Anda di halaman 1dari 4

1. Apakah yang terjadi pada pasien di skenario ?

Menurut kelompok kami, pasien di skenario mengalami kehamilan resiko tinggi.


Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan dengan adanya kondisi yang dapat
menambah risiko terjadinya kelainan atau ancaman bahaya pada janin. Pada kehamilan risiko
tinggi terdapat tindakan khusus terhadap ibu dan janin. Kesehatan atau bahkan kehidupan ibu
dan janin menjadi terancam bahaya akibat adanya gangguan kehamilan (Lalage, 2013).
a. Kehamilan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3 terlambat
(Kemkes RI, 2016) :
 4 (empat) Terlalu yaitu:
1. Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun).
2. Terlalu tua untuk hamil (kurang dari 35 tahun).
3. Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3).
4. Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun).
 3 Terlambat yaitu:
1. Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan.
2. Terlambat tiba di fasilitas kesehatan.
3. Terlambat mendapat pertolongan medis.
b. Tanda-Tanda Kehamilan Risiko Tinggi (Kemkes RI, 2016) :
1. Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya : karena terkejut, cemas, stres.
Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga
dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan
infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang
belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi
oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun. Cacat bawaan
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan
gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga disebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan
berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
3. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi
pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan
zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
5. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi .
c. Penanganan / Penatalaksanaan Kehamilan Berisiko tinggi (Rochjati, P., 2011).
1. Lebih banyak mengunjungi dokter dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
risiko tinggi. Tekanan darah anda akan diperiksa secara teratur, dan urin anda akan dites
untuk melihat kandungan protein dalam urin (tanda preeclampsia) dan infeksi pada
saluran kencing.
2. Tes genetik mungkin dilakukan bila anda berusia diatas 35 tahun atau pernah memiliki
masalah genetik pada kehamilan sebelumnya. Dokter akan meresepkan obat-obatan
yang mungkin anda butuhkan, seperti obat diabetes, asma, atau tekanan darah tinggi.
3. Kunjungi dokter secara rutin
4. Makan makanan sehat yang mengandung protein, susu dan produk olahannya, buah-
buahan, dan sayur-sayuran.
5. Minum obat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan dokter. Jangan minum obat-
obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter.
6. Minum asam folat setiap hari. Minum asam folat sebelum dan selama masa awal
kehamilan mengurangi kemungkinan anda melahirkan bayi dengan gangguang saraf/otak
maupun cacat bawaan lainnya.
7. Ikuti instruksi dokter anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
8. Berhenti merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
9. Berhenti minum alkohol
10. Menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena flu atau infeksi lainnya.
d. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan menurut Kemkes
RI, 2016 antara lain:
1. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x kunjungan
selama masa kehamilan yaitu:
Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama).
Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan
keenam).
Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).
2. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan jarak
satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
3. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan intensif
4. Makan makanan yang bergizi. Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi.
5. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:
Berdekatan dengan penderita penyakit menular.
Asap rokok dan jangan merokok.
Makanan dan minuman beralkohol.
Pekerjaan berat.
Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan.
Pemijatan/urut perut selama hamil.
Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.
6. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja
pada ibu hamil.
7. Segera periksa bila ditemukan tanda -tanda kehamilan dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan desa, Puskesmas/Puskesmas
pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau swasta.
Cara mencegah kehamilan risiko tinggi yaitu tidak melahirkan pada umur kurang dari 20
tahun / lebih dari 35 tahun, hindari jarak kelahiran terlalu dekat / kurang dari 2 tahun,
rencanakan jumlah anak 2 orang saja, memeriksa kehamilan secara teratur pada tenaga
kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, memakan makanan yang bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Memelihara Kesehatan Kehamilan. Available at


http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf. Diakses tanggal 4 Mei 2018.

Lalage, Z. 2013. Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi. Klaten : Abata Press.

Rochjati, Poedji. 2011. Screening Antenatal pada Ibu Hamil dan Pengenalan Faktor Resiko.
Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai