhkan industri, kebanyakan hanya
mengirim Wakil Hubinnya ke industri, sehingga tidak mengetahui apa yang
diinginkan oleh industri ke sekolah.
Mispersepsi dan misinformasi terjadi layaknya dua orang yang berbeda
tujuannya padahal seharusnya sama, tetapi dengan kondisi seperti itu tidak
mungkin terjadi satu tujuan yang sama. Jika dianalogikan sekolah dan industri
sama-sama menciptakan atau membuat produk sepatu, tetapi sekolah membuat
sepatu perempuan sedangkan industri membuat sepatu pria. Hal ini sangat jauh
dari harapan jika seseorang menggunakan dua sepatu yang berbeda, kaki kiri
memakai sepatu perempuan dan kaki kanan memakai sepatu pria.
Ketimpangan dan kepincangan akan terjadi jika dipaksakan untuk dipakai,
satu sisi perusahaan menginginkan sepatu tersebut bisa digunakan dan diajak
berlari kencang dalam memenuhi target dan kebutuhan konsumennya, disisi
lain sekolah tidak menyediakan sepatu yang bisa digunakan untuk berlari, atau
dengan kata lain tidak dapat memberikan dan mempersiapkan hal yang
dibutuhkan industri.

Gambar 1
Deskripsi permintaan industri sepatu pria, tetapi diberikan sekolah
sepatu wanita maka yang terjadi ketimpangan dan kepincangan
Stop hal tersebut terjadi berlarut-larut, jika tidak dampaknya sangat besar
yakni peserta didik lulusan SMK tidak laku di pasar industri, perlu terobosan
baru yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan industri agar tujuan
pendidikan di SMK sesuai dan tepat sasaran yaitu siap memenuhi kebutuhan
industri dengan menyiapkan calon-calon tenaga kerja siap pakai dan memiliki
karakter yang berbudaya industri sehingga langsung dapat beradaptasi,
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan barunya, tanpa waktu yang
lama, inilah yang disebut siap kerja.
B. Langkah-langkah dan Strategi Mengatasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut di atas perlu kiranya dilakukan
refleksi terhadap peran dan fungsi kepala sekolah, agar lebih dekat dengan
pihak industri terutama dalam menjalin komunikasi, sebagai salah satu cara
pendekatan emosional antara sekolah dan industri. Mungkin hal ini sudah
banyak dilakukan oleh kepala sekolah namun intensitasnya kurang, hanya
dilakukan diawal-awal kerjasama tanpa kontinuitas berkunjung ke perusahaan
atau sekedar “say halo” ke HRD sebagai bentuk jalannya komunikasi.
Seorang kepala sekolah tentunya sudah mengetahui tugas pokok dan
fungsinya sebagai seorang manager yakni dituntut untuk dapat
mengembangkan sekolahnya, dengan demikian harus memiliki sifat visioner
dalam menentukan strategi dan langkah-langkah pengembangannya, jika tidak
akan terkalahkan dengan sekolah yang sudah maju dan sekolah baru, perlu
inovasi dan ide-ide kreatif dalam managerial kepemimpinannya dan ditambah
kepiawaiannya dalam melobi atau public speaking.
Adapun langkah-langkah dan strategi dalam mengatasi permasalahan di
atas yang sudah penulis lakukan sebagai berikut:
1. Kunjungan Kepala Sekolah Ke Industri
Sebelum melakukan kunjungan ke industri tentunya kepala sekolah
masih blank tentang perusahaan yang akan dikunjunginya, atau bahkan
belum dapat nomor kontak pimpinan perusahaannya, untuk itu ada
beberapa hal yang harus dilakukan :
a. Cari call center nomor telepon perusahaan di website
b. Cari call center nomor telepon perusahaan ke Pengelola Kawasan
Industri
c. Jika sudah dapat nomor teleponnya hubungi dan jika belum ada respon
ulangi hingga direspon
d. Saat mendapat respon pertama, kenalkan diri dan minta jadwal
kunjungan untuk bisa bertemu dengan HRD perusahaan
e. Sebelum bertemu pelajari data perusahaan tersebut mengenai, sejarah,
lokasi, cabangnya dimana saja, vendornya, dan memproduksi apa,
sehingga saat pertemuan membuat kesan yang baik atau responsive
f. Saat pertemuan biarkan pihak perusahaan bicara lebih awal, dan lebih
banyak
g. Biasanya dari perusahaan memberikan kartu nama (saat menerima
kartu nama tersebut tatap mata HRD (eyes contact) sambil ucapkan
terimakasih, dan lihat kartu nama tersebut beberapa saat, letakan di
meja di depan kita, jangan langsung disimpan di saku atau di dalam
buku
h. Kemudian berikan kartu nama anda juga
i. Selanjutnya perkenalkan diri dan nama sekolah, maksud dan tujuan
j. Sampaikan ucapan terimaksih yang sangat terdalam karena telah
diperkenankan bisa melakukan pertemuan
k. Menyampaikan secara singkat kebijakan pemerintah tentang peraturan
PKL dan sinergitasnya dengan perusahaan
l. Jika diperkenankan untuk presentasi school profile buat dan siapkan
dengan slide menarik dan public speaking yang komunikatif dan tidak
menggurui
m. Tutup pembicaraan dengan yang menyanjung perusahaan ataupun
HRD. Contoh “ Demikian sekilas profile sekolah kami, mohon arahan
dan masukan dari Bapak/ibu demi perbaikan kami kedepannya”.
Pertemuan ini merupakan kebanggan buat kami, karena bisa bertemu
langsung dengan Bapak/Ibu HRD yang super luar biasa sibuknya.
Terimakasih atas waktu yang diberikannya untuk kami. Semoga kami
masih bisa diperkenankan berkunjung kembali demi anak-anak negeri
dalam mendukung program vokasi”.
n. Selesai foto Bersama, dan memberikan cinderamata atau kenang-
kenangan

Dari paparan di atas bisa saja sistematis atau alur dialognya dimulai
oleh kepala sekolah, yang terpenting tidak ada komunikasi yang terputus,
sikap dan penampilan merupakan performance modal awal untuk
meyakinkan pihak perusahaan, siapkan kartu nama dengan desain yang
sederhana tapi istimewa.

Gambar 2
Kunjungan ke Industri dalam Rangka Perkenalan Sekolah dan
Negosiasi untuk MoU

2. Kunjungan Siswa Ke Industri


Pekerjaan sekolah yang terlupakan hingga saat ini ialah
memperkenalkan peserta didik terhadap dunia nyata tentang industri,
dimana mereka menjadi tabu dan buta terhadap dunia yang akan ditujunya.
Tak heran jika pendidikan di SMK hanya menjadi bayangan semu, bahkan
gelap gulita terhadap arah pandang dalam mengatarkan peserta didik
kepada suatu titik tujuan.
Resiko ini sangat vatal jika dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha dan
kebijakan dari stakeholder, anak akan berpandangan bahwa industri adalah
tempat yang sangat mudah untuk mendapatkan uang. Dimana mereka
bekerja kemudian digaji dengan gaji yang besar, padahal di sana banyak
hal-hal yang harus mereka lalui dengan prosedur ketelitian, kehati-hatian,
tingkat tinggi serta mengutamakan kualitas untuk mencapai target dan
prioritas
Agar anak tidak lagi tabu terhadap dunia industri sangat perlu sekali
sekolah melakukan kunjungan industri bagi siswa-siswinya entah itu
keseluruhan siswa ataupun sebagian, atau bahkan hanya kelompok OSIS
saja. Kunjungan industri dilakukan bagi siswa kelas X (sepuluh) di
semester 2 (dua) karena disaat mereka memasuki kelas XI harus
melaksanakan PKL (Praktik Kerja Lapangan) sehingga sebelum PKL
mereka sudah dibekali dengan pengetahuan secara riil tentang dunia
industri
Fokus kunjungan industri ialah memberikan informasi seluas-luasnya
kepada siswa terhadap proses produksi, etos kerja, disiplin kerja, aturan
kerja dan keselamatan kerja, kesemuanya itu adalah bagian-bagian dari
budaya industri, yang sangat penting diketahui peserta didik. Agar anak
saat PKL tidak mengalami kecelakaan kerja atau bahkan menjadi penyebab
kecelakaan kerja.
Ada cerita lucu tapi menarik perhatian dan patut menjadi pelajaran
untuk siapapun terutama pihak sekolah. Awal cerita sekolah A
mengirimkan peserta didiknya untuk melaksanakan PKL di perusahaan X,
rupanya anak ini terkesimak dengan teknologi yang ada diperusahaan
tersebut, hampir setiap hari ia perhatikan benda tersebut, akhirnya ada
dalam dirinya ingin menyentuh benda tersebut tetapi masih ragu dan takut,
karena masih baru berada di perusahaan tersebut. Suatu waktu ada
kesempatan dijam istirahat dimana orang sepi sedang makan siang,
tinggalah ia sendiri untuk mencoba membuncahkan rasa penasaran dan
keingintahuan terhadap benda tersebut yang berbentuk tombol warna-
warni dan berkedip-kedip. Sesuai dengan warna kesukaannya, akhirnya ia
tekan tombol warna merah dan berbunyilah suara sirene tanda bahaya
kebaran atau kebocoran gas, serentak orang se-perusahaan berhamburan
berlari untuk menyelamatkan diri karena panik. Bahkan saat itu pimpinan
perusahaan yang sedang berada di toilet pun ikut berlari untuk
menyelamatkan diri dengan menggunakan handuk saja.
Dari cerita di atas tidak bijak dan kurang bajik jika siswa yang sedang
PKL dipersalahkan, tetapi sekolah dan perusahaan harus melakukan
evaluasi dan instrospeksi, sudahkan sekolah memberikan pembekalan K3
sebelum anak diberangkatkan PKL, dan sudahkah perusahaan memberika
pengetahuan safety induction atau tanda-tanda bahaya saat anak diterima
di perusahaan.
Ada beberapa hal agar kunjungan industri dapat bermakana dan
berkesan bagi peserta didik dan bagi perusahaan diantaranya:
Bagi pesrta didik
1. Tugaskan peserta didik untuk mengamati dan mencatat apa saja yang
ada di perusahaan terkait dengan budaya industri (proses produksi, etos
kerja, disiplin kerja, aturan kerja dan keselamatan kerja)
2. Lombakan hasil pengamatan mereka bagi pemenang karyanya
dipublikasikan di mading sekolah dan mendapat hadiah
3. Pemenang mempresentasikan hasil karyanya saat upacara dengan
tujuan dapat didengar oleh banyak temannya
Bagi perusahaan
1. Usahakan hadir diperusahaan minimal 15 menit sebelum kunjungan
dimulai
2. Gunakan seragam sekolah yang menurut sekolah paling bagus yang
sekolah miliki
3. Anjurkan siswa untuk menyetrika seragamnya, dan merapihkan
potongan rambutnya, jika tidak mengikuti ketentuan tersebut tidak usah
diikutkan (harus tegas sebagai pembelajaran shock teraphy bagi yang
lain)
4. Sebelum berangkat bekali anak dengan pengetahuan dasar tentang
perusahaan yang akan dikunjungi
5. Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang baik oleh siswa kemudian
diseleksi oleh guru pendampingnya, sehingga saat sesi bertanya siswa
antusias
6. Saat di dalam ruangan biasakan anak agar tidak berisik dan saat
berkeliling perusahaan agar berjalan sesuai line

Menggunakan seragam terbaik Berjalan di line sesuai aturan

Aktif bertanya saat sesi pertanyaan Dapat apresiasi dari perusahaan

Gambar 3
Aktivitas Kunjungan Industri
3. Strategi Penerapan Budaya Industri di Sekolah
Setelah melaksanakan kunjungan industri keperusahaan sekolah
seharusnya segera mengimplementasikan budaya industri di sekolah,
sehingga program tersebut dapat berjalan dengan efektif, bukan sekadar
seremonial dan menunaikan kewajiban saja tanpa ada tindak lanjutnya bagi
sekolah. Begitupun pada saat penerepan tersebut akan dilakukan tentunya
harus disepakati oleh seluruh warga sekolah, dengan diawali sosialisasi
aturan perihal penerapan budaya industri secara terintegrasi dalam
pembiasaan sehari-hari di lingkungan sekolah. Semua harus berkomitmen
tanpa terkecuali termasuk kepala sekolah wajib melaksanakan aturan
budaya industri yang diterapkan, bahkan peran dan fungsi kepala sekolah
sebagai role model bagi guru-guru dan peserta didiknya yang dapat
menggerakan berjalan atau tidaknya suatu aturan.
Adapun budaya-budaya industri yang bisa diterapkan disekolah cukup
banyak diantaranya :
a. Membudayakan Safety Riding
Safety riding atau keamanan dalam berkendara ialah usaha yang
dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan
keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi yang
mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain serta
menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita dan
pemahaman akan pencegahan serta penanggulangannya.
Dari pengertian tersebut di atas tentunya sosialisasi dan
pelaksanaan kegiatan safety riding harus digalakan diseluruh bidang
dan segmen mengingat besarnya data kecelakaan berlalulintas pada
tahun 2019, yakni 116.411 kejadian. Berdasarkan usia, angka
kecelakaan terbanyak diusia 20-24 tahun, sementara peringkat kedua
usia 15-19 tahun, dari usia tersebut angka kecelakaan tertinggi
disumbangkan pelajar, mahasiswa dan pekerja muda yakni 56.187 jiwa
atau 43,06%.
Perlu digarisbawahi dari data di atas bahwa siswa sekolah atau
pelajar merupakan penyumbang terbanyak di susul mahasiswa dan
karyawan, tentunya ini harus menjadi perhatian penting bagi kepala
sekolah sebagai pemegang kebijkan. Agar dapat menekan angka
kecelakan dan korban jiwa dari para pelajar, sangat miris dan ironis jika
sekolah tidak mau ambil bagian dalam mengguide peserta didiknya
terhadap safety riding, sama juga halnya sekolah membiarkan peserta
didiknya celaka dan meninggal tanpa ada kepedulian bertindak sebagai
preventif awal.
Diperusahaan saja yang nota bene adalah karyawan yang sudah
dewasa dan faham serta sudah stabil dalam pengendalian emosionalnya
masih diajarkan tentang safety riding, karena perusahaan memnadang
bahwa karyawan adalah asset berharga, untuk itu perlu dilindungi
kesehatannya. jiwa dan raganya sebagai bentuk kepedulian antar
sesama.
Riskan apa yang terjadi disekolah, justru sebaliknya sekolah
sebagian besar tidak peduli dan belum berpikir sampai seperti di
perusahaan, mungkin lepas tangan, itu bukan tugas sekolah, tugasnya
kepolisian dan orang tua yang membiarkan anaknya mengendarai
sepeda motor, lagi-lagi terjadi lempar tanggung jawab.
Baiklah permasalahan di atas kita tinggalkan saja karena sudah
tidak jaman lagi dan relevan, orang tua sekarang sudah cerdas dan tahu
mana sekolah yang tulus memberikan pelayan prima dan mana sekolah
yang asal-asalan saja. Ketika dihadapkan pada persoalan ini baru
sekolah tersadar jika lambat-laun peminat atau pendaftarnya berkurang
dikarenakan pelayanan terhadap peserta didik dan orang tua siswa tidak
baik.
Marilah berpikir bahwa siswa adalah asset sekolah, dan asset
negara jika siswa merupakan asset berarti sekolah wajib melindungi
dari apapun itu, termasuk kecelakaan lalulintas. Adapun langkah-
langkah penerapan safety rinding sekolah yaitu:
❖ Pada saat pertemuan awal dengan orang tua siswa sekolah
menyampaikan kebijakannya tentang penggunaan kendaraan
sepeda motor, bahwa sekolah tidak mewajibkan siswanya untuk
membawa sepeda motor, jika orang tua dan siswa berinisiatif
membawa sepeda motor sekolah pun tidak melarang, dan jika
dijalan terdapat razia dan terjadi sesuatu itu tanggung jawab orang
tua
❖ Saat membawa kendaraan sepeda motor yang boleh masuk
parkiran sekolah adalah yang sesuai standar pabrikan, harus
lengkap tidak dan dimodifikasi
❖ Motor yang sudah dinyatakan standar maka akan diberikan stiker
logo sekolah
❖ Membawa STNK kendaraan
❖ Memakai kelengkapan safety riding (Helm SNI, Sepatu safety,
Jaket, dan Sarung tangan)
❖ Sepeda motor yang tidak sesuai standar pabrikan akan dipisahkan
parkirannya dan akan dipanggil orang tuanya
❖ Parkir menghadap arah jalan, sehingga saat terjadi bencana kendara
bisa cepat diamankan

Gambar 4
Memasuki Gerbang Sekoah
Gambar 5
Pengecekan STNK, Kelengkapan Safety Riding dan
Atribut Sekolah

Safety riding diperusahaan sudah menjadi kewajiban bahkan


merupakan kategori dari penilaian ISO bagi perusahaan, tentunya
perusahaan akan memprioritaskan sekolah yang benar-benar konsen
menyelenggarakan safety riding, bahkan siap membatu dan melatih
sekolah yang akan melaksanakan safety riding baik secara offline
maupun online, karena bagi mereka generasi anak sekolah lambat-laun
jika mereka lulus akan menuju perusahaan, tentunya perusahaan akan
sangat senang dan menyambut gembira program safety riding di
sekolah, yang dilaksanakan dengan benar dan berkesinambungan.
Berikut adalah poin-poin dalam safety riding bagi siswa di SMK
Ananda Mitra Industri Deltamas Bekasi
• Kelengkapan kendaraan pemotor standar.
• Kaca spion wajib ada 2 buah, di kiri dan kanan.
• Lampu depan, lampu rem, riting kiri-kanan, klakson yang
berfungsi.
• STNK dan tidak expired (SIM bagi yang telah 17 tahun)
• Plat nomor depan belakang
• Sarung tangan sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi
kedua belah tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta
tidak licin saat memegang grip atau handle motor disarankan yang
ada pelindung kerasnya atau hard protector.
• Jaket, sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh baik dari
terpaan angin maupun efek negatif kala terjadi benturan kecil
maupun besar.
• Helm, rider disarankan menggunakan helm full face sedangkan
untuk penumpang diharapkan menggunakan minimal Open
• Face sebaiknya mampu memberikan proteksi lebih kepada kepala.
Poin ini yang selalu dilewatkan oleh tipikal bikers pengguna helm
catok atau helm proyek atau sejenisnya.
• Sepatu, haruslah mampu memberikan kenyamanan serta keamanan
bagi seluruh lapisan kaki. Menggunakan sepatu safety yang
tertutup hingga tumit.
• Mematuhi perarturan lalu lintas, paham rambu-rambu lalu lintas.
• Hindari berkendara agresif. Sabar dan sopan dalam berkendara.
• Mengerti posisi sesama pengendara/pemakai jalan bahwa jalan raya
digunakan untuk bersama.

b. Membudayakan Parkir Rapih dan Bersih


Salah satu ciri khas yang membedakan parkiran perusahaan dan
tempat lain adalah rapi, bersih dan tertata, sedap dipandang oleh siapa
pun, tentunya kondisi semacam itu juga harus terjadi di sekolah agar
anak terbiasa dengan kerapihan dan keindahan, pas pada waktunya
mereka di perusahaan kelak akan mudah diarahkan bahkan tanpa
arahan pun mereka sudah melakukan hal yang sama ketika di sekolah,
Tidak mudah memang membentuk kesadaran diri seseorang jika
hal itu tidak dibiasakan dan tidak dilakukan berulang-ulang,
pembiasaan adalah senjata terampuh untuk merubah sikap diri manusia,
bahkan mereka akan sangat peduli saling mengingatkan ketika ada
salah satu temannya yang parkir kurang rapih.
Secara kasat mata saja kita bisa menyimpulkan jika parkirannya
rapi apalagi yang lainnya, mungkin ruang kelasnya, ruang gurunya,
atau bahkan toiletnya juga pasti bersih. Belajar dari tamu-tamu luar
negeri yang datang kesekolah mereka melihat kebersihan toiletnya,
dan bilang luar biasa sekolahnya.
Parkiran yang rapi dan tertata dengan baik, juga dapat
memberikan manfaat signifikan terhadap daya tampung atau kapasitas
untuk menyimpan kendaraan dan ruang gerak keluar masuknya
kendaraan dengan nyaman, dan mengurangi resiko terjadinya gesekan
atau benturan kendaraan saat parkir yang menyebabkan tergoresnya cat
kendaraan.

Gambar 6
Posisi Parkir Sepeda Motor Siswa
c. Membudayakan Green Line atau Jalur Pejalan Kaki
Dibuatnya jalur pejalan kaki diperusahaan tentunya bukan hanya
sekedar saja, melainkan memiliki fungsi vital, hal tersebut yang
menjadi wajib dan wajib ada disetiap perusahaan. Berikut alasan
mengapa perlu adanya jalur pejalan kaki di perusahaan, Pertama,
sebagai standar operasional yang telah diatur dalam undang-undang
yang dibuat oleh kementerian pekerjaan umum, No. 03/PRT/M/2014,
pada bab 3 pasal 10 ayat d tentang ketersediaan jalur hijau bagi pejalan
kaki. Kedua, sebagai keamanan dan keselamatan bagi pejalan kaki di
area perusahaan karena begitu padatnya aktivitas dan hilir-mudik
kendaraan. Ketiga, agar tidak mengganggu aktivitas di perusahaan,
sebagaimana diketahui bahwa perusahaan adalah tempat untuk
memproduksi berbagai macam barang atau produk sehingga aktivitas
manusia sangat super sibuk, adanya green line tersebut agar aktivitas
tersebut tidak terganggu.
Penjelasan terkait greenline di atas, harus ditangkap dan diserap
langsung oleh pemegang kebijakan di sekolah terutama SMK, bahwa
budaya industri terkait jalan sudah diatur dalam SOP perusahaan dan
ada ketentuan aturannya. Sebagai tindaklanjut dalam pembentukan dan
pembiasaan sikap peserta didik agar melakukan hal-hal yang ada di
industri, karena vatal jika tidak diajarkan dibiasakan dan dipraktikan
dalam kesehariannya di sekolah.
Jalur pejalan kaki yang dibuat oleh sekolah dalam rangka
menerapkan pembiasan budaya industri di sekolah harus benar-benar
dilaksanakan oleh semua warga sekolah, agar pembuatan jalur tersebut
benar-benar bermanfaat dan realistis atau ada hasilnya terhadap
perubahan kebiasaan siswa. Namun banyak sekolah yang sudah
membuat jalur pejalan kaki tetapi tetap saja tidak berjalan dijalur
tersebut, hal ini dikarenakan kebijakan sekolah yang kurang tegas, bisa
saja hanya sebagai simbolis, diberlakukan hanya kepada siswa saja
sehingga lama-kelamaan siswa melihat gurunya tidak berjalan pada line
akhirnya mengikutinya.
Sehingga saat mereka berkunjung ke perusahaan, bahkan saat
mengikuti panggilan tes diperusahaan berjalan tanpa mengikuti line
alias semaunya, tanpa disadari bahwa saat itu telah dilakukan penilaian
sikap terhadap para peserta tes. Karena terlihat kamera CCTV tidak
disiplin akhirnya tidak lolos, penerapan budaya industri membutuhkan
kesadaran dan pembiasaan, sekali lagi jika tidak dibiasakan mustahil
akan terbentuk.

Gambar 7

Orangtua dan Tamu Berjalan di Jalur Green Line


d. Membudayakan Line IN & OUT
Line IN dan OUT di perusahaan merupakan garis atau jalur pejalan
kaki saat memasuki ruangan yang biasanya berada di anak tangga,
berfungsi bagi pejalan kaki agar tidak bertabrakan pada saat berada
ditangga, tanda IN berarti jalur untuk naik dan tanda OUT berarti jalur
untuk turun, sehingga ditangga terdapat dua jalur IN dan OUT.
Diperusahaan untuk mobilitas karyawannya sangat tinggi terutama bagi
perusahaan besar di saat jam masuk dan jam pulang karyawan, jika
tidak diberlakukan ketentuan IN dan OUT akan terjadi krodit baik bagi
karyawan akan masuk maupun pulang.

Gambar 8
Siswa saat menaiki tangga dengan tertib dan rapih

e. Membudayakan Penggunaan Sepatu Safety


Sepatu safety adalah alat yang wajib digunakan oleh setiap
pekerja lapangan dengan segala kondisi sebagai bagian dari alat
pelindung diri. Namun tidak banyak dari perusahaan atau karyawan
yang memperhatikan hal ini. Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Membekali diri dengan alat keselamatan kerja
akan melindungi diri dari berbagai ancaman berbahaya yang setiap
saat terjadi.
Alat keselamatan kerja wajib digunakan untuk melindungi diri
dari bahaya – bahaya yang mengancam para pegawai. Maka dari itu
hendaknya perusahaan maupun para pekerjanya itu sendiri lebih
memperhatikan keselamatan kerja. Penggunaan sepatu safety untuk
pekerja sangat dianjurkan, bahkan badan keselamatan kerja dunia
mewajibkan para pegawai menggunakan sepatu safety untuk
melindungi diri dari bahaya saat bekerja.

Penggunan sepatu safety selain di wajibkan di perusahaan, juga


harus diwajibkan di sekolah terutam bagi siswa SMK yang memilih
kompetensi teknologi dan rekayasa. Sebagai bentuk langkah awal
untuk membiasakan dan membudayakan budaya industri di sekolah,
selain berfungsi untuk melindungi siswa-siswi SMK saat praktik di
sekolah, maupun pada saat berkendara saat berangkat dari rumah ke
sekolah dan sebaliknya, bahkan sangat urgent di saat peserta didik
melakukan praktik perja lapangan (PKL) di Industri dalam
mengurangi resiko bahaya kecelakaan kerja.

Tentunya hal ini lagi-lagi kembali kepada kepala sekolah


sebagai pemilik kebijakan, pembiasaan penggunan sepatu safety
harus dibiasakan kepada siswanya dikarenakan diawal-awal
pengguna biasanya akan merasa sakit atau risih bahkan ada yang
mengalami kelecetan pada kakinya. Tetapi bagi mereka yang sudah
terbiasa tidak akan dijumpai kendala lagi.

Kembali kepada persoalan keselamatan, lagi-lagi pihak sekolah


masih membicarakan biaya mahalnya sepatu safety, belum dibeli dan
belum melakukan penawaran bahkan belum disosialisasikan kepada
orang tua tentang pentingnya penggunaan sepatu safety sudah
menyerah dahulu, dan akhirnya tidak ada program dalam
perlindungan anak saat PKL, jika baru terjadi kecelakaan kerja baru
saling menyalahkan dan baru terpikirkan betapa pentingnya sepatu
safety, lagi-lagi lagu lama diputar Kembali.
Sebagai kepala sekolah harus berani mengambil tindakan yang
tepat, visioner dan memiliki pola pikir berbeda dengan yang lain
sebagai langkah maju dalam menerobos kegelapan berpikir, kembali
kepersoalan penggunaan sepatu safety, jika dianggap mahal, mahal
mana harga kaki dengan sepatu safety….????. Orang tua pun akan
menerima kebijakan yang disampaikan dengan jelas, detail serta
memberikan gambaran dan contoh kecelakaan kerja yang tidak
menggunakan sepatu safety baik saat praktik maupun saat PKL, yakin
pasti mau untuk membelinya. Guna membiasakan budaya industry
melalui penggunaan sepatu safety agar anak terbiasa dan tidak sakit
lagi memakainya.

Manfaat Sepatu Safety Untuk Siswa SMK


Berikut ini adalah manfaat menggunakan safety shoes :
1. Melindungi dari Benda Tajam dan Berbahaya
Untuk siswa yang praktik di ruang berbahaya, sepatu safety adalah
salah satu diantara Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai
oleh siswa yang kemungkinan dapat terkena pecahan kaca, besi
ataupun serpihan yang lain yang pastinya sangat membahayakan
telapak kaki.
2. Mencegah Kecelakaan Kerja yang Fatal
Bukan sekedar melindungi telapak kaki saja, sepatu safety juga dapat
mengurangi resiko kecelakaan kerja fatal seperti kejatuhan benda –
benda berat. Safety shoes juga memiliki kemampuan yang cukup kuat
dalam menahan berat, sehingga resiko patah tulang atau masalah yang
lain dapat diminimalisir.
3.Membuat Perlindungan dari Benda Panas
Di bagian atas dan samping sepatu safety tidak hanya terbuat dari
bahan kulit saja, namun juga dibuat dari bahan metal yang tebal.
Dengan hal tersebut sepatu ini dapat melindungi kaki pada benda –
benda yang panas. Benda – benda yang panas banyak dihasilkan di
ruang praktik las listrik, pengelolaan lampu dan yang lain.
4.Melindungi dari Cairan Kimia Berbahaya
Kita semua mengetahui bahwa cairan kimia sangat berbahaya. Secara
otomatis kita tidak ingin apabila bagian kaki kita terkena cairan
tersebut. Maka dari itu penggunaan safety shoes pada para siswa pada
saat praktik pembuatan PCB dan di laboratorium sangat disarankan.
5.Membuat Pengguna Tidak Terpleset
Sepatu safety terbuat dari bahan karet yang di design sedemikian rupa
sehingga sepatu dapat diandalkan pada permukaan licin. Dengan
demikian, memakai sepatu safety lebih memudahkan para pekerja
untuk lebih mudah dalam melakukan pekerjaannya.

