1) Tn. Roy, berusia 30 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi pada sore hari
dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.
2) Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata tampak
kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
3) Tn. Roy sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang
lalu.
4) Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : palmar pucat
5) Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L, Bilirubin
total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L, Kreatinin 3,1
mg/d L.
Analisis Masalah
1. Tn. Andi, berusia 35 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan demam
sejak 4 hari yang lalu. Tn. Andi mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi
pada sore hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.
1) Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada
anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis,
tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain . Infeksi virus yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza,
demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis.
2) Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,keadaan
tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin,
leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan
antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat
efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari.al lain yang juga
berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Sudoyo, 2009).
C. Apa makna demam sejak 4 hari yang lalu?
Jawab:
Telah terjadi infeksi oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit sejak 4 hari
yang lalu. Dan telah terjadi masa inkubasi di dalam tubuh.
F. Apa makna demam hilang timbul paling tinggi sore hari dan kembali normal
pagi hari?
Jawab:
Termasuk demam tipe intemitten yaitu demam yang suhu badan turun
ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam sehari. Selain itu, jenis demam
yang terjadi berhubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme yang
menginfeksi.
A. Apa makna Tn. Andi juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat
dan mata tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit?
Jawab:
Merupakan gejala klinis dari penyakit malaria akibat proses infeksi plasmodium di
dalam tubuh.
Mata kuning
Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan post
hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke pembuluh
darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau organ tubuh lainnya.
Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat jaringan ikat longga sehingga
mata tampak kuning. (Harijanto, 2014)
1) TBC 6) Kusta
2) Difteria 7) Pes
3) Pertusis 8) Antraks
4) Tetanus Neonatorium 9) Leptospirosis
5) Demam Tifoid
Infeksi Virus :
1) DBD 6) HIV-AIDS
2) Chikungunya 7) Varisela
3) Campak 8) Flu Burung
4) Hepatitis 9) SARS
5) Rabies 10) Polio
Infeksi Parasit
1) Malaria
2) Penyakit Cacing Sindrom Penyakit Menular
3) Filariasis 1) Diare
2) Infeksi Saluran Pernapasan 3) Penyakit Menular Seksual
Atas (ISPA) (PMS)
(Widoyono, 2008)
I. Apa faktor penyebab badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning ?
Jawab:
1) Penyebab badan terasa lemah dan wajah pucat pada kasus terjadi karena infeksi
akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi sel darah merah (eritrosit) sehingga
eritrosit akan pecah. Sel darah merah berfungsi untuk membawa dan
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh, apabila terjadi
pemecahan eritrosit yang cukup banyak akibatnya prefusi aliran darah ke organ
non vital seperti kulit dan otot berkurang sehingga otot kekurangan nutrisi dan
oksigen yang menyebabkan tanda klinis badan terasa lemah dan wajah pucat
(Guyton dan Hall, 2008).
2) Penyebab mata tampak kuning dan BAK warna kuning serta jumlahnya sedikit
terjadi karena pecahnya sel darah merah (eritrosit) akibat infeksi yang disebabkan
oleh parasit. Sel darah merah yang pecah akan menghasilkan bilirubin indirect
kemudian diikat oleh albumin, lalu bilirubin masuk ke sel hepar kemudian
dikonjugasi menghasilkan bilirubin direct yang akan diekskresikan ke empedu
lalu ke usus sehingga memberi warna pada feses dan sebagian ke ginjal sehingga
memberi warna kuning kecoklatan pada urin. Apabila terjadi pemecahan eritrosit
yanag cukup banyak maka produksi bilirubin meningkat. Hal ini diperburuk juga
oleh parasit yang menyerang hepar yang mengakibatkan hepar tidak dapat bekerja
maksimal dalam mengeluarkan bilirubin sehingga bilirubin menumpuk didarah
yang menyebabkan tanda klinis mata tampak kuning dan BAK warna kuning
serta jumlahnya sedikit (Silbernagl, 2017).
3. Pemeriksaan fisik
Kesadaran: compos mentis
Tanda vital: TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38,3Oc.
Pemeriksaan spesifik
Kepala: konjungtiva anemis, sklera ikterik
Thorak: jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas: palmar pucat
A. Apa saja macam-macam tingkat kesadaran?
Jawab:
Secara kualitatif
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara
(suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan
nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon
2) Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung,
berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : suara
tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon
3) Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri
(menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) :
withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi
abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon
Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan post
hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke pembuluh
darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau organ tubuh lainnya.
Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat jaringan ikat longga sehingga
mata tampak kuning.
Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati lalu sel parenkim hati
teinfeksi. Kemudian mengeluarkan mezoroit ke aliran darah dan menyerang eritrosit.
Eritrosit pecah yang menyebabkan darah menjadi hemolysis. Menghasilkan bilirubin
meningkat dan terjadilah mata kuning. (Harijanto, 2014)
Akral dingin
Akral dingin pada ekstremitas menunjukkan bahwa kurangnya prefusi darah kebagain
ekstremitas.
Mekanisme : Infeksi akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi hepar kemudian
parasit masuk kedalam sirkulasi darah dan menginfeksi sel darah merah (eritrosit).
Eritrosit akan pecah mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi hemoglobin (anemia)
sehingga prefusi aliran darah ke organ non vital seperti kulit dan otot pada ekstremitas
berkurang sehingga metabolisme pada ekstremitas tidak dapat berlangsung akibat
kekurangan nutrisi dan oksigen yang menyebabkan terasa dingin bila diraba pada
bagian ekstremitas. (Guyton dan Hall, 2008)
4. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb: 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3
Kimia darah: Bilirubin indirect 7,1 mg/dL, Bilirubin direct 1,3 mg/dL, Bilirubin total
8,4 mg/dL. SGOT 112 U/l, SGPT 132 U/l, Ureum 162 mg/dL, kreatinin 3,1 mg/dL.
A. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
5) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan rapid test malaria dinyatakan positif. Sedangkan pada
pemeriksaan apus darah tebal, ditemukan Plasmodium Falciparum (+) stadium
tropozoit dan gametosit (Widoyono, 2008).
b) Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap
tinggi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria
ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
2) Demam Tifoid
Demam lebih dari 7 hari. Keluhan berupa diare, anoreksia, atau batuk. sakit
kepala, nyeri tulang, sakit perut (diare obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif,
reseola, leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui kultus. Karena isolasi
salmonella relative sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi widal untuk
mendeteksi antigen O dan H sering digunakan sebagai alternative. Titer kurang >
1/40 dianggap positif demam tifoid.
3) Demam Dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri
tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah
trombosit dan peninggian hemoglobin dan hemotokrit pada demam berdarah
dengue, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
4) Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes
Leptodipstik positif.
5) Hepatitis
Satu sampai dua minggu sebelum gejala ikterik ( kekuningan pada kulit ) terjadi
demam sedang, anoreksia, mual,muntah dan gejala tidak khas lainnya. Satu
sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air kencing berwarna
kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat. Warna putih pada mata akan
berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan pada kulit. Enzim hati (SGOT,
SGPT, dan Gamma GT akan meningkat pada pemeriksaan laboratorium)
(Widoyono, 2008).
Penyakit
Gejala Malaria DBD Tifoid Leptospirosis Hepatitis
Ikterik + - - + +
Organomegali + - - +/- +
Gejala lain Nyeri kepala, Manifestasi Myalgia, Nyeri gastrocmenius, Lesu, lelah, ikterik,
gangguan sistem perdarahan,myalgia,athralgia, gangguan sistem nyeri kepala, mata anoreksia,gangguan
pencernaan, gangguan sistem pencernaan pencernaan, merah, myalgia sistem pencernaan
anemia, tifoid tongue
organomegali Tinja pucat
Riwayat ke + + - - -
daerah endemis
9. Tatalaksana?
1. Secara non-farmakologis (Upaya Pencegahan)
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat yaitu:
1) Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah
endemik,
2) Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu
memberantas bentuk gametosit.
3) Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis
malaria.
4) Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan
menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang
nyamuk Anopheles.
5) Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika
tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari pada kulit
badan jika berada di luar rumah pada malam hari.
(Soedarto, 2008).
2. Secara Farmakologis
1) Malaria tanpa Komplikasi
Lama Baru
Hipoglikemi merupakan salah satu komplikasi dari malaria berat. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita
dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan kesadaran. Penyebab
terjadinya hipoglikemi yang paling sering ialah karena pemberian terapi kina
(dapat terjadi 3 jam setelah infus kina). Penyebab lainya ialah kegagalan
gluconeogenesis pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karena
parasite mengkonsumsi karbohidrat, dan pada TNF-α yang meningkat.
Hipoglikemi dapat pula terjadi pada primigravida dengan malaria tanpa
komplikasi. Hipoglikemia kadang-kadang susah diobati dengan cara
konvensionil, disebabkan hipoglikemia yang presisten karena hiperinsulinemia
akibat kina. Mungkin dengan pemberian diazoksida dimana terjadi hambatan
sekresi insulin merupakan cara pengobatan yang dapat dipertimbangakan
(Harijanto, 2010).
2) Malaria Serebral
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi karena anoksia yang disebabkan penurunan
aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat
sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
4) Kelainan Hati
1.2 Kesimpulan
Tn. Andi, 35 tahun mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, mengeluh demam hilang
timbul, disertai menggigil karena mengalami malaria e.c. infeksi plasmodium
falciparum.
Gigitan Nyamuk
Siklus Extra-Eritrosistik
Reaksi Inflamasi
Mata Tampak Kuning
Demam
Pucat Lemah Menggigil
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Hal: 6.
Guyton & Hall. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Edisi 12. Hal :
829-830.
Harijanto, P N. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Interna
Publishing.
Ismoedijanto. 2000. Demam Pada Anak, Sari Pediatri Vol.2, pp. 103-108.
Jurnal Institut Nasional. Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal. 23 April
2014.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. EGC :
Jakarta.
Nelwan. 2009. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam Ilmu Penyakit Dalam 6th ed.
Putz, P dan Pabst, R. 2015. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Edisi 23 jilid 2. EGC.
Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK UI. 2008. Buku Ajar
Sugiarti, DS. 2014. Harga Normal Data Laboratorium dan Data Klinik.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition.