Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya lah, kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah “Dasar-dasar Perencanaan
Tenagakerja”. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengenalkan kepada para pembaca sekalian
mengenai dasar-dasar perencanaan tenaga kerja sekaligus untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca sekalian. Kami menyadari bahwa
makalah kami ini jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sekalian. Terima kasih.

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

Rencana Tenagakerja, di satu pihak memuat perkiraan kebutuhan tenaga untuk beberapa tahun
kedepan sesuai dengan perkembangan ekonomi atau rencana pembangunan yang telah ditetapkan. Di
pihak lain Rencana Tenagakerja memuat cara dan langkah-langkah pemenuhan kebutuhan tenaga, baik
melalui sistem pendidikan, maupun melalui program-program latihan. Proses perencanaan tenagakerja
pada dasarnya dapat digolongkan kepada 6 tahap yang saling berkaitan yaitu: perkiraan kesempatan
kerja atau kebutuhan, perkiraan dan perencanaan penyediaan tenagakerja, perhitungan kekurangan
atau kelebihan, perencanaan pendidikan, perencanaan latihan, dan penyesuaian rencana.

1. Perkiraan Kesempatan Kerja atau Kebutuhan

Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan/atau target hasil yang direncanakan,
atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan
tenaga kerja,baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan
menurut penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya
dapat menciptkan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan
keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sector dan subsector yang dibangun dengan cara padat modal
menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga berketerampilan yang
cukup tinggi.

Perkiraan daya serap tenagakerja tiap sektor dan subsektor ekonomi serta persyaratan kualifikasi yang
diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja. Untuk itu diperlukan keterangan-
keterangan mengenai : (1) satuan pertambahan investasi untuk penciptaan satu kesempatan kerja
(Incremental capital employment ratio) pada waktu yang lalu, (2) koefisiean kebutuhan tenagakerja
untuk satu satuan hasil (labor requirement per unit output)dimasa yang lampau, (3) perkiraan
incremental capital-employment ratio dan labor requirement per unit output untuk jangka waktu
perencanaan, dan (4) rencana investasi dan/atau target output selama periode perencanaan.

Sebagaimana dikemukakan di atas, perencanaan tenagakerja dimulai dengan dan didasarkan pada
proyeksi pertumbuhan pendapatan nasional tiap-tiap sektor, produktivitas kerja, dan struktur jabatan di
tiap-tiap sektor, serta perkiraan kebutuhan tenaga untuk mengisi jabatan-jabatan tersebut. Model
perkiraan kebutuhan tenaga didasarkan pada beberapa asumsi:

Asumsi pertama: proporsi kontribusi tiap sektor j pada pendapatan nasional adalah tetap.

sj = Yj/Y……………………………………….(9.1)

dimana:

sj : proporsi kontribusi (share) sektor j pada pendapatan nasional.

Yj : pendapatan nasional sektor j.

Y : pendapatan nasional dalam arti produk domestik bruto atau gross domestik produk (GDP)
j : sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari pertanian, pertambangan, industry, listrik dan gas,
bangunan, perdagangan, angkutan, keuangan dan asuransi, jasa jasa atau terdiri dari n subsector.

Pendapatan nasional di masing-masing sektor j dan pendapatan nasional adalah:

Yj = sj Y………………………………………………………(9.2)

dan Y = ……………………………………………….…….(9.3)

Asumsi kedua : produktivitas kerja di tiap-tiap sektor j adalah tetap

Pj = Yj/Lj…………………………………………….........…..(9.4)

Pj : produktivitas kerja rata-rata atau jumlah pendapatan di sektor j dibagi jumlah pekerja di sektor j
tersebut.

Lj : jumlah pekerja di sektor j.

labor coefficient didefenisikan sebagai jumlah tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit
pendapatan nasional. Dengan demikian labor coefficient atau koefisien penyerapan tenaga di tiap-tiap
sektor merupakan kebalikan dari produktivitas kerja di sektor yang bersangkutan. Jadi koefisien
penyerapan tenaga adalah:

Ij = …………………………………………...………………….(9.5)

Sehingga Lj = Ii Yi………………….……………………………………..(9.6)

Dengan demikian jumlah tenaga yang diperlukan untuk seluruh ekonomi adalah:

L = Lj = lj Yj…………………………………………….(9.7)

Asumsi ketiga : struktur jabatan di setiap sektor adalah tetap

Untuk memproduksikan hasil tertentu di suatu sektor, terdapat pola atau struktur jabatan dengan
jumlah pekerja tertentu di masing-masing kelompok jabatan. Perbandingan antara jumlah pekerja
dalam kelompok jabatan i dengan jumlah seluruh pekerja di sektor j adalah:

Iij = Lij/Lj……………………….............………………………..(9.8)

Sehingga jumlah pekerja dalam kelompok jabatan i di sektor j adalah:

Lij = 1ij Lj ………………………......……………………………(9.9)

Jumlah pekerja dalam kelompok jabatan diseluruh sektor adalah:

Li = ………………….....………………………………(9.10)
Asumsi keempat : Tiap kelompok jabatan tertentu sepadan dengan jenis dan tingkat pendidikan
tertentu.

jadi Lij = Eij ……………………………………………..(9.11)

dan Li = Ei……………………………………………….(9.11a)

Maka kebutuhan tenaga untuk jenis dan tingkat pendidikan i adalah:

Ei = ………………………………………………………......................……..(9.12)

Penyesuaian dengan Perkembangan Teknologi

Asumsi pertama, kedua dan ketiga dapat berubah sehubungan dengan perkembangan teknologi yang
berubah dengan cepat dan perbedaan perkembangan teknologi yang digunakan antar sektor dan/atau
antar subsector. Dengan demikian koefisien tiap tahun t dapat dihitung melalui ekstrapolasi linear
menjadi:

sj(t) = sj(0) + aj x t ……………………………………(9.13)

Ij(t) = Ij(0) + bj x t…………………………………….(9.14)

Iij(t) = Iij(0) + cij x t…………………………………..(9.15)

Khusus untuk asumsi pertama,persamaan (9.1) dan (9.3) tidak diperlukan bila tingkat pertumbuhan tiap
sektor telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam hal ini pendapatan atau GDP di masing-masing
sektor atau subsector untuk tiap tahun t dapat diperkirakan sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang
direncanakan. jadi :

Yj(t) = Yj(0) [1 +rj]t…………………………………(9.16)

dimana rj adalah tingkat pertumbuhan GDP per tahun di sektor j.

Satu target tingkat pertumbuhan yang direncanakan tentu dilengkapi dengan rencana kebijakan untuk
mendukung pencapaian sasaran tersebut. Kebijakan demikian termasuk alokasi dana dan sumber
sumber lain, penggunaan teknologi dan sebagainya dapat mempengaruhi besarnya koefisien Ij(t) dan
Iij(t) dalam persamaan (9.14) dan (9.15). Dengan kata lain, dalam hal tingkat pertumbuhan masing
masing sektor atau subsector yang direncanakan, besarnya Lj(t) dan Iij(t) perlu dirapikan dengan
antisipasi pengaruh kebijakan yang akan di ambil.

2. Pekiraan Penyediaan Tenagakerja

Penyediaan tenagakerja tergantung pada jumlah penduduk dalam usia kerja dan tingkat partisipasi
kerja. Perkiraan penyediaan tersebut dapat diperinci menurut daerah, jenis kelamin, jenis tingkat
pendidikan, keahlian serta keterampilan khusus. Perkiraan tersebut dapat didasarkan pada:

1. Keadaan tenaga kerja pada masa lampau.

2. Kapasitas dan lulusan setiap tahun dari lembaga pendidikan.

3. Kapasitas dan lulusan setiap tahun lembaga pelatiha.


4. Tingkat partisipasi kerja penduduk dalam setiap golongan dan kelompok umur.

Perkiraan penduduk dalam setiap jenis dan tingkatan pendidikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:

a. Perkiraan pertambahan lulusan masing-masing jenis dan tingkat pendidikan tiap tahun.

Besarnya lulusan masing-masing jenis dan tingkat pendidikan tiap tahun (Gj) tergantung dari jumlah
murid (Mj) dan proporsi antara lulusan terhadap murid pada setiap jenis dan tingkat pendidikan (fi). jadi:

Gj(t) = fi . Mi(t)………………………………………….(9.17)

Dengan mempertimbangkan jumlah yang meninggal Di(t), jumlah penduduk berpendidikan tertentu
dalam tahun t adalah:

Pi(t) = Pi(t-1) + Gi(t) – Di(t)……………………………..(9.18)

Besarnya penyediaan tenagakerja untuk masing-masing jenis dan tingkatan pendidikan dipengaruhi oleh
jumlah penduduk dan tingkat partisipasi kerja (labor force participation rate) kelompok penduduk
tersebut. jadi:

Ei(t) = Pi . Pi(t)………………….....…………………….(9.19)

Pi adalah tingkat partisipasi kerja untuk jenis dan tingkat pendidikan i.

b. Intrapolasi dan Ekstrapolasi

Salah satu alternatif perkiraan jumlah jumlah lulusan adalah dengan cara intrapolasi dan ekstrapolasi
berdasarkan perkembangan masa lampau. Jadi dengan laju pertumbuhan ri, jumlah penduduk dengan
jenis dan tingkat pendidikan tertentu adalah:

Pi(t) = Pi(0) [1 + ri]t………………………………......(9.20)

Besarnya penyedian tenaga dapat ditentukan dengan persamaan (9.18). Akses terhadap pendidikan dan
tingkat kerja ternyata berbeda antara pria dan wanita. Dengan demikian persamaan (9.17), (9.18),
(9.19), dan (9.20) lebih baik dilakukan secara terpisah untuk laki laki dan wanita.

3. Membandingkan Kebutuhan Dengan Penyediaan

Dengan membandingkan perkiraan kesempatan kerja atau kebutuhan dengan penyediaan tenaga untuk
tiap-tiap kelompok jabatan di masing-masing sector atau subsector, dapat diketahui apakah terjadi
ketidakseimbangan di tiap-tiap kategori tersebut. Kekurangan tenaga untuk kategori tertentu pada
dasarnya dapat dipenuhi melalui program pendidikan dan latihan. Kelebihan tenaga dalam kategori
tertentu menganjurkan perlunya diadakan peninjauan kembali suatu rencana pembangunan serta
penyesuaian penyediaan fasilitas pendidikan dan latihan.

4. Perencanaan Pendidikan

Dari perkiraan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja dapat diperiksa apakah terjadi
ketidakseimbangan di tiap-tiap kategori. Hal tersebut Pertama-tama dicoba disesuaikan melalui sistem
pendidikan. Bila dalam periode perencanaan ditemukan perkiraan penyediaan tenaga tertentu melebihi
perkiraan lowongan, maka fasilitas pendidikan dalam jurusan tersebut dapat dikurangi. Bila sebaliknya
yang terjadi maka fasilitas pendidikan dalam bidang tersebut perlu ditambah. Penambahan atau
pengurangan fasilitas pendidikan serta kebijakan-kebijakan penunjangnya dirumuskan dalam satu
rencana pendidikan.

5. Perencanaan Latihan

Perencanaan latihan merupakan bagian integral dari perencanaan tenagakerja karena:

1. Salalu terdapat keterampilan dan keahlian tertentu untuk pembangunan yang tidak diberikan dalam
sistem pendidikan formal dan perlu disediakan melalui sistem latihan.

2. Penyediaan tenaga melalui sistem pendidikan memerlukan waktu lama dibandingkan dengan
periode perencanaan.

3. Perkembangan teknologi demikian cepatnya sehingga setiap karyawan perlu secara terus menerus
tanggap dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan teknologi baru tersebut.

4. Khusus buat Indonesia dalam keadaan sekarang ini, tingkat pendidikan dan keterampilan sebagian
besar angkatan kerja masih sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi melalui program-program
latihan.

6. Penyesuaian Rencana

Perencanaan tenagakerja didasarkan pada rencana pembangunan dan ditujukan pada keberhasilan
rencana pembangunan tersebut. Namun keterbatasan perencanaan tenagakerja menyediakan tenaga
yang dibutuhkan (melalui sistem pendidikan dan latihan) sekaligus menjadi keterbatasan rencana
pembangunan juga. Keterbatasan penyediaan tenaga tertentu dalam rangka perencanaan tenagakerja
menuntut peninjauan dan penyesuaian kembali sasaran-sasaran atau target dalam rencana
pembangunan.

a. Penyediaan,Ei(t), lebih kecil daripada kebutuhan,Li(t)

Kekurangan tenaga untuk kelompok jabatan tertentu diperkirakan akan terjadi bila dalam satu tahun
tertentu perkiraan penyediaan,Ei(t) lebih kecil daripada perkiraan kebutuhan,Li(t). Dengan demikian
melalui perencanaan pendidikan usaha-usaha perlu dilakukan untuk menambah lulusan sedemikian
rupa sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.

Jumlah lulusan jenis dan tingkatan pendidikan tertentu relatif sedikit sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan, yang dapat terjadi karena: fasilitas pendidikan seperti ruangan kelas yang terbatas sehingga
penerimaan murid sedikit, uang sekolah terlalu mahal relatif terhadap pendapatan keluarga, atau jenis
pendidikan tersebut kurang menarik, baik karena penghasilan kenudian atau expected return dari
sekolah tersebut relatif kecil, maupun karena pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan itu
dianggap masyarakat kurang menarik atau inferior.

Dengan demtkian, jumlah lulusan jenis dan tingkatan pendidikan tertentu dapat diperbesar dengan
beberapa cara alternatif.

1. Dengan menambah fasilitas pendidikan.

2. Jumlah lulusan dapat diperbesar dengan mengurangi biaya sekolah.

3. Khususny bagi sekolah-sekolah yang peminatnya kurang, jumlah lulusan dapat diperbesar dengan
menyediakan insentif.

4. Kekurangan tenaga dari jenis dan tingkatan pendidikan tertentu dapat dipenuhi dengan
mengalihkan kelebihan tenaga pada jenis dan tingkatan pendidikan yang lain.

b. Penyediaan tenaga lebih besar daripada kebutuhan

Bila penyediaan tenaga dari jenis dan tingkatan pendidikan tertentu lebih besar daripada kebutuhan
dalam kelompok jabatan yang sepadan, maka akan terjadi pengangguran. Kelebihan tenaga jenis dan
tingkatan pendidikan tertentu dapat dialihkan untuk mengisi kelompok jabatan yang lain melalui
program-program penyesuaian dan latihan. Disamping itu penyediaan tenaga tersebut melalui
mekanisme pendidikan dapat dikurangi antara lain dengan:

1. Mengurangi subsidi pemerintah.

2. Menambah beban orang tua (pembayaran uang sekolah yang lebih tinggi).

3. Meningkatkan persyaratan penerimaan murid baru.

Bila cara-cara tersebut diatas tidak dapat memecahkan seluruh persoalan maka adalah kewajiban
pemerintah untuk menyesuaikan rencana pembangunan yang ditujukan juga menanggulangi masalah
kesempatan kerja. Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan tenagakerja erat hubungannya bukan
saja dengan perencanaan pembangunan, akan tetapi juga dengan perencanaan pendidikan,
perencanaan latihan, dan umpan balik kepada perencanaan pembangunan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Compilasi Ekonomi Sumber Daya Manusia (ESDM)

Anda mungkin juga menyukai