Anda di halaman 1dari 29

Identifikasi Masalah

1) Tn. Roy, berusia 30 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Tn. Roy mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi pada sore hari
dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.
2) Tn. Roy juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata tampak
kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
3) Tn. Roy sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang
lalu.
4) Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38.3oC
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : konjungtiva anemis, sclera ikterik
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas : palmar pucat
5) Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : Hb : 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3
Kimia Darah : Bilirubin Indirect 7,1 mg/d L, Bilirubin Direct 1,3 mg/d L, Bilirubin
total 8,4 mg/d L, SGOT 112 U/1, SGPT 132 U/1, Ureum 162 mg/d L, Kreatinin 3,1
mg/d L.

Analisis Masalah

1. Tn. Andi, berusia 35 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan demam
sejak 4 hari yang lalu. Tn. Andi mengeluh demam hilang timbul, paling tinggi
pada sore hari dan kembali normal pada pagi hari. Demam disertai menggigil.

A. Apa saja jenis - jenis demam?


Jawab:
1) Demam Septik : demam yang suhunya tidak pernah mencapai normal, tinggi
pada malam hari dan turun ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
2) Demam hektik : demam yang suhunya mencapai normal.
3) Demam remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2 derajat celcius.
4) Demam intermitten : demam yang suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam sehari.
5) Demam kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari 1 derajat.
6) Demam siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu tubuh seperti semula.
(Nelwan, 2009)

B. Bagaimana etiologi demam?


Jawab:
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.

1) Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada
anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis,
tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain . Infeksi virus yang
pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza,
demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis.
2) Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,keadaan
tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin,
leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan
antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat
efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari.al lain yang juga
berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Sudoyo, 2009).
C. Apa makna demam sejak 4 hari yang lalu?
Jawab:
Telah terjadi infeksi oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit sejak 4 hari
yang lalu. Dan telah terjadi masa inkubasi di dalam tubuh.

D. Apa makna demam disertai dengan menggigil?


Jawab;
Demam diserta menggigil merupakan gejala klasik pada malaria. Gejala
demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului
oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis).
Tiga stadium demam malaria :
1) Stadium Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi
penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari – jari pucat kebiru – biruan
(sianotik). Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada
penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15 menit
– 60 menit.
2) Stadium Demam
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami
serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan
dirasakan sangat panas seperi terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan
sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah. Nadi penderita menjadi
kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa
meningkat sampai 410 C. Stadium ini berlangsung selama 2–4 jam.
3) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai membasahi
tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang–
kadang sampai di bawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan
pada saat terjaga, ia merasa lemah, tetapi tanpa gejala lain. Stadium ini
berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah serangan panas pertama terlewati, terjadi
interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti dengan serangan
panas berikutnya seperti yang pertama; dan demikian selanjutnya. Gejala–
gejala malaria “klasik” seperti diuraikan di atasa tidak selalu ditemukan pada
setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit, umur, dan tingkat
imunitas penderita.

E. Bagaimana patofisiologi dari demam menggigil pada kasus?


Jawab:
Untuk mekanisme dari demam diawali karena adanya pirogen endogen
maupun eksogen, yang pada kasus ini kemungkinan disebabkan oleh pecahnya sel
darah merah yang telah terinfeksi plasmodium, yang berada dalam fase skizon
matang dan merozoit matang yang akan masuk ke dalam darah. Pada tahap
selanjutnta akan memicu proses inflamasi dan memicu pengeluaran sitokin pro-
inflamasi berupa sitokin (IL-1, IL-6, TNF, IFN) menuju area pre-optik anterior
hipotalamus yang kemudian terjadi sintesis prostaglandin E2 oleh asam arakidonat
yang akan merangsang neuron sensitive panas. Setelah itu terjadi perubahan pada
set point yakni set point pada pusat pengaturan suhu meningkat dan terjadi
Demam. (Guyton, 2017)
Setelah terjadi peninggkatan set point di hipotalamus terjadi inisiasi respon
dingin, lalu hipotalamus akan mendeteksi suhu tubuh dibawah normal sehingga
meningkatkan respon dingin dengan peningkatan suhu dan terjadilah mengigil.
Mengigil bertujuan untuk meningkatan produksi panas dan vasokonstriksi kulit
agar mengurangi pengeluaran panas tubuh.

F. Apa makna demam hilang timbul paling tinggi sore hari dan kembali normal
pagi hari?
Jawab:
Termasuk demam tipe intemitten yaitu demam yang suhu badan turun
ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam sehari. Selain itu, jenis demam
yang terjadi berhubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme yang
menginfeksi.

