Arbaiyah Prantiasih
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Malang
email:arbaiyah.prantiasih.fis@um.ac.id
Abstrak: Upaya pemberdayaan perempuan adalah bagian integral dari upaya pembangunan
nasional. Oleh karenanya upaya untuk memberdayakan perempuan merupakan upaya yang
berkelanjutan sesuai dengan dinamika perubahan sosial budaya ataupun ekonomi yang
berlangsung secara cepat dalam era global ini. Sasaran program pemberdayaan perempuan atau
empowerment of women diarahkan untuk mengembangkan dan mematangkan berbagai potensi
yang ada pada diri perempuan yang memungkinkan untuk memanfaatkan hak dan kesempatan
yang sama dengan laki-laki, serta untuk memanfaatkan hak dan kesempatan yang sama terhadap
sumber daya pembangunan. Dengan kondisi ini perempuan Indonesia akan dapat
mengembangkan kapasitas dirinya untuk aktualisasi perannya sebagai mitra sejajar laki-laki
dalam pembangunan keluarga dan bangsa. Oleh sebab itulah dengan kesetaraan tugas dan
kewajiban yang diperankan maka dalam menghadapi tantangan global perempuan Indonesia
harus memerankan peran domestik dan publik secara seimbang.
berperan dan menikmati hasil dari penegak hukum. Sementara itu, budaya
peranannya itu. Untuk itu bagaimana hukum dalam masyarakat yang kurang
mensinergikan kebijakan kesetaraan dan menunjang terciptanya keadilan jender
keadilan jender secara integral dalam antara lain ditandai oleh masih
pembangunan sesungguhnya adalah rendahnya kesetaraan masyarakat
sebuah keniscayaan. Sebab berangkat dari tentang hukum, disamping itu juga
kenyataan, bahwa peran perempuan masih terbatasnya akses masyarakat
dalam bidang pendidikan, kesehatan, terhadap informasi dan sumber daya
sosial budaya, politik, hukum dan hukum serta belum optimalnya peran
ekonomi masih rendah. Hal inilah media massa dalam mensosialisasikan
berakibat pada rendahnya kualitas hidup produk hukum kepada masyarakat.
perempuan.
Rendahnya partisipasi perempuan PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
dalam bidang pendidikan berakibat pada DALAM MENINGKATKAN
rendahnya partisipasi perempuan dalam PERANANNYA DALAM
bidang perekonomian. Hal ini dapat KELUARGA
ditunjukkan oleh masih rendahnya
peluang yang dimilki perempuan untuk Dalam upaya mempercepat proses
bekerja dan berusaha, serta rendahnya pembangunan nasional, maka ikhtiar
akses mereka terhadap pemberdayaan dan program pemberdayaan
ekonomi seperti teknologi, informasi, perempuan tidaklah dapat diabaikan.
pasar, modal kerja. Meskipun Jumlah perempuan yang mencapai
penghasilan perempuan pekerja kurang lebih 55,3 persen dari total
memberikan kontribusi yang cukup penduduk Indonesia dengan kualitas
signifikan terhadap penghasilan dan yang terus meningkat patut
kesejahteraan keluarga, akan tetapi diperhatikan setiap kebijakan
perempuan masih dianggap sebagai pembangunan. Partisipasi aktif antara
pencari nafkah tambahan dan pekerja laki-laki dan perempuan secara
keluarga. Semua anggapan ini berdampak seimbang akan mempercepat
pada masih rendahnya partisipasi, akses tercapainya tujuan pembangunan.
dan manfaat yang dinikmati perempuan Dalam beberapa aspek pembangunan,
dalam pembangunan. Meskipun dalam perempuan kurang dapat berperan
UUD tahun 1945 pasal 27 menjamin aktif. Hal ini dikarenakan oleh kondisi
kesamaan hal bagi seluruh warga negara yang kurang menguntungkan
dihadapan hukum, baik laki-laki maupun dibandingkan dengan laki-laki, seperti
perempuan, namun masih banyak peluang dan kesempatan yang terbatas
dijumpai materi hukum yang dalam mengakses sumber-sumber
diskriminatif terhadap perempuan dan ekonomi dan peningkatan sumber daya
tidak berkeadilan jender. manusia, sistem upah yang masih
Masalah penting lain adalah struktur diskriminatif, serta tingkat pendidikan
yang terdapat dalam masyarakat yang yang kurang memadai.
masih kurang mendukung terwujudnya Sesungguhnya tingkat usia produktif
kesetaraan dan keadilan jender. Seperti bagi perempuan lebih banyak daripada
contohnya pada UU Perkawinan, UU laki-laki, namun tingkat partisipasi dan
Ketenagakerjaan, UU Kesehatan dan penyerapan tenaga kerja perempuan
sebagainya. Keadaan ini masih rendahnya maupun kegiatan ekonomi mandiri lebih
kesadaran jender di kalangan penegak rendah daripada laki-laki. Akses
hukum yang menangani kasus-kasus perempuan terhadap kesempatan dan
ketidakadilan bagi perempuan, dan sumberdaya yang mampu mempengaruhi
lemahnya mekanisme pemantauan dan struktur ekonomi dalam masyarakat
evaluasi, terutama yang dilakukan oleh sangat rendah. Dalam sektor informal
masyarakat, terhadap pelaksanaan lebih banyak memilih di bidang
perdagangan bahan pangan, pertanian memperkuat pembagian kerja secara
produksi skala kecil dan sebagainya. jender, (3) ketiga, peran domestik
Rendahnya tingkat pendidikan dalam asumsinya hanya tugas kaum perempuan.
keterampilan perempuan sebagai akibat Oleh karena itu ketika perempuan bekerja
segregasi jender dalam budaya kita di luar publik beban pekerjaannya
menyebabkan berbagai diskriminasi semakin berat.
terhadap perempuan dalam aktivitas Dengan demikian perlu
ekonomi. Sebagai dampaknya nilai dikembangkan pendidikan dengan konsep
pekerjaan perempuan masih dianggap tanggung jawab bersama untuk keluarga
rendah daripada lakilaki yang tercermin dan pekerjaan rumah tangga, terutama
dalam perbedaan upah yang diterima. yang berhubungan dengan pendidikan
Demikian juga keterbatasan pendidikan anak. Apabila perempuan masih dibebani
mempengaruhi perempuan di dunia kerja dengan pekerjaan rumah tangga, maka
hanya menempatkan perempuan pada posisi perlu ditingkatkan akses mereka pada
marjinal dan tidak memiliki daya tawar teknologi yang membantu pekerjaan
(bargaining position), misalnya dalam rumah tangga sehingga memungkinkan
sektor industri perempuan banyak bekerja mereka memperoleh pendapatan. Tugas
sebagai buruh kasar, buruh lepas dengan untuk meningkatkan kedudukan dan
upah rendah tanpa jaminan sosial yang peran perempuan dan menciptakan
memadai. kesetaraan dan keadilan jender dalam
Kenyataan di atas menggambarkan masyarakat di pelbagai bidang serta
bahwa hak-hak perempuan untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia
mengaktualisasikan potensi dirinya dan adalah merupakan amanat
untuk memperoleh akses berbagai segi UndangUndang.
terutama di bidang ekonomi belum Dalam kepentingan hal tersebut
menggembirakan. Perjuangan untuk perlu diselenggarakan program
memberi pemahaman dan kesadaran akan pemberdayaan perempuan dan program
kesetaraan dan keadilan jender lewat nasional keluarga berencana yang bersifat
berbagai kebijakan dan peraturan yang multidimensional dan lintas sektoral yang
mendiskreditkan perempuan hingga hak dilaksanakan oleh kalangan eksekutif
asasi manusia untuk memmperoleh dengan mendapat dukungan kalangan
kesempatan bekerja dan beraktivitas legislatifyang makin peka jender dan
menjadi terbuka harus ditingkatkan dan sistem kekuasaan yang semakin
terus menerus disosialisasikan. terdesentarlisasi dalam otonomi daerah.
Ada beberapa alternatif pemecahan Hal ini penting agar pembangunan dapat
alternatif pemecahan ditinjau dari perspektif berkelanjutan dengan melibatkan segenap
jender potensi masyarakat baik lakilaki maupun
(Parawansa, 2006: 72) yaitu: (1) pertama perempuan. Berbagai perspektif yang bias
harus ada jaminan konstitusional dari jender pelaksanaan pembangunan selama
parlemen dan negara tentang persamaan ini perlu dikoreksi, dengan maksud agar
upah perempuan dan laki-laki, pemberian visi dan misi serta tujuan dan sasaran
hak untuk memperoleh akses dan pemberdayaan perempuan diarahkan
menghilangkan peraturan yang untuk tetap mempertahankan nilai-nilai
mendeskriminasikan perempuan, (2) kedua, persatuan dan kesatuan serta nilai historis
dari aspek pendidikan harus dari perjuangan kaum perempuan. Hal itu
mendiseminasikan informasi yang mereka semua dilakukan dalam upaya
butuhkan, mengembangkan tenaga kerja dan melanjutkan usaha pemberdayaan
informasi, serta memastikan perempuan perempuan serta kesejahteraan keluarga.
miskin untuk memperoleh akses terhadap Prantiasih, Reposisi Peran dan Fungsi
pelatihan di tempat kerjanya. Perempuan 3
Mengembangkan kebijakan terutama dalam
pendidikan untuk mengubah perilaku yang
4 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Pebruari 2014