Abstrak
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui kontribusi Adversity Quotient (Aq) terhadap
kinerja guru SMA negeri di Kota Amlapura; 2) Untuk mengetahui kontribusi etos kerja guru
terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Amlapura; 3) Untuk mengetahui kontribusi budaya
organisas terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Amlapura; dan 4) Untuk mengetahui
kontribusi Adversity Quotient (Aq), etos kerja, budaya organisasi, terhadap kinerja guru SMA
Negeri di Kota Amlapura. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian Expost facto.
Penelitian ini mengambil sampel 97 orang guru PNS di SMA Negeri di Kota Amlapura. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Instrumen utama
dalam penelitian ini adalah (1) kuesioner AQ, dan (2) kuesioner etos kerja guru, (3) kuesioner
budaya organisasi sekolah, dan (4) observasi kinerja guru. Data yang terkumpul dianalisis
dengan analisis deskriptif analisis regresi linier. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi secara signifikan adversity quotient (AQ), Etos
Kerja, dan Budaya Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Amlapura.
Kata Kunci: adversity quotient (AQ), Etos Kerja, dan Budaya Organisasi Sekolah, Kinerja Guru
Abstract
This study was aimed to: (1) determine the contribution of Adversity Quotient (Aq) on the
performance of high school teachers in Amlapura; 2) determine the contribution of work ethic on
the performance of high school teachers in Amlapura; 3) determine the contribution of
organizational culture on the performance of high school teachers in Amlapura, and 4) determine
the contribution of Adversity Quotient (Aq), work ethic, and organizational culture to the
performance of high school teachers in Amlapura. This research was an ex post facto research
(after the measurement of the incident). The sample consisted of 97 high school teachers in
Amlapura. The result showed that Adversity Quotient (AQ), work ethics, and organizational
culture had significant contribution on the performance of high school teachers in Amlapura.
Keywords: adversity quotient (AQ), Work Ethic, Organizational Culture, Teachers’ Performance
pembelajaran, (4) mengikut sertakan peserta mitra pendidik bagi anak-anak dan menjadi
didik dalam berbagai pengalaman belajar, orang tua di sekolah sekaligus dapat
dan (5) guru menempatkan diri sebagai melengkapi, menambah dan memperbaiki
pemimpin yang aktif bagi peserta didik. pola-pola pendidikan dirumah. Pemerintah
Kinerja guru dipengaruhi oleh faktor- menuntut guru agar mampu berperan secara
faktor yang melingkupinya dan masing- proporsional dan profesional. sedangkan dari
masing individu berbeda satu dengan yang masyakarat, guru pada hakekatnya wakil
lainnya. Secara garis besar, perbedaan masyarakat di lembaga pendidikan. Secara
kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu ideal guru yang diharapkan adalah guru yang
faktor individu dan situasi kerja. Faktor mampu mewujudkan kinerjanya melalui
individu menentukan bagaimana ia dapat fungsi dan peranannya secara optimal
mengaktualisasikan dirinya dalam mungkin.perwujudan tersebut terutama
lingkungan pekerjaan. Faktor individu yang tercermin melalui keunggulan dalam
dimaksudkan di sini diantaranya kompetensi mengajar, hubungan dengan siswa,
dan motivasi yang dimiliki guru yang hubungan dengan sesama guru, hubungan
bersangkutan, sementara faktor iklim kerja dengan pihak lain, sikap dan keterampilan
mempengaruhi bagaimana individu dapat sosialnya
mengaktualisasikan diri sesuai dengan Menindak lanjuti UU tentang
lingkungan sekitarnya. kompetensi profesionalitas yang harus
Supriyadi (2001) mengatakan bahwa dikuasai oleh seorang guru, maka diperlukan
untuk menjadi profesional, seorang guru kesiapan guru itu sendiri baik aspek fisik
dituntut memiliki lima hal yaitu : (1) guru maupun non-fisik (mental). Terlebih dari
memiliki komitmen yang tinggi pada siswa aspek mental yang harus disiapkan mau
dan proses pembelajaran, (2) guru memiliki tidak mau guru harus memiliki keinginan kuat
tanggung jawab terhadap pemantauan hasil dalam menghadapi kesulitan dan mampu
belajar, (3) guru memiliki pengetahuan yang mengatasi kesulitan-kesulitan yang akan
mendalam tentang materi yang diajarkan, (4) dihadapi. mengatasi kesulitan tentu dengan
guru berpikir sistematis tentang apa yang mencari solusi dengan melibatkan potensi
diajarkan, dan selalu belajar dari yang dimiliki, salah satunya adalah dengan
pengalaman, dan (5) guru menjadi bagian Adversity Quotient (AQ).