G. Apa saja macam-macam malaria?


Jawab:
1) Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Penyakit ini
cenderung menjadi akut, bila cepat mendapat pengobatan penyakit ini bisa
diatasi.
2) Malaria tersiana jinak (benign tertian malaria), disebabkan oleh
Plasmodium vivax, dengan kecenderungan menjadi kronis karena memiliki
fase eksoeritrositik yang dapat bersifat dorman (hypnozoite). Selain itu spesies
lain yang sangat jarang ditemukan, P. ovale juga dapat menimbulkan gejala
dormancy seperti P. vivax.
3) Malaria kuartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae. Di Afrika jenis
malaria ini banyak disertai dengan sindrom nefrotik.
H. Apa saja macam-macam plasmodium?
Jawab:
1) Plasmodium falsiparum
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten
dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
2) Plasmodium vivax
Vivaks Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax.
3) Plasmodium Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat
ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4) Plasmodium Malariae
Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 3 hari.
5) Plasmodium Knowlesi
Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria
falsiparum.

I. Apa saja macam-macam siklus hidup plasmodium?


Jawab:

Nyamuk anophelini berperan sebagai vektor penyakit malaria. Nyamuk


anophelini yang berperan hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus
anopheles ini diketahui jumlahnya kirakira 2000 species, diantaranya 60 species
diketahui sebagai vektor malaria.

Siklus hidup plasmodium


1) Siklus pada manusia
Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini
disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant
yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh
menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit
tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit,
tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar
akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan
dan betina).
2) Siklus pada nyamuk anopheles
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk
ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit ini bersifat
infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya
gejala klinis yang ditandai denagan demam. Masa inkubasi bervariasi
tergantung species plasmodium.
2. Tn. Andi juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit. Tn. Andi
sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di Bangka 12 hari yang lalu.

A. Apa makna Tn. Andi juga mengeluh badan terasa lemah, wajah tampak pucat
dan mata tampak kuning. BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit?
Jawab:
Merupakan gejala klinis dari penyakit malaria akibat proses infeksi plasmodium di
dalam tubuh.

B. Bagaimana mekanisme badan terasa pegal,wajah pucat, dan mata tampak


kuning?
Jawab:

Badan lemah, wajah pucat


Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati. Yang mengakibatkan
sel parenkim hati teinfeksi kemudian mengeluarkan mezoroit ke aliran darah dan
menyerang eritrosit sehingga eritrosit pecah. Pecahnya eritrosit mengakibatkan tubuh
mengalami perfusi jaringan dan akibat kurangnya suplai oksigen. Sehingga terjadi
badan lemah dan wajah pucat.

Mata kuning
Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan post
hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke pembuluh
darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau organ tubuh lainnya.
Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat jaringan ikat longga sehingga
mata tampak kuning. (Harijanto, 2014)

C. Bagaimana mekanisme pembentukan urine?


Jawab:
Darah masuk ke ginjal (a. renalis) → masuk ke arteriol aferen dan mengalirkan darah
ke glomerulus → darah di filtrasi di glomerulus, komponen yang bermolekul besar
seperti protein dan eritrosit tertahan dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil
lewat (urin primer) → darah yang terfiltrasi di kumpulkan di kapsula bowman →
dialirkan ke tubulus proksimal untuk direabsorbsi kembali, zat-zat yang berguna
untuk tubuh seperti gula, asam amino dan zat lain diserap kembali (urin sekunder) →
dibawa ke lengkung henle (U) → melewati aparatus jukstaglomerulus → masuk ke
tubulus distal, disini terjadi proses augmentasi yaitu penambahan urea → masuk
ke tubulus kolingentes/kolektivus → ke ginjal pelvis → ureter (peristaltik dan
gravitasi) → masuk ke vesica urinaria → setelah vesica urinaria penuh, menyebabkan
reseptor teregang → impuls dibawa ke medulla spinalis oleh saraf aferen →
merangsang saraf parasimpatis → sfingter internus terbuka dan disusul oleh sfingter
eksternus → kedua sfingter terbuka → urin terdorong akibat kontraksi vesica urinaria
→ urin disalurkan melalui uretra → urin keluar (berkemih) (Sherwood, 2011).

