Anda di halaman 1dari 6

Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020

https://jurnal.uns.ac.id/agrosains/article/view/28600
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/agsjpa.v22i1.28600

pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

Toksisitas Ekstrak Biji Mahoni Terhadap Ulat Plutella xylostella pada


Daun Kubis

Toxicity of Mahogany Seed Extract Against Plutella xylostella


Caterpillars on Cabbage Leaves
Ayu Putri Dwi Ariyanti*, Subagiya, Ato Sulistyo
Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

*Corresponding author: ayupda@gmail.com


Received: March 12, 2019; Accepted: September 24, 2019; Published: April 1, 2020

ABSTRACT
Plutella xylostella is one of cabbage’s main pests. Botanical insecticides as alternative of chemical insecticides
need to be expand, one of them is mahogany seed extract. Mahogany seed exctract contains saponin and
flavonoid as reported mortal to P. xylostella. This study aimed to know the effective concentration of mahogany
seed extract to manage P. xylostella different larva instar and to know LC50 value of mahogany seed extract to
P. xylostella. This method used was completely randomized experimental design (CRD). Two factors used
were mahogany seed exctract concentrations (0 gL-1, 5 gL-1, 10 gL-1, 20 gL-1, and 40 gL-1) and larva instar (first
and third instar). Each treatment repeated four times. The results showed that percentage of larva mortality
first instar higher than third instar. Concentration 20 gL-1 of mahogany seed exctract effective to kill first instar
larva, and concentration 40 gL-1 effective for third instar. Percentage of pupa mortality highest in concentration
10 gL-1 for first instar and concentration 40 gL-1 for third instar larva. Antifeedant increased as concentration
given, while the eating ability that higher in third instar was decreased. LC50 for first instar larva was 2,6 gL-1
and third instar was 13,7 gL-1, meaned that mahogany seed extract more toxic to first instar than third instar
larva.
Key words: botanical insecticide, lethal concentration, mortality

Cite this as: Ariyanti, A. P. D., Subagiya, & Sulistyo, A. (2020). Toksisitas Ekstrak Biji Mahoni Terhadap
Ulat Plutella xylostella pada Daun Kubis. Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6. DOI:
http://dx.doi.org/10.20961/agsjpa.v22i1.28600

PENDAHULUAN dan saponin. Menurut Lina (2016) flavonoid dapat


Kubis merupakan salah satu komoditas mengakibatkan denaturasi protein, sehingga larva
hortikultura yang banyak dimanfaatkan sebagai sayur. kekurangan energi karena bahan makanan tidak
Tingginya tingkat konsumsi kubis memperbesar tersalurkan ke tubuh. Saponin berinteraksi dengan
peluang pasar tanaman tersebut. Namun, budidaya menurunkan tegangan permukaan membran sel
tanaman kubis terkendala oleh hama yang sehingga permeabilitas meningkat (Wina, 2012). Hal
menyebabkan kerugian. Plutella xylostella tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran
merupakan salah satu hama utama tanaman kubis sel diikuti kematian sel dan lambat laun
yang mana menurut Ginting et al. (2017) dapat mengakibatkan kematian serangga. Tekeli et al.
menyebabkan kerusakan hingga 90%, sehingga (2007) menggolongkan saponin sebagai racun
kubis tidak dapat membentuk krop. sistemik karena dapat menembus ke seluruh jaringan
Penggunaan insektisida kimia pada kubis tubuh sehingga mematikan serangga.
berbahaya bagi lingkungan serta kesehatan karena Berdasarkan penelitian Heviyanti et al. (2016)
kubis sering dikonsumsi dalam keadaan segar diketahui bahwa ekstrak biji mahoni pada konsentrasi
(mentah). Alternatif yang dapat dilakukan yakni 0,78 ml/100 ml larutan methanol efektif membunuh
dengan menggunakan insektisida nabati yang larva P. xylostella pada tanaman sawi di lapang.
berasal dari tumbuhan. Rusandi et al. (2016) Penelitian Susanto (2013) menunjukkan konsentrasi
mengemukakan kelebihan dari insektisida nabati, ekstrak biji mahoni 25 gL-1 mengakibatkan mortalitas
yakni tidak menimbulkan pencemaran karena larva P. xylostella sebesar 56,25% pada tanaman
sifatnya yang mudah terurai dan residu cepat hilang, sawi dalam skala laboratorium dengan nilai lethal
sehingga relatif aman bagi makhluk hidup lainnya. concentration 50 (LC50) atau konsentrasi yang dapat
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai menyebabkan kematian 50% larva uji sebesar
insektisida nabati adalah biji mahoni 28,1 gL-1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(Swietenia mahagoni) yang mengandung flavonoid mengetahui konsentrasi ekstrak biji mahoni yang

Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 1


Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020; pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

efektif untuk mengendalikan larva P. xylostella serta menyebabkan kematian pada serangga uji jika
pengaruhnya terhadap instar larva yang berbeda dan masuk ke dalam tubuh meskipun dengan konsentrasi
untuk mengetahui nilai LC50 ekstrak biji mahoni yang rendah.
terhadap P. xylostella.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan bulan September 2018
sampai Januari 2019. Bahan dan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah larva
P. xylostella, kubis, biji mahoni, air, madu, blender,
mortar dan pestle, stoples, timbangan, saringan,
kurungan kasa, kuas, kertas milimeter dan gelas ukur.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor perlakuan, yakni
konsentrasi ekstrak biji mahoni (0 gL-1, 5 gL-1, 10 gL-
1, 20 gL-1, dan 40 gL-1 air) serta instar larva (I dan III)

yang diulang sebanyak empat kali. Setiap perlakuan


menggunakan 20 ekor larva P. xylostella.
Pelaksanaan penelitian meliputi perbanyakan Keterangan: Antar angka yang diikuti huruf berbeda pada
(rearing) larva P. xylostella, pembuatan ekstrak biji batang histogram menunjukkan berbeda nyata
mahoni, dan aplikasi larutan ekstrak biji mahoni. berdasarkan DMRT taraf 5%
Peubah yang diamati adalah mortalitas larva, Gambar 1. Histogram Mortalitas Larva
mortalitas pupa, hambatan aktivitas makan P. xylostella
(antifeedant), kemampuan makan, dan Lethal
Concentration 50 (LC50). Data mortalitas larva, Persentase mortalitas larva P. xylostella instar III
antifeedant, dan kemampuan makan dianalisis tertinggi pada perlakuan 40 gL-1 sebesar 83,75%
menggunakan analisis ragam pada taraf 5% apabila yang menandakan konsentrasi tersebut paling efektif
terdapat beda nyata dilanjutkan dengan DMRT membunuh larva instar III. Mortalitas larva instar III
(Duncan Multiple Range Test) 5%. Nilai LC50 didapat terendah tampak pada kontrol sebesar 2,55% karena
dengan memasukkan data ke dalam menu Analyzed tidak diberikan ekstrak biji mahoni.
– Regression – Probit pada aplikasi SPSS. Respon Kematian larva P. xylostella disebabkan senyawa
Frequency dan Covariate dimasukkan jumlah larva flavonoid dan saponin yang terkandung pada biji
yang mengalami kematian dan konsentrasi yang mahoni yang berperan sebagai insektisida. Flavonoid
digunakan pada tiap ulangan. Significance Level dapat mempengaruhi kemampuan makan larva
pada Options dimasukkan 0,5. karena menurunkan aktivitas enzim pencernaan.
Lina (2016) mengemukakan flavonoid
HASIL DAN PEMBAHASAN mengakibatkan denaturasi protein, sehingga bahan
Mortalitas larva Plutella xylostella makanan tidak tersalurkan dan larva kekurangan
Hasil penelitian pada Gambar 1 menunjukkan energi. Saponin bekerja dengan menurunkan
bahwa konsentrasi ekstrak biji mahoni 20 gL-1 mampu tegangan permukaan dinding saluran pencernaan
membunuh 100% larva P. xylostella instar I, menjadi rusak. Penyerapan makanan yang
sedangkan persentase mortalitas larva instar III terkontaminasi saponin akan disalurkan ke seluruh
tertinggi pada konsentrasi 40 gL-1. Kematian larva tubuh melalui sistem peredaran darah menyebabkan
instar I lebih tinggi dibanding instar III. Persentase reaksi hemolisis, sehingga mengganggu proses
kematian semakin meningkat seiring konsentrasi fisiologis larva termasuk aktivitas makan yang
yang diberikan. berdampak pada penghambatan pertumbuhan dan
Larva P. xylostella yang mati mengalami ciri-ciri lama-kelamaan menyebabkan kematian (Budianto
lunak ketika disentuh dan lama-kelamaan berubah dan Tukiran, 2012; Sariri et al., 2018).
menjadi coklat berkerut terkadang sampai mengering, Persentase mortalitas larva P. xylostella instar I
meskipun integumennya masih tampak utuh. lebih tinggi dibandingkan dengan larva instar III
Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa persentase karena perbedaan fisiologis. Larva instar I
mortalitas tertinggi larva P. xylostella instar I merupakan larva yang baru menetas dari telur,
sebanyak 100% pada perlakuan 20 gL-1 dan 40 gL-1. sehingga rentan terhadap pengaruh lingkungan
Artinya ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi sekitar, sedangkan larva instar III sudah memiliki
20 gL-1 sudah mampu membunuh seluruh larva uji ketahanan yang lebih tinggi. Sebagaimana yang
dan lebih efektif penggunaannya dibandingkan dinyatakan Dono et al. (2012) bahwa jumlah larva
konsentrasi 40 gL-1 karena lebih sedikit ekstrak yang yang mengalami kematian akibat pengaruh
digunakan. Mortalitas larva instar I dengan insektisida berbeda antar instar disebabkan
konsentrasi 5 dan 10 gL-1 juga cukup tinggi, yakni perbedaan tingkat detoksifikasi racun pada tubuh,
91,25% dan 95%. Hasil pengujian tersebut sehingga respon kematian juga berbeda.
menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni dalam Mortalitas larva P. xylostella baik instar I maupun
konsentrasi yang rendah sudah mampu membunuh III semakin meningkat mengikuti konsentrasi ekstrak
hampir seluruh larva uji. Menurut Utami dan Cahyati biji mahoni yang diberikan. Hasil tersebut
(2017) senyawa atau zat aktif yang bersifat toksik menunjukkan bahwa kandungan racun pada ekstrak
Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 2
Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020; pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

biji mahoni semakin efektif pada tingkat konsentrasi Persentase mortalitas pupa P. xylostella semakin
yang lebih tinggi. Tanor (2014) mengemukakan meningkat sesuai konsentrasi yang diberikan.
semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang Peningkatan ini dipengaruhi jumlah pupa awal yang
diaplikasikan, maka mortalitas larva semakin terbentuk, yakni semakin tinggi konsentrasi yang
meningkat karena bahan aktif yang terkandung juga diberikan semakin sedikit pupa yang terbentuk
semakin tinggi, sehingga kemampuan membunuh karena lebih banyak larva yang mati setelah
semakin besar. mengonsumsi kubis yang diberi insektisida. Hal ini
berarti bahwa larva memiliki peluang yang kecil untuk
Mortalitas pupa P. xylostella
bertahan melanjutkan siklus hidupnya setelah
Hasil penelitian pada Gambar 2 menunjukkan
pengaplikasian insektisida. Serangga yang memakan
pada konsentrasi 20 gL-1 dan 40 gL-1 tidak ada larva
bahan aktif tetapi tidak resisten menurut Tanor (2014)
P. xylostella instar I yang berhasil melanjutkan
bertahan hidup dengan memaksimalkan penggunaan
kehidupan hingga ke fase pupa. Persentase
energi dari tubuh sebelum akhirnya mati, sementara
mortalitas pupa dari larva instar I tertinggi pada
serangga yang toleran akan berhasil melanjutkan
konsentrasi 10 gL-1, sedangkan larva instar
-1 hidup sampai tahap pupa atau imago.
III pada 40 gL . Kematian pupa semakin meningkat
Waktu yang diperlukan larva untuk menjadi pupa
mengikuti konsentrasi.
dan pupa menjadi imago pada perlakuan ekstrak biji
Pupa P. xylostella yang berhasil terbentuk
mahoni tidak lebih cepat atau lebih lambat daripada
merupakan larva yang mampu melanjutkan fase
kontrol. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian
kehidupannya, sedangkan pupa yang gagal
Sari et al. (2013) yakni stadia larva dan pupa yang
terbentuk akan berubah warna menjadi coklat
berhasil melanjutkan hidup menjadi lebih pendek
kehitaman dengan tekstur keras dan tidak dapat
akibat racun yang terdapat pada insektisida nabati,
menjadi imago. Menurut Begna dan Damtew (2016)
sehingga larva dan pupa akan menjadi pupa dan
insektisida nabati dapat memberikan efek terhadap
imago lebih cepat dari keadaan normal. Herminanto
fase pertumbuhan serangga berupa ketidaknormalan
(2006) menambahkan bahwa larva dan pupa
secara morfologi. Javier et al. (2019) menambahkan
mengalami pergantian kutikula (molting) sebelum
efek fisiologi yang diakibatkan oleh senyawa dalam
dewasa. Apabila perlakuan yang diberikan tidak
insektisida nabati menyebabkan larva gagal untuk
menyebabkan kematian pada stadium muda, maka
membentuk pupa.
dapat terjadi gangguang fisiologi maupun fisik
sehingga stadium berjalan lebih lama atau lebih cepat
dan ukuran lebih kecil dari normal.
Pupa yang berhasil terbentuk pada larva yang
diberi perlakuan ekstrak biji mahoni juga tidak
seluruhnya mampu menjadi imago. Agazali et al.
(2015) menyatakan senyawa toksik yang
diaplikasikan masih terbawa hingga ke fase pupa
yang mempengaruhi pembentukan fase imago.
Keberhasilan pembentukan imago normal menurut
Dono et al. (2012) disebabkan perbedaan
mekanisme pertahanan diri tiap individu karena
Keterangan: Tidak ada pupa yang terbentuk dari larva
instar I konsentrasi 20 dan 40 gL-1
individu yang memiliki ketahanan diri tinggi mampu
menghilangkan racun dalam tubuh, sehingga pupa
Gambar 2. Histogram Mortalitas Pupa
kembali ke ukuran normal dan imago keluar untuk
P. xylostella
menetaskan telur secara normal pula.
Tidak ada pupa yang berhasil terbentuk dari larva
Hambatan aktivitas makan (Antifeedant)
instar I di atas konsentrasi 10 gL-1 ekstrak biji mahoni,
Hasil penelitian pada Gambar 3 menunjukkan
namun mortalitas pupa mencapai 50% pada
bahwa konsentrasi ekstrak biji mahoni 40 gL-1 paling
perlakuan 5 gL-1 dan 100% pada perlakuan 10 gL-1
efektif dalam menghambat aktivitas makan larva
seperti yang tampak pada Gambar 2. Sebaliknya,
P. xylostella. Tidak terdapat gangguan makan pada
larva instar III dari seluruh konsentrasi perlakuan
larva yang diberi kubis kontrol. Hambatan aktivitas
berhasil melanjutkan hingga ke fase pupa dengan
makan mempengaruhi luas daun kubis dan mortalitas
persentase mortalitas tertinggi pada perlakuan 40 gL-
1 sebesar 76,92%. Persentase mortalitas pupa dari larva.
Hasil penelitian pada Gambar 3 menunjukkan
larva instar I lebih tinggi dibandingkan larva instar III
terjadi peningkatan hambatan aktivitas makan
karena persentase mortalitas larva instar I lebih tinggi,
(antifeedant) larva P. xylostella sesuai dengan
sehingga lebih sedikit larva yang sanggup bertahan
konsentrasi ekstrak biji mahoni yang diberikan.
hidup dan dapat menyelesaikan fase pupa.
Konsentrasi 0 gL-1 baik larva instar I maupun III
Sebagaimana yang dinyatakan Hasnah (2009)
menunjukkan hambatan makan sebanyak 0% yang
bahwa proses metabolisme dari larva membutuhkan
berarti bahwa tanpa adanya insektisida, aktivitas
banyak energi, sedangkan lebih banyak energi yang
makan larva P. xylostella tidak mengalami gangguan,
digunakan untuk detoksifikasi, sehingga
sehingga kerusakan yang terjadi lebih tinggi daripada
pertumbuhan dan perkembangan larva terganggu.
kubis yang diaplikasikan insektisida. Hambatan

Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 3


Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020; pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

aktivitas makan larva P. xylostella tertinggi pada Kemampuan makan


konsentrasi 40 gL-1, yakni 55,64% untuk larva instar I Hasil penelitian pada Gambar 4 menunjukkan
dan 49,65% untuk instar III, sehingga dapat dikatakan bahwa luas daun kubis yang dimakan larva
konsentrasi ekstrak biji mahoni 40 gL-1 paling efektif P. xylostella paling besar pada kontrol dan semakin
dalam menghambat aktivitas makan larva menurun pada konsentrasi ekstrak biji mahoni yang
P. xylostella dibandingkan konsentrasi lain yang semakin tinggi. Luas daun kubis yang dimakan larva
diberikan. instar III lebih besar dari larva instar I.

Gambar 4. Histogram Luas Daun Kubis yang Dimakan


Larva P. xylostella.
Hasil pengujian menunjukkan luas kubis yang
dimakan larva P. xylostella tertinggi pada kontrol
sebesar 33,5 cm2 untuk larva instar I dan 42,75 cm2
Keterangan: Antar angka yang diikuti huruf berbeda pada
untuk instar III (Gambar 4). Larva yang memakan
batang histogram menunjukkan berbeda nyata kubis dengan pemberian insektisida ekstrak biji
berdasarkan DMRT taraf 5%. mahoni masih aktif makan, namun lama-kelamaan
Gambar 3. Histogram Antifeedant Ekstrak Biji Mahoni terjadi penurunan nafsu makan. Larva menjadi lemah
terhadap Larva P. xylostella dan pasif, sehingga lama-kelamaan akan mati. Hal-
hal yang dihadapi serangga untuk memulai aktivitas
Senyawa flavonoid dan saponin dalam biji mahoni makan menurut Khaidir dan Hendrival (2013) yakni
bersifat antifeedant yang mengakibatkan serangga rangsangan inisiasi makan (feeding stimulant) dalam
menghentikan aktivitas makannya, baik sementara tanaman sebagai isyarat pengenalan jenis makanan
maupun permanen. Dono et al. (2010) dan menjaga aktivitas makan, serta deteksi senyawa
mengemukakan antifeedant adalah senyawa kimia asing (foreign compound) sebagai penghambat
yang memiliki sifat menghambat aktivitas makan makan yang akan memperpendek atau
serangga. Antifeedant tidak bersifat membunuh, menghentikan aktivitas makan.
mengusir, dan menjerat serangga secara langsung, Aktivitas makan larva pada kubis yang diberi
namun hanya menghambat nafsu makan (feeding perlakuan lebih rendah daripada kubis tanpa aplikasi
inhibition). Antifeedant dapat menghambat insektisida. Hal ini memperkuat pernyataan bahwa
pertumbuhan serangga karena pengaruh bahan aktif ekstrak biji mahoni mengandung senyawa yang
yang menurunkan akivitas makan larva, sehingga menghambat aktivitas makan (antifeedant) larva
energi berkurang serta fungsi organ yang P. xylostella, yakni flavonoid dan saponin. Dono dan
menghasilkan hormon pertumbuhan terganggu. Susanerwinur (2013) mengemukakan luas daun
Javier et al. (2016) menambahkan antifeedant perlakuan yang dikonsumsi larva lebih sedikit
merupakan zat yang terkandung dalam tumbuhan daripada kontrol membuktikan ekstrak bersifat
yang dapat mengubah perilaku serangga terhadap menghambat aktivitas makan. Penerimaan
penolakan makan, seperti repellents yang mengusir rangsangan larva terganggu, sehingga larva tidak
serangga dari tanaman sebelum terjadinya aktivitas dapat melakukan aktivitas makan secara normal
makan. yang berakibat nutrisi bagi larva tidak terpenuhi.
Penghambatan makan ini berhubungan dengan Senyawa flavonoid dan saponin yang terkandung
luas kubis yang dimakan dan mortalitas larva. dalam ekstrak biji mahoni menyebabkan kemampuan
Semakin tinggi hambatan aktivitas makan, maka luas makan larva P.xylostella menurun. Flavonoid dan
daun atau kerusakan semakin rendah. Aktivitas saponin bersifat antifeedant atau menghambat
makan yang semakin rendah akan menghambat aktivitas makan larva. Antifeedant sendiri menurut
pertumbuhan larva karena kurangnya nutrisi yang Hermawan et al. (2010) bekerja dengan menghambat
diperlukan, dengan demikian meningkatkan populasi rangsangan makanan karena sistem saraf dan
larva yang mengalami kematian. Khaidir dan pencernaan terganggu, sehingga larva mengonsumsi
Hendrival (2013) menambahkan efek penghambatan makanan dalam jumlah lebih sedikit. Penurunan
aktivitas makan dapat menurunkan populasi hama kemampuan makan tersebut diduga menjadi salah
karena mengakibatkan serangga menjadi lemah satu penyebab mortalitas larva dan pupa. Aktivitas
serta perkembangan tertunda. makan larva yang menurun akibat insektisida
menurut Sapindal et al. (2018) menyebabkan larva

Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 4


Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020; pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

menjadi lemah, pertumbuhan terhambat, bahkan makan (antifeedant) larva semakin meningkat seiring
menyebabkan pupa dan imago mati. dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan,
Selain racun pada ekstrak biji mahoni tersebut, yang berarti bahwa kemampuan makan semakin
faktor lain yang mempengaruhi luas daun dimakan menurun. Konsentrasi ekstrak biji mahoni 2,6 gL-1
adalah jumlah larva yang masih dapat bertahan hidup merupakan konsentrasi lethal untuk instar I, dan
dan melakukan aktivitas makan. Jumlah larva yang 13,7 gL-1 untuk larva instar III.
berhasil melanjutkan hidup setelah pengaplikasian
DAFTAR PUSTAKA
ekstrak biji mahoni semakin menurun seiring dengan
Agazali, F., Hoesain, M., & Prastowo, S. (2015).
kenaikan konsentrasi yang diberikan, sehingga luas
Efektivitas insektisida nabati daun tanjung dan
kubis yang dimakan pun semakin sedikit. Menurut
daun pepaya terhadap mortalitas ulat grayak
Toana (2007) jumlah larva mempengaruhi intensitas
(Spodoptera litura F.). Berkala Ilmiah Pertanian
serangan P. xylostella dimana semakin rendah
1(1):1-5.
kepadatan populasi larva maka jumlah daun kubis
yang rusak pun semakin berkurang. Ariyanti, R., Yenie, E., & Elystia, S. (2017).
Kubis yang dimakan oleh larva P. xylostella instar Pembuatan pestisida nabati dengan cara
III lebih banyak dibandingkan larva instar I. Luas ekstraksi daun pepaya dan belimbing wuluh. Jom
kubis yang dimakan larva instar III paling sedikit pada Fteknik 4(2):1-9.
konsentrasi 40 gL-1 yakni sebesar 20,25 cm2. Hal Begna, F., & Damtew, T. (2016). The effect of plant
tersebut disebabkan aktivitas makan serta jumlah extract for managing diamondback moth,
larva instar III lebih tinggi dari instar I. Gowri dan Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Plutellidae) on
Manimegalai (2016) menyatakan larva instar III dan head cabbage in Ethiopia. J of Biology, Agriculture
IV memiliki aktivitas makan yang lebih besar daripada and Healthcare 6(5):72-80.
instar I dan II, namun akan mengurangi aktivitas DOI:10.13140/RG.2.2.35870.84803.
tersebut menjelang fase pupa. Budianto, F., & Tukiran. (2012). Bioinsektisida dari
Lethal concentration 50 (LC50) tumbuhan bakau merah
Berdasarkan jumlah kematian larva yang didapat (Rhizhopora stylosa. Griff) (Rhizophoraceae).
kemudian dilakukan uji probit untuk mengetahui lethal UNESA J of Chemistry 1(1):19-25.
concentration. Lethal concentration 50 menurut Dono, D., Ismayana, S., Idar, Prijono, D., & Muslikha,
Rahmawati et al. (2018) adalah konsentrasi yang I. (2010). Status dan mekanisme resistensi
menyebabkan kematian pada 50% serangga uji. biokimia Crocidolomia pavonana (F.)
Ariyanti et al. (2017) menambahkan tujuan (Lepidoptera: Crambidae) terhadap insektisida
penggunaan metode probit yakni untuk organofosfat serta kepekaannya terhadap
mempermudah perhitungan kematian. insektisida botani ekstrak biji
Tabel 1. Hasil Analisis Probit LC50
Barringtonia asiatica. J Entomol. Indon. 7(1):9-27.
Selang Kepercayaan (95%) Dono, D., Natawigena, W. D., & Majid, M, G. (2012).
Instar Bioactivity of methanolic seed extract of
Nilai LC50 Batas Batas
Larva Barringtonia asiatica L. (Kurz) (Lecythidaceae) on
Bawah Atas
Instar I 2,589 0,927 3,987 biological characters of Spodoptera litura
Instar III 13,671 8,698 18,700 (Fabricius) (Lepidoptera : Noctuidae).
International Research J of Agricultural Science
Berdasarkan hasil analisis probit yang dilakukan, and Soil Science 2(11):469-475.
nilai LC50 dari larva P. xylostella instar I sebesar
2,6 gL-1 dan larva instar III sebesar 13,7 gL-1 (Tabel Dono, D., & Susanerwinur. (2013). Toksisitas dan anti
1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi oviposisi ekstrak metanol kulit jambu mete
ekstrak biji mahoni yang dapat membunuh 50% larva (Anacardium occidentale L.) (Anacardiaceae)
uji P. xylostella instar I sebanyak 2,6 gL-1, jauh lebih terhadap Crocidolomia pavonana F.
rendah dibandingkan larva instar III yang baru (Lepidoptera : Pyralidae). Bionatura J Ilmu-ilmu
mengalami kematian 50% pada konsentrasi 13,7 gL- Hayati dan Fisik 15(2):79-82.
1. Menurut Suryani et al. (2017) nilai LC
50 yang Ginting, M. S., Pelealu, J., & Pinaria, B. A. N. (2017).
semakin kecil menunjukkan tingkat racun suatu Efektivitas beberapa insektisida nabati terhadap
senyawa semakin tinggi atau dapat dikatakan hama Plutella xylostella Linn. (Lepidoptera;
semakin tinggi toksisitasnya. Hal ini berarti ekstrak biji Plutellidae) pada Tanaman Kubis
mahoni lebih toksik terhadap larva P. xylostella instar (Brassica oleracea L.) di Kabupaten Minahasa.
I dibanding instar III disebabkan larva P. xylostella Agri-Sosio Ekonomi Unstrat 13(3A):295-302.
instar I baru menetas dari telur dan masih sangat Gowri, G., & Manimegalai, K. (2016). Biology of
rentan terhadap pengaruh lingkungan, sedangkan diamondback moth, Plutella xylostella
larva instar III sudah mampu beradaptasi. (Lepidoptera: Plutellidae) of cauliflower under
KESIMPULAN laboratory condition. International J of Fauna and
Konsentrasi ekstrak biji mahoni sebesar Biological Studies 3(5):29-31.
20 gL-1 efektif untuk mengendalikan larva instar I Hasnah, H. (2009). Efektivitas ekstrak buah
P. xylostella, sedangkan pada larva instar III mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap
konsentrasi efektif adalah 40 gL-1. Hambatan aktivitas
Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 5
Agrosains : Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 1-6, 2020; pISSN: 1411-5786; eISSN: 2655-7339

mortalitas Plutella xylostella L. pada tanaman sawi. Sapindal, E., Ong, K. H., & King, P. J. H. (2018).
J Floratek 4:29-40. Efficacy of Azadirachta excelsa vinegar against
Hermawan, W., Erawan, E. S., & Hardiansyah, C. Plutella xylostella. International J of Pest
(2010). Efek antifidan Andrografolida terhadap Management 64(1):39-44.
aktivitas kelenjar pencernaan larva Plutella DOI:10.1080/09670874.2017.1293866.
xylostella L. Bionatura J Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Sari, M., Lubis, L., & Pangestiningsih, Y. (2013). Uji
12(1):50-56. efektivitas beberapa insektisida nabati untuk
Herminanto. (2006). Pengendalian hama kubis mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Crocidolomia pavonana F. menggunakan ekstrak (Lepidoptera : Noctuidae) di laboratorium.
kulit buah jeruk. J Pembangunan Pedesaan J Online Agroteknologi 1(3):560-569.
6(3):165-174. Sariri, A. K., Mulyono, M. W., & Tari, A. I. N. (2018).
Heviyanti, M., Husni, & Rusdy, A. (2016). Efektifitas The utilization of microbes as a fermentation agent
ekstrak biji mahoni (Swietenia mahogani Jacq.) to reduce saponin in Trembesi leaves (Sammanea
terhadap mortalitas dan rata-rata waktu kematian saman). IOP Conference Series : Earth and
larva Plutella xylostella pada tanaman sawi. Enviromental Science 142:1-5.
J Agrosamudra 3(1):27-38. DOI:10.1088/1755-1315/142/1/012041.
Javier, A. M. V., Ocampo, V. R., Ceballo, F.A., & Suryani, A. I., Hariani, N., Majid, A. F., & Risqa, S.
Javier, P. A. (2016a). Insecticidal activity of four (2017). Persentase mortalias ulat grayak terhadap
essential oils against diamondback moth, Plutella pemberian eksrak daun bunga pukul empat.
xylostella Linnaeus (Lepidoptera: Pyralidae). The Bionature 18(2):118-122.
Philippine Agricultural Scientist 99(2):156-163. Susanto, W. (2013). Pengaruh aplikasi ekstrak biji
Javier, A. M. V., Ocampo, V. R., Ceballo, F. A., & mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap
Javier, P. A. (2016b). Insecticidal activity of crude mortalitas ulat kubis (Plutella xylostella L.)
ethanolic extracts of selected Philippine plants (Lepidoptera : Plutellidae). Skripsi. Universitas
against diamondback moth, Plutella xylostella. Lampung, Lampung.
Philippine J of Science 148(1):33-43. Tanor, M. N. (2014). Methanol extract of
Khaidir, & Hendrival. (2013). Pengujian Barringtonia asiatica, Kurz. quite effective induce
penghambatan aktivitas makan dari ekstrak daun mortality of Spodopthera litura, Fabr. larvae on
Lantana camara L. (Verbenaceae) terhadap larva soybean plants. J of Biology and Life Science
Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Ypnomeutidae). 5(2):159-164. DOI:10.5296/jbls.v5i2.5587.
J Floratek 8:35-44. Tekeli, A., Celik, L., & Kutlu, H. R. (2007). Plant
Lina, M. (2016). Pengaruh pemberian ekstrak daun extracts; a new rumen moderator in ruminant diets.
legundi (Vitex trifolia) sebagai pestisida nabati J of Tekirdag Agricultural Faculty 4(1):71-79.
pengendalian hama Plutella xylotella pada Toana, M. H. (2007). Pengaruh konsentrasi ekstrak
tanaman sawi (Brasscia juncea). J Biologi kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap
5(4):34-40. kepadatan populasi dan intensitas serangan
Rahmawati, S., Karimuna, S. R., & Yasnani. (2018). Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Plutellidae)
Efektivitas lilin aromatik dari ekstrak kulit jeruk pada tanaman kubis. Agroland 14(3):195-200.
nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida alami Utami, I. W., & Cahyati, W. H. (2017). Potensi ekstrak
terhadap lalat rumah (Musca domestica). J Ilmiah daun kamboja sebagai insektisida terhadap
Kesehatan Masyarakat 3(3):1-8. nyamuk Aedes aegypti. Higeia 1(1):22-28.
Rusandi, R., Mardhiansyah, M., & Arlita, T. (2016). Wina, E. (2012). The use of plant bioactive
Pemanfaatan ekstrak biji mahoni sebagai compounds to mitigate enteric methane in
pestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat ruminants and its application in Indonesia.
grayak (Spodoptera litura F) pada pembibitan J Wartazoa 22:24-34.
Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth. Jom
Faperta UR (3)1:1-6.

Toksisitas Mahoni Terhadap Plutella xylostella 6

Anda mungkin juga menyukai