Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MERESUME BAB KERANGKA DASAR PENYUSUNAN


DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

DOSEN
Maulida Hardianti bandi , SE, MA

Di Susun Oleh Kelompok 8:

1. Amelia Izzani Ariffin (2017220050)


2. Nur Hesti Purwinda (2017330044)
3. Sandra (2017330056)
4. Andreas S. Wuwur (2016330089)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
TAHUN 2018-2019
I. KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANAGAN SYARIAH

 Tujuan Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk
semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun
entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan Kerangka
Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
3. Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusum sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku
umum.
4. Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah
 Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi :

1. Investor sekarang dan investor potensial


2. Pemilik dana qardh
3. Pemilik dana syirkah temporer
4. Pemilik dana titpan
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf
6. Pengawas syariah
7. Karyawan
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya
9. Pelanggan
10. Pemerintah serta lembaga – lembaganya
11. Masyarakat

 Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta


diciptakan oleh tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah yang  menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan
cara ini akan terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good governance).
 Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :


1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung
tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang
tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang
berhak dan sesuai pada posisinya.
3.  Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan
kolektif.
4. Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan
spiritual, antara aspek privat dan public, antara sector keuangan dan rill,
antara bisnis dan social, serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.

 Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi


syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
1. Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling
rida.
2. Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik.
3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan
sebagai komoditas.
4. Tidak mengandung unsure riba, kezaliman, gharar, haram.
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan
benar serta keuntungan untuk semua pihak.
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran.
8. Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap – menyuap.

 Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat
bagisejumlah besar pemakai  dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan
lainnya adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.
3.  Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan  investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas
syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
dan wakaf.

 Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :
1. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur
keuangan, likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan
ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
munkin dikendalikan di masa depan.

3.  Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun


berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal
kerja, asset likuit atau kas.

4. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi social


entitas syariah.

5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi


tambahan yang relefan termasuk pengungkapan tentang resiko dan
ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

 Asumsi Dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa pengaruh
transaksi dan peristiwa yang alain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan
dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan.Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Namun dalam penghitungan pendapatan
untuk tujuan bagi hasil usaha menggunakan dasar kas

2. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha


entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena
itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris kualitatif
pokok yaitu :

a) Dapat dipahami
Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.

b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi
kebutuhan  pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

c) Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajiakan.

d) Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.

 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut
1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang disajikan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat
waktu dan ketentuan informasi andal.
2. Keseimbanga antar biaya dan manfaa
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya perusahaan. Namun
demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu
proses pertimbangan.
3. Unsur – unsur Laporan Keuangan
Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain
meliputi :
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan
arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.
 Posisi Keuangan
Unsure yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
a. Asset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas syariah.
b. Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak hak
untuk mengelolahdan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah dikurangi kewajiban
dan dana syirkah temporer.
Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih adalah
penghasilan dan beban. Unsure penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan.
b. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya
kewajiban yang melibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanaman modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas
entitas syariah maupun kerugian yang timbul.

 Hak pihak ketiga atas bagi hasil


Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah
dalam suatu periode laporan keuangan.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi
yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Biaya historis (historical cost)
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau
dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
2. Biaya kini (current cost)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila asset
yang sama atau setara diperoleh.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang tidak
didiskontokan yang diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
 Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101)
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Arus Kas;
4. Laporan Perubahan Ekuitas;
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terkait;
6. Lporan Rekonsiliasi Pendaptan Dan Bagi Hasil;
7. Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Zakat;
8. Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Kebajikan ; Dan
9. Catatan Atas Lporn Keuangan.
II. KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN
PEMIKIR ISLAM

 Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan

Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntasi keuangan untuk lembaga


keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan


standar yang konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan Syariah untuk memilih
berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum
mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat
pertimbangan pada saat menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan
pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga
akhirnya akan meningkatkan kepercayaan atas lembaga keuangan Syariah.
5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang
konsisten.
Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir Islam dalam AAOIFI untuk
menyusun tujuan laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara
mengambil seluruh pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemudian
melakukan tes dan analisis apakah pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan

1. Tujuan akuntansi keuangan


a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat
dengan lembaga keuangan syariah tersebut, termasuk hak dan
kewajiban yang belum selesai, terkait dengan penerapan, kewajaran
dan ketaatan atas prinsip dan etika Syariah Islam.
b. Untuk menjaga asset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.
c. Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari
lembaga keuangan syariah.
d. Untuk menyiapakan informasi laporan keuangan yang berguna kepada
pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat membuat
keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan lembaga keuangan.
2. Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar
a. Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan syariah
Islam,
b. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban
lembaga keuangan syariah.
c. Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan
penerimaan dan penyaluran zakat pada lembaga keuangan syariah.
d. Memberikan informasi untuk mengestimasi arus kas yang dapat
direalisasikan, waktu realisasi dan resiko yang mungkin timbul dari
transaksi dengan lembaga keuangan syariah.
e. Memberikan informasi agar pengguna laporan keuangan dapat
menilai dan mengevaluasi lembaga keuangan syariah apakah telah
menjaga dana agar tetap termasuk memperoleh imbal hasil yang
memuaskan.
f. Memberikan informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial
dari lembaga keuangan syariah.
 Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara lain sebagai berikut :

1. Pemegang Saham
2. Pemegang Invenstasi
3. Pemilik Dana (bagi Deposan Bank)
4. Pemilik Dana Tubungan
5. Pihak yang Melakukan Transaksi Bisnis
6. Pengelola Zakat
7. Pihak yang Mengatur

 Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah

Paradigma, asas, dan kaarkteristik transaksi syariah tidak dapat dipisahkan dari
ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam
dalam konteks muamalah. Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurut Ibnu Al-
A’rabi adalah sebagai berikut :

1. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal


2. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil
3. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti atau keadaan yang
tidak jelas
4. Harus mempertimbangkan Al Maqasid dan Al Masalih.

 Bentuk Laporan Keuangan

Bentuk laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI pada prinsipnya sama
dengan dalam PSAK, akan tetapi AAOIFI secara tegas menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk perbankan
syariah. Laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai
berikut:

1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan


2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Perubahan Ekuitas Atau Laporan Perubahan Saldo Laba
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan Ekuivalennya
7. Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan
8. Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan

 Syarat Kualitatif Laporan Keuangan Menurut AAOIFI

1. Relevan
Syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai alasan
utama disusunnya laporan keuangan.
2. Dapat Diandalkan
Syarat ini berhubungan dengan tingkat keandalan informasi yang diandalkan.
Hal ini tidak berarti harus akurat secara absolut, tetapi dapat diandalkan
sesuai dengan kondisi yang melekat pada transaksi termasuk penggunaan
cara/metode untuk perhitungan dan/atau pengungkapan dari suatu transaksi.
3. Dapat Dibandingkan
Informasi dapat dibandingkan antara lembaga keuangan syariah dan diantara
dua periode penyajian laporan keuangan.
4. Konsisten
Metode yang akan digunakan untuk perhitungan dan prngungkapan akuntansi
yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan
5. Dapat Dimengerti
Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-rata
pengguna laporan keuangan.

 Perdebatab Para Pemikir Akuntansi Mengenai Kerangka Akuntansi

Pada bagian ini kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep
masing-masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi,
karakteristik, kualitatif, dan sebagainya.

1. Entitas Unit Akuntansi


Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi
yang terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan
perusahaan lain (Belkoui, 2000)
2. Kegiatan Usaha yang Berkelanjutan
Konsep berleanjutan ini dijelaskan “mengasumsikan bahwa perusahaan akan
terus berlanjut dimasa yang akan datang”. Konsep ini memegang peranan
yang besar dalam standar akuntansi serta penyusunan laporan keuangan,
karena konsep ini akan berhubungan dengan konsep harga perolehan dan
penilaian asset tetap.
3. Periodisasi
Perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan harus dijelaskan
secara periodic (Belkoui,2000). Konsep ini berhubungan dengan konsep
kegiatan usaha ayang berkelanjutan. Kosep ini diterima oleh AAOIFI dan
para pemikir Akuntansi Islam.
4. Satuan Mata Uang
Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan
memperhitungkan segala sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dalam mata
uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan
mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak
selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan
dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah
pengukuran. AAOIFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The
Islamic Fiqh Academy di Kuwait pada Desember 1988.
5. Konservatif
Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan nilai
yang rendah asset dan pemdapatan serta niali yang tinggi untuk kewajiban
dan beban. Hal ini memiliki dampak bahwa untuk transaksi yang
berpengaruh terhadap kewajiban dan beban akan diakui dengan cepat
sedangkan untuk asset dan pendapatan sebaliknya.

6. Harga Perolehan
Merupakan konsep dimaan asset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan pada saat memperoleh sesuatu, sedangkan liabilitas dicatat pada
jumlah uang yang akan diterima dari pertukaran atas liabilitas. Alasan
penggunaan konserp ini adalah harga perolehan merupakan harga yang dapat
diverifikasi dan objektif pada saat pertamakali diperoleh dan sekaligus sangat
efisien.
7. Penandingan Antara Pendapatan dan Beba (Matching)
Pendapatan diakui pada suatu periode tertentu sesuai prinsip pengakuan
pendapatan secara bersamaan dengan beban.beban harus diakui pada periode
dimana pendapatan diakui. AAOIFI juga telah menerima konsep ini.
8. Dasar Akrual
Konsep ini mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu
manfaat itu diperoleh, bukan pada saat kas diterima.hal yang sama terjadi
pada beban yaitu beban diakui pada saat manfaat diterima dan bukan pada
saat kas dibayarkan.
9. Pengungkapan Penuh
Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan kebutuhan
informasi dari mayoritas pembaca laporan keuangan. Seluruh stakeholders
perusahaan memiliki hak untuk menerima informasi perusahaan. Hal yang
perlu dilihat adalah Kewajaran (fairness), Kemadaian (adequacy), serta
Keterbukaan (transparency) informasi serta kepada siapa informasi tersebut
harus disajikan.
10. Substansi Mengungguli Bentuk
Ketentuan syariah tidak mengenal konsep ini mengingat seluruh transaksi
didasarkan atas akad dan akad tersebut akan selalu sama antara bunyi akad
(dalam bentuk hukum) dengan substansi dari akad itu sendiri, karema Islam
melarang transaksi yang kurang jelas.

 Beberapa Pemikiran ke Depan

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep-konsep diatas, ada sebagian pemikir


akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak berbeda,
diantaranya :

1. Neraca yang Menggunakan Nilai Saat Ini (Current Value Balance Sheet)
Untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok
dengan pola perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan
dengan nilai sekarang. Alas an lainnya adalah dengan menggunakan nilai
sekarang akan mempermudah pengguna laporan keuangan untuk
mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebioh relevan
disbanding nilai historical cost.
2. Laporan Nilai Tambah (Value Added Statement)
Laporan ini digunakan sebagai pengganti laporan laba atau sebagai
laporan tambahan atas neraca dan laporan laba rugi. Konsep nilai tambah
pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan
(Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan akuntansi
keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.

Anda mungkin juga menyukai