Anda di halaman 1dari 23

Makalah manajemen bencana tentang karakteritik dan antisipasi bencana

gempa bumi, letusan gunung api dan Tsunami

Oleh :

Kelompok I (satu)

Kelas NR.kep 10.B

1. Fismawati 6. Tri Gusdarti

2. Irna novia 7.Okva herikbel

3. Sri apsiah purwantini 8. Vedi yuanetta Putri

4. Titik juprida 9. Wahyu Delwita

5. Triana nofrida

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG - 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bencana alam dan sosial menjadi peristiwa rutin di Indonesia, dan seolah
akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Banjir, tanah longsor, gempa bumi,
puting beliung, kerusuhan massa, korupsi massal, dan gunung meletus adalah contoh
bencana yang rajin menyambangi masyarakat Indonesia. Ini tentu sangat
memprihatinkan dan mengkhawatirkan kita semua. Melalui tayangan televisi maupun
bacaan media massa, banyak peristiwa memilukan terjadi, baik yang disebabkan oleh
alam maupun kelalaian manusia. Peristiwa yang disebabkan oleh alam banyak
sumbernya, baik aktivitas pergerakan tanah, aktivitas, aktivitas angin, maupun konflik
masyarakat yang dipicu oleh kepentingan baik sifatnya ekonomi, politik, sosial,
maupun factor SARA. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, oleh faktor alam dan/atau faktor non alam sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Semua menyadarkan kepada kita bahwa bencana hampir mustahil kita
hindari selama kita hidup di muka bumi. Korban harta benda dan nyawa sudah tidak
terhitung. Gedung-gedung hancur jembatan runtuh, rumah sakit dan fasilitas publik
lain rusak. Semua itu menegaskan, betapa mengerikan bencana yang terjadi. Sebagai
manusia terdidik tentunya kita menginginkan bencana tidak terjadi karena itu
mengusik rasa kemanusiaan kita. Namun demikian, jika bencana tetap terjadi kita
menginginkan korban jiwa semaksimal mungkin dikurangi.
Untuk itu diperlukan kesiapan dan kesadaran dari seluruh elemen
masyarakat. Kita perlu belajar dari Jepang dalam hal menghadapi bencana, terutama
gempa dan tsunami. Masyarakat Jepang sangat siap jika sewaktu-waktu terjadi gempa
dan tsunami, sehingga korban jiwa dapat diminimalisir. Mengapa kita perlu belajar
dari Jepang? Karena jujur saja, ketika bencana terjadi, kita nampak gagap, tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Semua terjadi karena kita tidak siap mental dan struktural.
Selama ini kita menganggap tempat tinggal kita aman, bebas dari bencana, sehingga
ketika terjadi bencana, kita shock dan tidak bisa berbuat apa-apa. Secara struktural
kita masih mengandalkan peran pemerintah mengatasi bencana, padahal semua tahu,
kemampuan pemerintah mempunyai keterbatasan. Akibatnya, setiap bencana terjadi
korban harta dan jiwa sangat tinggi, dan masalah baru bermunculan karena
ketidaksiapan kita menghadapinya.
Semua itu menyadarkan kepada kita betapa pentingnya pembelajaran
wawasan kebencanaan, baik bagi masyarakat umum maupun siswa sekolah.
Masyarakat perlu diberi wawasan pentingnya kesiapan menghadapi bencana yang
terjadi di sekitar mereka. Masyarakat harus jadi komunitas siaga bencana. Masyarakat
perlu diberdayakan melalui pendidikan mitigasi bencana agar mereka tidak tergantung
sepenuhnya pada bantuan pemerintah. Masyarakat juga perlu dibiasakan bagaimana
bersikap professional dalam mengelola sumber daya yang ada.
Pada level dasar, pembelajaran wawasan kebencanaan sangat layak
diberikan kepada siswa sekolah. Sekolah merupakan institusi efektif untuk
mengembangkan kurikulum kebencanaan dalam rangka meluaskan informasi
kebencanaan melalui pembelajaran intra dan ekstrakurikuler. Melalui pembelajaran di
kelas, siswa dilatih untuk mengetahui, paham, dan bersikap produktif menghadapi
bencana. Mengapa siswa, Karena secara psikologis, usia sekolah merupakan usia
tepat untuk menyerap informasi dan membentuk karakter sehingga ketika dewasa
sikap yang ditunjukkan adalah sikap-sikap positif, kreatif, dan produktif dalam
menghadapi bencana. Jika saat ini masyarakat masih cenderung gagap pada saat
menghadapi bencana, maka kedepan, masyarakat kita adalah masyarakat yang siap
menghadapi bencana.
2. Tujuan
1) Tujuan umum
Mampu menjelaskan tentang karakteritik dan antisipasi dari macam – macam
bencana
2) Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan karakterst antisipasinya macam – macam bencana gempa
bumi
b. Dapat menjelaskan karakterst antisipasinya macam – macam bencana letusan
gunung api dan tsunami

BAB II

PEMBAHASAN

1. GEMPA BUMI
1) Defenisi
Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi berupa gelombang yang
menjalar ke permukaan bumi akibat adanya gangguan di kerak bumi (patah, runtuh,
atau hancur).
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda wilayah
Indonesia, kira-kira 400 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena Indonesia dilalui
oleh dua lempeng (sabuk) gempa bumi, yaitu lempeng Mediterania (Alpen-
Himalaya) dan lempeng Pasifik.
Sampai sekarang manusia belum dapat meramalkan kapan suatu gempa akan
terjadi. Besar kecilnya malapetaka yang terjadi sangat tergantung pada kekuatan
(magnitudo) gempa itu sendiri serta kondisi daerah yang terkena gempa itu. Alat
pengukur gempa bumi disebut seismograf, yang dinyatakan dalam skala Richter.
2) Antisipasi
Antisipasi yang harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan bagaimana
cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa terjadi. Beberapa
saran dalam menghadapi kejadian gempa adalah sebagai berikut:
(1) Sebelum terjadi gempa
 Mengetahui secara teliti jalan-jalan keluar masuk dalam keadaan darurat di
mana pun kita berada. Ingat gempa dapat terjadi sewaktu-waktu.
 Meletakkan barang-barang yang berat di tempat yang stabil dan tidak
tergantung.
 Matikan segera lampu, kompor minyak atau gas serta listrik agar terhindar
dari bahaya kebakaran.
(2) Saat terjadi gempa
 Jika berada di dalam ruangan: diamlah sejenak, jangan panik dan segeralah
keluar dari bangunan. Secepatnya mencari perlindungan di bawah meja atau
di dekat pintu. Jauhi tempat-tempat yang mungkin mengakibatkan luka
seperti kaca, pipa gas atau benda-benda tergantung yang mungkin akan jatuh
menimpa.
 Jika berada di luar rumah: tinggallah atau carilah tempat yang bebas dari
bangunan-bangunan, pohon atau dinding. Jangan memasuki bangunan
meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak mustahil runtuhan
bangunan masih dapat terjadi.
 Jika berada di tengah keramaian: janganlah turut berdesak-desakan mencari
jalan keluar, meskipun orang-orang yang panik mempunyai keinginan yang
sama. Carilah tempat yang tidak akan kejatuhan runtuhan.
 Jika berada dalam bangunan tinggi: secepatnya mencari perlindungan di
bawah meja dan jauhilah jendela atau dinding luar bangunan. Tetaplah
berada di lantai di mana kamu berada ketika gempa terjadi, dan jangan
gunakan elevator atau lift yang ada.
 Jika sedang mengendarai kendaraan: hentikan kendaraan kamu dan tetaplah
berada di dalam mobil dan pinggirkanlah mobil kamu. Jangan berhenti di
atas jembatan, atau di bawah jalan layang. Jika gempa sudah berhenti,
janganlah langsung melintasi jalan layang atau jembatan yang membentang,
sebelum dipastikan kondisinya aman.
(3) Setelah terjadi gempa
 Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-pecahan kaca
atau bahan-bahan yang merusak kaki.
 Periksalah apakah kamu mendapat luka yang memerlukan perawatan segera.
 Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi kebocoran. Jika tercium
bau gas usahakan segera menutup sumbernya dan jangan sekali-kali
menyalakan api dan merokok.
 Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan kamu.
 Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang biasanya disiarkan
oleh pemerintah, bila hal ini memungkinkan.
 Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-gempa susulan. Dan
berdoa agar terhindar dari bencana yang lebih parah.
3) Pencegahan
Yang dimaksud dengan upaya pencegahan gempa bumi adalah upaya pencegahan
atau meminimalkan dampak negatif yang akan terjadi dari gempa bumi. Beberapa
upaya pencegahan yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut:
a. Membangun konstruksi bangunan yang tahan getaran atau gempa. Hal ini bisa
dilakukan terutama di daerah-daerah yang rawan terjadi gempa bumi. sebagai
contoh adalah Jepang. Jepang adalah negara yang sangat rawan terjadi gempa,
dengan demikian bangunan- bangunan yang ada di Jepang pun dirancah agar
tahan dengan gempa.
b. Memperkuat bangunan agar sesuai dengan standar kualitas bangunan.
c. Untuk fasilitas umum, harus dibangun dengan kualitas tinggi.
d. Memperkuat bangunan- bangunan vital yang sifatnya penting dan sering
dikunjungi banyak orang.
e. Merencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah yang rawan gempa bumi.
f. Zonasi daerah- daerah yang yang rawan gempa bumi dan juga pengaturan lahan.
g. Membekali pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui cara-
cara penyelamatan ketika terjadi gempa bumi.
h. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan juga praktek penyelamatan diri
dari bencana gempa bumi.
i. Turut serta dalam pelatihan berbagai program upaya penyelamatan,
kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, dan juga dalam pelatihan
pemadam kebakaran serta pertolongan pertama ketika menghadapi bahaya.
j. Selalu mempersiapkan alat-alat yang penting, seperti pemadam kebakaran,
peralatan penggalian, dan lainnya.
k. Melatih anggota keluarga untuk melakukan kegiatan yang tanggap darurat.
l. Pembentukan kelompok penyelamat bencana alam.

Itulah berbagai upaya pencegahan gempa bumi. Dampak-dampak negatif dari


gempa bumi perlu diminimalkan agar tidak menimbulkan banyak korban.
Demikianlah informasi yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat.

