NIM : 19503244004
Kelas : C1
Mata Kuliah : Pendidikan Teknik dan Kejuruan
Tugas Refleksi Pertemuan 9
PERMASALAHAN PENDIDIKAN KEJURUAN DAN
REFORMASI PENDIDIKAN KEJURUAN
A. Permasalahan Konsep
Suply Driven
Pada dasarnya pendekatan suply driven dianggap sudah baku untuk siswa. Sistem ini
dianggap sudah dapat membentuk nilai dan sikap siswa. Seolah sekolah sudah tahu
bagaimana melaksanakan pendidikan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
School-based Program
Artinya sekolah hanya difokuskan untuk masalah akademisnya saja. Sehingga untuk
kebutuhan softskillnya kurang diperhatikan.
Tidak ada Recognition Prior Learning
Pada intinya siswa dianggap nol, artinya walaupun siswa sudah mahir memiliki
keterampilan khusus ataupun sertifikat khusus tetap dianggap belum bisa dan
dibimbing mulai dari awal.
Dead End
Artinya ketika lulus siswa hanya dirancang untuk menjadi tenaga kerja. Siswa tidak
dibekali kemampuan khusus, sehingga ketika melanjutkan belajar ke perguruan tinggi
tidak memiliki modal.
Guru tidak Berpengalaman di Industri
Artinya guru tidak memiliki pengalaman terjun langsung di dunia industri, walaupun
masih ada sebagian kecil yang pernah ke dunia industri walaupun tidak lama.
Pendidikan merupakan Tanggungjawab Depdiknas
Artinya semata-mata pendidikan hanya menjadi tanggung jawab kementerian, kalau
sekarang Kemendikbud. Jadi, jarang melibatkan pihak-pihak luar.
Masih Berorientasi Penyiapan Sector Formal
Artinya siswa hanya disiapkan untuk menjadi pekerja/buruh. Siswa hanya disiapkan
untuk menjadi seorang operator, jarang disiapkan untuk menjadi seorang
wirausahawan.
Pembiayaan Bergantung pada Pemerintah Pusat
Artinya biaya untuk sarana pendidikan masih bergantung dari Pemerintah Pusat. Jarang
melibatkan dari sumber luar, seperti dunia industri.
B. Permasalahan Program
Berfokus pada mata pelajaran bukan pada kompetensi
Artinya siswa hanya difokuskan ke mata pelajaran saja. Siswa tidak difokuskan untuk
mengetahui kompetensi apa yang dibutuhkan di dunia industri.
Kurang memberi dasar yang kuat dan bekal fleksibilitas
Artinya siswa tidak diberi bekal yang kuat. Sehingga jika ada perubahan-perubahan,
siswa tidak dapat beradaptasi dengan cepat.
Muatan program tidak mencakup kemampuan menghadapi masa depan (termasuk
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, menggunakan informasi)
Artinya siswa tidak diberi bekal softskill yang cukup. Jadi, kemampuan berkomunikasi
dan bekerja sama kurang. Karena, mengajari siswa untuk berani berbicara di depan
umum juga cenderung susah. Siswa cenderung sulit untuk dapat mengungkapkan
pendapat sendiri. Jadi pembelajaran itu tidak menghasilkan untuk kebiasaan bertanya,
berpendapat, dan bertanya.
Jumlah jam pelajaran tidak membiasakan siswa bekerja di industri
Artinya jam belajar siswa tidak seperti di dunia industri. Siswa cenderung diberi waktu
mengerjakan tugas yang longgar dan tidak beri tenggat waktu yang singkat seperti di
dunia industri. Selanjutnya, keuntungan kompetensi yang dinilai itu bukan hanya
tentang pengetahuannya saja, tetapi keterampilannya harus punya. Berpengetahuan saja
tidak cukup jika tidak diimbangi dengan keterampilan seperti komunikasi yang baik,
percaya diri yang tinggi, kemampuan bekerja sama yang baik, dan juga mampu
memecahkan masalah dengan berpikir kritis.