Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA KERIPIK PEDAS “MUSTIKA”

DI KECAMATAN LANGSA BARO KOTA LANGSA

Supristiwendi 1, Muhammad Jamil 2 dan Parianto 2


1
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Samudra
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Samudra
2
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Abstrak

Penelitian ini bertujaun untuk mengetahui mengetahui dan menganalisis Break Event Point
(BEP) usaha keripik pedas “Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus. Objek dalam penelitian ini hanya dibatasi pada usaha keripik
pedas “Mustika” yang sudah berproduksi di wilayah Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.
Ruang lingkup penelitian ini meliputi, penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja, biaya
produksi, produksi dan pendapatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
April 2017.
Rata-rata produksi usaha keripik pedas “Mustika” sebesar 65.200,00 kilogram dengan harga
Rp. 40.000,00 perkilogram dan nilai produksi Rp. 2.608.000.000,00 per tahun, maka di
pendapatan bersih yaitu sebesar Rp.1.121.341.000,00 per tahun. Berdasarkan pada hasil
penghitungan investasi, dimana rata-rata BEP unit = 914,91 kg, sedangkan rata-rata BEP rupiah
= Rp.36.596.387,94, maka usaha keripik pedas “Mustika” di daerah penelitian layak untuk
dikerjakan bila ditinjau dari segi aspek finansial.
Kata Kunci: Usaha, BEP, Keripik Pedas, Finansial

PENDAHULUAN adalah usaha yang menggunakan alat


Industri kecil perlu mendapat produksi sederhana yang telah digunakan
perhatian dikarenakan industri kecil tidak secara turun temurun dan atau berkaitan
hanya memberikan penghasilan bagi sebagian dengan seni dan budaya. (Pandji, 2007: 50).
angkatan kerja namun juga merupakan ujung Industri rumahan bagi sebagian
tombak dalam upaya pengentasan orang adalah sebuah pilihan karena lapangan
kemiskinan. Selain itu, industri kecil juga pekerjaan yang menjadi sangat menyempit.
dapat memberikan tambahan penghasilan bagi Namun, bagi sebagian orang memang sudah
keluarga, juga berfungsi sebagai strategi berniat membangun sejak lama karena
dalam mempertahankan hidup di tengah krisis menganggap industri rumahan adalah sebuah
ekonomi masyarakat. pekerjaan yang menyenangkan, mudah,
Defenisi home industry (IRT) ialah sekaligus menguntungkan dengan berbagai
kegiatan usaha yang mempunyai modal alasan. Salah satu bentuk industri rumhan
awal yang sangat kecil, atau nilai kekayaan yang banyak adalah industri keripik.
(asset) yang kecil dan jumlah yang kurang Menurut Sulistyowti (1999:1),
dari 5 orang. Usaha kecil adalah kegiatan “keripik adalah makanan ringan (snack foot)
ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam yang tergolong jenis makanan creckers”.
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil Keripik adalah sejenis makanan ringan
penjualan tahunan serta kepemilikannya. berupa irisan tipis dari umbi-umbian,
Usaha kecil yang dimaksud disini meliputi buah-buahan, atau sayuran yang digoreng
juga usaha kecil informal dan usaha kecil di dalam minyak nabati. Untuk
tradisional. Adapun usaha informal adalah menghasilkan rasa yang gurih dan renyah
berbagai usaha yang belum terdaftar, belum biasanya dicampur dengan adonan tepung
tercatat, dan belum berbadan hukum, antara yang diberi rempah tertentu. Keripik memiliki
lain petani penggarapan, pedagang asongan, banyak varian rasa dari manis hingga pedas.
pedangang keliling, pedangan kaki lima, Salah satu jenis keripik yang paling banyak
dan pemulung. Sedangkan usaha tradisional peminatnya adalah keripik singkong. Usaha

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 59


kecil keripik singkong merupakan salah satu Langsa. Usaha keripik pedas ini telah lama
produk makanan ringan yang banyak digemari berjalan dan sudah dikenal di seluruh pelosok
konsumen. Seiring dengan meningkatnya kota langsa. Usaha keripik pedas “Mustika“
permintaan konsumen, kini keripik singkong telah berdiri sejak tahun 2006 dan masih
mulai diinovasikan menjadi keripik pedas berproduksi sampai sekarang. Perkembangan
dengan berbagai tingkatan level. Meskipun usaha keripik pedas “Mustika” sudah biasa
trend ini belum lama dikenal masyarakat dikatakan layak karena usaha memproduksi
luas, namun perkembangannya sudah pesat keripik pedas yang terlus berlanjut dan
sehingga banyak produsen kripik singkong berkesenambungan. Untuk mengetahui
mulai beralih jalur dengan menambahkan keadaan usaha keripik pedas “Mustika” di
ekstra pedas pada kripik singkong olahannya. Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa dapat
Salah satunya adalah keripik pedas “Mustika”. dilihat pada tabel 1berikut.
Usaha keripik pedas “Mustika”
terletak di Kecamatan Langsa Baro Kota
Tabel 1. Produksi, harga dan Jumlah Penjualan Keripik Pedas “Mustika di Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa.

Produksi Harga Jual Jumlah Penjualan


Tahun (Kg) (Rp/Kg) (Kg/Tahun)
2014 64.500 38.500 64.460
2015 60.000 39.500 59.990
2016 63.000 40.000 62.440
Rata-Rata 62.500 39.333 62.297
Sumber : Data Sekunder, 2016 (diolah)
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa rata- analisis kelayakan secara finansial maka
rata produksi kerik pedas “Mustika” selama dapat memberikan informasi sebagai bahan
tiga tahun terakhir sebesar 62.500 penunjang dalam menjalankan usaha dan
kilogram/ tahun dengan harga rata-rata Rp. dapat meningkatkan nilai tambah pada
39.333dan jumlah penjualan sebesar 62.460 pengusaha dalam menjalankan usahanya.
kilogram/ tahun. Produksi terbesar terdapat Dalam studi kelayakan bisnis ada
pada tahun 2014 sebesar 64.500 kilogram beberapa aspek yang harus diteliti dalam
dengan harga Rp. 38.500 dan jumlah merencanakan, memulai atau menjalan
penjualan sebesar 64.460 kilogram/ tahun, sebuah usaha, diantaranya aspek hukum,
sedangkan produksi terkecil terdapat pada teknik, ekonomis, pasar, manajemen,
tahun 2015 sebesar 63.000 kilogram dengan sosial dan finansial. Namun dalam
harga jual sebesar Rp. 39.500 dan jumlah penelitian ini hanya aspek finansial saja yang
penjualan sebesar 62.440 kilogram/ tahun. diteliti yaitu biaya dan manfaat bagi pelaku
Keripik pedas mustika merupakan usaha pembuatan keripik pedas itu sendiri
salah satu pelopor keripik pedas yang dalam menjalankan usahanya. Menurut
memiliki ciri khas tersendiri serta merupakan Prasetya dan Lukiastuti (2009:119) analisis
satu-satunya usaha keripik yang Break Event Point adalah suatu analisis yang
memproduksi keripik pedas di Kecamatan bertujuan untuk menemukan satu titik,
Langsa Baro Kota Langsa. Karena faktor dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan
inilah yang akhirnya membuat produk keripik biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut
pedas mustika menjadi unik dan mudah dinamakan titik BEP. Dengan mengetahui
dikenal masyarakat luas. Suatu industri titik BEP, analis dapat mengetahui pada
dikatakan berhasil jika industri tersebut volume penjualan, berapa perusahaan
memberikan input yang lebih besar dari mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi,
pada keuntungan yang lebih besar dari tetapi juga tidak untung sehingga apabila
pada biaya yang harus dikeluarkan, begitu penjualan melebihi titik itu, maka perusahaan
juga dengan industri keripik pedas “Mustika”. mulai mendapatkan untung. Sedangkan
Untuk mengetahui hal tersebut perlu menurut Herjanto (2008:151) menyatakan,
dilakukan analisis kelayakan pada industri analisis pulang pokok (break-Event analysis)
yang dijalankan, karena dengan melakukan adalah suatu analisis yang bertujuan untuk

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 60


menemukan satu titik dalam kurva biaya- Objek dalam penelitian ini hanya
pendapatan yang menunjukkan biaya sama dibatasi pada usaha keripik pedas “Mustika”
dengan pendapatan. Titik tersebut disebut yang sudah berproduksi di wilayah Kecamatan
sebagai titk pulang pokok (break Event point, Langsa Baro Kota Langsa. Ruang lingkup
BEP). penelitian ini meliputi, penggunaan bahan
Upaya pengembagan pengolahan baku, penggunaan tenaga kerja, biaya
keripik pedas harus sejalan dengan produksi, produksi dan pendapatan. Waktu
peningkatan kualitas dan sistem penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
pemasarannya, hal ini disebab oleh industri- sampai dengan April 2017.
industri agribisnis yang sukses memiliki
fokus yang kuat pada pelanggan dan Variabel dan Data yang Diteliti
kebulatan komitmen pada pemasaran. Pada Sesuai dengan latar belakang, kerangka
umumnya setiap industri bertujuan untuk pemikiran dan hipotesis yang telah
memperoleh keuntungan dari hasil produk diformulasikan maka dibutuhkan variabel
yang dihasilkan, diman dengan keuntungan sebagai berikut:
itu pula industri berupaya untuk Penggunaan Bahan Baku (kg/tahun)
mengembangkan dan mempertahankan Biaya Produksi (Rp/tahun)
kontinuitas usahanya. Usaha keripik pedas Produksi (Ton/tahun)
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota Nilai Produksi (Rp/tahun)
Langsa pada dasarnya sudah berkembang dan Pendapatan (Rp/tahun)
dikenal di Kota langsa. Melihat
perkembangan tersebut penulis tertarik Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis.
mengalisis Break Event Ponit (BEP) pada Biaya produksi dianalisis dengan rumus :
usaha keripik pedas “Mustika” TC = FC + VC...(Rahim, 2007 : 166)

Identifikasi Masalah Nilai produksi dianalisis dengan rumus :


Apakah usaha keripik pedas “Mustika” TR = Y × Py ...(Rahim, 2007 : 166)
mencapai titik break Event point dan layak
dijalankan di Kecamatan Langsa Baro Kota Nilai pendapatan dianalisis dengan rumus :
Langsa. Pd = TR─ TC .(Rahim, 2007 : 166)
Dimana :
Tujuan Penelitian Pd = Pendapatan (Rp/tahun)
Untuk mengetahui dan menganalisis Break TR = Total Penerimaan (Rp/tahun)
Event Point (BEP) usaha keripik pedas TC = Total Biaya Produksi (Rp/tahun)
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota Y = Produksi (kg/tahun)
Langsa. Py = Harga Produksi (Rp/kg)
FC = Biaya Tetap (Rp/tahun)
Hipotesis VC = Biaya Variabel (Rp/tahun)
Usaha keripik pedas “Mustika” secara
analisis Break Event Point layak dijalankan Analisis Break Even Point (BEP)
di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. Menurut Ibrahim (2003:22)
menyatakan “Break Event Point (BEP)
METODE PENELITIAN adalah titik pulang pokok di mana total
Lokasi, Objek, Ruang Lingkup dan Waktu revenue sama dengan total cost.” Ada dua
Penelitian jenis perhitungan BEP, yaitu BEP Volume
Penelitian ini menggunakan metode (BEP(Q)) dan BEP harga (BEP(RP)).
survey. Menurut Sugiyono (2012:6), ”metode
survey digunakan untuk mendapatkan data HASIL PENELITIAN
dari suatu tempat tertentu yang alamiah DAN PEMBAHASAN
(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan Karakteristik Usaha
perlakuan dalam pengumpulan data Keripik Pedas Mustika
misalnya dengan mengedarkan kuisioner, Karakteristik usaha akan mempengaruhi hasil
wawancara terstruktur dan sebagiannya olah yang diperoleh pengusaha dari usaha
(perlakuan tidak seperti eksperimen)”. keripik pedas. Semakin besar usaha keripik
pedas maka semakin tinggi produksi keripik

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 61


pedas yang di hasilkan. Usaha keripik pedas pedas meliputi : fase kegiatan Pengupasan
“Mustika” telah berdiri sejak tahun 2006 singkong, pencucian, perajangan,
hingga sekarang. Usaha keripik pedas penggorengan, pemberian bumbu
“Mustika” beralamat di Desa Paya Bujok pengemasan, pengangkutan dan pemasaran.
Tunong Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. Dalam menghitung besarnya pencurahan tenga
kerja yang di serap untuk setiap fase
Penggunaan Tenaga Kerja kegiatan, seluruhnya di konversikan kedalam
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor hari kerja pria (HKP) dengan berdasarkan
produksi yang sangat penting dalam kegiatan upah yang berlaku pada saat penelitian,
produksi keripik pedas “Mustika”di dimana satu HKP di artikan seorang tenaga
Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. kerja yang bekerja 6 jam rata-rata atau dengan
Penggunaan tenaga kerja yang efisien dan upah yang di bayarkan sebesar Rp. 50.000,-
efektif dapat mempengaruhi terhadap per hari kerja. Untuk lebih jelasnya rata-rata
pengeluaran biaya produksi dalam penggunaan tenaga kerja pada fase kegiatan
menjalankan usaha keripik pedas. Tenaga usaha keripik pedas “Mustika” dapat di lihat
kerja yang di gunakan pada usaha keripik pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Berbagai Fase Kegiatan Usaha Keripik Pedas
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa, 2018.
Penggunaan Tenaga Kerja
No Fase kegiatan (HKP/Tahun)
1. Pengupasan 280
2. Pencucian 200
3. Perajangan 250
4. Penggorengan 300
5. Pemberian Bumbu 80
6. Pengemasan 360
7. Pengangkutan dan Pemasaran 220
Jumlah 1.690
Sumber : Data primer diolah (2018).
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa klasifikasikan menjadi 2 yaitu : (a) biaya
penggunaan tenaga kerja usaha keripik pedas tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap
“Mustika” per tahun adalah 1.690 HKP/ (variabel cost)/ biaya operasional. Biaya tetap
Tahun. Penggunaan tenaga kerja yang terbesar yang di maksud dalam penelitian ini adalah
terdapat pada fase kegiatan pengemasan yaitu biaya yang besar kecilnya tidak di pengaruhi
360 HKP/ Tahun hal ini terjadi karena karena oleh tingkat produksi yang di peroleh.
pengemasan harus dilakukan dengan cepat Sedangkan biaya tidak tetap adalah semua
untuk mempertahankan kualitas produk biaya yang di keluarkan untuk memperoleh
sehingga membutuhkan bayak tenaga kerja. faktor-faktor produksi tidak tetap dan akan
Sedangkan penggunaan tenaga kerja yang mempengaruhi produksi yang akan di
terkecil terdapat pada fase pengangkutan dan hasilkan. Menurut Soekartawi (2006:12)
pemasaran yaitu 220 HKP/ Tahun, hal ini “biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang
terjadi karena produk keripik pedak sudah tidak ada kaitannya dengan jumlah barang
banyka yang dipesan sehingga proses yang di produksi. Sedangkan biaya tidak
penganggkutan tidak membutuhkan bayak tetap adalah s emua biaya yang di keluarkan
tenaga kerja. Upah tenaga kerja pada usaha sangat tergantung dari berubah tidaknya usaha
keripik pedas “Mustika” adalah Rp. yang di jalankan”.
50.000,00,- per HKP. Biaya tetap (fixed cost) dalam penelitian ini
adalah sewa tempat dan penyusutan
Biaya Produksi peralatan. Sedangkan biaya tidak tetap
Pengertian biaya produksi dalam penelitian adalah biaya pembelian bahan baku dan
ini adalah semua biaya yang di perlukan baik biaya tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya
biaya yang di bayar maupun tidak di mengenai rata-rata penggunaan biaya
bayar dalam suatu proses produksi. Biaya produksi pada usaha keripik pedas “Mustika”
produksi dalam penelitian ini di

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 62


di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa dapat di lihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Pada Usaha Keripik pedas “Mustika” di
Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa, 2018.
Jumlah biaya produksi
No. Jenis biaya (Rp.)
1 Biaya Tetap
Sewa Tempat 12.000.000,00
Penyusutan 3.959.000,00
Total FC 15.959.000,00
2 Biaya Variabel
Singkong 594.000.000,00
Gas 9.000.000,00
Kayu Bakar 3.000.000,00
Minyak Goreng 747.500.000,00
Cabai Merah 30.000.000,00
Garam 2.700.000,00
Tenaga Kerja 84.500.000,00
Total Variabel 1.470.700.000,00
Total Biaya Produksi 1.486.659.000,00
Sumber : Data primer diolah (2018).
Dari tabel 5 di atas dapat di lihat bahwa total
biaya produksi usaha keripik pedas “Mustika” Produksi dan Nilai Produksi
sebesar Rp. 1.486.659.000,00 per tahun. Nilai produksi dalam penelitian ini di
Penggunaan biaya produksi yang terbesar maksudkan sebagai pendapatan kotor yang
terdapat pada jenis biaya variabel yaitu untuk berasal dari hasil produksi keripik pedas yang
biaya pembelian minyak goreng yaitu sebesar telah di kalikan dengan harga masing-masing.
Rp. 747.500.000,00 per tahun. Sedangkan Rata-rata sumber penerimaan usaha keripik
penggunaan biaya produksi yang terkecil pedas ”Mustika” di Kecamatan Langsa Baro
terdapat pada jenis biaya pembelian garam Kota Langsa dapat di lihat pada tabel 6 berikut
yaitu sebesar Rp.2.700.000,00 per tahun. ini.
Tabel 6. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi per tahun usaha keripik pedas di Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa, 2018.
Nilai
No Uraian (Rp)
1 Produksi 65.200,00
2 Harga 40.000,00
3 Nilai Produksi 2.608.000.000,00

Sumber : Data primer diolah (2018).


Dari tabel 6 di atas dapat di lihat bahwa kotor adalah total hasil produksi yang di
rata-rata produksi usaha keripik pedas peroleh berupa keripik pedas dikslikan dengan
“Mustika” sebesar 65.200,00,- kilogram harga. Sedangkan pendapatan bersih adalah
dengan harga Rp. 40.000,00,- perkilogram selisih antara pendapatan kotor (penerimaan)
dan nilai produksi Rp. 2.608.000.000,00,- per dengan total pengeluaran (biaya produksi dari
tahun. proses produksi bersangkutan).
Untuk lebih jelasnya tentang pendapatan kotor
Pendapatan dan pendapatan bersih rata-rata pada usaha
Pendapatan dalam penelitian ini dapat di keripik pedas “Mustika” di Kecamatan Langsa
bedakan menjadi dua jenis yaitu pendapatan Baro Kota Langsa dapat dilihat pada tabel 7
kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan berikut ini.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 63


Tabel 7. Pendapatan Usaha Keripik pedas “Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa,
2018.

No Uraian Nilai

1 Nilai Produksi 2.608.000.000,00


2 Biaya Produksi 1.486.659.000,00
3 Pendapatan 1.121.341.000,00
Sumber : Data primer diolah (2018).
Dari tabel 7 di atas dapat di lihat bahwa rata- Analisis Break Even Point Usaha Keripik
rata biaya produksi Usaha keripik pedas Mustika Di Kecamatan Langsa Baro Kota
“Mustika” yang dikeluarkan yaitu sebesar Langsa
Rp. 1.486.659.000,00 per tahun, maka Kelayakan usaha keripik pedas “Mustika”
diperoleh nilai produksi yaitu sebesar Rp. dalam penelitian ini dianalisis dengan
2.608.000.000,00 per tahun dan pendapatan menggunaka alat analisis Break Even Point
bersih yaitu sebesar Rp. 1.121.341.000,00 per (BEP). Untuk lebih jelasnya mengenai
tahun. indikator penilaian kelayakan usaha keripik
pedas “mustika” di Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa dapat dilihat pada table 8 berikut
ini.
Tabel 8. Indikator Penilaian Kelayakan Usaha Keripik Pedas “Mustika” di Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa, 2018.
Indikator Nilai Lapangan
No Penilaian Nilai BEP Kriteria
1
2 BEP unit 914,91 Kg 65.200,00 kg > BEP layak
BEP rupiah Rp 36.596.387,94 Rp. 2.608.000.000,00 > BEP layak
Sumber : Data primer diolah (2018).
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat besar dan dapat menutupi biaya produksi yang
bahwa berdasarkan pada hasil penghitungan dikeluarkan dalam kegiatan usaha keripik
investasi, dimana rata-rata BEP unit = 914,91 pedas. Usaha keripik pedas “ Mustika”
kg, dimana nilai lapangan > BEP berarti merupakan salah satu kegiatan usaha yang di
terima Ha tolak Ho. Sedangkan rata- lakukan oleh masyarakat, namun jumlahnya
rata BEP rupiah = Rp.36.596.387,94, masih terbatas. Hal ini di sebabkan oleh
dimana nilai lapangan > BEP artinya terima tingginya modal investasi yang harus
Ha tolak Ho, maka usaha keripik pedas dikeluarkaan oleh pengusaha untuk mampu
“Mustika” di daerah penelitian layak untuk mendirikan usaha ini.
dikerjakan bila ditinjau dari segi aspek Kita ketahui bahwa usaha keripik pedas
finansial. sangat menjanjikan karena mengolah hasil
bumi yang berupa ubi yang di hasilkan
Pembahasan petani lokal menjadi keripik yang memiliki
Berdasarkan pada hasil penghitungan nilai ekonomis tinggi. Keberadaan industri
investasi, dimana dimana rata-rata BEP unit pembuatan keripik pedas ini sangat
= 914,91 kg, rata-rata sedangkan rata-rata menunjang petani dalam memasarkan hasil
BEP rupiah = Rp. 36.596.387,94 maka maka pertanian terutama komoditas ubi karena
dapat menambah nilai tambah produk produk
usaha keripik pedas “Mustika” di daerah
singkong yaitu keripik pedas. Oleh karennya
penelitian layak untuk dikerjakan bila ditinjau
sangat diharapkan kepedulian pemerintah
dari segi aspek finansial. Hal ini terjadi
dalam hal ini, agar usaha ini dapat
karena tingginya produksi keripik pedas
berkembang dengan baik dan dapat melayani
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Kota
kepentingan masyarakat umum.
Langsa sehingga pendapatan yang diperoleh
pengusaha keripik pedas “Mustika”menjadi

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 64


KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Abdul Halim dan Bambang Supomo.
1. Pemilik usaha keripik pedas (2005). Akuntansi Manajemen.
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kota Langsa berumur 48 tahun, Anonimos, 2015. Kecamatan Langsa Baro
dengan pendidikan selama 12 tahun, Dalam Angka 2015, BPS Kota Langsa.
ini berarti tinggkat pendidikan Anoraga Pandji, 2007. Pengantar bisnis.
pengusaha hanya tamat Sekolah Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Menengah Pertama (SMA), sedangkan Globalisasi. Jakarta: Rieneka Cipta
penggalaman di bidang usaha Adisasmita, Rahardjo, 2006, Pembangunan
keripik pedas selama 10,00 tahun. Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu
Dengan jumlah tanggungan 2 orang Yogyakarta.
2. Penggunaan tenaga kerja usaha Bernardin, H. John. 2003. Human
keripik pedas “Mustika” per tahun Resources Management: An
adalah 1.690 HKP. Experiential Approach, 3rd edition,
3. Total biaya produksi usaha McGraw-Hill/Irwin, New York.
keripik pedas “Mustika” sebesar Creswell, John W. 2010. Research Design
Rp. 1.486.659.000,00 per tahun. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
4. Rata-rata produksi usaha keripik dan Mixed, Pustaka Pelajar,
pedas “Mustika” sebesar 65.200,00 Yogyakarta.
kilogram dengan harga Rp. Fatah N., 1994. Evaluasi proyek Aspek
40.000,00 perkilogram dan nilai Finansial pada Proyek Mikro. Cv.
produksi Rp.2.608.000.000,00 per Asona Jakarta.
tahun, maka di pendapatan bersih Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi.
yaitu sebesar Rp.1.121.341.000,00 Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo
per tahun. Husein Umar, 2004, Metode Penelitian Untuk
5. Berdasarkan pada hasil Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet ke 6,
penghitungan investasi, dimana rata- Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
rata BEP unit = 914,91 kg, Irsan Azhari Saleh, 2001.Industri Kecil
sedangkan rata-rata BEP rupiah = Sebuah Tinjauan dan Perbandingan,
Rp. 36.596.387,94, maka usaha Jakarta LP3ES.
keripik pedas “Mustika” di daerah Ibrahim, H.M.Yacob. 2003. Studi Kelayakan
penelitian layak untuk dikerjakan bila Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta. Rineka
ditinjau dari segi aspek finansial. Cipta.
Idham, A., Lestari, T. dan Adriani, D. (2010).
Saran Analisis finansial sistem usaha tani
1. Keuntungan/ laba yang di peroleh terpadu (integrated farming system)
oleh usaha keripik pedas berbasis ternak sapi di kabupaten
“Mustika” di Kecamatan Langsa Baro oganilir. Jurnal Pembangunan
Kota Langsa harus menjadi salah satu Manusia 6.
unsur motivasi bagi pengusaha keripik http://balitbangdasumsel.net/
lain untuk memperoleh keuntungan data/download/20100414125413.pdf.
yang lebih besar dari masa mendatang. [3 April 2011].
2. Diharapkan kepada pemerintah dalam Jatmiko, RD, 2004, Manajemen Strategik,
hal ini instansi terkait untuk terus Edisi Pertama, UMM Press, Malang.
memberi perhatian kepada usaha Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa
keripik agar usahanya dapat Indonesia. Surabaya: Kartika Keppres
ditingkatkan ke arah yang lebih baik RI No. 127 Tahun 2001 tentang
dalam rangka untuk melayani Bidang/ Jenis Usaha yang
kepentingan masyarakat dan produksi Disadangkan Untuk Usaha Kecil dan
yang dihasilkan dapat terjual dengan Bidang/ Jenis Usaha yang Terbuka
mudah di pasaran. Untuk Usaha Menengah atau Besar
Dengan Syarat Kemitraan.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 65


Kristina, 1993. Teknologi Bahan Makanan,
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018 66

Anda mungkin juga menyukai