Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains
Oleh:
ANITA PURNAMASARI
60400117004
JURUSAN FISIKA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis
binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik (QS. Luqman :10)”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Dia-lah yang menurunkan hujan dari langit
dan menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan yang baik dan bermanfaat untuk
kehidupan manusia dan makhluk lainnya di muka bumi. Tumbuh-tumbuhan
merupakan rezeki anugerah dari Allah SWT untuk manusia, hewan dan makhluk
lainnya.
Berdasarkan firman-Nya makna “arab” tumbuh-tumbuhan yang baik menurut
Al Qurtubhi adalah yang memiliki warna dan bentuk. Sedangkan menurut Tafsir Ibnu
Katsir tumbuhan yang baik yaitu indah dipandang. Sesungguhnya dengan ayat di atas
Allah SWT menjelaskan bahwa Allah Maha Kuasa atas alam semesta antara lain
dengan menumbuhkan tumbuhan yang baik atau bermanfaat bagi manusia. Satu
diantara tumbuhan bermanfaat itu adalah tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
kebutuhan sehari-hari misalnya daging buah pepaya yang dapat diolah menjadi selai
(untuk kue).
Perubahan sifat fisik dan kimia minyak goreng (kelapa) terjadi setelah
penggunaan berkali-kali dengan suhu yang cukup tinggi. Minyak menjadi cepat
berasap, berbusa dan meningkatkan warna coklat serta flavor yang tidak enak.
Karakteristik minyak goreng ditentukan oleh kadar air, bilangan asam, bilangan
peroksida dan kerapatan jenis bahan. Peningkatan asam lemak yang terbentuk dari
hasil reaksi hidrolisis akibat dari keberadaan air dalam minyak pada suhu yang tinggi
sehingga menyebabkan terbentuknya senyawa hasil oksidasi lemak dan minyak yang
membentuk gugus fungsional aldehid dan keton sebagai indikasi terjadi ketengikan
(rancidity) pada minyak goreng. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas,
penambah rasa gurih dan penambah nilai gizi/kalori bahan pangan. Penggunaan
minyak bekas penggorengan pada makanan yang dikonsumsi akan menganggu
kesehatan seperti penyakit kanker, penumpukan Trans Fatty Acid (TFA) di dalam
pembuluh darah dan penurunan nilai cerna lemak dan minyak sehingga menurunkan
kecerdasan generasi berikutnya.
Pada tahun 2014, indonesia merupakan penghasil buah pepaya yang cukup
besar yaitu 840,112 ton/tahun. Biji pepaya merupakan sampah pertanian yang bisa
dijadikan sebagai bioabsorben dengan biaya yang sangat murah. Nilai ekonomis dari
limbah biji pepaya sampai saat ini masih sangat kurang efisien, padahal biji pepaya
mengandung beberapa senyawa-senyawa aktif seperti alkaloid, flavoid, glikosida
antrakinon, tanin, titerpenoid/steroid dan saponin. Selain itu, biji pepaya juga
memiliki unsur paling penting sebagai bioabsorben.
Adsorben atau bioabsorben dapat digunakan untuk mengembalikan mutu
minyak goreng. Bioabsorben dihasilkan dari bahan yang mengandung karbon
berfungsi sebagai purifikasi atau pemisah komponen pada fase gas atau cairan.
Bioabsorben merupakan suatu zat padat yang dapat digunakan untuk menyerap
komponen tertentu dari suatu fasa fluida. Pemanfaatan bioabsorben untuk menyerap
gugus fungsi pada minyak untuk pemurnian minyak goreng sangat potensial.
Peningkatan kualitas minyak goreng dengan karbon aktif melalui proses adsorpsi
yang menyerap zat warna, suspensi koloid hasil degradasi minyak.
Penelitian mengenai bioabsorben biji pepaya telah banyak dilakukan seperti
penelitian mengenai pembuatan bioabsorben biji pepaya untuk penyerapan methyl
blue, dengan ukuran partikel 60 mesh aktivator 98%. Kapasitas absorpsi dengan
metode Langmuir sebesar 55,557 mg. Kemudian pembuatan bioabsorben juga
dilakukan untuk penyerapan cristal violet, ukuran partikel 60 mesh dengan aktivator
98%, diperoleh luas permukaan 1,38 m2/g. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan Judul Uji Efektivitas Biji Pepaya sebagai
Bioabsorben Penjernih Minyak Kelapa. Diharapkan Penelitian ini bisa menjadi
informasi untuk masyarakat bahwasannya buah pepaya tidak hanya dikonsumsi
sebagai buah meja saja tetapi sebagai makanan yang benilai gizi dan protein yang
tinggi serta dapat diolah menjadi bioabsorben penjernih minyak kelapa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektifitas
penggunaan bioabsorben dari biji pepaya untuk memurnikan minyak goreng bekas ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan
bioabsorben dari biji pepaya untuk memurnikan minyak goreng bekas.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa ekstrak biji Pepaya (Carica Papaya L) dapat dimanfaatkan sebagai
bioabsorben Penjernih Minyak goreng bekas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS: An-
Nahl :11)
M.Quraish shihab telah mentafsirkan dengan menyatakan bahwa Dia yakin
Allah swt, menumbuhkan bagi kaum dengannya, yakni dengan air hujan itu tanaman-
tanaman; dari yang paling cepat layu sampai dengan yang paling panjang usianya dan
paling banyak manfaatnya. Dia menumbuhkan zaitun, salah satu pohon yang paling
panjang usianya, demikian juga kurma, yang dapat dimakan mentah atau matang,
mudah dipetik dan sangat bergizi lagi berkalori tinggi, juga anggur yang dapat kamu
jadikan makanan yang halal dari segala macam atau sebagian buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian, yakni ada curahan hujan dan akibatnya itu benar-
benar ada tanda yang sangat jelas bahwa yang mengaturnya seperti itu adalah Maha
Esa lagi Maha Kuasa. Tanda itu berguna bagi kaum yag memikirkan. Betapa tidak,
sumber airnya sama, tanah tempat tumbuhnya berdempet, tetapi ragam dan rasanya
berbeda-beda.”
Ayat di atas ditafsirkan bahwasannya manusia perlu mengetahui macam
tanaman dan juga buah-buahan ciptaan Allah, yaitu agar manusia dapat menunjukkan
akan kekuasaan Allah SWT. Dengan kita mengetahui ciptaan-Nya, khususnya pada
buah-buahan, kita dapat memanfaatkan tanaman atau pun buah-buahan itu untuk
berbagai kepentingan makhluk hidup lainnya.
“Ibnu katsir juga mentafsirkan bahwasanya Allah menumbuhkan semuanya
dari bumi dengan air yang sama, tetapi hasilnya berbeda jenis, rasa, warna dan beda
bentuknya. Petunjuk dan buku tersebut menyatakan bahwa sesungguhnya semua itu
adalah tanda (kekuasaan Allah SWT)”.
Tafsir ibnu katsir di atas menjelaskan bahwa kekuasaan Allah memang nyata
bahwasannya Allah menumbuhkan tanaman di bumi ini dari air yang sama, akan
tetapi hasil dari warna, jenis dan rasa berbeda-beda. Hal ini bukti akan petunjuk dan
kekuasaan Allah SWT. Tafsir-tafsir dan penjelasan di atas telah dijelaskan akan
kekuasaan Allah. Bahwasannya sebagai hamba Allah kita harus menjaga dan juga
memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya dan mengembangkan menjadi sesuatu
yang bermanfaat. Salah satunya yaitu memanfaatkan buah pepaya untuk diolah
menjadi material yang bermanfaat dan bernilai tinggi.
Tanaman Carica Papaya yang berasal dari Amerika Tengah termasuk tanaman
perdu dengan batang tunggal, tidak berkayu, berbentuk silindris serta memiliki
rongga. Pohon pepaya mempunyai akar yang kuat dan tinggi sekitar 5-10 meter.
Pohon pepaya tidak memiliki cabang, daunnya termasuk daun tunggal dengan ujung
yang meruncing dan tepi yang bergerigi. Biji pepaya memiliki warna yang hitam,
bagian dalam keriput dan dilapisi dengan kulit ari berwarna bening yang sifatnya
seperti agar. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenal dan menyukai buah
pepaya karena rasanya yang manis, memiliki manfaat untuk kesehatan serta harganya
yang terjangkau. Buah pepaya merupakan salah satu tanaman tahunan sehingga buah
pepaya dapat berbuah setiap saat (Hilda Awaliah, 2020).
Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, “papaja”
yang sebelumnya diambil dari bahasa Arawak, „papaya‟. Dalam bahasa Jawa pepaya
disebut “kates” dan dalam bahasa Suda disebut “gedang”. Sebutan lain untuk pepaya
yaitu:
Kalimantan : pisang malaka, banda, manjan
Nusa tenggara : Kalujawa, padu
Sulawesi : kapalay, kaiki, unti jawa
Sumatera : peute, betik, ralempaya punti kayu
Penyebaran tanaman pepaya bersamaan dengan pelayaran bangsa portugis di
abad ke-16 ke berbagai benua dan Negara, termasuk Benua Afrika dan Asia. Sekitar
abad ke-17, tanaman ini tumbuh di daerah tropis termasuk Indonesia dan berkembang
bersamaan dengan kehadiran Belanda (Rani Agustin, 2018).
Kingdom Plantae
Divisio Spermatophyta
Kelas Angiospermae
Ordo Caricales
Famili Caricaceae
Genus Carica
Spesies Carica Papaya L
2.5 Bioabsorben
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan dimana suatu fluida (adsorbat)
berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (biosorben) yang terjadi karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang.
Hal ini menciptakan daerah padat pada molekul cairan yang membentang beberapa
diameter molekuler di dekat permukaan (fase terjerap). Untuk campuran
multikomponen, komponen tertentu dari campuran (bahan terjerap yang dipilih)
berkumpul pada permukaan akibat adanya perbedaan kekuatan tarik cairan-padat
diantara komponen-komponen. Fasa terjerap ini memiliki komposisi yang berbeda
dari fasa cairan bulk yang menjadi dasar pemisahan dengan teknologi adsorpsi.
Mekanisme yang terjadi pada proses adsorpsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Molekul-molekul adsorbat berpindah dari fase bagian terbesar larutan ke
permukaan interface, yaitu lapisan film yang melapisi permukaan biosorben.
2. Molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan ke permukaan luar dari
biosorben.
3. Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar biosorben
menyebar menuju pori-pori biosorben. Fase ini disebut dengan difusi pori.
4. Molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori biosorben
Proses adsorpsi pada biosorben, seringkali diberikan perlakukaan awal untuk
meningkatkan nilai luas permukaannya, karena luas permukaan biosorben merupakan
salah satu sifat utama untuk mempengaruhi proses adsorpsi. Luas permukaan
biosorben semakin besar maka semakin besar pula daya adsorpsinya. Luas
permukaan total mempengaruhi kapasitas adsorpsi total sehingga meningkatkan
efektifitas biosorben dalam penyisihan senyawa organik dalam air buangan. Ukuran
partikel tidak terlalu mempengaruhi luas permukaan total sebagian besar meliputi
pori-pori partikel karbon. Luas permukaan biosorben umumnya berkisar antara 300 –
3000 m2/g dan ini terkait denga struktur pori pada biosorben tersebut. Struktur pori
menyebabkan ukuran molekul teradsorpsi terbatas, sedangkan bila ukuran partikel
tidak masalah, kuantitas bahan yang diserap dibatasi oleh luas permukaan biosorben.
Bilangan iodin merupakan parameter utama yang digunakan untuk melihat
karakteristik dari biosorben maupun karbon aktif. Bilangan ini sering ditulis dengan
satuan mg/g. Bilangan ini mengukur kandungan mikropori dengan cara menyerap
iodin dari larutan. Bilangan iodin merupakan parameter dasar yang paling penting
yang digunakan untuk karakterisasi yang menunjukkan biosorben. Iodin merupakan
ukuran pada tingkat keaktifannya. Berdasarkan standar kualitas biosorben menurut
SNI penetapan daya serap biosorben terhadap iodium merupakan persyaratan umum
untuk menilai kualitas biosorben yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
biosorben untuk menyerap zat dengan ukuran molekul yang lebih kecil. Standar
bilangan iodin menurut SNI 06-3730-1995 yaitu ≥ 760 mg/g. Semakin besar angka
iod yang dihasilkan maka semakin besar kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat
atau zat terlarut. Salah satu cara dalam menganalisis daya serap biosorben terhadap
iod adalah dengan cara metode titrasi iodometri (Indra Ranita dkk, 2017).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 4.1 Pengaruh lama waktu kontak Bioabsorben biji Pepaya dengan volume
minyak goreng bekas terhadap mutu minyak goreng
Lama waktu Organoleptik warna
kontak Bilangan Kadar Air Minyak (kuning
Bilangan
bioabsorben Peroksida Minyak pucat, kuning,
Asam (%)
dengan (%) (%) kuning kecoklatan
minyak goreng dan coklat)
L1= 2 hari
L2= 4 hari
L3= 6 hari
L4= 8 hari
3.5 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Pembuatan
Bioabsorben
Aktivasi
Pengeringan Menghaluskan Tahap
bioabsorben Biji
Biji Pepaya Biji Pepaya Pengujian
Pepaya
Analisis Data
Hasil
&
Pembahasan
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Ihromil, Hikmatul. 2016. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Enzim Papain Kasar dari
Daun Pepaya (Carica Papaya L) dan lama Pemeraman terhadap Rendeman
dan Kualitas Minyak Kelapa (Cocos nucefera L). Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Kalsasin, Dwi Deriva. 2014. Pemanfaatan Perasan Biji Pepaya (Carica Papaya)
untuk mencegah infestasi Argulus Pada Ikan Maskoki (Carassius auratus).
Surabaya: Universitas Airlangga.
Ranita, Indra. 2017. Pembuatan Bioabsorben dari biji Pepaya (Carica Papaya L)
untuk Penyerapan Zat Warna). Sumatera Utara: Departemen Teknik Kimia.
Zustriani Karunia, Anita. 2019. Pengaruh Aktivasi Adsorben Biji Pepaya terhadap
Adsorpsion logam besi (Fe) dan Tembaga (Cu) dalam air Limbah. Semarang:
Universitas Islam Negeri Wali Songo.