Saya lahir tahun 1973 dari keluarga yang sangat sederhana ini memulai karir sebagai ASN
(dulu PNS) pada akhir tahun 2000 melalui jalur Ikatan Dinas (non tes), yang didapatkan
karena saat menjadi mahasiswa di FKIP Universitas Sriwijaya mendapatkan beasiswa Ikatan
Dinas. Namun sebelumnya Saya telah biasa berhadapan dengan anak didik sejak duduk
dibangku SMA sebagai guru mengaji. Semasa kuiiah Saya yang mendapatkan kiriman uang
kuliah pas-pasan dari orang tuanya mengisi waktu-waktu luangnya mencari tambahan uang
kuiah dengan menjadi guru privat, guru Bimbingan Belajar, dan guru honorer di sekolah
swasta. Selain menempa diri melalui jalur mengajar, Saya ditempa kemampuan mentalnya
berhadapan dengan banyak orang melalui jalur organisasi kemahasiswaan baik di internal
kampus maupun di eksternal kampus. Terbiasa menjadi orator demontrasi mahasiswa dan
mengisi berbagai kajian mahasiswa menjadikannya piawai berpidato dalam berbagai
kepentingan kedinasan baik sebagai guru maupun kepala sekolah.
Setelah lebih kurang 12 tahun menjadi ASN sebagai guru dan wakil kepala sekolah di SMAN
Surulangun, pada tahun 2012 Saya diamanahi untuk mengemban tugas sebagai Plh Kepala
SMKN Rawas Ulu yang baru didirikan. Berusaha dari nol dengan sumber daya yang ada di
lingkungan internal mauoun eksternal dan menyadari adanya pesaing yaitu salah satu SMA
Negeri di wilayah yang sama dengan berbagai keunggulannya terutama posisinya yang lebih
strategis dan tenaga pendidik berstatus ASN yang lebih banyak, Saya terus berusaha
mengembangkan SMKN Rawas Ulu dengan dorongan berbagai prinsip-prinsip motivasi yang
telah dimiikinya. Awalnya bersama guru dan pegawai yang semuanya honorer, satu guru
berlatar belakang pendidikan Teknik Mesin dan satu orang berlatar belakang pendidikan
Komputer, Saya membuka sekolah dengan 2 program studi yaitu Teknik Kendaraan Ringan
dan Teknik Komputer Jaringan. 104 peserta didik mendaftar dengan tempat belajar
menumpang di SMAN Surulangun (sekolah yang kemudian dijadikan sebagai pesaing utama)
yang berlokasi sekitar 3 KM dari lokasi sekolah saat ini. Sekolah terus berkembang baik sarana
maupun peserta didik, meski sebagai sekolah negeri jumlah ASN tidak berkembang signifikan
dimana sampai dengan tahun 2019 hanya ada 3 ASN. Program studi bertambah dengan
diibukanya 2 Program Studi baru yaitu Teknk Bisnis Seepda Motor, Rekayasa Perangkat
Lunak, dan Multimedia. Pada tahun 2019 bertambah ASN sebanyak 16 orang, sayangnya
banyak yang tidak sesuai dengan kompetensi inti yang dibutuhkan dimana 7 orang ASN baru
berlatar beakang mata pelajaran Kimia dan Fisika yang tidak terlalu dibutuhkan, sementara
guru mata pelajaran Produktif tidak mendapatkan tambahan ASN. Saat ini SMKN Rawas Ulu
mengasuh 795 peserta didik yang dibina oleh 83 orang guru dan pegawai dengan sarana
gedung yang cukup memadai, meski perlu penambahan berbagai sarana praktik.
Sejak awal Saya berpandangan bahwa sekolah harus dikelola dengan manajemen layanan
bisnis jasa, dimana sekolah yang memberikan layanan terbaik pada customer dan
menghasilkan lulusan yang berkualitas akan dapat dipercaya oleh masyarakat. Oleh karenanya
Saya selalu mengingatkan filosofi ini dalam setiap kesempatan dan berusaha
merealisasikannya dalam setiap kebijakan. Pembiayaan yang tidak memberatkan bagi orang
tua, desain pakaian seragam dan kualitas terbaik, pemberian reward bagi peserta didik
berprestasi, bantuan bagi peserta didik dari keluarga kurang mampu, membuka seluas-luasnya
kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakat serta mengikuti
berbagai event kegiatan baik di tingkat local maupun nasuinal adalah beberapa hal yang terus
dilakukan.
Saya menyadari bahwa ada kendala internal terutama terkait dengan kompetensi dan etos kerja
guru dan pegawai yang belum dapat mengikuti kecepatan geraknya. Beberapa usaha telah dan
akan terus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain peningkatan pendapatan,
pelatihan baik melalui inhouse training maupun mengikutkan training yang diselenggarakan
pihak lain, upaya pembinaan dalam berbagai kesempatan rapat mapun melalui pesan di grup,
namun situasinya masih tetap belum seperti harapan. Mengatasi hal ini langkah alternatif yang
dilakukan adalah dengan melibatkan tenaga professional di luar sekolah dalam berbagai
kesempatan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik.
Jika melihat prestasi yang telah diraih, peserta didik SMKN Rawas Ulu telah meraih berbagai
prestasi di level Kabupaten maupun Provinsi dan juga sudah ada beberaa diantaranya yang
mampu mengikuti lomba di tingkat Nasional, selain itu di level Kabupaten, sebagai satu
satunya SMK di Kabupaten Musi Rawas Utara, SMKN Rawas Ulu dinilai paling aktif
mengembangkan ektrakurikuler dibanding dengan sekolah sederajat. Menjadi pelaksana
UNBK pertama di tingkat Kabupaten dan menjadi tempat bagi pelaksanan UNBK bagi
SMP/SMA/Paket C. Begitu juga dengan persaingan lulusan untuk masuk ke perguruan tinggi,
lulusan SMKN Rawas Ulu juga tidak kalah bersaing sehingga image lulusan SMK tidak
mampu bersaing melanjutkan ke perguruan tinggi sudah tidak ada lagi, Namun masih banyak
pekerjaan Rumah yang harus segera dilakukan sebagai sekolah kejuruan, terutama terkait
dengan peningkatan kompetensi siswa. Saat ini kerjasama sekolah dengan pihak IDUKA
belum berjalan sebagaimana yang diinginkan, sekolah belum memiliki Teaching Factory
maupun Unit Produksi, kerja sama dengan pihak IDUKA masih dominan sebatas kegiatan
Prakerin/PKL (Praktik Kerja Industri/Praktik Kerja Lapangan), beberapa kerjasama yang lebih
komprehensif telah dicoba dilakukan terutama terkait dengan menggagas kurikulum secara
bersama dan rekruitmen lulusan sebagai tenaga kerja. Saat ini SMKN Rawas Ulu sedang
menggagas kerja sama melalui program Pintar Bersama Daihatsu dan Axioo.
Situasi Pandemi Corona juga menjadi tantangan tersendiri, sebagai sekolah kejuruan tentu
tidak cukup dengan penyampaian materi secara daring namun tetap harus melaksanakan
praktik secara luring, begitu juga dengan pelaksanaan prakerin. Karenanya salah satu
terobosan yang akan diimplementasikan dalam waktu dekat adalah Prakerin dengan metode
Project. Metode ini dirasakan paling tepat, selain realistis di tengah masa pandemic corona,
metode ini juga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi sekolah juga meminimalkan
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua, dimana selama ini masalah biaya prakerin menjadi
salah satu alasan yang memberatkan orang tua untuk memilih SMK sebagai tempat
melanjutkan pendidikan anak-anaknya, karena biasanya prakerin dilaksanakan di dunia
usaha/dunia industry yang berlokasi jauh dari tempat tinggal sehingga orang tua harus
mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal dan biaya lainnya. Situasi ini terjadi karena
umumnya orang tua peserta didik berasal dari keluarga dengan ekonomi kurang mampu.
Percaya bahwa cinta akan mendatangkan kepedulian, dan kepedulian melahirkan inovasi serta
selalu yakin ada solusi dalam setiap situasi menjadi modal untuk membawa SMKN Rawas Ulu
terus berkembang dan menjadi kebanggaan masyarakat. Meski berada di satu-satunya
Kabupaten di Sumatera Selatan yang masih berlabel 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar),
namun saya memiliki keyakinan dengan tambahan ilmu dan wawasan selama mengikuti
Pelatihan CEO ini dapat mewujudkan SMKN Rawas Ulu menjadi sekolah lebih baik di masa
yang akan datang.
Tugas Mandiri 1.2.
Ringkasan Point Terpenting dari Ebook Strategic Management and Business Policy
Analisa SWOT
Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi
dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi.
Strength (Kekuatan)
adalah suatu kondisi di mana perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara sangat
baik (diatas rata-rata industri).
Weakness (Kelemahan)
adalah kondisi di mana perusahaan kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di
karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi.
Opportunity (Peluang)
adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih
belum di kuasai oleh pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.
Threats (Ancaman)
adalah suatu keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh
kinerja pihak pesaing, yang jika dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan
dikemudiaan hari.
4. Implementasi Strategi
Impelementasi strategi ialah tahap selanjutnya sesudah perumusan strategi yang ditetapkan.
Penerapan strategi ini memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam
mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, menyusun kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat
dilaksanakan.
Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung budaya, merencanakan
struktur organisasi yang efektif mengatur ulang usaha pemasaran yang dilakukan,
mempersiapkan budget, mengembangkan dan utilisasi sistem informasi serta
menghubungkan kompensasi karyawan terhadap kinerja organisasi.
5. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi ialah tahap akhir dalam manajemen strategis. Manajer sangat
membutuhkan untuk tahu kapan strategi tertentu tidak bekerja dengan baik. Evaluasi
strategi ialah alat untuk memperoleh informasi ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
penilaian atau melakukan proses evaluasi strategi.
Dalam penilaian strategi terdapat tiga aktivitas penilaian yang mendasar yaitu:
a. Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi
strategi saat ini.
b. Pengukuran kinerja.
c. Pengambilan langkah korektif.
Penilaian strategi sangat diperlukan oleh suatu perusahaan karena strategi yang berhasil
untuk saat ini tidak selalu berhasil untuk dimasa yang akan datang.
Dimensi-Dimensi Manajemen Strategi
1. Dimensi waktu dan orientasi masa depan
Manajemen Strategi dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu
organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif
terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan
tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai Visi organisasi yang akan diwujudkan 25-30
tahun lebih di masa depan.
2. Dimensi internal dan eksternal
Dimensi Internal adalah kondisi organisasi non profit (pendidikan) pada saat sekarang,
berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus diketahui secara tepat.
Untuk itu perlu dilakukan kegiatan evaluasi diri antara lain dengan menggunakan Analisis
Kuantitatif dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, menggunakan data
kuantitatif yang tersedia di dalam Sistem Informasi Manajemen.
3. Dimensi pendayagunaan sumber daya
Manajemen strategi sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari
kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi
terimplementasikan dalam fungsi – fungsi manajemen ke arah tercapainya sasaran yang
telah ditetapkan di dalam setiap rencana operasional, dalam rangka mencapai tujuan
strategi melalui pelaksanaan misi untuk mewujudkan visi organisasi (sekolah). Sumber
daya yang ada terdiri dari sumber daya material khususnya berupa sara dan prasarana,
Sumber daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program, Sumber daya
manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya informasi. Semua sumberdaya ini
dikategorikan dalam sumber daya internal, yang dalam rangka evaluasi diri (analisis
internal) harus diketahui dengan tepat kondisinya.
4. Dimensi keikutsertaan manajemen puncak (Pimpinan)
Manajemen strategi yang dimulai dengan menyusun Rencana Strategi merupakan
pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat
diwujudkan.
Rencana Strategi harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang
berpengaruh pada eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung jawab
manajemen puncak.
5. Dimensi multi bidang
Manajemen Strategi sebagai Sistem, pengimplementasiannya harus didasari dengan
menempatkan organisasi sebagai suatu sistem. Dengan demikian berarti sebuah organisasi
akan dapat menyusun Rencana Strategis dan Rencana operasional jika tidak memiliki
keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada organisasi lain sebagai atasan.
1. Latar Belakang
Aktifitas manusia saat ini sangat tergantung dengan jaringan internet. Kekuatan signal
internet menjadi sangat penting.
Di lokasi SMKN Rawas Ulu, sinyal internet yang tertangkap melalui Telepon seluler
kurang baik, untuk kebutuhan internet sekolah dan pembelajaran, SMKN Rawas Ulu telah
memiliki jaringan internet menggunakan system radio pemancar bekerja sama dengan PT
Telkom, namun baru dapat memenuhi kebutuhan beberapa ruang dan tempat saja, dengan
luasan area sekolah lebih kurang 20.000 m 2 , meskipun telah dipasang perangkat wifi di
beberapa titik, namun di beberapa tempat signal internet tidak cukup baik
Selain itu, saat ini SMKN Rawas Ulu melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh,dengan mode
daring, salah satu kendala yang masih muncul adalah kekuatan signal internet di beberapa
desa tempat tinggal peserta didik tidak cukup baik.
Pada sisi yang lain, ada 18 peserta didik kelas XII Program Keahlian Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) yang terkendala melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ke luar
sekolah (DUDI) karena masih dalam masa Pandemi Corona, sehingga PKL akan diarahkan
dengan PKL system Proyek salah satunya dengan membuat Booster Signal Internet.
Proyek ini sangat mungkin untuk dilaksanakan karena SMKN Rawas Ulu memiliki guru
yang memliki kemampuan untuk membimbing pembuatan Booster Signal, alat dan bahan
mudah diperoleh, biaya pembuatan dapat dialokasikan oleh sekolah.
2. Tujuan
a. Menghasilkan produk berupa booster signal sebanyak 18 buah (Inovasi produk)
b. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Masa Pandemi dengan system Proyek
(inovasi proses)
3. Manfaat
a. Sekolah memiliki booster signal hasil PKL yang dapat dipergunakan meningkatkan
kualitas internet di lingkungan sekolah
b. Peserta didik yang melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh secara daring terkendala
sinyal yang lemah dapat memanfaatkan alat booster signal hasil PKL.
c. Meningkatkan kompetensi peserta didik
d. Meningkatkan image positif SMKN Rawas Ulu di masyarakat
9. Langkah-langkah kegiatan
a. Sosialisasi program pada warga sekolah (Guru, peserta didik, dan orang tua)
b. Pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat/produk booster signal
c. Pembekalan peserta PKL
d. Proses pembuatan alat/produk dan pembimbingan
e. Proses pengujian keberhasilan alat/produk booster signal dan penyempurnaan
f. Penggunaan alat di lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal peserta didik
yang membutuhkan
g. Promosi produk dan pembangunan image positif sekolah