D. Bagaimana kadar normal urine di dalam tubuh?


Jawab:
Ciri-ciri urin normal adalah:
1. Rata-rata jumlah yang dikeluarkan dalam satu hari l-2 liter namun tergantung
jumah intake cairan
2. Warnanya bening tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho, 2013).
Sifat fisis urin, terdiri atas:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
cairan dan faktor lainnya.
2. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020

Tabel 2.1 Volume urin normal berdasarkan usia


Umur Jumlah urin
Bayi hari ke 1-2 30-60 ml
Bayi hari ke 3 – 10 100 - 300 ml
Bayi hari ke 10 – 2 bulan 250 - 450 ml
2 bulan – 1 tahun 400 – 500 ml
1-3 tahun 500 - 600 ml
3-5 tahun 600 – 700 ml
5-8 tahun 650 – 700 ml
8-14 tahun 800 - 1400 ml

E. Bagaimana mekanisme BAK berwarna kuning dan jumlahnya sedikit?


Jawab:
Penyebab warna urine kuning adalah dikarenakan mengandung Bilirubin
dimana bilirubin adalah produk akhir dari penguraian bagian heme (yang
mengandung besi) hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah usang.
Bilirubin ini akan diambil oleh Hepatosit dari plasma, setelah itu sedikit terjadi
modifikasi pigmen untuk meningkatkan kelarutannya, setelah itu di ekskresikan ke
dalam empedu, dimana ini membuat warna empedu berwarna kuning, dari empedu itu
akan disalurkan ke saluran pencernaa terutama usus, yang membuat warna tinja
menjadi coklat khas, tanpa bilirubin maka warna tinja akan menjadi putih abu-abu.
Kemudian sebagian bilirubin akan diserap oleh usus dan masuk ke dalam pembuluh
darah, dari pembuluh darah akan masuk ke ginjal, dan diekskresikan bersamaan
dengan urine, dimana membuat urine menjadi berwarna kekuningan (Sherwood,
2014) Dan juga karena ada pembentukan senyawa urubilinogen yang membuat warna
kuning (Price&Wilson,2005).
Sedangkan untuk mechanism terjadinya volume urin yang sedikit, yaitu
terjadinya glomerulonephritis. Hal ini disebabkan adanya jumlah bilirubin yang tinggi
pada darah, hal tersebut menandakan bahwa sel darah merah banyak yang mengalami
lisis akibat infeksi, ini menyebabkan jumlah plasma dalam darah juga berkurang yang
menyebabkan tekanan darah glomerulus mengalami penurunan, tekanan darah
glomerulus mengalami penurunan, maka laju filtrasi glomerulus (LFG) juga
mengalami penurunan, kalau LFG turun maka jumlah urine yang dikeluarkan juga
mengalami penurunan (Sherwood, 2014).

F. Apa makna Tn. Andi sebelumnya baru pulang mengunjungi keluarganya di


Bangka 12 hari yang lalu ?
Jawab:
Hubungannya adalah, klasifikasi suatu wilayah ditentukan dengan tinggi atau
rendahnya suatu wilayah, cuaca, dan iklim. Bangka termasuk daerah yang memiliki
banyak pantai dan rawa (endemis malaria) banyaknya genangan air berpotensi untuk
perkembangbiakan vektor malaria yaitu spesises nyamuk Anopheles (Mashoedi,
2012).

G. Apakah tempat yang dikunjungi Tn. Andi berhubungan dengan epidemiologi


dengan pengakit tertentu?
Jawab:
Penyakit pada daerah endemis terbagi menjadi 4 macam, meliputi
Infeksi Bakteri :

1) TBC 6) Kusta
2) Difteria 7) Pes
3) Pertusis 8) Antraks
4) Tetanus Neonatorium 9) Leptospirosis
5) Demam Tifoid

Infeksi Virus :
1) DBD 6) HIV-AIDS
2) Chikungunya 7) Varisela
3) Campak 8) Flu Burung
4) Hepatitis 9) SARS
5) Rabies 10) Polio

Infeksi Parasit
1) Malaria
2) Penyakit Cacing Sindrom Penyakit Menular
3) Filariasis 1) Diare
2) Infeksi Saluran Pernapasan 3) Penyakit Menular Seksual
Atas (ISPA) (PMS)
(Widoyono, 2008)

H. Apa hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus?


Jawab:
Secara epidemiologi, malaria menyerang semua jenis usia dan jenis kelamin. Tidak
ada kecenderungan ke arah tertentu. Namun ada beberapa orang yang memiliki
kekebalan terhadap malaria, kekebalan tsb bisa didapat alamiah (bawaan) atau
didapat. Namun ada kelompok yang berisiko tinggi terkena Malaria, yaitu anak
balita,ibu hamil, dan penduduk non-imun (pengungsi,transmigran dan wisatawan)
yang berkunjung ke daerah endemis.