4) Akibat Gempa Bumi


Gempa Bumi lebih kita kenal sebagai bencana alam, karena dampak negatif yang
ditimbulkannya lebih besar daripada dampak positif. Oleh karena itulah masyarakat
mengkategorikan gempa bumi ini ke dalam kelompok bencana alam. Ada berbagai
dampak yang bisa ditimbulkan dari gempa bumi. Beberapa akibat gempa bumi
antara lain sebagai berikut:
a. Menyebabkan kerusakan bangunan
Salah satu dampak yang paling terasa dari gempa bumi adalah rusaknya
bangunan. Hal ini terjadi pada semua gempa apabila getarannya besar dan
ditambah letak episentrumnya yang dangkal. Jenis-jenis gempa bumi yang
menyebabkan banyak kerusakan bangunan adalah gempa bumi tektonik. Gempa
bumi tektonik dihaslikan oleh lempeng- lempeng bumi yang saling
bertumbukan atau bergesekan.
b. Menyebabkan kerugian
Semua setuju bahwa bencana alam apapun pasti menimbulkan banyak kerugian,
baik kerugian material maupun spiritual. Kerugian yang ditimbulkan oleh
gempa bumi ada banyak sekali. Beberapa kerugian tersebut adalah kerusakan
bangunan, kerusakan dan kehilangan harta benda serta gangguan spiritual atau
kejiwaan yang dialami oleh para korban, terlebih anak- anak.
c. Menyebabkan tanah longsor
Getaran yang disebabkan oleh gempa bumi dapat menyebabkan berbagai
macam bencana lain, salah satunya adalah tanah longsor. Getaran yang
ditimbulkan dari gempa bumi akan menyebabkan beberapa bagian di bumi ini
mengalami longsor, terutama pada gunung-gunung dan tanah dataran tinggi
yang tidak memiliki struktur yang kuat.
d. Terjadinya Tsunami
Bencana alam lainnya yang dapat terjadi karena gempa bumi adalah bencana
tsunami. Tsunami adalah naiknya gelombang air laut yang menyerupai ombak,
namun intensitasnya besar. Tsunami akan terjadi ketika episentrum gempa
berada di bawah laut dan tidak terlalu dalam. Apabila tsunami ini akan terjadi,
maka kita akan melihat beberapa tanda- tanda terjadinya tsunami. Dengan
demikian cukup bagi kita untuk menyelamatkan diri dan juga keluarga sebelum
tsunami benar terjadi.
e. Menimbulkan penyakit
Dampak yang tidak langsung terjadi akibat gempa bumi adalah timbulnya
berbagai penyakit. Hal ini terutama setelah kita berada di lingkungan
pengungsian. Hidup bersama dengan fasilitas yang kurang memadai akan
mudah sekali menimbulkan penyakit. Selain itu penularan berbagai penyakit
juga sangat mudah, seperti penyakit kulit dan juga diare.
f. Menyebabkan gangguan jiwa
Salah satu dampak spiritual atau kejiwaan dari terjadinya gempa bumi antara
lain frustasi, tekanan mental, trauma, dan lain sebagainya.
Nah itulah beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi memang menimbulkan banyak dampak, dan yang paling banyak
adalah dampak negatif. Maka dari itulah perlu dilakukan berbagai cara agar
dampak atau kerugian yang terjadi bisa diminimalkan.

2. LETUSAN GUNUNG API


1) Defenisi
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi
yang, dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan
lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.
2) Penyebab
Gunung meletus terjadi sebagai akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Letusan itu
membawa abu dan batu yang disemburkan dengan keras hingga bisa mencapai
radius lebih dari 18 km atau lebih. Sedangkan lavanya membanjiri daerah hingga
radius 90 kilometer. Selain mengeluarkan abu, batu-batuan dan lava, letusan
gunung juga mengeluarkan gas yang sangat berbahaya dan mematikan atau yang
biasa kita sebut wedus gembhel.
Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi
panas
Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/ kulit bumi
Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan
energi
3) Tanda – tandanya
Tanda-tanda yang ditunjukkan gunung berapi yang akan meletus adalah:
a. Udara disekitar gunung terasa panas, banyak binatang yg turun gunung.
b. Gempa atau getaran kecil sering terasa
c. Sering terdengar suara gemuruh dari gunung berapi tersebut.

Pada beberapa gunung berapi biasanya pemerintah sudah menempatkan pos-pos


pengawasan yang bertugas memantau kegiatan gunung berapi tersebut, sehingga
akan segera diketahui jika gunung berapi akan meletus. Tindakan yang
dilakukan jika terjadi letusan gunung berapi diantaranya sebagai berikut.

a. Hindari daerah rawan seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran
lahar.
b. Berlindunglah dari abu letusan dan awan panas.
c. Hindari mengendarai kendaraan karena abu letusan dapat merusak mesin
kendaraan, rem, persneling, hingga perapian.
d. Gunakan pakaian yang dapat melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang,
celana panjang, dan topi.
e. Hindarilah tempat terbuka agar terhindar dari abu vulkanik. Berlindunglah
di tempat tertutup, misalnya di rumah.
f. Lindungilah mata dari abu vulkanik.
g. Kenakan masker untuk menutup mulut dan hidung dari abu vulkanik.
4) Mekanisme Perusakan
Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu
bahaya utama(primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Kedua jenis bahaya tersebut
masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
(1) Bahaya Utama (primer)
Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi
adalah bahaya yang, langsung terjadi ketika proses peletusan sedang
berlangsung. Jenis bahaya tersebut adalah awanpanas (piroclastic flow),
lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava (lava flow), dan gas beracun.
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala
ukuran) terdorong ke bawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan
adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan
yang menyusuri lereng, selain suhunya sangat tinggi, antara 300-7000C,
kecepatan luncurnya-pun sangat tinggi, > 70 km per jam (tergantung
kemiringan lereng).
Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung.
Jauhnya lontaran sangat bergantung dari besarnya energi letusan, bisa
mencapai ratusan meter jauhnva, Selain suhunya tinggi (> 2000C), ukurannya-
pun besar (garis tengah >10 cm) sehingga dapat membakar sekaligus melukai,
bahkan mematikan makhluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom
vulkanik".
Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunungapi sedang, berlangsung.
Material yang berukuran halus (abu & pasir halus) diterbangkan angin dan
jatuh sebagai hujan abu, arahnya tergantung arah angin. Karena ukurannya
halus maka berbahaya bagi pernafasan, mata, dapat mencemati air tanahe
merusak tetumbuhan (terutama daun), Korosif pada atap seng karena
mengandung unsure-unsur kimia yang bersifat asam serta pesawat terbang
(terutama yang bermesin jet).
Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan
kental) dan bersuhu tinggi antara 700-12000C. Karena cair, maka  lava
umumnya mengalir mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang
dilaluinya. Bila lava tersebut sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu
(batuan beku) dan daerah yang dilaluinya menjadi lading batu.
Gas beracun yang muncul dari gunungapi tidak selalu didahului oleh letusan,
tetapi dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada,
meskipun kerap kali diawali oleh letusan. Gas utama yang biasa muncul dari
celah bebatuan gunungapi adalah CO2, H2S, HCI, SO2, dan CO. Yang paling
kerap dan sering, menjadi penyebab kematian adalah CO2. Sifat gas jenis ini
lebih berat dan udara sehingga cenderung menyelinap di dasar lembah atau
cekungan terutama malam hari, cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam
suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar. G.Tangkuban perahu,
G. Dieng, G. Ciremei, dan G. Papandayan terkenal memiliki karakteristik
letusan gas dan sering, meminta korban karena kebenciaan gas yang
dikandungnya dan dikenal memiliki "Lembah Maut".
Tsunami atau gelombang pasang akibat letusan gunungapi bisa terjadi,
tetapi pada umumnya pada gunungapi pulau. Ketika terjadi letusan
materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut ke arah pantai dan
menimbulkan gelombang pasang. Makin besar volume material letusan makin
besar gelombang yang terangkat ke darat, contoh kasus Letusan G. Krakatau
1883.
(2) Bahaya Ikutan (Sekunder) 
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setetah proses
peletusan berlangsung. Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian
atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh
air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan,
banjir tersebut disebut lahar.
5) Gejala dan Peringatan dini
a. Status Kegiatan Gunungapi
 Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunungapi baik secara visual,  maupun
dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan
 Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan
instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya
jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/fumarola) meningkat
dari nilai normal
 Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual
dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya
 Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera
menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi.
b. Mekanisme Pelaporan
 Aktif-Normal, setiap dua kali sehari dilaporkan kegiatan gunungapi dari
Pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB.
 Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat gunungapi ke Kantor
DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan Pemerintah
kabupaten.Waspada, selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat
laporan mingguan disampaikan kepada Kepala Badan Geologi.
 Siaga dan awas, tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan
evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan
kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov/Pemkab, Bakornas PB, dan
Direktorat Keselamatan Penerbangan.
c. Parameter
a) Besaran letusan
b) Jenis letusan
c) Arah aliran material
d) Volume material letusar yang dimuntahkan (m3)
e) Lama letusan berlangsung (detik, menit,jam, hari)
f) Radius jatuhan material (km2) dan ketebalan endapannya (m)
d. Komponen yang Terancam
a) Mahluk hidup dan harta benda yang ada sekitar pusat letusan atau
kawasan rawan bencana
b) Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan
c) Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan
abu (mengandung sulfur)
d) Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah
terbakar lainnya
e) Sumber air minum (terutama yang terbuka) mudah tercemar oleh debu
gunung api
f) Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu
g) Tamanan rusak menimbulkan gagal panen, cadangan pangan terganggu
h) Material letusan, terutama abu dapar mengakibatkan gangguan
pernapasan (ISPA). dan sakit mata
5) Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
a. Strategi Mitigasi 
 Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh
atau diluar dari kawasan rawan bencana
 Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk lava dan atau
lahar
 Perkenalkan struktur bangunan tahan api
 Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu
gunungapi
 Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunungapi
yang sering meletus, misalnya G. Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim.),
G. Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
 Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian
untuk memudahkan evakuasi
 Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian
 Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
 Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi
Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi)
 Tingkatkan kemampuan pemadaman api
 Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi
kedaruratan.
 Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi
tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana gunungapi
(penyuluhan).
 Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya faham cara
menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan
gunungapi (penyuluhan),
 Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat
gunungapi (penyuluhan).
 Bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.
b. Upaya pengurangan bencana
a) Sebelum Krisis/Letusan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghindari, atau meminimalkan
korban (jiwa dan harta) akibat letusan gunungapi, antara lain:
 Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Mengamati kegiatan
gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat yang
permenent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi.
 menentukan status kegiatan gunungapi,
 Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala.
 Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu
gunungapi dimasa lalu.
 Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna
untuk menentukan suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman
untuk dihuni atau digarap sebagai lahan pertanian dan sebagainva.
 Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak
melanda pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.
 Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada
penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi
b) Saat Krisis/Letusan
 Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana.
 Meningkatkan pengamatan.
 Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai
dengan protap.
 Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai
dengan protap, termasuk saran pengungsian penduduk.
c) Setelah Krisis/Letusan
 Menurunkan status kegiatan gunungapi.
 Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material
letusan.
 Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder (lahar).
 Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai
dengan protap, termasuk pengembalian pengungsi dan potensi
ancaman lahar.

3. TSUNAMI
1) Defenisi
Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi,
gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut.
Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di
berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui
satelit. Dengan diterapkannya sistem peringatan dini (early warning system),
diharapkan masyarakat dapat melakukan evakuasi dengan cepat bila terjadi
bencana tsunami.
Tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam yang berkaitan dengan
gelombang lautan. Gelombang lautan yang sangat besar dan menerjang daratan.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang
berarti gelombang. Secara harfiah, tsunami mempunyai arti ombak besar di
pelabuhan. Lebih ilmiah lagi,  yang dimaksud tsunami adalah perpindahan badan
air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal yang
berlangsung dengan tiba- tiba. mengapa nama bencana ini adalah tsunami yang
diambil dari bahasa Jepang? Mungkin karena negara Jepang merupakan negara
yang sangat rawan dengan adanya gempa, sehingga terjadinya gelombang besar
yang merupakan akibat dari gempa biasa terjadi.
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke
segala arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang
diakibatkan gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan yang
dekat dengan pusat gangguan. Apabila di lautan, tinggi gelombang tsunami ini
tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 1 meter saja. Meski demikian, kecepatan yang
dimiliki oleh gelombang ini bisa mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam,
kecepatan ini menyamai dengan kecepatan pesawat jet. Saking cepatnya
gelombang ini, kapal yang berada di lautan sampai tidak terasa akan kehadiran
gelombang ini.
Sebaliknya, semakin mendekati ekosistem pantai, kecepatan gelombang ini
semakin menurun, hanya sekitar 35 hingga 50 kilometer per jam. Namun,
tingginya gelombang akan semakin naik, hingga mencapai 20 meter. Dengan
ketinggian yang sedemikian ini, maka gelombang tsunami dapat masuk ke daratan
hingga jarak puluhan kilometer. Inilah sekilas gambaran umum mengenai
gelombang tsunami.
2) Faktor- faktor Penyebab Tsunami
Tsunami merupakan sebuah bencana alam yang dahsyat. Tsunami adalah
gambaran ombak yang sangat besar yang menerjang hingga ke wilayah daratan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa bagian daratan yang terkena sapuan ombak akan
luluh lantak karena kekuatan yang dimiliki oleh ombak tersebut. Terjadinya
tsunami ini biasanya tidak bencana alam tunggal. Maksudnya, biasanya tsunami
tidak datang sendiri dengan tiba- tiba. Namun biasanya ada yang menghantarkan,
sehingga terjadilah tsunami. Beberapa peristiwa alam menjadi penyebab
terjadinya tsunami. Hal- hal yang menghantarkan terjadi tsunami antara lain
adalah sebagai  berikut:
a. Gempa Bumi bawah laut
Gempa bumi merupakan hal yang paling umum yang dapat menyebabkan
terjadinya tsunami. Gempa bumi yang dimaksud tentu adalah gempa bumi
bawah laut. Gempa bumi bawah laut menimbulkan banyak getaran yang akan
mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi bawah laut
merupakan penyebab mayoritas terjadinya tsunamu di dunia. Hampir 90
persen kejadian tsunami di dunia ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi
di bawah laut. Gempa bumi yang terjadi dibawah laut ini merupakan jenis
gempa bumi tektonik yang timbul akibat adanya pertemuan atau tubrukan
lempeng tektonik. Meski gempa bumi bawah laut merupakan penyebab utama
terjadinya tsunami, namun tidak berarti bahwa semua gempa bumi bawah laut
Sdapat menimbulkan tsunami. Gempa bumi bawah laut akan menimbulkan
tsunami apabila memenuhi beberapa syarat antara lain adalah sebagai berikut:
 Pusat gempa terletak di kedalaman 0 hingga 30 kilometer dibawah
permukaan air laut
Gempa bumi bawah laut yang berpotensi menimbulkan tsunami adalah
apabila pusat gempa berada di kedalaman antara 0 hingga 30 meter
dibawah permukaan air laut. Semakin dangkal pusat gempa, maka akan
semakin besar kesempatan untuk terjadi tsunami. Dengan kata lain
semakin dangkal pusat gempa bumi, maka peluang terjadinya tsunami
juga semakin besar. Hal ini karena getaran yang dirasakan juga semakin
besar dan semakin kuat, sehinnga peluang terjadinya tsunami pun juga
semakin kuat.
 Gempa yang terjadi berskala di atas 6,5 skala richter
Kriterian yang selanjutnya adalah gempa bumi yang terjadi harus
mempunyai kekuatan di atas 6,5 skala richter. Jadi misalnya ada gempa
dangkal, namun gempanya kecil, hal itu kemungkinan tidak akan
memberikan peluang terjadinya tsunami. Gempa yang terjadi dengan
kekuatan minimal 6,5 skala richter dianggap sudah mampu untuk
mempengaruhi gelombang air laut, yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya tsunami. Pengalaman bencana yang terjadi di
Aceh pada tahun 2004 silam, gempa yang terjadi memiliki kekuatan
sekitar 9 skala richter. Untuk mengetahui besar gempa digunakan alat
pengukur getaran gempa bumi.
 Jenis sesar gempa adalah sesar naik turun
Kriteria lainnya yang juga mendukung terjadinya gelombang tsunami
adalah mengenai jenis sesar. Persesaran gempa yang dapat menimbulkan
gelombang tsunami adalah jenis persesaran naik turun. Adanya
persesaran naik turun ini akan dapat menimbulkan gelombang baru yang
mana jika bergerak ke daratan, maka bisa menghasilkan tsunami. Hal ini
akan diperparah apabila terjadi patahan di dasar laut, sehingga akan
menyebabkan air laut turun secara mendadak dan menjadi cikal bakal
terjadinya tsunami.
Nah, itulah beberapa kriteria gempa yang dapat menimbulkan tsunami.
Gempa bawah laut yang tidak sesuai dengan kriteria di atas maka peluang
menimbulkan tsunami juga kecil.
b. Letusan gunung berapi bawah laut
Penyebab terjadinya tsunami yang selanjutnya adalah terjadinya letusan
gunung api yang ada di bawah laut . Lautan yang memenuhi dua per tiga dari
permukaan bumi ini menyimpan banyak sekali rahasia. Kita tidak tau banyak
mengenai rupa penampakan di bawah laut, bahwa sebenarnya tidak hanya
daratan saja yang mempuyai gunung aktif, namun juga bawah laut mempunyai
banyak gunung aktif. Beberapa gunung aktif yang ada di bawah laut bisa
berpotensi meledak atau erupsi sewaktu- waktu . Akibat adanya letusan yang
besar atau kuat dari gunung berapi bawah laut ini, maka menyebabkan
terjadinya tsunami.
Salah satu peristiwa akbar yang menggambarkan kejadian tsunami diakibatkan
oleh letusan gunung berapi adalah di Indonesia, tepatnya di sebelah barat
pulau Jawa. Gunung Krakatau namanya, meletus pada tahun 1883. Peristiwa
ini menimbulkan gelombang tsunami yang dasyat sehingga menyapu bersih
area di sekitar Selat Sunda. Selain peristiwa gunung Krakatau, di Indonesia
juga terjadi letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang berada di Nusa
Tenggara Timur hingga megakibatkan terjadinya kepulauan Maluku.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak gunung api sehingga
dijuluki Ring of Fire. Hal ini membuat Indonesia harus selalu waspada karena
letusan gunung berapi bisa terjadi sewaktu- waktu.
c. Terjadiya longsor bawah laut
Penyebab gelombang tsunami selanjutnya adalah terjadinya longsor dibawah
laut . Tsunami yang disebabkan karena adanya longsor di bawah laut
dinamakan Tsunamic Submarine Landslide. Ternyata longsor tidak hanya
terjadi di daratan saja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk
permukaan bawah lait menyerupai daratan. apabila di daratan kita menemukan
bukit dan jurang, maka di dalam lautan pun juga demikian, sehingga ada
potensi terjadi longsir. Longsir bawah laut ini pada umunya disebabkan oleh
adanya gempa bumi tektonik atau letusan gunung bawah laut. Getaran kuat
yang ditimbulkan olehlongsir inilah yang  bisa menyebabkan terjadinya
tsunami. Selain gempa bumi tektonik dan letusan gunung berapi, tabrakan
lempeng yang ada di bawah laut juga bisa menyebabkan terjadinya longsor.
Pada tahun 2008 dilakukan penelitian di Samudera Hindia yang menyebutkan
adanya palung laut yang membentang dari pulau Siberut hingga ke pesisir
Pantai Bengkulu yang mana apabila palung tersebut longsor maka akan terjadi
tsunami di pantai barat Sumatera.
d. Adanya hantaman meteor
Penyebab selanjutnya dari terjadinya tsunami adalah adanya
hantaman meteor atau benda langit. Benda langit yang jatuh ini tentu saja
benda langit yang berukuran besar. Meskipun jarang sekali terjadi, dan bahkan
belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat hantaman
meteor, namun hal ini bisa saja terjadi. Seperti yang disimulasikan oleh
komputer canggih, bahwa apabila ada meteor besar (karena meteor kecil
biasanya akan habisa terbakar di atmosfer bumi) misalnya berdiameter lebih
dari 1 kilometer saja, maka dapat menimbulkan bencana alam yang dasyat.
Mega tsunami yang ditimbulkan memiliki ketinggian hingga ratusan meter.
Kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjtnya. Kelaparan akibat
pertanian yang rusak dan perubahan iklim, akan membunuh manusia di bumi
secara massal. Selain karena ukuran dari meteor, hal lain yang berpengaruh
adalah kecepatan atau laju meteor yang mencapai puluhan ribu kilometer per
jam.utern belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat
hantaman meteor, namun hal ini bi
3) Dampak Bencana Tsunami
Bencana alam merupakan peristiwa sangat kejadiannya sungguh sangat tidak
diharapkan dan tidak dirindukan. Bagaimana tidak, bencana alam hanya akan
membawa dampak buruk, seperti kehilangan, kemiskinan, kelaparan, dan
kesedihan. Apapun jenis bencana alam yang di bumi, maka tidak ada satupun dari
mereka yang diharapkan kedatangannya olah manusia. seperti halnya bencana
tsunami ini. seperti jenis bencana alam lainnya, bencana tsunami juga
menimbulkan banyak sekali dampak atau kerugian. Beberapa dampak tsunami
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Terjadi kerusakan dimana- mana
Dampak terjadinya tsunami yang pertama adalah terjadinya kerusakan
dimana- mana. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan fisik baik
bangunan dan non bangunan. Gelombang besar yang timbul karena tsunami
ini dapat menyapu area daratan, baik daerah pantai maupun daerah- daerah di
sekitarnya. Kerusakan yang terjadi ini adalah di daerah yang terkena sapuan
ombak. Gelombang ombak yang berkekuatan tinggi ini dalam sekejap bisa
meluluh lantakkan bangunan, menyapu pasir atau tanah, merusak perkebunan
dan persawahan masyarakat, merusak tambak dan ladang perikanan, dan lain
sebagainya. Kerusakan yang terjadi ini akan menimbulkan banyak kerugian,
terutama kerugian berupa material.
b. Lahan pertanian dan perikanan rusak
Gelombang tsunami yang dasyat juga dapat menyebabkan lahan pertanian dan
perikanan rusak. Gelombang tsunami dengan kekuatan yang besar mampu
menyapu bersih apa saja yang ada di daratan. Jangankan tanaman yang ada di
sawah, bahkan bangunan pun banyak sekali yang roboh. Selain itu ikan- ikan
yang ditanam di kolam perikanan juga akan tersapu oleh air dari gelombang
tsunami tersebut.
c. Menghambat kegiatan perekonomian
Kita sepakat bahwa semua bencana alam dapat mengacaukan kegiatan
perekonomian di suatu wilayah. Hal ini juga termasuk bencana tsunami.
Kerusakan dan kehilangan yang terjadi akibat gelombang tsunami akan
melumpuhkan kegiatan perekonomian sampai beberapa waktu. Tidak hanya
itu saja, namun kerugian yang disebabkan oleh tsunami mungkin akan
menggantikan kegiatan produksi dan perdagangan dalam waktu tertentu.
d. Kerugian material
Semua bencana alam dapat menimbulkan kerugian yang bersifat materiil,
termasuk juga gelombang tsunami. Kerugian material diantaranya karena
robohnya bangunan, rusak lahan pertanian dan perikanan, dan kehilangan
harta bendanya.
e. Kerugian spiritual
Selain kerugian yang bersifat material atau yang dapat diukur dengan uang,
bencana tsunami juga dapat menimbulkan kerugian spiritual. Yang dimaksud
dengan kerugian spiritual adalah kerugian yang tidak berupa harta benda,
namun lebih ke jiwa. Bagaimana seorang anak kecil akan tabah setelah
mengalami bencana alam yang besar, apalagi apabila ia kehilangan anggota
keluarganya, maka hal itu akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil.
Akibatnya anak tersebut harus menjalani beberapa terapi agar terbebas dari
traumanya itu. Bahkan hal seperti ini hanya dialami oleh anak kecil saja,
namun juga orang dewasa dan bahkan lanjut usia.
f. Menimbulkan bibit penyakit
Dampak selanjutnya dari bencana alam tsunami adalah timbulnya bibit
penyakit. Ketika gelombang laut yang tinggi meluluh lantakkan daratan, maka
yang akan kitemukan adalah benda- benda kotor, tanah yang berlumpur dan
sebagainya. Lingkungan yang tidak bersih akan meimbulkan bayak sekali bibit
penyakit. Apalagi jika ditambah dengan jasad- jasad makhluk hidup yang
meninggal, maka lingkungan akan semakin tidak sehat. Disamping itu, apabila
tinggal di pengungsian maka yang akan terjadi adalah timbulnya bibit penyakit
karena kurangnya saranan dan pra sarana.
Nah, itulah beberapa dampak terjadinya tsunami. Dampak- dampak yang telah
disebutkan di atas merupakan dampak jangka pendek. Selain dampak jangka
pendek, adalagi dampak jangka panjang yang akan kita rasakan, seperti
kondisi perekonomian daerah tersebut yang tidak stabil, dan masih banyak
lagi.
6) Tanda- tanda Terjadinya Bencana Tsunami
Sebelumnya telah disebutkan diatas bahwa bencana alam tsunami merupakan tipe
bencana alam yang selalu dibarengi dengan tanda- tanda tertentu. maka dari itulah
terjadinya tsunami ini bisa diprediksi kejadinnya. Ada beberapa tanda yang
menandakan bahwa akan ada tsunami. Maka dari itulah masyarakat harus waspada
dan segera mengambil tindakan yang tepat. Beberapa tanda akan terjadinya tsunami
akan kita ketahui dalam artikel ini. berikut ini merupakan beberapa tanda atau Ciri-
ciri tsunami.
a. Terjadinya gempa atau getaran yang berpusat dari bawah laut
Terjadinya tsunami diawali oleh adanya gempa bumi atau semacam getaran
yang asalnya dari bawah atau dari dalam lautan. Gempa yang terjadi ini tentu
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni berpusat atau memiliki kedalam
kurang dari 30 kilometer dan getarannya melebihi 6,5 scala richter.
b. Air laut tiba- tiba surut
Setelah adanya gempa atau getaran, selanjutnya adalah surutnya air laut secara
tiba- tiba. surutnya air laut secara tiba- tiba ini merupakan tanda- tanda yang
paling jelas ketika akan terjadi tsunami. Semakin jauh surut air laut , maka
kekuatan tsunami yang akan terjadi akan semakin besar. Dengan demikian
ketika surut air ini terjadi maka langkah yang paling tepat adalah segera
melakukan evakuasi supaya tidak banyak korban yang jatuh. Surutnya air laut
ini sebenarnya karena disebabkan oleh permukaan laut turun secara mendadak
sehingga terdapat kekosongan ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik.
Dan ketika gelombang tsunami telah tercipta yang baru, maka air akan kembali
ke pantai dengan wujud gelombang yang sangat besar.
c. Tanda- tanda alam yang tidak biasa
Sebelum terjadinya tsunami, juga terdapat beberapa tanda alam yang tidak
biasa. Tanda- tanda alam yang tidak biasa ini seperti gerakan angin yang tidak
biasa, perilaku hewan yang aneh. Beberapa perilaku hewan yang aneh ini
contohnya adalah aktifnya kelelawar di siang hari, kemudian banyak burung-
burung terbang bergerombol (padahal biasanya tidak pernah terlihat), dan juga
beberapa perilaku binatang darat. Contoh di Thailand, sebelum terjadinya
tsunami, gajah- gajat Thailang saling berlarian menuju ke bukit untuk
menyelamatkan diri.
d. Terdengar suara gemuruh
Tanda akan etrjadinya tsunami yang selanjutnya adalah terdengarnya suara
gemuruh. Ada pengalaman oleh masyarakat yang mengalami bencana tsunami
tahun 2004 di Aceh, dimana beberapa saat sebelum tsunami terjadi mereka
mendengar suara gemuruh yang sangat keras dari dalam laut, yakni seperti suara
kereta pengangkut barang. Beberapa diantaranya juga mendengar suara ledakan
dari dalam lautan. Hal ini cukup menjadi suatu pertanda yang kuat akan
terjadinya bencana tsunami.
Itulah beberapa tanda terjadinya tsunami yang dapat kita lihat sebelum tsunami
terjadi. Tanda- tanda di atas merupakan tanda- tanda alam. Namun, seiring
dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka diciptakan suatu alat yang
dapat digunakan untuk mendetersi terjadinya tsunami. Dengan demikian kita
dapat memperoleh informasi yang lebih akurat.
4) Upaya Penyelamatan Diri dari Tsunami
Ketika menghadapi suatu bencana, ada beberapa sikap yang sebaiknya kita
lakukan. Sikap tersebut haruslah tepat karena jika tidak maka akibatnya akan fatal.
Terlebih apabila bencana alam yang terjadi merupakan bencana alam yang besar.
Sikap yang tepat ini disebut juga dengan sikap penyelamatan diri. Setiap jenis
bencana alam mempunyai sikap penyelamatan diri yang berbeda- beda. Hal ini
karena resiko dan bahaya yang ditimbulkan juga berbeda- beda pula. Demikian
dengan bencana tsunami. Ketika kita sudah melihat tanda- tanda akan terjadinya
tsunami, maka langkah yang hasru segera kita ambil adalah melakukan upaya
penyelamatan diri.
Salah satu langkah yang bisa kita lakukan adalah berlari jauh meninggalkan
bibir pantai dan segera mencari tempat yang dirasa tinggi. dengan demikian kita
memberikan kesempatan kepada diri kita untuk menyelamatkan diri dari
gelombang tsunami.
5) Antisipasinya
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami:
a. Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari
sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah
menuju bukit yang terdekat
b. Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
c. Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan No.2, carilah
bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan
tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke
lantai 3
d. Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kamu bebas
dan tidak membawa apa-apa.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke
permukaan bumi akibat adanya gangguan di kerak bumi (patah, runtuh, atau hancur).
Gunungapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang,
dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan
(magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.
Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi, gempa laut,
gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang
bagaimana mengatisipasi saat terjadi nya bencana seperti gempa bumi, letusan
gunung api dan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai