BAB IV
A. EKSPOR
1. Umum
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean. Dengan demikian
barang dikatakan telah diekspor jika barang tersebut telah diangkut keluar melalui batas
daerah pabean untuk dibawa ke luar daerah pabean. Jadi secara nyata , ekspor terjadi pada
saat barang ekspor melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan
pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis
perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang ekspor. Barang
yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah
diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor , barang dimaksud bukan merupakan barang
ekspor dalam hal dapat dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan untuk dibongkar di suatu
tempat dalam daerah pabean .
Sarana pengangkut adalah setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau sarana
lain yang digunakan untuk mengangkut barang ekspor. Sedangkan yang dimaksud dimuat
yaitu dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut dan telah diajukan pemberitahuan
pabean termasuk dipenuhinya bea keluar.
Jadi walaupun barang tersebut telah dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat
ke luar daerah pabean, jika dapat dibuktikan barang tersebut akan dibongkar di dalam daerah
pabean dengan menyerahkan suatu pemberitahuan pabean, barang tersebut tidak dianggap
sebagai barang ekspor.
Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan dengan pemberitahuan pabean yaitu
Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB ).PEB tidak diperlukan untuk barang keperluan pribadi
penumpang, awak sarana pengangkut ,pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas nilai
dan atau jumlah tertentu.
Barang yang sudah diberitahukan untuk diekspor dapat dibatalkan ,tetapi harus
dilaporkan kepada pejabat bea dan cukai. Pembatalan ekspor yang tidak dilaporkan dikenakan
sanksi adminstrasi berupa denda sebesar Rp 5.000.000,-
2. Persiapan Ekspor
Ekspor dapat dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum maupun perseorangan. Perusahaan
atau perorangan yang melakukan ekspor disebut eksportir.
75
LPP APREISINDO
Agar kegiatan ekspor dapat mencapai hasil yang diharapkan diperlukan berbagai persiapan,
yaitu:
a. Persiapan adminstratif,
b. Persiapan legalitas
c. Persiapan fisik barang
d. Persiapan opersional
a. Persiapan adminstartif.
Yang dimaksud dengan persiapan adminstratif adalah persiapan yang dapat mendukung
kegiatan administratif ( tatausaha ), yaitu tersedianya kantor, berikut peralatan yang memadai
seperti komputer , mesin faksimili , tetelephon dan alat tulis menulis yang biasa digunakan
dalam kegiatan ketatausahaan termasuk tersedianya SDM yang mempunyai kompetensi dalam
kegiatan ekspor.
b. Persiapan legalitas
Eksportir orang perorangan dapat melakukan ekspor barang yang bebas diekspor dan harus
memiliki :
a. NPWP
b. Dokumen lain yang dipersyaratkan ketentuan perudang – undangan yang berlaku.
Lembaga maupun badan usaha yang melakukan ekspor barang yang tidak bebas diekspor
harus memilki:
1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan ( TDUP); Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP ) atau
2. Ijin Usaha dari Departemen Teknis / Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku;
3. NPWP dan
4. Eksportirnya harus terdaftar di Kemetrian Perdagangan.
5. Dokumen lain yang dipersyaratkan ketentuan yang berlaku.
Hal-hal yang harus dilakukan agar ada kepastian bahwa barang yang akan diekspor benar –
benar tersedia, ekspotir melakukan berbagai kegiatan antara lain yaitu:
76
LPP APREISINDO
§ Apabila yang melakukan eskpor adalah produsen berarti memproduksi barangnya sendiri
tidaklah terlalu bermasalah, karena pada waktu merencankan ekpor sudah pasti
disesuaikan dengan kemampun produksi pabrik baik secara kualitaas maupun
kwantitasnya. Berati kemampuan pabrik dalam menyediakan barang harus menjadi
pertimbangan utama dalam kegiatan ekspornya agar dapat dilakukan secara
berkesinambungan.
§ Apabila eksportirnya adalah eksportir biasa ( eksportir pedagang ) artinya tidak
memproduksi sendiri barangnya , berarti harus dipersiapkan dan diperhitungan akan
ketersediaan barang, misal dengan mengadakan kontrak dengan produsen. Hal ini perlu
dilakukan untuk menjaga tersedianya barang yang akan diekspor agar tidak timbul
masalah dikemudian hari.
§ Brosur dari tiap barang yang akan diekspor.
Brosur sangat diperlukan , karena dengan brosur promosi dapat dilakukan dengan lebih
baik dan lebih manarik calon pembeli. Brosur dibuat secara ringkas dan menarik dan
mencakup spesifikasi tenknis barang yang akan diekspor.
3. Prosedur Ekspor
Kepabeanan tidak dapat dilepaskan dari transaksi ekspor maupun impor, oleh karena itu
dibawah ini akan dibahas secara singkat mengenai cara pembayaran yang dilakukan dalam
transaksi ekspor maupun impor. Hal ini menjadi penting apabila dikaitkan dengan
penyelesaian kewajiban pabean, khususnya dalam pelunasan bea masuk, cukai , PPN, PPnBM
dan PPH ps 22 yang terhutang.
77
LPP APREISINDO
Sebagai mana kita ketahui dalam transaksi ekspor impor dikenal dua jenis pembayaran yaitu
cara pembayaran tanpa L/C dan cara pembayaran dengan L/C.
PENGERTIAN
Advance payment atau pembayaran di depan adalah pembayaran yang dilakukan oleh
importir kepada penjual ( eksportir ) sebelum barang dikirim oleh eksportir. Ini berarti
importir memberi kredit kepada eksportir. Pembayarannya dapat dilakukan dengan cara
pembayaran seluruh nilai barang maupun secara partial payment. Kesepakatan atas sistem
pembayaran dituangkan dalam sales contract.
a. Sistem pembayaran ini menunjukkan bahwa :
a) Importir percaya penuh kepada eksportir bahwa ia akan mendapatkan barang yang
diinginkan.
b) Importir percaya bahwa negara eksportir tidak akan melarang ekspor barang
bersangkutan.
c) Importir percaya bahwa negara eksportir tidak melarang adanya pembayaran
dimuka.
d) Importir mempunyai liquiditas yang cukup.
b. Cara pembayaran dimuka biasanya dilakukan dengan cara :
a) Dengan cheque ( barang akan dikirim setelah cheque di clearing).
b) Dengan banker’s draft.
c) Dengan mail payment order.
d) Dengan cable payment order.
e) Dengan internasional money order.
c. Kapan sistem pembayaran ini digunakan :
a) Sejauh mana pengetahuan integritas eksportir dan kemampuan keuangannya.
b) Stabilitas ekonomi dan politik negara eksportir
c) Status report ekportir.
d) Kepercayaan yang sangat besar kepada eksportir.
d. Dokumen – dokumen pengapalan dapat langsung dikirim oleh eksportir kepada importir
setelah pembayaran.
e. Keuntungan bagi seller/eksportir :
a) Biaya relatif lebih rendah
b) Proses dokumen relatif singkat
78
LPP APREISINDO
Cara ini kebalikan dari cara pertama, dengan demikian yang menanggung resiko adalah
eksportir, dan yang mendapat kredit adalah importir.
Disebut open account karena belum dilakukan pembayaran oleh importir sebelum barang
dikapalkan atau tiba dan diterima oleh importir atau dalam waktu yang disepakati barang
diterima. Begitu barang dikirim eksportir akan mengirim invoice saja tetapi tidak ada
kiriman wesel atau instrument lain kepada importir.
Dalam invoice dicantumkan tanggal atau waktu tertentu importir harus melakukan
pembayaran dan dapat juga ada pemberian discount harga bagi pembayaran yang dilakukan
sebelum jatuh tempo.
Sistem ini lebih kuat dari open account, karena eksportir mempunyai hak dalam pengawasan
barang – barang sampai wessel di aksep ( ditanda tangani ) atau dibayar. Eksportir ( penarik
wesel ) mengapalkan barang ekspornya yang ditujukan kepada importir sementara itu
dokumen kepemilikan atas pengiriman barang tersebut secara langsung atau melalui
banknya di dalam negri dikirim ke bank importir di luar negri yang merupakan pihak
tertarik dari wesel yang bersangkutan. Pihak Bank akan menyerahkan dokumen kepemilikan
barang kepada importir apabila persayaratan telah dipenuhi oleh impotir ( documen again
payment atau dokumen again aception ). Documen agian payment artinya bank akan
menyerhkan dokumen apabila importir sudah membayar atas impor barang tersebut dan
documen again acception adalh bank akan menyerahkan dokumen apabila imporir sudah
menandatangani ( aceptasi) wessel sesuai dengan perjanjian.
4) KONSINYASI :
Adalah pengiriman barang ke importir di luar negri sebagai titipan untuk dijualkan dengan
harga yang ditentukan oleh eksportir. Bila barang tidak terjual akan dikembalikan ke
eksportir.
79
LPP APREISINDO
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam ekspor impor ada perbedaan kepentingan
antara pembeli dan penjual , bahkan kadang – kadang bertentangan, pembeli menghendaki agar
pembayaran dilakukan sesudah barang diterima sedang penjual menginkan agar pembayaran
diterima sebelum barang dikirim. Hal ini disebabkan resiko yang dihadap pembeli dan penjual
juga berbeda satu sama lain. Apabila masing – masing pihak tidak bersedia mengalah, transaksi
ekspor – impor dipastikan tidak bias terjadi. Jalan tengah yang harus dilakukan adalah melalui
sarana letter of credit.
L/C adalah suatu surat yang diterbitkan oleh bank devisa atas permintaan importir
nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di luar negri yang menjadi
relasi imporir tersebut, untuk menarik wessel atas bank yang bersangkutan sejumlah uang yang
disebut dalam surat tersebut.
International Chamber of Commercial dalam UCP DC 600, memberikan definisi
Credit ( letter of credit ) adalah suatu perjanjian apapun nama dan diuraikannya yang bersifat
irrevocable dan oleh karena itu merupakan janji pasti dari issuing Bank untuk membayar atas
penyerahan dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C
L/C memegang peranan penting dalam perdagangan internasional, walau pembayaran
dalam transaksi ekspor impor tidak harus dengan L/C. Beberapa faktor yang menyebabkan
penggunaan L/C akan lebih menguntungkan adalah adanya pengekangan devisa dibeberapa
negara, ketidak pastian perekonomian dunia , diperlukannya suatu cara bagi eksportir untuk
melancarkan pembayaran barang – barang ekspornya.
Dengan membuka L/C sebagian resiko transaksi di tanggung oleh bank. Pada
umumnya L/C ditujukan untuk kepentingan eksportir dan sebagai akibatnya eksportir akan
mendesak kepada importir agar pembayaran dilakukan dengan membuka L/C.
Berdasarkan L/C pihak perbankan akan mengadakan pembayaran atas dokumen –
dokumen yang diserahkan bila menurut pengamatannya telah memenuhi persyaratan yang
diminta pada L/C. Dalam hal ini pihak bank hanya bertanggung jawab atas dokumen –
dokumen, sedang apabila terjadi perbedaan atas pengiriman barang pihak bank tidak
bertanggung jawab sama sekali. Apabila terjadi perbedaan barang yang diterima tidak sesuai
dengan barang yang dipesan,sepenuhnya tanggung jawab pada sipengirim ( eksportir ).Hal ini
sesuai dengan prinsip yang mendasari L/C yaitu bahwa bank hanya berurusan dengan
dokumen dan tidak dengan barang. Oleh karena itu bank harus meneliti secara seksama atas
semua dokumen yang diajukan dalam rangka pembukaan L/C untuk memastikan apakah
dokumen tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi credit ( L/C ).
Subyek hukum transaksi letter of credit adalah Uniform Customs and Practice for
Docementary Credits ( UCP - DC ) 600, yang disusun oleh International Chamber of
Commercial ( ICC ).
UCP- DC adalah ketentuan atau aturan yang berlaku secara internasional tentang
documentary credit yang dikeluarkan oleh the International Chamber of Commerce ( ICC ) ,
misalnya pasal tentang :Jenis – jenis L/C, Pembukaan L/C; Pengertian L/C ;Kewajiban Avising
Bank; Bentuk dan sifat L/C; dan lain -lainnya .
80
LPP APREISINDO
a. Revolving L/C
Yaitu L/C yang berdasarkan syarat –syaratnya, jumlahnya diperbaharui atau
dinyatakan berlaku kembali secara otomatis tanpa memerlukan perubahan khusus
pada L/C tersebut L/C ini dapat Revocable maupun irrevocable dan dapat berlaku
kembali dalam kaitannya “ jangka waktu” atau “nilai L/C’
81
LPP APREISINDO
tergantung kepada importir. Disebut red clause,karena catatan ini biasa ditulis
dengan tinta merah atau diberi tanda dengan tinta merah.
c. Transferable L/C
L/C ini dapat dipindah tangankan ( tranferable ) atau dialihkan dari benefaciary
asal/pertama kepada satu atau beberapa benefisiary yang lain. L/C hanya dapat
diterbitkan oleh bank sebagai transferable bila mana ada instruksi khusus dari
apllicant L/C
e. Negotiable L/C
Yaitu apabila beneciary ( eksportir ) dapat mengajukan wesel dan dokumen –
dokumen L/C nya ke Bank mana saja yang dia pilih.
Berdasarkan sales contract yang telah disetujui oleh penjual dan pembeli, maka pesanan
barang dapat dilakukan dan dibuatlah sales order oleh pembeli ( importir ).
1. Importir mengisi formulir aplikasi pembukaan L/C dengan lengkap dan benar dan
diserahkan ke bank penerbit atau bank pembuka ( Issuing Bank )
2. Bilamana issuing bank telah menyetujui aplikasi pembukaan L/C importir, maka bank
akan membuka L/C yang ditujukan kepada Bank di tempat eksportir sebagaimana
disyaratkan dalam formulir aplikasi.
3. Pembukaan L/C oleh advising bank diteruskan kepada eksportir sesuai permintaan
importir melalui pos udara dan sebelumnya telah diberitahukan melalui telex atau
diserahkan kepada importir untuk dikirim sendiri ke eksportir, tetapi yang paling
sering dilakukan ialah bank penerbit akan mengirimkan ke advise bank untuk
diteruskan ke eksportir.
Apabila dokumen – dokumen L/C telah disiapkan oleh eksportir sesuai persyaratan L/C,
maka eksportir dapat mengajukan dokumen ( negoisasi ) tersebut berikut wessel kepada
bank untuk dilakukan pembayaran Pada hakekatnya pada L/C impor , importir telah
menguasakan kepada bank penerbit L/C untuk membayar lebih dahulu atau mengaksep
wessel yang ditarik eksportir kepadanya asal wessel dan dokumen – dokumen L/C yang
menyertainya semua telah sesuai dengan syarat – syarat pada L/C. Kemudian issuing bank
82
LPP APREISINDO
1. Bagi eksportir :
1. Kepastian adanya pembayaran ( menghindari resiko tidak dibayar)
2. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan.
3. Adanya kemungkinan memperoleh uang muka / kredit tanpa bunga ( khususnya L/C
dg syarat red clause )
2. Bagi importir:
1. Kepastian mendapatkan barang impor yang diinginkan karena reputasi importir
dijamin oleh Opening Bank.
2. L/C merupakan jaminan importir bahwa dokumen atas barang impor akan diterima
dengan lengkap dan benar, karena telah diteliti oleh Bank, sesuai dengan persyaratan
yang dia ajukan
3. Importir dapat mengajukan persyaratan yang harus dipenuhi oleh eksportir.
83
LPP APREISINDO
1. Umum.
PEB didaftarkan oleh eksportir atau kuasanya ke Kantor Pemuatan. Untuk Kantor
Pemuatan yang telah menggunakan sistem PDE, pendaftaran PEB wajib dilakukan dengan
menggunakan sistem PDE , sedang untuk Kantor Pemuatan yang tidak menggunakan sistem
PDE, pendaftaran PEB dilakukan dengan menggunakan disket atau formulir.Barang ekspor
yang diekspor melalui PT. Pos Indonesia didaftarkan ke Kantor Pabean di Kantor Pos Lalu
Bea tempat pengiriman barang ekspor yang bersangkutan.
84
LPP APREISINDO
Data PEB yang diserahkan melalui media elektronik dan hasil cetak PEB yang telah
mendapat nomor dan tanggal pendaftaran sebagai diperlakukan sebagai PEB yang sah.
Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen. Penelitian dokumen ,
dilakukan oleh sistem aplikasi pelayanan dan/atau pejabat bea dan cukai, setelah
pemberitahuan pabean ekspor diajukan ke kantor pabean. Penelitian dokumen meliputi:
a) kebenaran dan kelengkapan pengisian data pemberitahuan pabean ekspor;
b) kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan;
c) kebenaran perhitungan bea keluar yang tercantum dalam bukti pelunasan bea keluar dalam
hal barang ekspor terkena bea keluar; dan
d) pemenuhan ketentuan umum di bidang ekspor.
Dalam hal tertentu, pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik atas barang
ekspor.
b. Dokumen pendukung
1. Packing list
2. Weight note ( penting untuk barang yang barang harganya atas berat barang )
3. Surat keterangan asal ( SKA) atau certivicate of origin ( CoO )
4. Sertifikat dari Badan Karantina.
5. Sertifikat mutu
6. Dokumen lain untuk memenuhi persyaratan ekspor.
Surat Keterangan Asal ( certificate of origin ) adalah dokumen yang disertakan pada
waktu barang ekspor Indonesia memasuki wilayah Negara tertentu yang membuktikan
bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia.
85
LPP APREISINDO
Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kawasan pabean, gudang eksportir, atau tempat lain yang
digunakan eksportir untuk menyimpan barang ekspor.
Terhadap eksportir tertentu ( prioritas ) yang atas barang ekspornya:
a. mendapat fasilitas KITE dengan skema pembebasan bea masuk dan/atau cukai; atau
b. dikenai bea keluar, tidak dilakukan pemeriksaan fisik.
Penetapan eksportir tertentu tersebut ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat bea dan
cukai yang ditunjuk, dengan memperhatikan reputasi eksportir yaitu :
a) tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan dan cukai yang dikenai sanksi
administrasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir;
b) tidak mempunyai tunggakan hutang bea masuk, bea keluar, cukai, dan pajak;
c) telah menyelenggarakan pembukuan sesuai Undang-Undang Kepabeanan; dan
d) telah memperoleh rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pajak sebagai wajib pajak patuh.
Pemeriksaan fisik barang juga dapat dilakukan dalam hal barang yang diekspor adalah barang
ekspor yang :
a. terkena Bea Keluar dan Surat Tanda Bukti Setor ( STBS ) yang nomor dan tanggalnya
tercantum dalam PEB belum diserahkan eksportir kepada Pejabat Bea dan Cukai.
b. diatur, diawasi dan dilarang ekspornya dan izin dari instansi terkait yang tercantum dalam
PEB belum diserahkan eksportir kepada Pejabat Bea dan Cukai;
Pelaksanaan pemeriksaan fisik atas barang sebagaimana tresebut di atas tidak perlu
dilaksanakan dalam hal :
a. eksportir telah menyerahkan STBS atau izin dari instansi terkait kepada Pejabat dan
berdasarkan hasil penelitian dokumen kedapatan sesuai; dan
b. barang ekspor bersangkutan tidak terkena Nota Hasil Intelijen ( NHI ) .
Terhadap barang ekspor tersebut diberikan Persetujuan Ekspor oleh Pejabat setelah eksportir
menyerahkan STBS atau izin instansi terkait.
Nota Hasil Intelijen atau NHI adalah produk dari Kegiatan Intelijen yang menunjukkan
indikasi mengenai adanya pelanggaran di bidang kepabeanan dan/atau cukai.
86
LPP APREISINDO
Pemeriksaan fisik barang didasarkan pada PEB dan atau dokumen pelengkap pabean yang
diwajibkan. Pemeriksaan fisik barang meliputi :
a. jenis barang;
b. jumlah barang;
c. identitas barang;
d. spesifikasi teknis barang;
e. kondisi barang;
f. klasifikasi barang berdasarkan HS;
g. nomor, merek, jenis dan jumlah kemasan;dan
h. pemenuhan ketentuan kepabeanan di bidang ekspor.
5. BEA KELUAR
Bea Keluar adalah pungutan negara berdasarkan UU Kepabeanan yang dikenakan atas barang
ekspor tertentu. Terhadap barang ekspor tertentu tersebut ditetapkan Harga Patokan Ekspor (HPE)
setiap bulan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perdagangan atau pejabat yang
ditunjuk dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negari. Bea Keluar dipungut
berdasaarkan Peraturan Pemerintah No: 55 / 2008.
Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) ditetapkan dengan berpedoman pada harga rata-rata
Internasional dan atau harga rata-rata FOB di beberapa pelabuhan di Indonesia dalam satu bulan
sebelum penetapan HPE.
87
LPP APREISINDO
a. Dalam hal tarif Bea Keluar ditetapkan secara advalorum (persentase dari harga
barang), penentuan jumlah bea keluar dihitung berdasarkan rumus:
Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan barang x Harga Ekspor x Nilai Tukar Mata Uang
Contoh:
b. Dalam hal tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik/adnaturam (satuan barang),
penentuan jumlah Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus:
Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu x Jumlah
Satuan barang x Nilai Tukar Mata Uang
Contoh:
Bea Keluar dibayar oleh Eksportir, sebelum dokumen PEB disampaikan ke Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai ( KPPBC ) dan disetorkan di Bank Devisa
Persepsi yang on line dengan KPPBC. Jadi apabila eksportir mengekspor barang yang wajib
bea kelua, maka bea keluar harus dibayar sebelum PEB dikirim ke KPPBC.
88
LPP APREISINDO
RANGKUMAN
89
LPP APREISINDO
LATIHAN SOAL:
Pilih dan berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat!
4. UCP- DC adalah ketentuan atau aturan yang berlaku secara internasional tentang
documentary credit ( letter of credit ) yang dikeluarkan oleh :
a. International Chamber of Commerce ( ICC ) ,
b. Wold Trade Organisation ( WTO)
c. Wold Customs Organisation ( WCO)
d. Wold Health Organisation ( WHO )
5. Barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean
dianggap telah diekspor dan :
a. diperlakukan sebagai barang ekspor .
b. diperlakukan sebagai barang yang akan dijual keluar negri,
c. diperlakukan sebagai barang ekspor yang harus diperiksa oleh petugas bea cukai,
d. diperlakukan sebagai barang ekspor apa bila sudah diperiksa oleh petugas bea cukai
6. Dalam kaitannya dengan ketentuan ekspor , yang dimaksud dengan sarana pengangkut :
a. adalah setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk
mengangkut barang ekspor.
b. adalah pesawat udara atau sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang ekspor.
c. adalah kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang ekspor.
d. adalah setiap kendaraa termasuk kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk
mengangkut barang ekspor.
90
LPP APREISINDO
7. Untuk dapat melakukan kegiatan ekpor , eksportir wajib memberitahukan barang yang akan
diekspor ( barang ekspor ) ke kantor pabean dengan :
a. menggunakan pemberitahuan pabean ekspor.
b. menggunakan pemberitahuan pabean ekspor dan impor.
c. menggunakan permohonan pabean ekspor .
d. menggunakan permohonan pabean ekspor dan impor.
8. Pemberitahuan pabean ekspor atau PEB adalah pernyataan yang dibuat oleh orang :
a. dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk tulisan
di atas formulir atau data elektronik.
b. dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk tulisan
di atas formulir.
c. dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk data
elektronik.
d. dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor.
91
LPP APREISINDO
12. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke kantor pabean dengan menggunakan
pemberitahuan pabean ekspor (PEB ) , kecuali :
a. barang pribadi penumpang; barang awak sarana pengangkut; barang pelintas batas;
barang kiriman melalui PT (Persero) Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 100
(seratus) kilogram.
b. barang pribadi penumpang; barang awak sarana pengangkut; barang pelintas batas;
barang kiriman melalui PT (Persero) Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 200 (dua
ratus) kilogram.
c. barang pribadi penumpang; barang awak sarana pengangkut; barang pelintas batas;
barang kiriman melalui PT (Persero) Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 150
(seratus lima puluh) kilogram.
d. barang pribadi penumpang; barang awak sarana pengangkut; barang pelintas batas;
barang kiriman melalui PT (Persero) Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 500 (lima
ratus) kilogram.
13. Dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor pengurusan PEB di
kantor pabean :
a. dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau dikuasakan kepada Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan .
b. dapat dilakukan sendiri oleh eksportir.
c. harus dilakukan sendiri oleh eksportir dan tidak dapat dikuasakan kepada Pengusaha
Pengurusan Jasa Kepabeanan .
d. harus dilakukan oleh Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan.
14. Terhadap barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar yang dipungut dengan tujuan untuk:
a. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; melindungi kelestarian sumber daya
alam;mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di
pasaran internasional; atau menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.
b. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; mengantisipasi kenaikan harga yang
cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; atau menjaga
stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.
c. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; melindungi kelestarian sumber daya
alam;mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di
pasaran internasional.
d. untuk menjamin terpenuhinya pnerimaan negara dari kegiatan ekspor.
92