I. Apa faktor penyebab badan terasa lemah, wajah tampak pucat dan mata
tampak kuning ?
Jawab:
1) Penyebab badan terasa lemah dan wajah pucat pada kasus terjadi karena infeksi
akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi sel darah merah (eritrosit) sehingga
eritrosit akan pecah. Sel darah merah berfungsi untuk membawa dan
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh, apabila terjadi
pemecahan eritrosit yang cukup banyak akibatnya prefusi aliran darah ke organ
non vital seperti kulit dan otot berkurang sehingga otot kekurangan nutrisi dan
oksigen yang menyebabkan tanda klinis badan terasa lemah dan wajah pucat
(Guyton dan Hall, 2008).
2) Penyebab mata tampak kuning dan BAK warna kuning serta jumlahnya sedikit
terjadi karena pecahnya sel darah merah (eritrosit) akibat infeksi yang disebabkan
oleh parasit. Sel darah merah yang pecah akan menghasilkan bilirubin indirect
kemudian diikat oleh albumin, lalu bilirubin masuk ke sel hepar kemudian
dikonjugasi menghasilkan bilirubin direct yang akan diekskresikan ke empedu
lalu ke usus sehingga memberi warna pada feses dan sebagian ke ginjal sehingga
memberi warna kuning kecoklatan pada urin. Apabila terjadi pemecahan eritrosit
yanag cukup banyak maka produksi bilirubin meningkat. Hal ini diperburuk juga
oleh parasit yang menyerang hepar yang mengakibatkan hepar tidak dapat bekerja
maksimal dalam mengeluarkan bilirubin sehingga bilirubin menumpuk didarah
yang menyebabkan tanda klinis mata tampak kuning dan BAK warna kuning
serta jumlahnya sedikit (Silbernagl, 2017).

3. Pemeriksaan fisik
Kesadaran: compos mentis
Tanda vital: TD 110/80, RR 22x/menit, Nadi 110x/menit, Temp 38,3Oc.
Pemeriksaan spesifik
Kepala: konjungtiva anemis, sklera ikterik
Thorak: jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas: palmar pucat
A. Apa saja macam-macam tingkat kesadaran?
Jawab:
Secara kualitatif
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)

1) Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara
(suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan
nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon
2) Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung,
berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : suara
tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon
3) Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri
(menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) :
withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi
abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol


E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah
15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

B. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?


Jawab:
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran compos Compos mentis Normal
mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah 120/80 mmHg Normal
110/80 mmHg
Nadi 110x/menit 60 – 100 x/menit Normal
RR 22x/menit 16-24x/menit Normal
Suhu 38.3oC 36,8 – 37,2 oC Hipertermi

C. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik?


Jawab:
Pirogen endogen maupun eksogen, yang pada kasus ini kemungkinan
disebabkan oleh pecahnya sel darah merah yang telah terinfeksi plasmodium, yang
berada dalam fase skizon matang dan merozoit matang yang akan masuk ke dalam
darah. Pada tahap selanjutnta akan memicu proses inflamasi dan memicu
pengeluaran sitokin pro-inflamasi berupa sitokin (IL-1, IL-6, TNF, IFN) menuju
area pre-optik anterior hipotalamus yang kemudian terjadi sintesis prostaglandin
E2 oleh asam arakidonat yang akan merangsang neuron sensitive panas. Setelah itu
terjadi perubahan pada set point yakni set point pada pusat pengaturan suhu
meningkat dan terjadi Demam. (Guyton, 2017)
Setelah terjadi peninggkatan set point di hipotalamus terjadi inisiasi respon
dingin, lalu hipotalamus akan mendeteksi suhu tubuh dibawah normal sehingga
meningkatkan respon dingin dengan peningkatan suhu dan terjadilah mengigil.
Mengigil bertujuan untuk meningkatan produksi panas dan vasokonstriksi kulit
agar mengurangi pengeluaran panas tubuh.
Sedangkan pirogen endogen merupakan pirogen yang berasal dari dalam
tubuh meliputi interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing
factor-alfa (TNF-A). Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit,
limfosit dan neutrofil (Guyton,2017).

D. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan spesifik?