dari masyarakat belajar di lingkungan Stoltz (2003) menyatakan bahwa AQ
profesinya. Kompetensi profesional yang merupakan kemampuan seseorang untuk
dimiliki guru sangat menentukan mampu bertahan menghadapi kesulitan dan
keberhasilan siswa untuk mencapai hasil mampu menghadapi kesulitan tersebut, serta
yang optimal. Guru merupakan pekerjaan mampu melampaui harapan-harapan atas
profesional yang memerlukan keahlian kinerja dan potensinya. AQ berperan dalam
khusus sebgai pendidik. Pekerjaan ini tidak meramalkan dan menentukan kesuksesan
dapat dilakukan oleh setiap orang terlebih seseorang. Selanjutnya, Stoltz juga
lagi diluar bidang kependidikan. Secara menyatakan bahwa AQ dapat meramalkan
koseptual guru yang diharapkan adalah kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas,
sosok guru ideal yang diinginkan oleh setiap produktivitas, pengetahuan, energi,
orang. Jika dicermati dari sudut pandang pengharapan, kebahagian, vitalitas dan
siswa, guru ideal adalah guru yang memiliki kegembiraan. AQ membagi individu manusia
penampilan sedemikian rupa sebagai sosok menjadi 3 kelompok yaitu, Quitters,
yang dijadikan insipirasi, keteladanan, Campers, dan Climbers. Quitters adalah
bersikap ramah dan penuh kasih sayang, mereka yang memilih untuk menolak
menguasai materi, penyabar, menyenangkan kesempatan, menghindari kewajiban, dan
dan lain sebagainnya. Dari sudut pandang menghindari tantangan. Mereka
orang tua murid, guru diharapkan menjadi meninggalkan impian-impiannya dan memilih
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
jalan yang mereka anggap datar dan lebih oleh seseorang, maka AQ memiliki 4 dimensi
mudah. Campers adalah mereka yang telah yang merupakan bagian dari sikap manusia
mencapai tingkat tertentu dalam hidupnya, dalam menghadapi masalah, yaitu: 1) C
namun berhenti untuk mengembangkan (control), yaitu menjelaskan bagaimana
potensinya, karena merasa sudah cukup seseorang memiliki kendali dalam suatu
nyaman dalam hidupnya. Mereka merasa masalah yang muncul, 2) O2 (Or dan Ow). Or
cukup puas dengan apa yang sudah ada (origin), yaitu menjelaskan mengenai
dengan mengabaikan apa yang masih bagaimana seseorang memandang sumber
mungkin terjadi. Campers melepaskan masalah yang ada. OW (ownership), yaitu
kesempatan untuk maju, yang sebenarnya menjelaskan tentang bagaimana seseorang
dapat dicapai jika energi dan sumber mengakui akibat dari masalah yang timbul.
dayanya diarahkan dengan semestinya. 3) R (reach), yaitu menjelaskan tentang
Sedangkan, climbers adalah mereka yang bagaimana suatu masalah yang muncul
menjalani hidupnya dengan lengkap, yang dapat mempengaruhi segi-segi hidup yang
benar-benar memahami tujuannya dan bisa lain dari orang tersebut. 4) E (endurance),
merasakan gairahnya. Climbers tahu bahwa yaitu menjelaskan tentang bagaimana
banyak imbalan datang dalam bentuk seseorang memandang jangka waktu
manfaat-manfaat jangka panjang, dan berlangsungnya masalah yang muncul.
langkah-langkah kecil sekarang ini akan Apakah ia cenderung untuk
membawanya pada kemajuan-kemajuan memandang masalah tersebut terjadi secara
lebih lanjut di kemudian hari. Bila dilihat dari permanen dan berkelanjutan atau hanya
sisi kemampuan dalam menghadapi dalam waktu yang singkat saja.
kesulitan, maka quitters mempunyai Orang yang memiliki AQ tinggi tidak
kemampuan yang paling kecil dalam akan pernah takut dalam menghadapi
menghadapi kesulitan. Hal ini berbeda jauh berbagai tantangan dalam proses
dengan climbers yang berusaha untuk pendakiannya. Bahkan dia akan mampu
menghadapi kesulitan dengan tenaga, untuk mengubah tantangan yang
pengorbanan serta dedikasi yang terus- dihadapinya dan menjadikannya sebuah
menerus. Stoltz ( 2003) menyatakan bahwa peluang. Dengan kata lain dapat dikatakan
semakin tinggi tingkat kesulitan, semakin bahwa mereka yang memiliki AQ-nya yang
sedikit jumlah climbers. Jika hal ini tinggi akan membentuk mereka dengan
dihubungkan dengan pembelajaran sekolah, kinerja yang tinggi pula.
maka semakin sulit materi pelajaran akan Keberhasilan dalam meningkatkan
semakin sedikit orang yang berminat untuk kinerja dengan membentuk AQ yang tinggi
mempelajarinya. tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan
Gaya berpikir seseorang sangat peningkatan etos kerja seseorang. Dalam
berkaitan dengan respon seseorang pembangunan dunia pendidikan guru harus
terhadap kesulitan. Seligman (dalam Stoltz, memiliki etos kerja agar mampu mendorong
2003) menyatakan bahwa seseorang yang dalam pelaksanaan tugas-tugasnya di
memiliki gaya berpikir optimis cenderung sekolah. Etos kerja guru merupakan
merespon kesulitan sebagai sesuatu yang semangat kerja yang harus dimiliki oleh para
sifatnya sementara, terbatas, dan eksternal. guru guna keberhasilannya. Memiliki etos
Sedangkan seseorang yang psimis akan kerja yang tinggi akan mempengaruhi kinerja
merespon kesulitan sebagai sesuatu yang guru yang sesuai dengan yang diharapkan.
sifatnya permanen, meluas, dan pribadi. Menurut Usman Pelly (1992), etos
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa gaya kerja adalah sikap yang muncul atas
berpikir seseorang memiliki hubungan yang kehendak dan kesadaran sendiri yang
erat dengan AQ seseorang. Berhubungan didasari oleh sistem orientasi nilai budaya
dengan sikap intrinsik yang harus dimiliki terhadap kerja. Dapat dilihat dari pernyataan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar seni; aku bekerja cerdas penuh kreatifitas,7)
dari nilai budaya, yang mana dari nilai kerja adalah kehormatan; aku bekerja tekun
budaya itulah yang membentuk etos kerja penuh keunggulan,8) kerja adalah
masing-masing pribadi. Menurut Toto pelayanan; aku bekerja paripurna penuh
Tasmara, (2002) Etos kerja adalah totalitas kerendahan hati.
kepribadian dirinya serta caranya Selain faktor internal faktor eksternal,
mengekspresikan, memandang, meyakini misalnya iklim kerja, keadaan sekolah,
dan memberikan makna ada sesuatu, yang sarana prasarana sekolah, dan budaya
mendorong dirinya untuk bertindak dan organisasi juga mempengaruhi kinerja guru.
meraih amal yang optimal sehingga pola Setiap organisasi selalu mencari terobosan
hubungan antara manusia dengan dirinya bagaimana mengelola sumber daya manusia
dan antara manusia dengan makhluk lainnya sehingga menjadi organisasi yang lebih
dapat terjalin dengan baik. Secara umum, efektif dan anggotanya menjadi lebih
etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak produktif serta puas dengan hasil kerjanya.
tetap perbuatan dan kegiatan individu oleh karena itu manajemen sumber daya
sebagai seorang pengusaha atau manajer. manusia lebih ditekankan pada bahasan
Mubyarto (dalam Sumawa, 2009) kekuatan dan proses bagaimana orang-
menjelaskan etos kerja sebagai pendorong orang yang terlibat di dalam organisasi
suatu keberhasilan pembangunan sangat mengembangkan persepsi, nilai, dan
ditentukan oleh sejauh mana proyek-proyek kepercayaan tersebut terhadap tingkah laku
pembangunan yang dikembangkan mereka. Robin (1996), menyatakan bahwa
pemerintah atau organisasi lain sesuai atau budaya organisasi adalah suatu persepsi
tidak sesuai dengan kebutuhan penduduk bersama yang dianut oleh anggota-anggota
pedesaan. penduduk pedesaan tidak akan suatu organisasi itu; suatu sistem dari makna
antusias memanfaatkan proyek-proyek itu bersama. Makna bersama ini, bila diamati
seoptimal mungkin untuk mensejahterakan dengan lebih seksama merupakan
mereka apabila dilihat proyek-proyek itu tidak seperangkat karakteristik utama yang
menjawab masalah-masalah mereka dihargai oleh organisasi. Budaya organisasi
Dengan kata lain, etos kerja sebagai adalah sistem kepercayaan. Stoner dkk
pendorong suatu keberhasilan (1996) menekankan budaya organisasi
pembangunan itu memberikan kebebasan adalah sejumlah pemahaman yang penting
dan kesempatan kepada masyarkat seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan
pedesaan untuk ikut menentukan jenis yang dimiliki bersama oleh anggota
proyek yang ingin dikembangkan dalam organisasi.
masyarakat itu. Hogde et al yang dikutif lako (2004)
Sebagai penunjang dalam peningkatan mendefinisikan budaya organisasi sebagai
profesionalitas guru, maka etos kerja harus konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu
dipahami dengan seksama. Sinamo (2005), karakteristik organisasi tampak (observable)
menyatakan bahwa prinsip-prinsip etos kerja dan yang tak tampak (unobservable). Pada
yang harus dikuasi dalam peningkatan tingkat kelihatan, budaya organisasi
profesionalitas guru adalah 1) kerja adalah mencakup beberapa aspek organisasi
rahmat; aku bekerja tulus penuh seperti arsitektur, seragam, pola perilaku,
kebersyukuran, 2) kerja adalah amanah; aku peraturan, legenda, mitos, bahasa, dan
bekerja benar penuh integritas,3) kerja seremoni yang dilakukan organisasi.
adalah panggilan suci; aku bekerja tuntas Sedangkan budaya organisasi yang tidak
penuh integritas, 4) kerja adalah aktualisasi; keliahatan, mencakup norma-norma,
aku bekerja keras penuh semangat, 5) kerja kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota
adalah ibadah; aku bekerja serius penuh organisasi untuk mengelola masalah-
kecintaan dan pengabdian, 6) kerja adalah masalah dan keadaan sekitarnya. budaya
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
budaya organisasi di sekolah berkorelasi akibat yang titik beratnya pada variabel yang
dengan peningkatan motivasi dan prestasi dikorelasikan.
belajar siswa, kepuasan kerja dan Secara umum dari keseluruhan
produktivitas guru, serta siswa lebih kegiatan penelitian ini dirancang melalui
termotivasi dalam belajarnya dengan budaya beberapa tahapan. Diawali dengan langkah
organisasi di sekolah yang kuat. Upaya penelitian pendahuluan untuk memperoleh
untuk mengembangkan budaya organisasi di gambaran awal terhadap topik permasalahan
sekolah terutama berkenaan tugas kepala yang akan diteliti. Kemudian dilakukan upaya
sekolah selaku leader dan manajer di untuk mengidentifikasi permasalahan yang
sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah akan diteliti. Untuk mendukung persiapan
hendaknya mampu melihat lingkungan maka sebelumnya juga dilakukan
sekolahnya secara holistik, sehingga pengumpulan berbagai konsep dan teori
diperoleh kerangka kerja yang lebih luas melalui cara studi pustaka serta observasi
guna memahami masalah-masalah yang secara langsung ke lapangan. Langkah
sulit dan hubungan-hubungan yang selanjutnya adalah menyusun desain
kompleks di sekolahnya. Melalui kuesioner yang nantinya dipakai untuk
pendalaman pemahamannya tentang menjaring data dari masing-masing
budaya organisasi di sekolah, maka ia akan responden. Untuk menghidari kesalahan
lebih baik lagi dalam memberikan penajaman yang bersifat teknis serta sebagai
tentang nilai, keyakinan dan sikap yang kelengkapan dalam peritungan maka
penting guna meningkatkan stabilitas dan sebelumnya dilakukan uji validitas dan uji
pemeliharaan lingkungan belajarnya reliabilitas.
Dari pemaparan diatas menunjukkan Selanjutnya dilakukan upaya
betapa pentingnya AQ, etos kerja dan pengumpulan data awal yang relevan
budaya organisasi dalam upaya dengan permasalahan yang akan diteliti.
meningkatkan kinerja guru. Jika guru telah Berbagai data yang diperoleh tersebut
memiliki AQ dan etos kerja yang tinggi dalam kemudian dilakukan identifikasi untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya serta memilah-milah data yang benar-benar
didukung oleh budaya organisasi yang baik bermanfaat. Dari berbagi konsep dan teori
maka kinerja guru akan dapat meningkat. yang dikumpulkan kemudian dilakukan
Hal ini tentu akan dapat berpengaruh identifikasi terhadap keseluruhan variabel
terhadap kualitas pendidikan. Keberhasilan yang diteliti, baik variabel bebas
kinerja guru akan mampu menciptakan (independent variable) maupun variabel
sekolah yang berkualitas yang nantinya akan terikat (dependent variable). Bentuk
diminati masyarakat. Dengan demikian hubungan yang dimaksud yaitu hubungan
kualitas pendidikan akan terwujud dengan diterminatif, karena penelitian ini berusaha
meningkatnya kualitas masing-masing untuk mencari besarnya kontribusi variable
sekolah. pengaruh AQ (Adversity Quetiont) (X1), etos
kerja (X2) dan budaya organisasi (X3)
METODE PENELITIAN terhadap kinerja guru (Y) pada SMA Negeri
Penelitian ini merupakan penelitian ex di Kota Amlapura.
post facto (pengukuran setelah kejadian),
karena data penelitian baik variabel bebas HASIL DAN PEMBAHASAN
maupun variabel terikat telah terjadi sebelum Dalam uji hipotesis variabel ini ada
penelitian ini diadakan. Ditinjau dari empat hipotesis yang akan diuji sesuai
pendekatannya penelitian ini termasuk dengan jumlah hipotesis variabel yang
pendekatan kuantitatif dengan rancangan diajukan pada BAB II yaitu: (1) uji hipotesis
kausal korelasional karena dalam penelitian variabel AQ terhadap kinerja guru, (2) uji
ini mencoba mengetahui hubungan sebab hipotesis Etos Kerja terhadap kinerja guru,
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
(3) uji hipotesis Budaya Organisasi terhadap dapat diprediksi dari persamaan garis
kinerja guru, (4) uji hipotesis AQ, Etos Kerja, regresi.
dan Budaya Organisasi secara bersama- Untuk mengetahui besarnya
sama terhadap kinerja guru. kontribusi AQ (X1) terhadap kinerja guru (Y)
1) Hipotesis Pertama dihitung dengan korelasi product moment.
Hipotesis pertama berbunyi: Berdasarkan hasil analisis sesuai dengan
“Terdapat kontribusi positif dan signifikan Lampiran 11 diperoleh rhitung = 0,437 dengan
antara AQ terhadap kinerja guru SMA Negeri p<0,05; hal ini mengindikasikan bahwa
di kota Amlapura.” terdapat kontribusi yang positif dan signifikan
Secara statistik dapat dirumuskan: antara AQ dengan kinerja guru SMA Negeri
Y = a ± b1X1 di Kota Amlapura. Berdasarkan hasil analisis
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
diperoleh persamaan garis regresi kontribusi yang positif dan signifikan antara
sederhana untuk pengujian hipotesis AQ terhadap kinerja guru SMA Negeri di
pertama adalah Y=1,557X1 + 75,203. Kota Amlapura, besarnya kontribusi adalah
Persamaan garis ini kemudian diuji (R square × 100%) 19,1%. Dengan kata lain
signifikansinya terhadap variabel terikat semakin baik AQ yang maka kinerja guru
dengan menggunakan teknik regresi linier akan semakin baik pula.
sederhana. Hasil pengujian hipotesis 2) Hipotesis Kedua
pertama disajikan pada Tabel 1. Hipotesis kedua berbunyi:
Tabel 1 Uji Signifikansi dan Kelinieran “Terdapat kontribusi positif dan signifikan
Garis Regresi AQ terhadap antara Etos Kerja terhadap kinerja guru SMA
Kinerja Guru Negeri di kota Amlapura”
Sumber Secara statistik dapat dirumuskan:
dk JK RJK Fhitung
Variasi Y = a ± b2X2
Regresi Berdasarkan hasil penelitian seperti
1 15031 15031 22 pada Lampiran 11 diperoleh persamaan
(reg)
Residu garis regresi sederhana untuk pengujian
95 63546 668 hipotesis kedua adalah Y=0,773X2 + 58,759.
(res)
Persamaan garis ini kemudian diuji
Total 96 78578 signifikansinya terhadap variabel terikat
dengan menggunakan teknik regresi linier
Keterangan: sederhana. Hasil pengujian hipotesis kedua
dk : derajat kebebasan disajikan pada Tabel 2.
JK : jumlah kuadrat Tabel 2 Uji Signifikansi dan Kelinieran
RJK : rerata jumlah kuadrat Garis Regresi Etos Kerja
Berdasarkan hasil uji regresi linier terhadap Kinerja Guru
sederhana pada Tabel 4.10 dapat Sumber
dk JK RJK Fhitung
disimpulkan bahwa model regresi Y=1,557X1 Variasi
+ 75,203 dengan Fhitung = 22,472 > Ftabel =3,94 Regresi
1 4297 4297 5,5
dan signifikansi p<0,05; hal ini (reg)
mengindikasikan bahwa Fregresi > dari Ftabel, Residu
95 74281 781
sehingga harga Fregresi adalah signifikan. (res)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Total 96 78578
terdapat terdapat kontribusi yang signifikan
AQ terhadap kinerja Guru SMA Negeri di
Kota Amlapura. Ini menunjukkan bahwa naik Keterangan:
turunnya kinerja guru disebabkan AQ yang dk : derajat kebebasan
JK : jumlah kuadrat
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
Budaya Organisasi terhadap kinerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di Kota
SMA Negeri di Kota Amlapura. Amlapura (Y), dengan mengendalikan
Berdasarkan hasil analisis tersebut variabel AQ (X1) dan Etos Kerja (X2).
dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi Nilai koefisien korelasi (r3y-12) sebesar
yang positif dan signifikan secara bersama- 0,555; determinan (r2) sebesar 30,80%.
sama AQ, Etos Kerja, dan Budaya Hal ini mengindikasikan Budaya
Organisasi terhadap kinerja guru SMA Organisasi memiliki kontribusi murni
Negeri di Kota Amlapura, besarnya terhadap kinerja guru sebesar 30,80%.
kontribusi adalah (R square × 100%) 44,1%. Determinasi parsial masing-masing
b. Teknik Korelasi Parsial variabel bebas terhadap variabel terikat bila
Korelasi parsial yang digunakan dibandingkan dengan determinasi sebelum
adalah korelasi parsial jenjang kedua. Hal ini diparsial ternyata hasilnya menunjukkan
dimaksudkan untuk mengetahui hubungan penurunan. Hal ini terjadi akibat hubungan
satu variabel bebas dengan variabel terikat murni masing-masing variabel bebas dengan
dengan mengendalikan variabel bebas variabel terikat dikendalikan oleh variabel
lainnya. Hasil analisis korelasi parsial lain.
disajikan pada Tabel 6
Tabel 6 Rekapitulasi Korelasi Parsial SIMPULAN DAN SARAN
Koefisien Determinan Berdasarkan hasil penelitian dan
r Korelasi (%) pembahasan dapat disimpulkan beberapa
r1y-23 0,236 5,75 hal berikut.
1) Terdapat kontribusi yang signifikan
r2y-13 0,142 2,02 adversity quotient (AQ) terhadap Kinerja
r3y-12 0,555 30,80 Guru SMA Negeri di Kota Amlapura;
besarnya kontribusi adalah (R square ×
Berdasarkan Tabel 6 dapat 100%) 19,1%.
disimpulkan sebagai berikut. 2) Terdapat kontribusi yang signifikan Etos
1) Terdapat korelasi yang positif dan kerja guru terhadap Kinerja Guru SMA
signifikan antara AQ (X1) dengan kinerja Negeri di Kota Amlapura; besarnya
guru SMA Negeri di Kota Amlapura (Y), kontribusi adalah (R square × 100%)
dengan mengendalikan variabel Etos 5,5%.
Kerja (X2) dan Budaya Organisasi (X3). 3) Terdapat kontribusi yang signifikan
Nilai koefisien korelasi (r1y-23) sebesar Budaya Organisasi Sekolah terhadap
0,236; determinan (r2) sebesar 5,75%. Kinerja Guru SMA Negeri di Kota
Hal ini mengindikasikan AQ memiliki Amlapura; besarnya kontribusi adalah (R
kontribusi murni terhadap kinerja guru square × 100%) 40,5%.
sebesar 5,75%. 4) Secara bersama-sama terdapat
2) Terdapat korelasi yang positif dan kontribusi secara signifikan adversity
signifikan antara Etos Kerja (X 2) dengan quotient (AQ), Etos Kerja, dan Budaya
kinerja guru SMA Negeri di Kota Organisasi Sekolah terhadap Kinerja
Amlapura (Y), dengan mengendalikan Guru SMA Negeri di Kota Amlapura;
variabel AQ (X1) dan Budaya Organisasi besarnya kontribusi adalah (R square ×
(X3). Nilai koefisien korelasi (r2y-13) 100%) 44,1%.
sebesar 0,142; determinan (r2) sebesar Temuan penelitian ini memberikan
2,02%. Hal ini mengindikasikan Etos gambaran nyata bahwa variabel prediktor
Kerja memiliki kontribusi murni terhadap yang diteliti, yakni AQ, etos kerja, dan
kinerja guru sebesar 2,02%. budaya organisasi baik secara terpisah
3) Terdapat korelasi yang positif dan maupun secara simultan memiliki hubungan
signifikan antara Budaya Organisasi (X 3) yang positif dan signifikan terhadap kinerja
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
guru. Berdasarkan temuan tersebut dapat Aqib, Zainal H. 2002. Profesionalime Guru
disarankan beberapa hal sebagai berikut. Dalam Pembelajaran. Bandung: Sinar
1. Sekolah diharapkan membuat Baru
kebijakan-kebijakan strategis sebagai Arjana, I G N. 2008. Hubungan antara
wahana dalam meningkatkan kualitas Pengalaman Kerja, Motivasi Kerja,
kepengawasan, mengefektifkan Latihan Dalam Jabatan Dan Latar
meningkatkan etos kerja guru dan Belakang Pendidikan Guru Terhadap
meningkatkan kualitas layanan guru Kinerja Guru SMA Non Unggulan di
dalam pembelajaran. Kota Denpasar. Tesis Tidak
2. Kepala sekolah, hendaknya selalu Diterbitkan:Singaraja:PPS Undiksha
meningkatkan profesionalisme, baik Asih, Ni Wayan. 2009, ”Pengaruh Persepsi
menyangkut bidang adminitratif, Kepengawasan, Konsep Diri Guru,
personal maupun edukatif. Dalam dan Motivasi Berprestasi terhadap
bidang edukatif, kepala sekolah harus Kinerja Guru SMA Rintisan Bertaraf
senantiasa menggali informasi- Internasional di Denpasar” Tesis,
informasi yang baru berkaitan dengan Singaraja: PPS Undiksha.
kemampuan dalam bidang Arikunto, Suharsimin, 2001.Dasar-dasar
pembelajaran. Artinya kepala sekolah Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
harus mampu memberikan contoh Jakarta: Bumi Akasa.
kepada guru tentang budaya
orgnisasi yang positif. ................2006. Prosedur Penelitian Suatu
3. Dinas pendidikan kabupaten Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka
diharapkan menjadikan kualitas Cipta.
layanan pembelajaran sebagai acuan Candiasa, I Made.2010.Pengujian Instrumen
dalam memberikan penilaian kinerja Penelitian Disertai Aplikasi Iteman
guru, sehingga guru berkompetisi dan Bigsteps. Singaraja : Unit
untuk memberikan layanan yang Penerbitan Undiksha.
bermutu kepada siswa. Dantes, N. 2007.Alat Penilaian Kemampuan
4. Guru diharapkan selalu memberikan Guru (APKG).Singaraja : Undiksha
layanan yang bermutu kepada siswa Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan
melalui pembelajaran yang aktif, Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1
kreatif, efektif dan menyenangkan. Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta :
5. Agar kualitas layanan guru dalam Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen
pembelajaran dapat dicapai secara Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
optimal, siswa diharapkan ikut aktif Undang-Undang Republik Indonesia
memberikan saran kepada guru No.20 Tahun 2013 Tentang Sistem
melalui penilaian kualitas layanan Pendidikan Nasional. Jakarta:
guru pada setiap akhir pertemuan. Depdiknas
Hal ini dilakukan untuk memberikan Gregory, Robert J. 2000. Psychological
umpan balik kepada guru tentang testing: History, Principles, and
kualitas layanan kepada siswa. Application. USA: Allyn and Bacon.
Inc
DAFTAR RUJUKAN Gibson, James. L, Ivanevich John M, and
Anwar, Idochi dan Amir, Yayat Hidayat. Donnely, 1996. Organisasi Dan
2000. Administrasi Pendidikan : Teori, Manajemen, Prilaku, Struktur Dan
Konsep & Issu, Bandung : Program Proses, jilid I, alih bahasa Nanuk
Pasca Sarjana UPI Bandung Ardiani,Binarupa: Jakarta
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)