Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKN MEMBUAT MAKALAH TENTANG

BUDAYA POLITIK

TUGAS INI DI SUSUN OLEH:


MUHAMMAD DEDY AGUNG SYAIFUL RAHMAN
XI IPS 01
Pengertian & Macam-Macam Budaya Politik

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan


benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap
harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu
masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.
Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :
1.   Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2.   Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3.   Budaya politik partisipatif (aktif)

BUDAYA POLITIK PAROKIAL

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat
rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau
tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut.

Ciri-ciri :

 Apatis
 Pengetahuan politik rendah
 Tidak peduli dan menarik diri terhadap kehidupan politik
 Anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap objek politik yang
luas
 Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan dan kekuasaan
dalam masyarakatnya rendah
 Warga negara tidak terlalu berharap dalam sistem politik
 Tidak ada peranan politik yang bersifat khusus
 Lingkupnya sempit dan kecil
 Masyarakatnya sederhana dan tradisional
Contoh budaya politik parokial yakni masyarakat pada suku-suku pedalaman yang
mana mereka belum mengenal betul siapa pemimpin negara mereka dan tidak ikut
serta sama sekali dalam pemilu

BUDAYA POLITIK SUBJEK / KAULA

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan


sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya
politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang
tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat
pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun
frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang
dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan.
Ciri-ciri :

 Memiliki pengetahuan dalam bidang politik yang cukup


 Partisipasi politik minim
 Kesadaran berpolitik rendah
 Kehidupan ekonomi warga negara sudah baik
 Tingkat pendidikan relatif maju
 Masyarakat menyadari otoritas pemerintah sepenuhnya
 Warga negara cukup puas untuk menerima apa yang berasal dari pemerintah
 Warga negara menganggap dirinya kurang dapat mempengaruhi sistem politik
 Masyarakat secara pasif patuh pada pejabat, pemerintah, dan undang-undang

Contoh Budaya Politik Subjek/Kaula yakni masyarakat jawa (keraton) di jogja. Dimana


rakyat sudah ada pemahaman & kesadaran akan pentingnya berpartisipasi dalam
politik, namun mereka tidak berdaya dan tidak kritis (hanya mengikuti perintah, tidak
memberikan aspirasi)
BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik


yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya
sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya
politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara
umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan
berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung

Ciri-ciri :

 Pengetahuan tentang politik tinggi


 Kesadaran berpolitik tinggi
 Kontrol politik aktif
 Warga negara memiliki kepekaan terhadap masalah atau isu-isu mengenai
kehidupan politik
 Warga mampu menilai terhadap masalah atau isu politik
 Warga menyadari adanya kewenangan atau kekuasaan pemerintah
 Warga memiliki kesadaran akan peran, hak, dan kewajiban, dan tanggung
jawabnya
 Warga mampu dan berani memberikan masukan, gagasan, tuntutan, kritik
terhadap pemerintah
 Warga memiliki kesadaran untuk taat pada peraturan dan kebijakan yang
dikeluarkan tanpa perasaan tertekan
Contoh budaya politik parokial yakni keaktifan masyarakat terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan politik seperti pemilu, demonstrasi, dan lain-lain

BUDAYA POLITIK INDONESIA

    Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan nilai nilai yang dianut oleh masyarakat
Indonesia yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan kegiatan polituk
kenegaraan. 

    Setelah era reformasi memang orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik
partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk akan
keputusan atau kinerja pemerintah baru aetika . perlu diketahui ketika era orde baru Demokrasi
dikekang. Segala bentuk media dikontrol/diawasi oleh pemerintah lewat Departemen Penerangan
supaya tidak mempublikasikan kebobrokan pemerintah.

    Budaya politik Indonesia selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Tetapi berubahnya itu
hanya terjadi pada daerah perkotaan dan pedesaan yang telah maju tetapi pada daerah-daerah
terpencil itu tidak terjadi perubahan karena kurangnya pendidikan dan informasi 

    Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan , dari segi
budaya Politik Partisipan , Semua ciri- cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik
Parokial juga ada yang memenuhi yaitu  seperti berlangsungnya pada masyarakat tradisional dan
pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas
pemerintah.
Sosialisasi Politik

Michael Rush dan Phillip Althoff merupakan dua orang yang memperkenalkan teori sosialisasi
politik melalui buku mereka Pengantar Sosiologi Politik. Dalam buku tersebut, Rush dan Althoff
menerbitkan terminologi baru dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu yaitu
sosialisasi politik.

Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem
politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik.
Sistem politik dapat saja berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang
menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah:

1. Melatih Individu 
2. Memelihara Sistem Politik

Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di dalam
sebuah sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut ideologi negara yaitu Pancasila. Oleh
sebab itu sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi diberlakukan pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Ini merupakan proses pelatihan yang dilakukan negara terhadap
warga negaranya. Pelatihan ini memungkinkan individu untuk menerima atau melakukan suatu
penolakan atas tindakan pemerintah, mematuhi hukum, melibatkan diri dalam politik, ataupun
memilih dalam pemilihan umum.

Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk memelihara sistem politik dan pemerintahan
yang resmi. Apa jadinya suatu negara atau bangsa jika warga negaranya tidak tahu warna
bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, ataupun pemerintah yang tengah
memerintahnya sendiri ? Mereka akan menjadi warga negara tanpa identitas, tentunya.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat 3 cara,
yaitu:

1. Imitasi
2. Instruksi
3.   Motivasi

Imitasi. Melalui imitasi, seorang individu meniru terhadap tingkah laku individu lainnya.
Misalnya, Gus Dur adalah anak dari K.H. Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama,
K.H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur sejak kecil akrab dengan lingkungan pesantren dan budaya
politik Nahdlatul Ulama, termasuk dengan kiai-kiainya. Budaya tersebut mempengaruhi
tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak Islam moderat seperti yang ditampakan
oleh organisasi Nahdlatul Ulama secara umum.

Instruksi. Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah instruksi. Gaya ini banyak
berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur secara rapi melalui
rantai komando. Melalui instruksi, seorang individu diberitahu oleh orang lain mengenai
posisinya di dalam sistem politik, apa yang harus mereka lakukan, bagaimana, dan untuk apa.
Cara instruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah, dalam mana guru mengajarkan siswa tentang
sistem politik dan budaya politik yang ada di negara mereka.

Motivasi. Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui cara ini,
individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan tingkah sendiri
dengan tingkah orang lain. Dapat saja seorang individu yang besar dari keluarga yang beragama
secara puritan, ketika besar ia bergabung dengan kelompok-kelompok politik yang lebih
bercorak sekular. Misalnya ini terjadi di dalam tokoh Tan Malaka. Tokoh politik Indonesia asal
Minangkabau ini ketika kecil dibesarkan di dalam lingkungan Islam pesantren, tetapi ketika
besar ia merantau dan menimba aneka ilmu dan akhirnya bergabung dengan komintern.
Meskipun menjadi anggota dari organisasi komunis internasional, yang tentu saja bercorak
sekular, ia tetap tidak setuju dengan pendapat komintern yang menilai gerapak pan islamisme
sebagai musuh. Namun, tetap saja tokoh Tan Malaka ini menempuh cara sosialisasi politik yang
bercorak motivasi.

Anda mungkin juga menyukai