Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL 2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


IDIK401

AIN UR ISNA LAILATUL NIKMAH


858571207
S1 PGSD
UPBJJ MALANG

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2022.1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas 2 dalam mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik dengan baik dan lancar
Terimakasih saya sampaikan kepada pihak – pihak yang telah mendukung saya dalam
menjalani perkuliahan selama ini, utamanya kepada kedua orang tua saya dan dosen pengampu
mata kuliah “Manajemen Berbasis Sekolah“ dalam kelas ini yaitu, Yang Terhormat Bapak
Ahmad Fuadi M.Pd.I
Dalam proses pengerjaanTugas 1 ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan waktu dan kemampuan yang saya miliki, saya selaku mahasiswa berharap besar
akan bimbingan dan arahan utamanya dari bapak/ ibu dosen pengampu mata kuliah.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah SWT, memberikan kelancaran dalam proses
belajar saya. Serta keberkahan dalam setiap ilmu yang saya dapatkan, Ammiin YaRabbal
‘alamiin

Kediri, Mei 2023

Mahasiswa

(Ain Ur IsnaLailatul Nikmah)


PEMBAHASAN

1. Gagasan penerapan MBS di Indonesia muncul sebagai paradigma baru dalam pengoperasian
sekolah. Dalam pelaksaannya Kepala Sekolah sebagai leader atau pemimpin mempunyai
peran penting untuk memastikan proses pelaksanaan MBS disuatu sekolah berjalan lancar
sehingga dapat meningkatakan mutu sekolah secara bertahap dan signifikan. Namun acap
kali kendala dan masalah-masalah muncul sebagai tantangan daam pelaksanaan MBS di
sekolah
Berikut ini saya paparkan hasil inventarisasi masalah masalah yang muncul dalam
penerapan MBS di lingkungan sekolah, sekaligus gagasan untuk mengatasi nya.

1. Seperti yang telah saya jelaskan di awal bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin atau
leader memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengeolaan sekolah. Namun
tak jarang kepala sekolah sendiri, kurang memiliki keterampilan untuk mengelola
sekolah dengan baik. Jika permasalahan yang demikian terjadi maka kmungkinan
akan terjadi masalah masalah lain yang lebih komples. Karena disini kepiawaian kepala
sekolah, dan gaya kepemimpinannya merupakan hal yang sangat inti.
Solusi : upaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan kepala sekolah dalam
pengelolaan sekolah dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan untuk para kepala
sekolah untuk memastikan mereka benar benar mampu untuk memegang penuh
wewenang sebagai eader/pemimpin di sekolahnya.

2. Kurangnya pemahaman hakikat penerapan MBS oleh kepala sekolah, guru, staf
pendidikan, dll. Hal ini mengakibatkan minim nya kesadaran partisipasi/ keterlibatan
dalam pengembangan pelaksanaan MBS di sekolah, sehinga hasilnya pun jauh dari kata
memuaskan.
Solusi : untuk mengatasi hal ini, perlu diadakan rapat kerja secara berkala,
menyampaikan makna dari MBS, hakikat penerapannya pada institusi sekolah, manfaat
yang akan dicapai setelah berhasilnya penerapan system MBS ini, dan hal hal lain baik
yang bersifat operasional maupun non operasional. Sehingga menumbuhkan pemahaman
guru, staff dan yang lainnya terhadap pelaksanaan MBS ini.

3. Kebingungan atas peran dan tanggung jawab yang dimiliki.


Otorisasi pengelolaan sekolah yang diberikan pada institusi sekolah oleh pemerintah
mengharuskan para guru, kepala sekolah, staff dan karyawan bekerja sama, berbagi
peran dan tanggung jawab demi terlaksananya MBS di sekolah. Tak jarang bapak/ibu
guru kebingungan atas peran/ tanggung jawab yang diberikan, sehingga dalam
pelaksanaannya belum bisa maksimal.
Solusi : dalam permasalahan yang dijelaskan diatas kebingungan atas peran dan
tanggung jawab dapat diminimalisir dengan adanya pembagian peran, tugas, serta
wewenang yang jelas dan terstruktur. Jangan sampai ada ketimpangan diantara satu
peran dan peran lainnya, semua peran harus dapat berkoaborasi dalam pelaksanaan demi
tercapainya suatu tujuan.

4. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara pihak pihak yang terlibat, seperti
kepala sekolah, gurur, staff, dll.
kesalah pahaman/missed komunikasi dipicu adanya sikap apatis/ acuh tak acuh dari para
pihak yang terlibat. Padahal dalam pelaksanaannya memerlukan kesinambungan
komunikasi dan koordinasi yang dilakukan secara continue. Agar tercipta hubungan
kerja/ team work yang kuat. Sehingga tujuan lebih mudah dicapai

solusi : meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Sehingga bias saling membantu dan
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.