Gambar 9
Seluruh Siswa Wajib Menggunakan Sepatu Safety

f. Membudayakan Berdiri Sebagai Latihan Menjadi Operator


Produksi
Operator produksi adalah Seorang pekerja ( Pria dan Wanita ) yang
bekerja mengoperasikan mesin atau peralatan di suatu pabrik dengan
syarat dan ketentuan yang sesuai dengan prosedur dari perusahaan
tertentu. Jenis pengerjaannya ada bermacam-macam seperti molding,
assembly, packing, inspection, dan lain-lain sesuai dengan jenis pabrik.
Sudah menjadi rahasia umum jika anak SMK Teknik kebanyakan
bekerja sebagai operator karena memang kebutuhan industri terhadap
tenaga kerja di bagian operator sangat besar dibandingkan dengan
tenaga kerja di bagian midle leader, tentunya pekerjaan operator
berbeda dengan pekerjaan lain, seorang operator produksi dituntut
untuk memiliki ketahanan fisik dan mental yang kuat, harus mampu
berdiri selama 8 jam kerja.
Melihat serta mempelajari dari kenyataan yang terjadi selama ini,
bahwa lulusan SMK memang lebih banyak dibutuhkan atau
ditempatkan sebagai operator produksi, tentunya sekolah mau tidak
mau harus bisa mempersiapkan tenaga kerja yang siap kerja dengan
fisik yang kuat, dengan mempersiapkan berbagai macam program yang
mendukung,
SMK Ananda Mitra Industri Deltamas sebagai sekolah baru dan
berada di Kawasan Industri tentunya memiliki tantangan yang sangat
berat dalam membuktikan kepada perusahaan dan kepada SMK
lainnya, bahwa siswanya siap dalam segala hal, tentunya segala daya
dan pikiran dicurahkan demi pembuktian, demi sebuah kepercayaan
dari industri.
Program-program terintegrasi harus lebih banyak dicanangkan
untuk mendukung terciptanya fisik mental dan disiplin yang baik, ada
beberapa program yang dilaksanakan diantaranya :
1. Apel pagi setiap hari mulai jam 06.45 – 07.30 WIB
2. Apel sore setiap hari mulai Jam 15.15 – 16.00 WIB
3. Penyegeran atau Endurance oleh TNI seminggu sekali dari jam
07.30 – 10.30 WIB
4. Sebulan sekali lari 5 KM dan BDM
5. Olahraga terintegrasi, dengan mengutamakan lari, push up, sit up,
dan lainnya
Dari semua program yang telah dilakukan hasilnya sangat signifikan
yakni selalu mendapatkan apresiasi dari para HRD ketika diberikan
questioner dan polling terhadap kekuatan fisik mental dan disiplin. Baik
pada saat anak-anak PKL, magang dan alumni yang bekerja dengan tingkat
penilaian sangat memuaskan. Kerja keras sekolah dan peserta didik yang
ikhlas ditempa di dalam kepongpong berbuah kupu-kupu yang cantik dan
menarik sehingga banyak perusahaan yang tertarik untuk berebut mengizon
atau order sebelum siswa lulus.

Gambar 10

Pengarahan LDKS

Lari 5 KM Materi Survival

Apel Pagi dan Sore


g. Membudayakan 5 S
5S ialah suatu konsep yang telah lama booming dan diaplikasikan
di dunia industri, khususnya di Jepang, pengalaman Jepang
menerapkan konsep tersebut membuat negara-negara lain di benua
Eropa dan Amerika pun tertarik untuk segera mengadopsinya.
Indonesia pun tak kalah ketinggalan, banyak perusahaan-perusahaan
kita yang telah mengadopsi konsep tersebut, 5S merupakan budaya
tentang bagaimana memperlakukan tempat kerja secara teratur. Bila
tempat kerja tertata rapi, bersih, dan mudah membuat pekerjaan
individu dapat dibuat nyaman dan bahagia.
Jika di bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia Budaya 5S menjadi
5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Di negara
asalnya, budaya ini dikenal dengan sebutan 5S yaitu, Seiri, Seiton,
Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. Menerapkan budaya 5R di lingkungan
kerja merupakan langkah awal untuk meningkatkan pengendalian mutu
perusahaan.
Manfaat menerapkan budaya 5R di lingkungan kerja adalah:
• Meningkatkan produktivitas
• Menanamkan perilaku tanggung jawab individu dan kelompok
• Meningkatkan kualitas kerja
• Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
• Menanamkan rasa disiplin individu dan kelompok
• Meningkatkan citra perusahaan
• Kerja lebih efisien dan teratur
Masih banyak lagi manfaat menerapkan budaya 5R di lingkungan
kerja. Budaya 5R yang diadopsi dari Jepang ini tidak ada kerugian jika
menerapkannya di lingkungan kerja. Pelaksanaan budaya 5R yang
konsisten dan komitmen yang tinggi bisa menciptakan lingkungan kerja
yang aman, nyaman, tentram, sehat dan sentosa.
Tidak ada salahnya jika kemudia 5S/5R diterapkan di sekolah
terutama SMK mengingat banyak sekali manfaatnya baik untuk
sekolah maupun siswa sebagai pelaksana, Adapun manfaat penerapan
di SMK Ananda Mitra Industri deltamas sebagai berikut :
1. Membiasakan secara konsisten kepada siswa untuk hidup tertib,
teratur, dan rapi
2. …Menjadikan landasan kebiasaan bekerja yang sistematis, efisien
dan efektif
3. Siswa dapat bertransformasi menjadi insan yang luhur unggul dan
Tangguh
4. Siswa tidak akan canggung lagi karena sudah terbiasa dengan
budaya 5S/5R saat bekerja di industri
5. Sekolah mendapat kepercayaan dari masyarakat dan industri,
sehingga sekolah memiliki nilai jual, nilai keunggulan dan eksis
dari tahun ke tahun.
6. Sekolah menjadi lebih bersih sesuai dengan standar industri

Gambar 11
Kegiatan Penerapan Budaya 5S
h. Budaya 4 C ( Critical, Comunication, Collaboration, Creativity)
Menghadapi era revolusi industri 4.0 bukan merupakan perkara
mudah. Hal ini harus disongsong dengan mempersiapkan sumberdaya
manusia yang adaptif dengan tuntutan era revolusi industri 4.0.
Peranan lembaga pendidikan termasuk di dalamnya SMK, memegang
peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yaitu
dengan meningkatkan kompetensi lulusan yang memiliki keterampilan
sesuai tuntutan abad 21 (learning and inovation skill) di samping
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang
digeluti (Zubaidah, 2018). Karena trend abad 21 lebih berfokus pada
spesialisasi tertentu, maka tujuan pendidikan di SMK harus diarahkan
pada upaya membekali lulusan memiliki keterampilan abad 21.
Keterampilan abad 21 yang dimaksudkan adalah setiap orang
menguasai 4C yang merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan
dalam kehidupan di masyarakat pada abad 21 ini.
Keempat skill/keterampilan tersebut juga diterapkan dalam
pendidikan nasional kita, walaupun masih banyak kendala yang
dihadapi oleh para pendidik namun setidaknya hal tersebut merupakan
satu langkah positif khususnya dalam meningkatkan pola pikir dari
masyarakat kita. Penerapan 4 C’s dalam proses pembelajaran di SMK
Ananda Mitra Industri deltamas sebagai berikut :
1. Critical thinking (Berpikir kritis)
Melihat masalah dengan cara baru dan menghubungkan
pembelajaran lintas mata pelajaran dan disiplin ilmu. Contoh dalam
proses pembelajaran guru menunjukkan 4 gambar benda yang
mendukung mereka untuk belajar, minta siswa untuk memilih salah
satu gambar dan kemukakan alasannya sedetail mungkin.
Cara lain, dengan membuat soal yang jawabannya lebih dari satu
jawaban yang benar sehingga siswa terbiasa memberikan jawaban dari
perspektif yang berbeda. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk
pola pikir peserta didik untuk berpikir kristis dengan memandang
sebuah jawaban dari perspektif yang berbeda dan bukan seperti
pendidikan kita selama ini yang hanya diminta memilih satu jawaban
yang benar, dimana pada akhirnya jika ada pendapat orang lain yang
berbeda dianggap kesalahan padahal setiap manusia memiliki persfektif
yang berbeda dalam melihat sesuatu hal.
2. Communication (Komunikasi)
Siswa berbagi pemikiran, penyampaian ide, pertanyaan, dan
Solusi. Di zaman teknologi canggih saat ini membuat komunikasi jauh
lebih mudah, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk berkomunikasi
dengan orang lain tetapi kita juga tidak boleh untuk mengesampingkan
komunikasi secara langsung dengan tidak melibatkan teknologi. Untuk
penerpannya siswa melakukan presentasi skill menggunak powerpoint
di hadapan HRD dan Guru-Guru penguji laporan PKL.
3. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi di dalam proses pembelajaran, dapat kita mulai dengan
menggunakan metode pembelajaran project base learning. Dengan
metode ini siswa akan saling berkolaborasi untuk mengerjakan proyek
yang telah ditentukan oleh Guru dan tentunya komunikasi juga akan
muncul disana karena setelah proyek selesai peserta didik akan
mempresentasikan hasil proyek mereka di depan Guru dan rekan-rekan
mereka. Penerapan skill ini guru produktif wajib menggunakan metode
project base lerarning
4. Creativity (Kreativitas)
Mengasah kreativitas pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan sederhana, tidak perlu mahal tetapi mampu menggali
kreativitas mereka, salah satu contohnya, Guru mempersiapkan sedotan
plastik, solasi, dan gunting. Minta peserta didik untuk membuat sebuah
benda yang paling bagus menurut mereka, dan membuat suatu produk
yang kemudian diadakan kegiatan market day hasil karya mereka.
Gambar 12
Kegiatan Penerapan Budaya 4 CS

C. Capaian Prestasi
Strategi penerapan budaya industri di sekolah berdampak positif terhadap
kepercayaan industri khususnya para pimpinan perusahaan terhadap karakter
dan budaya sekolah yang melekat dengan budaya industri, dan kepercayaan
masyarakat khususnya orang tua karena anak-anaknya diterima PKL dan
bekerja diperusahaan dicarikan dan difasilitasi oleh sekolah.
Alhamdulillah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini SMK Ananda
Mitra Industri Deltamas sudah menjalin kerjasama dengan berbagai
perusahaan-perusahaan besar kelas dunia, sehingga pada saat pelaksanaan
praktik kerja industri sekolah tidak kesulitan dalam menempatkan siswa-
siswinya diindustri, karena pada saat kunjungan ke industri pihak perusahaan
langsung jatuh cinta terhadap karakter dan sikap anak-anak yang ternyata
sudah paham dan terbiasa terhadap budaya-budaya di tempat kerja.
Sekolah juga senantiasa berusaha mempromosikan sekolah ke
perusahaan-perusahaan dengan cara menyampaikan school profile, baik
melalui presentasi kepada para HRD maupun membagikan buku tentang profil
sekolah yang dicetak dengan sebagus mungkin. Rasa ketertaikan dan penasaran
mereka (HRD) ingin tahu dan ingin datang untuk membuktikan benar atau
tidaknya secara real pelaksanaan budaya industri di sekolah dan sekaligus
survey sebelum melakukan kerjasama. Adapun data perusahaan yang telah
bekerja sama sebagai berikut:

Foto dokumen surat


perjanjian kerjasama ini
hanya sebagai bukti dalam
penulisan, Adapun secara
keseluruhan MoU yang
telah dilaksanakan dalam
kurun waktu tiga tahun
terakhir ini telah mencapai
40 perusahaan, dan akan
terlihat pada tabel daftar
nama-nama perusahaan
yang telah bekerjasama
dengan SMK Ananda
Mitra Industri Deltamas

PELAKSANAAN PEMINANGAN DAN MENIKAHI INDUSTRI DI


KAWASAN INDUSTRI GIIC DELTAMAS
1. Memperkenalkan profil sekolah, visi dan misi, program-program
unggulan ke Industri
2. Menggali potensi kerjasama sesuai dengan kompetensi yang ada di
sekolah
3. Melakukan diskusi penyamaan kompetensi yang dibutuhkan industri
untuk diterapkan di sekolah
4. Melaksanakan validasi kurikulum industri
5. Penawaran kerjasama yang meliputi :
➢ Guru Tamu Industri
➢ Penempatan Siswa Prakerin
➢ Training Guru Produktif
➢ Teaching Factory
➢ Kelas Industri
➢ Rekrutmen
➢ Bantuan Peralatan
➢ Beasiswa
➢ Pelaksanaan Safety Riding
Data capaian keterserapan lulusan angakatan pertama tahun 2020 – 2021 yang
memilih peminatan kerja sebagai berikut:

Ini merupakan prestasi bagi kami, pada bulan April 2021 disaat masih
pandemic seperti ini perusahaan sangat percaya terhadap lulusan kami bagi
peminatan kerja sudah 85,75% diterima perusahaan dan yang langsung
bekerja, sementara ada juga yang menunggu panggilan kerja tetapi sudah
diterima diperusahaan tersebut.
Sulitnya peluang kerja dimasa pandemic sangat menghantui pikiran-
pikiran peserta didik kami dikarenakan banyak tenaga kerja yang terkena
dampaknya, yakni banyak yang dirumahkan bahkan dilakukan
pengurangan atau PHK, tetapi ada beberapa perusahaan yang memang
membutuhkan tenaga kerja tetapi jumlahnya masih dapat dihitung.
Semoga pandemic segera berakhir dan target hingga bulan Juni 2021,
sisa 14,25% lagi dapat terserap dikarenakan ada beberapa siswa yang
memang usianya kurang dari 18 tahun sehingga harus menunggu genap 18
tahun. Hingga penulisan praktik baik ini ditulis pada bulan Oktober
akhirnya alumni Angkatan pertama sudah terserap 100% bekerja di
industri, bahkan Angkatan keduapun yang belum lulus sudah mulai dipesan
perusahaan.
Data Penenpatan Keterserapan Siswa Di Perusahaan

D. Faktor Pendukung
Untuk mencapai keterserapan siswa 100% diperusahaan perlu kerja keras dan
dukungan dari seluruh guru dan karyawan serta orang tua, Adapun faktor
pendukung yang relevan yaitu:
1. Di wilayah Bekasi banyak Kawasan industri
2. Support dari perusahaan yang sudah MoU
3. Guru-guru mau bekerja keras dan kompak
4. Komite sekolah selalu mendukung program sekolah

E. Faktor Penghambat
Setiap usaha apapun yang dilakukan sudah pasti akan ada penghalang dalam
suatu kegiatan, tergantung bagaimana kita menyikapinya apakah menjadi
penghambat atau tantangan buat kita. Hampir dibilang tidak ada penghambat
dalam menerapkan strategi budaya industri di sekolah, hanya kemauan dan
keinginan keras dari dalam jiwalah yang dapat mengalahkan kemalasan dan
kekurang yakinan. Jika ditolak perusahaan atau lama dalam merespon balasan
untuk pertemuan itu hal wajar, dan terus lakukan komunikasi, komunikasi,
komunikasi, hingga akhirnya bisa bertemu dan deal.

F. Kesimpulan
Dari pemaran di atas dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya:1.
1. Penerapan strategi budaya industri di sekolah terbukti dapat meningkatkan
kepercayaan perusahaan terhadap kualitas karakter, budaya industri, yang
dilaksanakan sekolah sehingga perusahaan mau menerima lulusan
walaupun dimasa pandemic hingga keterserapan 100% sebelum kelulusan.
2. Masyarakat dan orang tua semakin percaya terhadap program yang
dijalankan sekolah, karena memberikan efek positif nyata pada karakter
anaknya
3. Dapat mengurangi resiko kecelakaan lalulintas pada siswa melalui program
safety riding, dan mengurangi kecalakaan kerja pada saat siswa PKL
4. Sekolah menjadi lebih rapi, nyaman dan bersih sehingga semua warga
sekolah nyaman dan Bahagia
DAFTAR PUSTAKA

Kemenhub RI, Konsentrasi Kunci Keselamatan Berkendara


Magna Mobil, Panduan Keselamatan Berkendara, Asuransi Magna Jakarta 2020
Rinto Raharjo, Tertib Berlalulintas, Alfabeta Bandung 2018
Santoso, Perancangan Tata Letak Fasailitas, Alfabeta Bandung 2020
http://kartikanews.com Jika Pejalan Kaki Menyeberang Tidak Pada Tempatnya
https://histeel.co.id Fungsi dan Kegunaan Safety Shoes
https://www.cnnindonesia.com Kerja Sambil Berdiri Bisa Tingkatkan Produktivitas
https://media.neliti.com Implementasi Budaya 5 R Sebagai Budaya Kerja
https://ikata.or.id/ Formula 4C Untuk Bertahan Pada Era Revolusi Industri 4-0

Anda mungkin juga menyukai