Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN PAJAK

PENGERTIAN AUDITING
• Auditing is accumulation ang evaluation of evidence about
information to determaine and report on the degree of
correspondence between the information and establish criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person.
( Arens, elder , dan Beasley (2012:4).
(Pemeriksaan dapat diartikan sebagai proses pengumpulan dan
evaluasi atas bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya, pemeriksaan seharusnya dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen).
3 Jenis Pemeriksaaan
1. Operasional Audit ( audit yang dilakukan untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas dari prosedur dan metode yang dilakukan
organisasi).
2. Compliance audit ( audit yang dilakukan untuk menentukan apakah
suatu pihak telah mengikuti prosedur , ketentuan, peraturan yang
ditetapkan oleh otoritas yang ada diatasnya)
3. Financial statement audit ( audit yang dilakukan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria
yang ada).
Contoh compliance audit
• Apakah pemeriksa telah memenuhi persyaratan sebagai pemeriksa pajak.
• Memenuhi syarat : ada kode etik pemeriksa.
• Pemeriksa pajak ( UU pajak).: PNS dilingkungan DIRJEN PAJAK yang diberi
tugas , wewenang dan tanggungjawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.
• Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data , keterangan dan / atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
• Dalam PER-23/PJ/2013: pemeriksa harus tunduk pada kode etik.
Syarat pemeriksa pajak :
Pemeriksa pajak harus memiliki :
1. Intregitas : lugas dan jujur pada semua pihak
2. Obyektif : tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain.
3. Kompetensi : pemeriksa pajak dalam menjalankan tugasnya selalu menggunakan
keahlian dan ketrampilannya berdasarkan perkembangan praktek dan teknik mutakir.
4. Kehati-hatian (konservatisme): bertindak sungguh sungguh, cermat dan seksama
5. Kerahasiaan : pemeriksa pajak harus merahasiakan sega;la informasi akibat
pelaksanaan tugasnya dari pihak yang tidak berhak
6. Profesionalitas, yaitu memetuhi peraturan perundang-undangan perpajakan dan
menghindari perilaku yang mencedarai kepercayaan.
KONSEP PEMERIKSAAN PAJAK
• Pemeriksaan pajak merupakan karakteristik kunci dari mekanisme kepatuhan
sukarela sistem self assessment karena dengan semakin tinggi tingkat pemeriksaan
akan dapat meningkatkan kepatuhan pajak ( Allingham dan sandmo dalam Isa dan
Pope).
• Okello (2014). Dalam sistem self assessment , otoritas perpajakan lebih
mengandalkan kontrol setelah penyampaian SPT seperti pemeriksaan pajak , dan
pemeriksaan pajak tersebut merupakan salah satu syarat keberhasilan penerapan
self assessment system tersebut.
• Tax audit yang dilakukan DIRJEN PAJAK merupakan bagian disiplin Auditing
( tepatnya audit kepatuhan).
• Pemeriksaan pajak ini merupakan keseimbangan antara WP (sistem self
assessment) dan Fiskus (pemeriksa : kepatuhan formal dan material))
Disisi lain PEMERIKSAAN PAJAK, diharapkan mempunyai
pengaruh

1. Peningkatan penerimaan pajak baik yang berasal dari temuan-


temuan pemeriksaan maupun
2. Peningkatan kepatuhan WP pada tahun tahun berikutnya
(subsequent years effect; dari WP yang diperikasa maupun Dari WP
lainnya (spillover effect).
TIGA (3) SISTEM PEMUNGUTAN
PAJAK
1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM : suatub sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pemerintah (fiskus). Untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
ciri-cirinya:
a. Wewenang menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus
b. WP bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketepan pajak (SKP) oleh fiskus,
2. WITHHOLDING SYSTEM : suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang dari WP.
3. SELF ASSESSMENT SYSTEM : suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang ,
kepercayaan dan tanggungjawabkepada WP untuk menghitung , memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Centre for tax policy and administration organisation for
economic coperation and development (OECD) mendefinisikan
SELF ASSESSMENT SYSTEM: system under which the taxpayer is required to declare
the basis of his assessment (e.g taxable income). To submit a calculation of the tax
due and, usually, to accompany his calculation with payment of the amount he
regards as due, The role of tax authorities is to check (perhaps in random cases)
that the taxpayer has correctly disclosed his income (sistem dimana WP diminta
untuk memberitahukan dasar perhitungan ( pendapatan kena pajak),
menyampaikan perhitungan dari pajak terutang dan biasanya tersebut diikuti
dengan pembayaran jumlah pajak yang belum dibayarkannya)
Peran dan peran Otoritas perpajakan adalah untuk mengecek apakah WP telah
memberitahukan pendapatannya dengan benar.
Pemeriksaan pajak timbul sebagai konsekuensi dari Self assessment system dan
Withholding System.

Anda mungkin juga menyukai