5. Penyalahgunaan wewenang/ kekuasaan


Realita yang ada, pelaksanaan MBS masih belum murni dan masih kerap ditunggangi
kepentingan-kepentingan pribadi/ golongan. Penyalah gunaan wewenang/ kekuasaan
masih sering terjadi dalam institusi sekolah. Kurangnya kesadaran diri dari masing
masing individu untuk menjalankan amanah dengan jujur menjadi faktor penyebab yang
utama dari masalah ini, selanjuutnya kurangnya transparansi dalam pelaksanaan
wewenang menjadi faktor pendukung yang memperkuat terjaddinya permasalahan ini

Solusi : upaya meningkatkan kesadaran diri dari masing masing individu adalah dengan
memeberinya motivasi agar timbul rasa tanggung jawab dalam dirinya untuk
menjalankan wewenang yang diamanahkan dengan jujur, dan tanpa peyalah gunaan.
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan transparansi atau keterbukaan dalam sekolah.
Dan menciptakan aturan aturan pengenaan sanksi/ hukuman jika terjadi penyalah gunaan
wewenang .

6. Penyalahgunaan anggaran . desentralisasi kewenangan yang diberikan pada sekolah


menjadikan sekolah memegang penuh rencana penggunaan anggaran demi terwujudnya
peningkatan kualitas dan mutu sekolah. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk
mendukung kegiatan operasioanl sekolah dan mengadakan sarana prasana pendidikan
yang memadai justru pegalokasiannya masih belum tepat sasaran. Banyak dana yang
dinilai penggunaannya masih jauh dari tujuan utama yang diharapkan.

solusi : seperti hal nya penyalah gunaan wewenang, dalam kasus penyalah gunaan
dana/anggaran salah satu kunci penyelesaiannya adalah kesadaran masing masing
individu untuk menyalurkan dana yang diamanahkan sesuai dengan petunjuk yang telah
diberikan. Selanjutnya transparansi dan keterbukaan perlu ditingkatkan. Serta adanya
penegakan hukum. Sanksi. Atau regulasi regulasi yang jelas dan tegas.

7. kecilnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah. Masyarakat memiliki


peran tersendiri dalam pelaksanaan MBS. Dukungan dari masyarakat adalah salah satu
hal yang penting dan merupakan bagian dari peran kepemimpinan kepala sekolah

solusi : baik kepala sekolah, guru, staff dl, harus bisa membaur di ingkungan
masyarakat, menciptakan hubungan berdasarkan kekeluargaan dengan masyarakat.

2. Manfaaat diterapkannya MBS :


MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang selama
ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi untuk
meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan
penting dari pusat dan dearah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya
merupakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan
penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan
kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua
atas proses pendidikan di sekolah mereka.

Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai


anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di
tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota
masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat
menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Dengan demikian, pada
dasarnya MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan memberdayakannya.

Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar murid lebih mungkin
meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang pada tingkat
daerah. Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui kebutuhan
murid dan sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau daerah. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa reformasi pendidikan yang bagus sekalipun tidak akan berhasil jika
para guru yang harus menerapkannya tidak berperan serta merencanakannya.

Para pendukung MBS menyatakan bahwa pendekatan ini memiliki lebih banyak
maslahatnya ketimbang pengambilan keputusan yang terpusat. Maslahat itu antara lain
menciptakan sumber kepemimpinan baru, lebih demokratis dan terbuka, serta
menciptakan keseimbangan yang pas antara anggaran yang tersedia dan prioritas program
pembelajaran. Pengambilan keputusan yang melibatkan semua pihak yang
berkepentingan meningkatkan motivasi dan komunikasi (dua variabel penting bagi
kinerja guru) dan pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar murid. MBS bahkan
dipandang sebagai salah satu cara untuk menarik dan mempertahankan guru dan staf
yang berkualitas tinggi.
Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik
dari penerapan MBS sebagai berikut :

1.memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan


yang akan meningkatkan pembelajaran;

2.memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan penting;

3.mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran;

4.mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan di setiap sekolah;

5.menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin
menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program
sekolah;

6.meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.


DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
Modul manajemen besbasis sekolah
https://www.kompasiana.com/saeful_arifin/5500db3a813311d019fa7f87/pelaksanaan-mbs-di-
sekolah-dasar
http://surofarhan.blogspot.com/2011/06/manajemen-berbasis-sekolah-permasalahan.html
jurnal penelitian “Kajian Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Pada Pendidikan
Menengah” oleh Suwandi

Kediri, Mei 2023

mahasiswa
(AIN UR ISNA LAILATUL NIKMAH)

Anda mungkin juga menyukai