Jawab:
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Keadaan Spesifik
Kepala
konjungtiva anemis +/+ konjungtiva anemis (-) Abnormal
Sklera Ikterik +/+ Sklera ikterik -/-
Leher Kelenjar Getah Bening Normal
KGB tidak membesar tidak membesar
Toraks
Paru dan jantung dalam Paru dan jantung dalam Normal
batas normal batas normal
Abdomen
Hepar datar, lemas, hepar Hepar datar, lemas, Normal
dan lien tidak teraba hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas
Palmar pucat Tidak pucat Abnormal

E. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan spesifik?


Jawab:
Konjungtiva anemis dan palmar pucat merupakan tanda dari anemia

Anemia adalah kondisi defisiensi hemoglobin yang biasanya disertai dengan


penurunan jumlah eritrosil di dalam darah dan bisa juga karena defisiensi nutrisi (Fe)
sehingga komponen penyusun hemoglobin mengalami kondisi patologis. Mekanisme
yang terjadi yakni Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati.
Kemudian sel parenkim hati teinfeksi yang kemudian mengeluarkan mezoroit ke
aliran darah dan menyerang eritrosit. Hal itu menyebabkan eritrosit pecah dan parasit
memakan hemoglobin. Akibatnya adalah Tn. Andi mengalami kekurangan
hemoglobin (anemia).

Sklera ikterik (mata kuning)

Adanya kerusakan pada sistem billiaris, baik saat prehepatik, hepatik, dan post
hepatik. Dimana terjadinya translokasi bilirubin baik direct/indirect ke pembuluh
darah, sehingga berdampak terjadinya ikterus di mata, kulit, atau organ tubuh lainnya.
Namun, akan lebih terlihat pada sklera karena terdapat jaringan ikat longga sehingga
mata tampak kuning.

Sporozoit masuk ke dalam pembuluh darah menuju ke hati lalu sel parenkim hati
teinfeksi. Kemudian mengeluarkan mezoroit ke aliran darah dan menyerang eritrosit.
Eritrosit pecah yang menyebabkan darah menjadi hemolysis. Menghasilkan bilirubin
meningkat dan terjadilah mata kuning. (Harijanto, 2014)

Akral dingin
Akral dingin pada ekstremitas menunjukkan bahwa kurangnya prefusi darah kebagain
ekstremitas.
Mekanisme : Infeksi akibat suatu parasit. Parasit ini menginfeksi hepar kemudian
parasit masuk kedalam sirkulasi darah dan menginfeksi sel darah merah (eritrosit).
Eritrosit akan pecah mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi hemoglobin (anemia)
sehingga prefusi aliran darah ke organ non vital seperti kulit dan otot pada ekstremitas
berkurang sehingga metabolisme pada ekstremitas tidak dapat berlangsung akibat
kekurangan nutrisi dan oksigen yang menyebabkan terasa dingin bila diraba pada
bagian ekstremitas. (Guyton dan Hall, 2008)

4. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb: 8,2 gr/dl, Trombosit 210.000/mm3, Leukosit 9200/mm3
Kimia darah: Bilirubin indirect 7,1 mg/dL, Bilirubin direct 1,3 mg/dL, Bilirubin total
8,4 mg/dL. SGOT 112 U/l, SGPT 132 U/l, Ureum 162 mg/dL, kreatinin 3,1 mg/dL.
A. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab:

No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi


Laboratorium
1. Darah rutin
Hb 13,8-17,2 gr/dL 8,2 gr/dL Anemia
Trombosit 150.000-400.000/mm3 210.000/mm3 Normal
Leukosit 4000-11.000/mm3 9200/mm3 Normal
2. Kimia darah
Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 7,1 mg/dL Abnormal
Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 1,3 mg/dL Abnormal
Bilirubin total 0,1-1,2 mg/dL 8,4 mg/dL Abnormal
SGOT 0-41 µ/L 112 µ/l Abnormal
SGPT 10-40 µ/L 132 µ/l Abnormal
Ureum 10-50 mg/dL 162 mg/dL Abnormal
Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,1 mg/dL Abnormal

B. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?


Jawab:
1) Hb rendah: disebabkan plasmodium meninfeksi eritrosit, parasit tumbuh
memakan hemoglobinm terjadi pembiakan aseksual di jaringan hati dan
eritrosit.
2) Bilirubin indirect abnormal (tinggi) : peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis).
3) Bilirubin direct abnormal (tinggi) : terjadi kerusakan sel hati.
4) SGPT dan SGOT abnormal (tinggi) : terjadi kerusakan parenkim hati akut.
5) Ureum dan kreatinin meningkat : gangguan pada ginjal.

5. Bagaimana Cara mendiagnosis ?


1) Anamnesis
Demam selama 4 hari, demam hilang timbul, menggigil serta mengeluh badan
terasa lemah. Wajah tampak pucat dan mata tampak kuning. Selain itu Tn. Roy
juga mengalami BAK tampak berwarna kuning dan jumlahnya sedikit.
2) Pemeriksaan Fisik
Nadi 110x/menit = Takikardi
Temperatur 38,3°C = Hipertermi
3) Pemeriksaan Spesifik
Konjungtiva Anemis = Abnormal
Sklera Ikhterik = Abnormal
Palmar pucat = Abnormal
4) Pemeriksaan Laboratorium

No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi


Laboratorium
1. Darah rutin
Hb 13,8-17,2 gr/dL 8,2 gr/dL Anemia
Trombosit 150.000-400.000/mm3 210.000/mm3 Normal
Leukosit 4000-11.000/mm3 9200/mm3 Normal
2. Kimia darah
Bilirubin indirect 0,1-1,0 mg/dL 7,1 mg/dL Abnormal
Bilirubin direct 0,1-0,3 mg/dL 1,3 mg/dL Abnormal
Bilirubin total 0,1-1,2 mg/dL 8,4 mg/dL Abnormal
SGOT 0-41 µ/L 112 µ/l Abnormal
SGPT 10-40 µ/L 132 µ/l Abnormal
Ureum 10-50 mg/dL 162 mg/dL Abnormal
Kreatinin < 1,5 mg/dL 3,1 mg/dL Abnormal

5) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan rapid test malaria dinyatakan positif. Sedangkan pada
pemeriksaan apus darah tebal, ditemukan Plasmodium Falciparum (+) stadium
tropozoit dan gametosit (Widoyono, 2008).

6. Bagaimana Different Diagnosis?


1) Malaria:
Manifestasi umum yaitu demam periodik, anemia dan splenomegali, terdapat
keluhan prodomal berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa
dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang demam ringan, anoreksia, sakit perut,
diare ringan dan kadang-kadang dingin.

Terdapat gejala Trias Malaria:

a) Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil.

b) Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap
tinggi

c) Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun dan


penderita merasa sehat.

Penyakit malaria terbagi menjadi dua yaitu :

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria
ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

Malaria berat adalah suatu penyakit yang disebabkan protozoa, genus


plasmodium dan hidup intra sel, ang dapat bersifat akut atau kronik. Transmisi
berlangsung di lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia oceania, Amerika
Latin, Kepulauan Karibia dan Turki. Kira-kira 1,6 miliar penduduk daerah ini
berada selalu dalam risiko terkena malaria. Tiap tahun ada 100 juta kasus dan
meninggal 1 juta di daerah Sahara Afrika. Sebagian besar yang meninggal adalah
bayi dan anak-anak. Pmalariae dan Pfalcifarum terbanyak di negara ini. Di
negara-negara maju seperti di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia
dan lain-lain, malaria telah dapat diberantas. Hanya Plasmodium falcifarum yang
dapat menyebabkan malaria berat. Selain P falcifarum malaria berat dapat juga
disebabkan P Vivax dan P knowlesi. Malaria berat terutama malaria serebral yang
merupakan komplikasi terberat yang sering menyebabkan kematian. (Harijanto,
2014).

2) Demam Tifoid
Demam lebih dari 7 hari. Keluhan berupa diare, anoreksia, atau batuk. sakit
kepala, nyeri tulang, sakit perut (diare obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif,
reseola, leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya salmonella dalam darah melalui kultus. Karena isolasi
salmonella relative sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi widal untuk
mendeteksi antigen O dan H sering digunakan sebagai alternative. Titer kurang >
1/40 dianggap positif demam tifoid.

3) Demam Dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri
tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah
trombosit dan peninggian hemoglobin dan hemotokrit pada demam berdarah
dengue, tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.

4) Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes
Leptodipstik positif.
5) Hepatitis
Satu sampai dua minggu sebelum gejala ikterik ( kekuningan pada kulit ) terjadi
demam sedang, anoreksia, mual,muntah dan gejala tidak khas lainnya. Satu
sampai lima hari sebelum kekuningan pada kulit muncul, air kencing berwarna
kuning kecoklatan (seperti teh). Tinja menjadi pucat. Warna putih pada mata akan
berwarna kekuningan yang diikuti kekuningan pada kulit. Enzim hati (SGOT,
SGPT, dan Gamma GT akan meningkat pada pemeriksaan laboratorium)
(Widoyono, 2008).

Penyakit
Gejala Malaria DBD Tifoid Leptospirosis Hepatitis

Etiologi Plasmodium Virus dengue Salmonella Urin hewan Virus hepatitis


yang dibawa typhii
oleh vektor Reservoir tikus
Nyamuk
Anopheles
betina

Demam Demam Bifasik Kontinyu Tinggi


bergantung pada
jenis
plasmodium
yang
menginfeksi

Ikterik + - - + +

Organomegali + - - +/- +

Gejala lain Nyeri kepala, Manifestasi Myalgia, Nyeri gastrocmenius, Lesu, lelah, ikterik,
gangguan sistem perdarahan,myalgia,athralgia, gangguan sistem nyeri kepala, mata anoreksia,gangguan
pencernaan, gangguan sistem pencernaan pencernaan, merah, myalgia sistem pencernaan
anemia, tifoid tongue
organomegali Tinja pucat

Urin teh tua

Riwayat ke + + - - -

daerah endemis

Lab Eritrositopenia Trombositopenia Peningkatan enzym


Leukositosis hati
Peningkatan hematokrit

Pemeriksaan Rapid Test NS-1 Kultur Bakteri Pemeriksaan serologi HbsAg


Malaria IgG,igM Microscopic
Penunjang Widal Agglutination Test
(MAT) atau tes
Leptodipstik positif.

7. Bagaimana Pemeriksan Penunjang?


Jawab:
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil
negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali
dan hasil negative maka diagnosa malaria dapatdikesampingkan. Adapun pemeriksaan
darah tepi dapat dilakukan melalui

a. Tetesan preparat darah tebal.


Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan
darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Preparat dinyatakan
negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-
1000 kali tidak ditemukan parasit.
b. Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, dinyatakan sebgai hitung
parasit (parasite count). Bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Bila
jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung
parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan
dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky.
2. Tes antigen
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari
P.falciparum dan antigen terdapat LDH (Laktate Dehydrogenase) yang terdapat
pada plasmodium lainnya. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat sedikit jumlahnya.Tes ini kurang bermanfaat
sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah 2 minggu terjadinya
infeksi dan menetap 3-6 bulan.
4. Tes diagnosis molekular
Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spensifitasnya tinggi. Termasuk dalam tes
ini: PCR, LAMP, dll (Harijanto,2014)

8. Bagaimana Working Diagnosis?


Jawab:
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, spesifik, dan pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan kadar hemoglobin dalam tubuh Tn. Roy mengalami
penurunan dari batas normal. Hal itu menandakan adanya pemecahan eritrosit oleh
merozoit. Serta ditambah dengan pemeriksaan rapid test malaria dan pemeriksaan
apus darah tebal yang menunjukkan ditemukannya Plasmodium falciparum (+)
stadium tropozoit dan gametosit, maka dapat ditentukan bahwa diagnosis pasti pada
kasus adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

9. Tatalaksana?
1. Secara non-farmakologis (Upaya Pencegahan)
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat yaitu:
1) Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah
endemik,
2) Mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu
memberantas bentuk gametosit.
3) Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis
malaria.
4) Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan
menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang
nyamuk Anopheles.
5) Menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika
tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari pada kulit
badan jika berada di luar rumah pada malam hari.
(Soedarto, 2008).
2. Secara Farmakologis
1) Malaria tanpa Komplikasi

Malaria Lini pertama Lini Kedua


Malaria Falcifarum DH3+ P3 + PQ1 Q7 + D/T7+ PQ1
Dihydroartemisinin Quinine + Doxycycline
+Piperaquin + + Primaquine Doxy
Primaquine atau Tetracycline
Malaria Vivax DH3+P3+PQ14 Q7 + PQ14

2) Malaria falciparum berat atau dengan komplikasi

Lama Baru

Kinin Artesunate iv Artemether im


dihidroklorid
a drip
3) Pengobatan Malaria Falciparum Lini Kedua
Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin

10. Bagaimana komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kasus ini?


Jawab:
1) Hipoglikemi

Hipoglikemi merupakan salah satu komplikasi dari malaria berat. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita
dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan kesadaran. Penyebab
terjadinya hipoglikemi yang paling sering ialah karena pemberian terapi kina
(dapat terjadi 3 jam setelah infus kina). Penyebab lainya ialah kegagalan
gluconeogenesis pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karena
parasite mengkonsumsi karbohidrat, dan pada TNF-α yang meningkat.
Hipoglikemi dapat pula terjadi pada primigravida dengan malaria tanpa
komplikasi. Hipoglikemia kadang-kadang susah diobati dengan cara
konvensionil, disebabkan hipoglikemia yang presisten karena hiperinsulinemia
akibat kina. Mungkin dengan pemberian diazoksida dimana terjadi hambatan
sekresi insulin merupakan cara pengobatan yang dapat dipertimbangakan
(Harijanto, 2010).

