Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
10,0 mg
1. C (konsentrasi) = = 200 ppm
50 ml

volume yang dipipet


2. C setelah pengenceran = x konsentrasi awal
volume labu

1ml
= x 200 ppm
10 ml

= 20 ppm

A
3. a =
b.c

0,6297
=
1cm .20 ppm

= 0,0313

|terendah|
4. Cmin =
a .b

0,2
=
0,0313 .1 cm

= 6,3897 ~ 6

|tertinggi|
Cmax =
a.b

0,8
=
0,0313 .1 cm

= 25,5591~25

5. Perhitungan Kurva

x ppm
Volume baku primer yang diambil = x 100 ml
1000 ppm

7 ppm
 Labu 1 = x 10 ml = 0,35 ml
200 ppm
11 ppm
 Labu 2 = x 10 ml = 0,55 ml
200 ppm
15 ppm
 Labu 3 = x 10 ml = 0,75 ml
200 ppm
19 ppm
 Labu 4 = x 10 ml = 0,95 ml
200 ppm
23 ppm
 Labu 5 = x 10 ml = 1,15 ml
200 ppm

6. Kurva Kalibrasi

X Y
7 0,257
11 0,322
15 0,446
19 0,530
23 0,627
a = 0,0809

b = 0,0237

r = 0,9967

y = bx ± a
0,236=0,0237.x ± 0,0809

0,236-0,0809 = 0,0237x

0,1551 = 0,0237

0,1551
X =
0,0237

= 6,5443 μg/ml

mg dalam sampel = x . faktor pengenceran


10 ml 10 ml
= 6,5443 μg/ml x 50 ml x x
3 ml 3 ml
= 32721,5μg
= 32,7215 mg
mg dalam sampel
%kadar = x 100%
mg yang ditimbang
32,7215 mg
= x 100%
100,1mg
= 32,6888%
%kadar yang didapat−%kadar sebenarnya
%kesalahan = x 100%
%kadar sebenarnya
32,6888 %−36,9350%
= x 100%
36,9350 %
= -11,4964%
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang Penetapan Kadar pada


Spektrofotometer Visible. Dimana tujuan dari percobaan ini yang harus dipakai adalah
pembuaatan spektrum untuk menentukan panjang gelombang maksimum, kurva kalibrasi,
dan penetapan kadar riboflavin secara spektrofotometer Visible.
Pada percobaan pertama yang dilakukan ialah pembuatan spektrum yang
dilakukan untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Adapun prosedur kerjanya
yaitu dibuat riboflavin 200 ppm, lalu diukur pada panjang gelombang 400-800 nm. Dari
melihat data yang sudah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang
maksimumnya ialah 446,50, karena memiliki nilai absorbansi tertinggi dan mendekati
literatur yang menyatakan bahwa riboflavin mempunyai spektrum visible dalam suasana
asam pada panjang gelombang 446 nm.
Pada percobaan ini, panjang gelombang 446,50 nm digunakan sebagai panjang
gelombang untuk menganalisis kadar riboflavin di dalam larutan karena pada panjang
gelombang ini absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal.Yang artinya, pada panjang
gelombang ini, sinar yang dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh
larutan. Oleh karena itu, pengukuran pada panjang gelombang 446,50 nm ini
menghasilkan pengukuran yang akurat. Dikarenakan panjang gelombang ini juga
termasuk syarat untuk panjang gelombang spektrofotometer visible dengan rentang (400-
800 nm).
Alat yang digunakan untuk menentukan kadar riboflavin ini adalah
spektrofotometer Visible. Spektrofotometer Visible merupakan salah satu metode analisis
yang dilakukan dengan panjang gelombang 400-800 nm.Prinsip kerja dari
spektrofotometer visible ialah sumber cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten
yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam
tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB
atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai
lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang
sangat tinggi yakni 5930 °C.
Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah
dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan
pada manusia dan hewan.Pemerian serbuk jingga tua bergumpal, bau lemah, rasa agak
pahit. Sangat sukar larut air, sangat mudah larut basa, tidak larut dalam gliserol, sukar
larut dalam CHCl3 dan memiliki ph 4-5 dengan titik leleh 290 0C dan mempunyai Berat
Molekul 376,36. (Farmakope Indonesia Edisi III Hal.557)

Struktur Riboflavin

Pada Hukum Lambert - Beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding
lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorpsi.

A = a.b.c
Ket;
A = absorbansi
a = daya serap
b = tebal kuvet (1 cm)
c = konsentrasi
Pada penentuan daya serap (a) diperoleh data sebesar 0,0313
Pada percobaan kedua ialah pembuatan kurva kalibrasi. Larutan awal dipipet
dengan volume yang berbeda dengan mencari konsetrasi minimal dan konsentrasi
maksimalnya terlebih dahulu maka,didapatkan volume yaitu 0,35 ml, 0,55 ml, 0,75 ml,
0,95 ml dan 1,15 ml ke dalam labu ukur 10 ml hingga diperoleh larutan baku dengan 5
variasi konsentrasi berturut-turut, yaitu 7 ppm; 11 ppm; 15 ppm; 19 ppm; dan 23 ppm. Ke
dalam masing-masing labu ukur tersebut ditambahkan HCL 0,1 N hingga tanda batas
volume 10 ml. HCL 0,1 N digunakan sebagai pelarut karena sesuai dengan literature
Farmakope Indonesia Edisi III yang menyatakan bahwa riboflavin mudah larut dalam
larutan asam encer.
Dari data yang didapatkan, lalu dibuat table kurva kalibrasi standar. Dari data
pada tabel, terlihat bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan, semakin besar pula
nilai absorbansinya, sehingga kurva yang dihasilkan linear dengan persamaan y =0,0037x
+ 0,0809. Persamaan ini digunakan untuk menghitung kadar riboflavin dalam sampel.
Dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi dan (x) menyatakan kadar
riboflavin dalam sampel.
Pada konsentrasi riboflavin dalam sampel dapat diketahui dari absorbansinya,
dengan menghitung nilai x dari persamaan linear kurva standar, sehingga diperoleh
sebesar 32,7215 μg/ml dan %kadar yang didapatkan sebesar 32,6888%.Lalu %kesalahan
yang didapat ialah -11,4964%.Hasil % kesalahan tersebut tidak sesuai dengan literature
yang seharusnya % kesalahan yang baik ialah dibawah 10%.Oleh karena itu,mungkin
terjadi beberapa factor kesalahan pada saat melakukan pemipetan larutan sehingga hasil
yang di dapatkan tidak sesuai.
Kurva Hubungan Antara Konsentrasi dengan Absorbamnsi

0,627

0,530

0,446

0,322
0,257
7 11 15 19 23
Dari kurva diatas, terlihat bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan,
semakin besar pulai nilai absorbansinya.

Anda mungkin juga menyukai