Oleh:
JAMHARI SP
NUPTK : 7737 7476 5020 0022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rakhmatnya penulis dapat mengikuti “Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas
Sekolah dan Kepala Sekolah” perioda tanggal 21 s.d 26 September 2010 tahap in
service learning-1 Kerjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP
Kalimantan Timur.
Proposal PTS dengan judul “Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi
(Dunia Kerja Dan Dunia Industri Terhadap Lulusan Pada SMK Assaidiyyah Ponpes
Gedongan” ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas “Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS)” dari Pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang
selanjutnya untuk ditindaklanjuti/ diimplementasikan dalam Pelatihan tahap kedua (on
the job learning) yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur
Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan dari narasumber maka proposal ini dapat
terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran,
khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai
Timur Kalimantan Timur
Samarinda, 26 September 2010.
Penulis,
JAMHARI SP
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
A. Latar Belakang 4
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 6
E. Pemecahan Masalah 6
F. Tujuan Penelitian 6
G. Manfaat Penelitian 7
H. Kajian Pustaka / Teoritis 7
1. Pengantar 7
2. Pengajaran Orientasi Link And Match 10
I. Metode Penelitian 16
Daftar Pustaka 21
Lampiran - lampiran
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, dari masalah – masalah yang telah teridentifikasi
sebagaimana tersebut diatas, maka penelitian ini dibatasi pada ”rendah
penyerapan lulusan oleh Dunia Usaha dan Industri”.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarlan latar belakangdan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
”Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas
kompetensi lulusan agar dapat terserap di Dunia Usaha dan Dunia Industri
(Dudi)?”
E. PEMECAHAN MASALAH
F. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ;
1. Meningkatkan penyerapan Dudi terhadap lulusan;
2. Mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam upaya keterserapan
lulusan di Dudi.
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Kepala Sekolah dalam memecahkan masalah kualitas lulusan, meningkatnya
kepedulian Dudi untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan, pada akhirnya meningkatnya keterserapan
lulusan pada Dudi.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengantar
Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya
merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Evans & Edwin (1978:24)
mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari
sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau
kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2),
menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu
pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk
kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour
(HCEL) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan
bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang
mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan
keterampilan (Malik, 1990:94). National Council for Research into
Vocational Education Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), Pendidikan
kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus
membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan
kerja. bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus
membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada
penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar
dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku.
Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja
dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan
perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola
Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung
bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus
ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik
akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan
karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang
sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot,
1983:15).
Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar
negara Organization for Economic cooperation and Development (OECD)
pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan
individual dan keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta
didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, (2) membantu
peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan dengan jalan
memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang
diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun
nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang
perkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan meningkatkan
kualitasmasyarakat.
Sedangkan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich & Wenrich
(1974:63) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1)
menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2)
meningkatkan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta
didik, dan (3) memberikan motivasi kerja kepada peserta didik untuk
menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan tingkat SMK di samping mengemban tugas pendidikan
secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja
terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan
bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia
kerja ( Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi
lima kategori, yaitu
1. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education),
2. program persiapan kerja (employability preparation education),
3. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area
preparation education),
4. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific
education), dan
5. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education).
Secara konseptual dimensi link and match dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal
menyangkut tiga aspek
1. secara vertikal, dimana program pembangunan pendidikan dan
pengembangan kebudayaan harus benar-benar terpadu dan terkait
dengan implementasi dilapangan
2. secara horizontal yaitu upaya meningkatkan keterkaitan secara terpadu
dan selaras dengan program pembangunan pendidikan dan
pembangunan kebudayaan pada berbagai unit kerja di lingkungan
Lembaga Pendidikan, dan.
3. secara spesial, yaitu upaya untuk meningkatkan keterkaitan secara
terpadu dan selaras antara program dengan pelaksanaan pendidikan
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Dimensi eksternal terkait dengan peran dan fungsi pendidikan sebagai
instrumen pembangunan nasional khususnya perubahan sosial dalam
konteks global. Dimensi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan agar lebih sesuai
dengan tuntutan seluruh bidang pembangunan nasional.
Implementasi pendidikan berorientasi link and match adalah.
4. Praktik Kerja Industri (Prakerin)/Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin
atau PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil
bekerja atau bekerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan
aspek meniru sebagai unsur utamanya dan hasil belaja r/ bekerja itu
merupakan
5. Ukuran keberhasilan Sistem ganda (dual sistem) dalam hal ini merupakan
model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja
dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian
di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri.
Pendidikan dilaksanakan pada dua tempat yaitu pembelajaran
dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja
(work based learning). Siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan
sebagai siswa di SMK. Sebagai sistem pendidikan kejuruan yang
melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yang mana
pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua
komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan.
Tujuan dari Prakerin/PSG adalah:
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan PTS ini disusun berdasarkan pada indikasi
permasalahan yang telah diuraikan di depan, yaitu:
No Indikator Pencapaian
1. Kompetensi Lulusan sesuai dengan harapan DUdi 100%
2. Siswa kelas 12 sudah diterima di Dudi oleh Dudi untuk tahun
pelajaran yang berjalan menunggu pengumuman UN. 70%
3. Ratio ketersdiaan media pembelajaran praktik dengan siswa
90%
5. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan
1. Penyusunan Proposal 26 September ’10
2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan
bersama guru
3. Pemberian Informasi kepada guru dan Siswa
Penjelasan instrumen
4. Refleksi & Perencanaan
5. Pelaksanaan Siklus - 1
6. Observasi Siklus - 1
7. Penyebaran angket -1
8. Pengolahan Data - 1
9. Refleksi & Perencanaan
10. Pelaksanaan Siklus - 2
11. Observasi Siklus - 2
12. Penyebaran angket -2
13. Pengolahan Data - 2
14. Refleksi dan Pembahasan
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan
6. Rencana Anggaran
Honorarium
Ketua Peneliti : Rp. 500.000,-
Anggota Peneliti/Observer @ 200 rb : Rp. 400.000.-
Pembimbing : Rp. 500.000,-
Tenaga Administrasi : Rp. 100.000.- +
Jumlah : Rp.1.500.000.-
Bahan Habis dan Peralatan Penelitian
Perlengkapan peneliti : Rp. 100.000
Buku-buku literatur : Rp. 1.000.000.-
Pembelian ATK: kertas A4 HVS, tinta, dll. : Rp. 1.000.000.-+
Jumlah : Rp. 2.100.000.-
Transportasi/Perjalanan
Transport 4 orang/hari @ Rp 150rb : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan Pelaporan
Penyusunan proposal : Rp. 100.000.-
Pengolahan dan analisis data : Rp. 100.000.-
Penulisan draft laporan penelitian : Rp. 100.000.-
Penulisan naskah akhir : Rp. 100.000.-
Penjilidan dan pengiriman laporan : Rp. 100.000.-+
Jumlah : Rp. 500.000.-
Rapat, Diskusi dan Seminar
Rapat dan diskusi tim ahli 3x Rp.500rb : Rp. 2.500.000.-
Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000.-
Jumlah : Rp. 3.000.000.-
Jumlah Seluruh Anggaran
Honorarium : Rp. 2.500.000.-
Bahan habis dan peralatan penelitian : Rp. 1.500.000.-
Transportasi : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan laporan pembelajaran : Rp. 500.000.-
Rapat, diskusi dan seminar : Rp. 3.000.000.-+
Jumlah Total Anggaran : Rp. 8.500.000.-
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, nomor 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009, Tentang POS UN
2009/2010
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan
Nasional 2005-2009.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary
technical and vocational education the united Kingdom. London:
Unesco.
Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational
education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company.
Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan,
kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital:
Earning of Woman.
Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56.
National Council for Research into Vocational Education (NCRVE).
(1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio:
NCRVE Publication.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran
perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and
training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-
331.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in
administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E.
Merril Publishing Co.
LAMPIRAN I
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................