Anda di halaman 1dari 11

2.

            MINYAK BUMI


a.    Pengertian Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus – karang dan
oleum – minyak) dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah suatu cairan kental yang
berwarna coklat sampai hitam atau kehijauan, yang mudah terbakar dan berbau kurang
sedap, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi merupakan campuran kompleks dari senyawa-senyawa
hidrokarbon, baik senyawa alifatik, alisiklik, dan aromatik yang sebagian terdiri atas
alkana tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya, dengan
sedikit senyawa nitrogen (0,01-0,9%), belerang (0,1-7%), oksigen (0,06-0,4%) dan
senyawa logam dalam jumlah yang sangat kecil.
b.    Komponen-komponen Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran yang kompleks, yang komponen terbesarnya
adalah hidrokarbon. Komponen-komponen minyak bumi sebagai berikut :
A. Golongan Alkana
Golongan alkana yang tidak bercabang terbanyak adalah n–oktana, sedang alkana
bercabang terbanyak adalah isooktana (2,2,4–trimetilpentana).
B. Golongan Sikloalkana
Golongan sikloalkana yang terdapat pada minyak bumi adalah siklopentana dan
sikloheksana.
C. Golongan Hidrokarbon Aromatik
Golongan hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah benzena.
D. Senyawa-senyawa Lain
Senyawa-senyawa mikro yang lain, seperti senyawa belerang berkisar 0,01 – 7%,
senyawa nitrogen berkisar 0,01 – 0,9%, senyawa oksigen berkisar 0,06 – 0,4%, dan
mengandung sedikit senyawa organologam yang mengandung logam vanadium dan
nikel. Sementara itu sumber energi yang lain, yaitu gas alam memiliki komponen alkana
suku rendah, yaitu metana, etana, propana, dan butana. Sebagai komponen
terbesarnya adalah metana. Dalam gas alam, selain mengandung alkana, terkandung
juga di dalamnya berbagai gas lain, yaitu karbon dioksida (CO 2) dan hidrogen sulfida
(H2S), meskipun beberapa sumur gas alam yang lain ada juga yang mengandung
helium. Dalam gas alam ini, metana digunakan sebagai bahan bakar, sumber hidrogen,
dan untuk pembuatan metanol. Etana yang ada dipisahkan untuk keperluan industri,
sedangkan propana dan butana juga dipisahkan, dan kemudian dicairkan untuk bahan
bakar yang dikenal dengan nama LPG (Liquid Petroleum Gas) yang biasa digunakan
untuk bahan bakar kompor gas rumah tangga.
c.    Pengolahan minyak bumi
Minyak mentah (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum
dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu
karena minyak bumi masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon,
khususnya komponen utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek
sampai ke rantai C yang banyak/panjang, dan senyawa-senyawa yang bukan
hidrokarbon.
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada
minyak mentah ditambahkan asam dan basa. Minyak mentah yang berupa cairan pada
suhu dan tekanan atmosfer biasa, memiliki titik didih persenyawan-persenyawaan
hidrokarbon yang berkisar dari suhu yang sangat rendah sampai suhu yang sangat
tinggi. Dalam hal ini, titik didih hidrokarbon (alkana) meningkat dengan bertambahnya
jumlah atom C dalam molekulnya.
Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak
bumi, maka dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi
melalui proses distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi
(penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai
trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada
beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi. Minyak
mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa
tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat bahwa
minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawasenyawa
yang bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer
dengan titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah
dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi
minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu.
a)     Pengolahan tahap pertama (primary process)
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih masing
masing fraksi.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu
dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan
titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik
didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya,
sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas.
Perhatikan diagram fraksionasi minyak bumi berikut ini.

Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut :


1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi
dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom
ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang tidak
terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran. Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu
LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung komponen utama propana (C 3H8) dan
butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4) dan
etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30oC – 90oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar
ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan
rantai C5H12 – C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil dari 175oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
90oC – 175oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan
bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C 6H14-C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200 oC,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC-200oC.
Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta.
Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 275oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 175oC-275oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan keluar ke
penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran alkana dengan
rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 3750C, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 2500C-3750C. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair
dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan
campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375oC, sehingga akan terjadi penguapan. Pada trayek ini dihasilkan residu
yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang tidak menguap berasal
dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun residu
yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 375oC. Minyak pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-
mesin, parafin (C21H44–C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari
C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
b)   Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit
pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non
bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang
sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.
Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat
berupa pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses
polymerisasi, alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming). Proses
pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia
Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa
hidrokarbon lain melalui proses kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul
hidrokarbon yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
• Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan
tekanan tinggi saja.
• Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan
karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
• Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang
merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan"
hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh. Dengan cara seperti ini, maka
dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, kerosin, avtur, dan solar. Jumlah yang
diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik dibandingkan dengan proses
perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja. Selain itu, jumlah residunya akan
berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi merupakan suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon
isoparafin secara kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat
dijadikan bensin atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi merupakan penggabungan dua molekul atau lebih untuk
membentuk molekul tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk
menggabungkan molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena)
menjadi senyawa nafta ringan.
d) Reformasi
Proses ini dapat berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk
mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan
yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponen-
komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah
atau mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis
bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat
diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses
alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut
fraksifraksi minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya.
Dengan proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih
baik bila dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting
point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses
pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada
hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh produk-produk lain sebagai produk
tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan dasar petrokimia yang diperlukan
untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat pembasmi serangga, dan
berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap
pertama dan proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat
yang merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap.
Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah
liat, atau proses hidrogenasi.
d.    Kegunaan minyak bumi
Berdasarkan jumlah atom C, maka minyak bumi dapat dibagi menjadi fraksi-fraksi
dengan sifat berbeda (Tabel 7.8).
Tabel 7.8
Jumlah atom
Fraksi Kegunaan
C
- Bahan bakar elpiji
C1-C4 Gas - Bahan baku sintesis senyawa organik
-Bahan bakar kendaraan bermotor
C5 – C10 Bensin -Sintetis senyawa organik
-Pembuatan plastik, karet sintesis, deterjen, obat,
C6 – C10 Nafta cat, bahan pakaian, kosmetik
-Bahan bakar pesawat udara
C11 – C14 Kerosin - Bahan bakar kompor paraffin
-Bahan bakar kendaraan bermesin diesel
C15 – C17 Minyak solar
-Bahan bakar tungku industri
- Digunakan untuk minyak pelumas
C18 – C20 Minyak pelumas
karena kekentalannya yang tinggi
-Sebagai lilin paraffin untuk membuat lilin, kertas
> C20 Lilin pembungkus berlapis lilin, lilin batik, korek api, dan
semir sepatu

Bensin
Fraksi minyak bumi yang paling banyak digunakan ialah bensin. Komponen
utamanbensin yaitu n-heptana dan isooktana.
CH3 -CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3
n-heptana
2,2,4-trimetil pentana (isooktana)
Kualitas bensin dinyatakan dengan bilangan oktan, yaitu bilangan yang menunjukkan
jumlah isooktana dalam bensin. Bilangan oktan ini menyatakan kemampuan bahan
bakar dalam mengatasi ketukan (knocking) saat terbakar dalam mesin. Semakin besar
bilangan oktan, semakin tinggi kualitas bensin. Sebagai pembanding, dapat dilihat dari
nilai yang seharusnya dimiliki oleh n-heptana dan isooktana:
• n-heptana diberi nilai oktan = 0, karena zat ini menimbulkan knocking yang sangat
hebat.
• isooktana diberi nilai = 100, karena menimbulkan sedikit knocking (tidak menimbulkan
knocking).
Sampai saat ini terdapat tiga jenis bensin, yaitu premix, premium, dan super TT.
Premix (campuran premium dengan zat aditif MTBE), mempunyai nilai oktan 94, berarti
kualitas bahan bakar setara dengan campuran 94% isooktana dan 6% n-heptana.
Premium mempunyai nilai oktan 80-85, sedangkan super TT mempunyai nilai oktan 98.
Bensin yang dihasilkan dari proses distilasi biasanya masih mempunyai bilangan
oktan yang rendah. Untuk meningkatkan bilangan oktan, perlu ditambahkan zat aditif
(zat anti knocking), seperti:
• Tetra Ethyl Lead (TEL); mempunyai rumus molekul Pb(C 2H5)4. TEL biasanya
digunakan dalam bentuk campurannya yang disebut Ethyl Fluid, yaitu terdiri atas:
65% TEL, 25% 1,2-dibromoetana, 10% 1,2-dikloroetana. Adanya unsur Br dan Cl
sangat penting untuk mencegah oksida timbal menempel pada mesin, yaitu dengan
membentuk timbal bromida PbBr2 yang mudah menguap. Dengan demikian, semua
timbal akan keluar bersama asap kendaraan bermotor lewat knalpot.
• Benzena; mempunyai rumus molekul C6H6.
• Etanol; mempunyai rumus molekul CH3 -CH2 - OH. Campuran bensin dengan etanol
(9:1) lazim disebut gasohol.
• Tersier-butil alkohol; mempunyai rumus molekul C4H9OH.
• Tersier-butil metil eter (MTBE = Metil Tersier Butil Eter); mempunyai rumus molekul
C5OH12. Zat aditif ini biasanya digunakan sebagai pengganti TEL, yaitu untuk
menghindari adanya timbal yang dapat mencemari udara.

http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com/2012/06/rangkuman-guna-hidrokarbon-minyak-
bumi.html

Minyak Bumi

Sumber energi utama yang digunakan untuk bahan bakar rumah tangga, kendaraan bermotor dan mesin
industri berasal dari minyak bumi, batubara dan gas alam. Ketiga jenis bahan bakar tersebut terbentuk
dari peruraian senyawa-senyawa organik yang berasal dari jasad organisme kecil yang hidup di laut
jutaan tahun yang lalu. Proses peruraian berlangsung lambat di bawah suhu dan tekanan tinggi, dan
menghasilkan campuran hidrokarbon yang kompleks. Sebagian campuran berada dalam fase cair dan
dikenal sebagai minyak bumi. Sedangkan sebagian lagi berada dalam fase gas dan disebut gas alam.

Pengolahan minyak bumi

Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari gas
alam disebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat dibedakan menjadi:

1. Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang rendah,
berwarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah).
2. Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang tinggi,
memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan agar meleleh.

Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil
alkena, alkuna, siklo-alkana, aromatik, dan senyawa anorganik. Meskipun kompleks, untungnya terdapat
cara mudah untuk memisahkan komponen-komponennya, yakni berdasarkan perbedaan nilai titik
didihnya. Proses ini disebut distilasi bertingkat. Untuk mendapatkan produk akhir sesuai dengan yang
diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi,
pemisahan pengotor dalam fraksi, dan pencampuran fraksi.

Distilasi bertingkat

Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak dipisahkan menjadi komponen-komponen murni,
melainkan ke dalam fraksi-fraksi, yakni kelompok-kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu.
Hal ini dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer-isomer hidrokarbon
mempunyai titik didih yang berdekatan. Proses distilasi bertingkat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi sampai suhu
~600oC. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian dialirkan ke bagian bawah menara/tanur
distilasi.
 Dalam menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-pelat (tray). Setiap
pelat memiliki banyak lubang yang dilengkapi dengan tutup gelembung (bubble cap) yang
memungkinkan uap lewat.
 Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian uap akan mencapai
ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair. Zat cair yang
diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.
 Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi di
bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa dengan titik didih rendah
akan terkondensasi di bagian atas menara.

Sebagian fraksi dari menara distilasi selanjutnya dialirkan ke bagian kilang minyak lainnya untuk proses
konversi.

Proses konversi

Proses konversi bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan kualitas sesuai
permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang tinggi, maka sebagian
fraksi rantai panjang perlu diubah/dikonversi menjadi fraksi rantai pendek. Di samping itu, fraksi bensin
harus mengandung lebih banyak hidrokarbon rantai bercabang/ alisiklik/aromatik dibandingkan rantai
lurus. Jadi, diperlukan proses konversi untuk penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon. Beberapa
jenis proses konversi dalam kilang minyak adalah:

–          Perengkahan (cracking)

Perengkahan adalah pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil. Contohnya,

perengkahan fraksi minyak ringan/berat menjadi fraksi gas, bensin, kerosin, dan minyak solar/diesel.

–          Reforming

Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai bercabang/alisiklik/aromatik.

Sebagai contoh, komponen rantai lurus (C5? C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatik.
–          Alkilasi

Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Contohnya,

penggabungan molekul propena dan butena menjadi komponen fraksi bensin.

–          Coking

Coking adalah proses perengkahan fraksi residu padat menjadi fraksi minyak bakar dan hidrokarbon

intermediat. Dalam proses ini, dihasilkan kokas (coke). Kokas digunakan dalam industri alumunium

sebagai elektrode untuk ekstraksi logam Al.

Kegunaan minyak bumi

Kegunaan fraksi-fraksi yang diperoleh dari minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya seperti titik didih

dan viskositas, dan juga sifat kimianya.

Fraksi Jumlah Titik Kegunaan

  atom C didih (oC)

Gas C1 – C4 < 20 oC Sebagai bahan bakar elpiji (LPG-


Liquefied Petroleum Gas) dan bahan
baku untuk sintesis

senyawa organik
Bensin C5 –  C10 40 – 180 Bahan bakar kendaraan bermotor

(Gasolin)
Nafta C6 – C10 70 – 180 Fraksi nafta diperoleh dari fraksi bensin.
Nafta digunakan untuk sintesis senyawa
organik lainnya yang digunakan untuk
pembuatan plastik, karet sintetis,
deterjen, obat, cat, bahan pakaian, dan
kosmetik.

Kerosin C11 –  C14 180 – 250 Digunakan sebagai bahan bakar pesawat
udara
 
dan bahan bakar kompor parafin

Minyak C15 –  C17 250 – 300 Digunakan sebagai bahan bakar


  kendaraan
solar dan
bermesin diesel; minyak solar untuk
diesel kendaraan

  mesin diesel dengan rotasi tinggi,


sedangkan

minyak diesel untuk rotasi


sedang/rendah,

disamping sebagai bahan bakar tungku


di industri

Minyak C18 – C20 300 – 350 Digunakan sebagai minyak pelumas. Hal
ini terkait
pelumas
dengan kekentalan (viskositas) yang
  cukup besar

Lilin > C20 > 350 Sebagai lilin parafin untuk membuat lilin,
kertas
pengkilap,
serta pembungkus berlapis lilin, lilin batik,
semir korek api, dan
sepatu.
bahan

Minyak > C20 > 350 Bahan bakar di kapal, industri pemanas,
dan
bakar
pembangkit listrik
 

Bitumen > C40 > 350 Materi aspal jalan dan atap bangunan.
Aspal juga
 
digunakan sebagai lapisan anti korosi,
isolasi listrik

dan pengedap suara pada lantai.

Bensin
Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan penting sampai

saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya

bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan. Lalu, bagaimana

sebenarnya penggunaan bensin sebagai bahan bakar? Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor

Oleh karena bensin hanya terbakar dalam fase uap, maka bensin harus diuapkan dalam karburator

sebelum dibakar dalam silinder mesin kendaraan. Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin

diubah menjadi gerak melalui tahapan sebagai berikut. Pembakaran bensin yang diinginkan adalah yang

menghasilkan dorongan yang mulus terhadap penurunan piston. Hal ini tergantung dari ketepatan

waktu pembakaran agar jumlah energi yang ditransfer ke piston menjadi maksimum. Ketepatan waktu

pembakaran tergantung dari jenis rantai hidrokarbon yang selanjutnya akan menentukan kualitas

bensin.

                  Alkana rantai lurus dalam bensin seperti n-heptana, n-oktana, dan nnonana sangat mudah

terbakar. Hal ini menyebabkan pembakaran terjadi terlalu awal sebelum piston mencapai posisi yang

tepat. Akibatnya timbul bunyi ledakan yang dikenal sebagai ketukan (knocking). Pembakaran terlalu awal

juga berarti ada sisa komponen bensin yang belum terbakar sehingga energi yang ditransfer ke piston

tidak maksimum.

                  Alkana rantai bercabang/alisiklik/aromatik dalam bensin seperti isooktana tidak terlalu mudah

terbakar. Jadi, lebih sedikit ketukan yang dihasilkan,

dan energi yang ditransfer ke piston lebih besar.

Oleh karena itu, bensin dengan kualitas yang baik harus mengandung lebih banyak alkana rantai

bercabang/alisiklik/aromatik dibandingkan alkana rantai lurus. Kualitas bensin ini dinyatakan oleh

bilangan oktan.

Bilangan oktan
Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk

mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0 ditetapkan untuk n-heptana

yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar. Suatu campuran 30%

nheptana dan 70% isooktana akan mempunyai bilangan oktan:

= (30/100 x 0) + (70/100 x 100) = 70

Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji pembakaran sampel bensin untuk

memperoleh karakteristik pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian dibandingkan dengan

karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-heptana dan isooktana. Jika ada karakteristik yang

sesuai, maka kadar isooktana dalam campuran n-heptana dan isooktana tersebut digunakan untuk

menyatakan nilai bilangan oktan dari bensin yang diuji.

Fraksi bensin dari menara distilasi umumnya mempunyai bilangan oktan ~70. Untuk menaikkan

nilai bilangan oktan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

 Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi hidrokarbon rantai bercabang
melalui proses reforming. Contohnya mengubah n-oktana menjadi isooktana
 Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi bensin.
 Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat pembakaran bensin.
Dulu digunakan senyawa timbal (Pb). Oleh karena Pb bersifat racun, maka penggunaannya
sudah dilarang dan diganti dengan senyawa organik, seperti etanol dan MTBE (Methyl Tertiary
Butyl Ether).

https://lucyanitri.wordpress.com/materi-kimia-kelas-xii/hidrokarbon-dan-minyak-bumi-2/minyak-bumi/
(29 Agustus 2015, 05:30)

Anda mungkin juga menyukai