Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

KEGIATAN PELATIHAN KURIKULUM 2013


BAGI GURU SASARAN JENJANG SD
UPP KECAMATAN TAMAN
2019

Disusun oleh :

NAMA : DWI SUGI NURYANI,S.Pd


NIP : 19820323 200801 2 009
UNIT KERJA : SD NEGERI 01 ASEMDOYONG

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KOORDINATOR WILAYAH KECAMATAN TAMAN
2019
LAPORAN
PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN JENJANG SD
KOORDINATOR WILAYAH KECAMATAN TAMAN
TAHUN 2019

A. Bagian Awal
1. Judul Kegiatan : Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran
Jenjang SD
2. Waktu Pelaksanaan : 8 s.d 13 Juli 2019
3. Tempat Pelaksanaan : SD Negeri 03 Taman
4. Tujuan : Memahami dan mengerti Kurikulum 2013
5. Surat penugasan : Kepala SD Negeri 01 Asemdoyong
6. Sertifikat : Terlampir

B. Bagian Isi
1. Tujuan Pelatihan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran
Jenjang SD adalah peserta pelatihan dapat menguasai materi
Kurikulum 2013 dengan baik dan benar, sehingga mereka dapat
mengimplementasikannya pada proses pembelajaran dengan baik
di kelas masing-masing.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran
Jenjang SD adalah peserta menguasai materi Bimtek yang terdiri
dari:
1. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum
2. Penguatan Pendidikan Karakter
3. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran
4. Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan
5. Analisis, SKL, KI, KD, Indikator Silabus dan Pembelajaran
Tematik Terpadu
6. Perancangan Pembelajaran
- Praktik Penyusunan Prota, Promes, Pemetaan KD, dan
Silabus
- Penyusunan RPP
7. Bimbingan Psiko Edukatif
8. Perencanaan Pelaksanaan Pengolahan dan Pelaporan Hasil
Belajar
9. Praktik Penyusunan Soal HOTS
10. Inspirasi Tayangan Video Pembejaran
11. Praktik Pembelajaran (Peer Teaching)
2. Materi Pelatihan
a. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum
Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan
eksternal.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar
pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses,
standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan
internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
                Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan
antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi
yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.
b. Penerapan Literasi dalam Pembelajaran
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun
mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di
abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan
komponen literasi informasi sebagai berikut:
1)    Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung.
Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting)
berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan
(calculating), mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan
pribadi.
2)    Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan
lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan
yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan
perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi.
Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan
fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai
klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam
menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
3)    Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk
mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti
media cetak, media elektronik (media radio, media televisi),
media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
4)    Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan
memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti
peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika
dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat
memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman
menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di
dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,
menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program
perangkat lunak.
5)    Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat
lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang
mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari
membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi
maupun internet, haruslah terkelola dengan baik.
Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan
yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
c. Analisis, SKL, KI, KD, Indikator Silabus dan Pembelajaran
Tematik Terpadu
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari delapan
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam
Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Lulusan adalah
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta
didik SD/MI pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang
untuk setiap kelas/usia tertentu. Melalui Kompetensi Inti,
sinkronisasi horisontal berbagai Kompetensi Dasar antar mata
pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi
vertikal berbagai Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama
pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut:
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual;
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial;
Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan; dan
Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.
Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu
mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang
mengacu pada kompetensi inti.
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1)
kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan
(4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan
Kompetensi Sikap Sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru”. Kedua kompetensi
tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan
sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut.
d. Perancangan Pembelajaran
- Penyusunan RPP
Mempertimbangkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 ihwal
Standar Proses dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 ihwal
Pembelajaran padaPendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
komponen RPP di atas secara operasional sanggup diwujudkan
dalam teladan format RPP berikut ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP...)
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
E. Metode Pembelajaran
F. Media dan Bahan
G. Sumber Belajar
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan kedua …. Dst…
I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Sikap spiritual
b. Sikap sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
2. Instrumen Penilaian
e. Bimbingan Psiko Edukatif
Pengertian Bimbingan Psiko-Edukatif
Bimbingan merupakan terjemahan dari
“guidance”. Guidance berasal dari akar kata “guide” yang secara
luas bermakna: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot),
mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong
(to motivate), membantu mewujudkan (help to create), memberi
(to give), bersungguh-sungguh (to commit), pemberi pertimbangan
dan bersikap demokratis (democratic performance). Berdasarkan
makna di atas dapat disimpulkan bahwa konsep bimbingan adalah
usaha secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan
bantuan dengan memberi arahan, panduan, dorongan dan
pertimbangan, agar penerima bantuan mampu mengelola,
mewujudkan apa yang menjadi harapannya.
Bimbingan psiko-edukatif sebagai bagian integral dari pendidikan
adalah upaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam
rangka tercapainya perkembangan yang utuh dan optimal. Layanan
bimbingan psiko-edukatif adalah upaya sistematis, objektif, logis,
dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh guru kelas
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik untuk mencapai
kemandirian dalam wujud kemampuan memahami, menerima,
mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri
secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam kehidupannya.
Tujuan Bimbingan Psiko-Edukatif
Tujuan umum layanan bimbingan Psiko-Edukatif adalah membantu
peserta didik agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian
dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangan
yang mencakup aspek pribadi, sosial, dan belajar secara utuh dan
optimal. Pada peserta didik di tingkat sekolah dasar, bimbingan
psiko-edukatif lebih diarahkan kepada upaya pencegahan termasuk
didalamnya tindakan deteksi dini agar peserta didik tidak
mengalami permasalahan yang menghambat pembelajaran.
Pencegahan tersebut dimaksudkan sebagai pembinaan perilaku
secara pribadi, sosial, dan belajar sebagaimana diamanatkan pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Apabila ada masalah yang membutuhkan
layanan kuratif dilakukan rujukan kepada konselor profesional atau
profesi lain.
Tujuan khusus layanan bimbingan psiko-edukatif adalah:
1. Membantu dan melayani peserta didik agar mampu mengenali
dan memahami diri sendiri.
2. Mengenali lingkungan fisik dan sosial dalam beradaptasi serta
penyesuaian pribadi.
3. Membantu peserta didik agar berhasil menjalani masa peralihan
dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah.
4. Mengembangkan potensi peserta didik yang memiliki
keunggulan di berbagai bidang.
5. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran
6. Membantu peserta didik mengatasi permasalahan pembelajaran
baik di sekolah maupun di rumah pada tingkat yang belum
membutuhkan layanan konselor atau profesi lain.

f. Perencanaan Pelaksanaan Pengolahan dan Pelaporan Hasil


Belajar
Pengolahan Data
Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik.
Analisis statistik digunakan jika ada data kuantitatif, yaitu data-data
yang berbentuk angka-angka, sedangkan untuk data kualitatif, yaitu
data yang berbentuk kata-kata, tidak dapat diolah dengan statistik.
Jika data kualitatif itu akan diolah dengan statistik, maka data
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data kuantitatif
(kuantifikasi data). Meskipun demikian, tidak semua data kualitatif
dapat diubah menjadi data kuantitatif, sehingga tidak mungkin
diolah dengan statistik.
Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil evaluasi, yaitu :
1. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat
dicapai oleh peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka
diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu : kunci jawaban, kunci
skoring, dan pedoman konversi.
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan
norma tertentu.
3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa
hurup atau angka.
4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui
derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran
soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu, langkah
selanjutnya adalah menafsirkan data itu, sehingga memberikan
makna. Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan
dari pengolahan data itu sendiri, karena setelah mengolah data
dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu.
Memberikan penafsiran maksudnya adalah membuat pernyataan
mengenai hasil pengolahan data yang didasarkan atas kriteria
tertentu yang disebut norma. Norma dapat ditetapkan terlebih
dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi
dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Sebaliknya, bila
penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu,
maka ini termasuk kesalahan besar. Misalnya, seorang peserta didik
naik kelas. Kenaikan kelas itu kadang-kadang tidak berdasarkan
kriteria-kriteria yang disepakati, tetapi hanya berdasarkan
pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka keputusan ini
termasuk keputusan yang tidak objektif dan merugikan semua
pihak.

g. Praktik Penyusunan Soal HOTS


Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya,
2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari
berbagai informasi yang berbeda- beda, 4) menggunakan informasi
untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi
secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS
tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur
dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual,
konseptual, atau prosedural saja.Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep
yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah
(problem solving), memilih strategi pemecahan masalah,
menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan
mengambil keputusan yang tepat.

C. Bagian Akhir
1. Matriks Ringkasan Kegiatan
2. Lampiran-lampiran
Matriks Ringkasan Kegiatan
Peran
guru Institusi Nama
Nama Tempat Waktu
sebagai penyelengg pembah Dampak
Kegiatan kegiatan kegiatan
peserta/ ara as
Pembahas
Kegiatan Peserta Koordinator SDN 03 Pukul Lihat Guru
Pelatihan Wilayah Taman 07.30- lampiran merasa
Kurikulum Kec. Taman 16.00 jadwal percaya
2013 bagi WIB diri
Guru Sasaran dalam
Jenjang SD menyam
paikan
konsep
dan
impleme
ntasi
kurikulu
m 2013

Asemdoyong,19 Juli 2019


Mengetahui
Kepala SDN 01 Asemdoyong Penyusun Laporan,

Yatiman, S.Pd Subekhi S.Pd


NIP 19620903 198203 1 005 NIP 19650814 200801 1 003

Anda mungkin juga menyukai