2) Malaria Serebral

Merupakan komplikasi palin bahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran


yang dapat terjadi secara perlahan dalam dalam beberapa hari atau mendadak
dalam waktu 1-2 jam, sering disertai kejang.

3) Gagal Ginjal Akut

Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi karena anoksia yang disebabkan penurunan
aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat
sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.

4) Kelainan Hati

Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan


karena  sekuestrasi dan   sitoadheren yang menyebabkan obstruksi
mikrovaskular. Ikterik karenahemolitik sering terjadi. Ikterik yang berat karena
P. falsiparum sering penderita de:asa halini karena
hemolisis, kerusakan hepatosit. terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan ringan
serum transaminase dan 5 nukleotidase. ganggguan fungsi hati dapat
menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat,gangguan metabolisme obat.
(Departemen Parasitologi FKUI. 2008).

11. Bagaimana prognosis pada kasus ini?


Jawab:
Quo ad vitam : dubia ad boenam
Quo ad functionam : dubia ad boenam
Quo ad sanationam : dubia ad boenam

12. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam kasus ini?


Jawab:
Tingkat kemampuan 4A : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. (Konsil Kedokteran
Indonesia. 2012)

13. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini?


Jawab:
(HR. Muslim 4/1993, no. 2575) (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651)
HR. Muslim No. 2575
“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam,
sebagaimana alat panas besi mampu menghilangkan karat”.
2. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 80

‫ت فَهُ َو يَ ْشفِي ِن‬


ُ ْ‫َوإِ َذا َم ِرض‬

Artinya : “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”.

3. HR. Muslim 4/1993, no. 2575

Dari Jabir radiyallahu ‘anhu

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib


(atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi
denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu
bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah
padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia
menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu
menghilangkan karat”.

4. HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim No. 6511


“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya,
melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon
menggugurkan daun-daunnya”.

1.2 Kesimpulan
Tn. Andi, 35 tahun mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, mengeluh demam hilang
timbul, disertai menggigil karena mengalami malaria e.c. infeksi plasmodium
falciparum.

1.3 Kerangka Konsep

Gigitan Nyamuk

Sekuestrasi Dari Plasmodium Masuk Ke


Eritrosit Pembuluh Darah

Masuk Ke Ginjal Sel Hepar Terinfeksi


Menempel Pada
Endotel Nefron

Siklus Extra-Eritrosistik

Sporozoid yang Belum Matang


Jumlah Urin Sedikit
Membentuk Schizon

Gagal Ginjal Akut Schizon Pecah Sel darah merah

Menghasilkan Merozoid Ruptur RBC

Masuk Ke Aliran Darah Bilirubin Tak


terkonjugasi meningkat

Reaksi Inflamasi
Mata Tampak Kuning

Demam
Pucat Lemah Menggigil

DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, Y. 2014. Parasitologi UI. Jakarta: FK UI.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:

Interna Publishing.

Atiq, Baitil. 2009. Gambaran Mekanisme Demam. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hal: 6.
Guyton & Hall. 2017. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Edisi 12. Hal :

829-830.

Harijanto, P N. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Interna

Publishing.

Ismoedijanto. 2000. Demam Pada Anak, Sari Pediatri Vol.2, pp. 103-108.

Jurnal Institut Nasional. Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal. 23 April

2014.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia.

Mashoedi. 2012. Faktor Perilaku Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Di

Daerah Endemis Malaria. Jurnal Sains Medika. Hal : 168.

Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi 12. EGC :

Jakarta.

Nelwan. 2009. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam Ilmu Penyakit Dalam 6th ed.

Hal : 533-588. Jakarta: Interna Publishing.

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Putz, P dan Pabst, R. 2015. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Edisi 23 jilid 2. EGC.

Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Silbernagl, S. 2017. Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press.

Staf Pengajar Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK UI. 2008. Buku Ajar

Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Sugiarti, DS. 2014. Harga Normal Data Laboratorium dan Data Klinik.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition.

United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Semarang : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai