Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI HADIST DAN HADIST TARBAWI

HADIST AKHLAKUL KARIMAH

Dosen Pengampu : Bapak Hilmi Azizi, M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 12

1. Fajar Fatoni (T20198157)


2. Wanda Sakinah Dwi L. (T20198158)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020

DAFTAR ISI

i
COVER.............................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1

C. Tujuan Makalah.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

A. Hadist-Hadist Akhlakul Karimah...........................................................................................2

B. Hikmah Hadist Akhlakul Karimah........................................................................................10

BAB II PENUTUP........................................................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................................................11

B. Saran......................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun.

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah studi hadist dan hadist
tarbawi materi hadist akhlakul karimah, di samping itu penyusun berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya agar dapat mengetahui tentang akhlakul
karimah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran dari
pembaca sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sesuatu yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanyalah
lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau
penelitian. Dalam hadist Baihaqi dan Malik bahwa sesungguhnya saya (Rasulullah)
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hadist Tirmidzi juga menjelaskan bahwa
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.

Akhlak adalah sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Kita harus
berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak (akhlakul karimah) dan berupaya
dapat menjauhi akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah). Bagi seorang muslim, akhlak
yang terbaik seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW. Karena sifat-sifat
yang terdapat pada diri Rasulullah adalah sifat-sifat yang terpuji yang merupakan
uswatun hasanah (teladan) terbaik bagi seluruh kaum muslimin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari akhlakul karimah?
2. Bagaimana komponen-komponen dari hadist akhlakul karimah?
3. Bagaimana hikhmah-hikmah dari hadist akhlakul karimah?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetetahui penjelasan dari akhlakul karimah.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen dari hadist akhlakul karimah.
3. Untuk mengetahui hikmah-hikmah dari hadist akhlakul karimah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadist-Hadist Akhlakul Karimah
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Bahkan tujuan utama
diutusnya Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi adalah untuk meyempurnakan akhlak
mulia sebagaimana dijelaskan dalam hadistnya, sesungguhnya aku tidak diutus kecuali
untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Akhlak ialah hal ihwal yang melekat pada jiwa (sanubari). Dari situ timbul
perbuatan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir dan diteliti lebih dahulu (spontanitas).
Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan
terpuji menurut pikiran dan syariah, maka tingkah laku itu disebut akhlak yang baik
(akhlakul karimah). Apabila menimbulkan perbuatan yang buruk, maka tingkah laku itu
disebut akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah).1

Akhlakul karimah ialah akhlak yang terpuji, yaitu perbuatan terpuji dan mulia
yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan atas dasar kesadaran jiwa,
bukan karena keterpaksaan.

Contoh-contoh hadist akhlakul karimah :

Hadist pertama

َ َ‫ن د‬
‫ل‬ ْ ‫م‬ َ َ ‫سل‬
َ :‫م‬ َ َ‫ه ءَلَيْهِ و‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ِ‫سو الله‬
ُ ‫ل َر‬َ ‫ قَا‬: ‫ل‬َ ‫ه قَا‬ ُ ْ ‫ه ءَن‬
ُ ‫ي الل‬
َ ‫ض‬
ِ ‫سعُود ٍ َر‬ ْ ‫م‬
َ ‫ن أبِي‬
ْ َ‫وَء‬
َ َ ُ ْ ‫ءَلَى خَير فَلَه مث‬
‫م‬
ٌ ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ه‬
ُ ‫ج‬َ ‫أ خ َْر‬. ِ‫جرِ فَا ءِلِه‬
ْ ‫لأ‬ ِ ُ ٍ ْ

Artinya : Dari Abdullah bin Mas'ud Radiyallahu Anhu berkata "Rasulullah SAW.
Bersabda, barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan, maka baginya
pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." (HR. Muslim).

Sanad dari hadist tersebut adalah Abdullah bin Mas'ud Radiyallahu Anhu.
Kemudian rawi dari hadist tersebut adalah HR. Muslim. Dan matan dari hadist tersebut

1 Huraerah, Raras, Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam Lengkap, (Jakarta, JAL Publishing, 2011), hal. 44

2
adalah "Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan, maka baginya pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya.”

Hadist ini membuktikan bahwa seorang yang menunjukkan orang lain kepada
sebuah kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya.
Kata "menunjukkan" yang tercantum dalam hadist merupakan isyarat bahwa orang
tersebut tidak melakukannya. Ia berusaha mendapatkan kebaikan dengan cara
menunjukkan orang lain kepada kebaikan tersebut. Kata "kebaikan" yang tertera di dalam
hadist mencakup semua kebaikan dunia dan akhirat.2

Asbabul wurud dari hadist tersebut adalah hadist ini diriwayatkan Imam Muslim
dalam kitab al-imaran bab fadhlu I'anat al-ghazi fi sabilillah (bab keutamaan membantu
orang yang berperan di jalan Allah), no.1893 dari jalur Abu Mu'awiyah dari A'masy dari
Abu Amr asy-Syaibani dari Abu Mas'ud al-Anshari Radhiyallahu Anhu, ia berkata,
"Seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata,
'Sungguh tungganganku telah binasa, karena itu tolong berilah aku tumpangan
(tunggangan).' Nabi menjawab 'Aku tidak punya.' Lalu ada seorang lelaki yang berkata,
'Wahai Rasulullah, aku bisa menunjukkan kepadanya orang yang bisa memberinya
tumpangan (tunggangan).' Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam bersabda seperti
yang tertera dalam hadist di atas."3

Hadist kedua

:‫م‬ َ َ ‫سل‬
َ َ‫ه ءَلَيْهِ و‬ ُ ‫صلَى ا لل‬
َ ِ‫ل ا لله‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ قَا‬: ‫ل‬َ ‫ه قَا‬
ُ ْ ‫ه ءَن‬
ُ ‫ي ا لل‬
َ ‫ض‬ِ ‫سعُو د َر‬ ْ ‫م‬َ ‫ن‬ ْ ِ ‫ء‬
ِ ْ ‫َن اب‬
ُ ‫خ‬
‫ل‬ ُ ‫الر‬
َ ‫ل‬ ُ ‫ما ي َ َزا‬
َ َ‫ و‬,‫ت‬ َ ْ ‫ن الْب ِ َر يَهْد ِ ي أِلَى ال‬
ِ َ ‫جن‬ َ ِ ‫ وَا‬,‫صدْقَ يَهْد ِ ي اِلَى الْب ِ ّر‬ َ ‫ن ال‬َ ِ ‫ فَأ‬,‫ق‬ ّ ّ ‫م بِا ل‬
ِ ْ ‫صد‬ ْ ُ ‫ءَلَيْك‬
َ ِ ‫ن الْكَذ‬
ِ ‫بيَهْد ِ ي أ‬ َ ِ ‫بفَأ‬ َ ِ ‫م َوالْكَذ‬
ْ ُ ‫ وَاِيَا ك‬,‫صد ّ يْقًا‬ َ َ ‫حتَى يُكْت‬
ِ ‫بءِنْد َ الله‬ َ َ ‫صد ْ ق‬
ّ ‫ح َر ى ال‬ َ َ ‫صد ُ قُ وَيَت‬ْ َ‫ي‬
َ ‫بءِنْد َ اللهِ كَذ‬
َ َ ‫حتَى يُكْت‬ َ ‫ب‬َ ِ ‫ح َرىىالْكَذ‬ ُ ِ ‫ل يَكْذ‬
َ َ ‫ب وَيَت‬ ُ ‫ج‬
ُ ‫ىالر‬
َ ‫ل‬ ُ ‫ما ي َ َزا‬َ َ‫ و‬,ِ‫جوْ َر يَهْد ِ ي أِلَى النَار‬ ُ ُ‫لَى الْف‬
ِ‫متَفَقٌ ءَلَيْه‬ ُ .‫ابًا‬

Artinya : Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah


Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian berkata jujur, karena
kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa akan kepada surga.
2 Ash-Shan'ani, Muhammad bin Ismail, Subulus Salam Syarah Bulugul Maram Jilid III, (Jakarta, Darus Sunnah,
2013), hal. 826.
3 https://almanhaj.or.id/9758-keutamaan-menunjukkan-kebaikan.html

3
Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur dan selalu berusaha jujur sehingga
ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta dapat
menyeret kepada kejahatan, dan kejahatan dapat menyeret kepada neraka.
Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta hingga ditulis di sisi
Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sanad dari hadist tersebut adalah Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu.
Kemudian rawi dari hadist tersebut adalah HR. Bukhari dan Muslim.

Matan dari hadist tersebut adalah "Hendaknya kalian berkata jujur, karena
kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa akan kepada surga.
Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur dan selalu berusaha jujur sehingga
ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta dapat
menyeret kepada kejahatan, dan kejahatan dapat menyeret kepada neraka. Sesungguhnya
seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai
pendusta."

Hadist ini mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap berkata jujur
maka jujur akan mendarah daging pada dirinya. Dengan latihan dan usaha, sifat baik dan
sifat buruk itu dapat dicapai. Hadist ini menunjukkan betapa agungnya sifat jujur, karena
kejujuran akan membimbing pelakunya menuju surga. Hadist ini juga menunjukkan
betapa buruknya sifat dusta hingga menyeret pelakunya menuju neraka. Demikian juga
halnya semasa di dunia, ucapan orang yang jujur akan diterima dan disukai di tengah
masyarakat serta diterima persaksiannya oleh para hakim.4

Asbabul wurud hadist tersebut adalah As Aswad ibnu Ashram menceritakan :


“Aku membawa unta yang gemuk bandannya ke Madinah pada saat musim kurang subur
dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu kepada
Rasulullah SAW. Dan kemudian beliau menyuruh seseorang untuk melihatnya. Maka
unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau berkata
‘Mengapa engkau giring untamu ke sini?’ Aku menjawab ‘Aku ingin unta ini sebagai
pelayan keperluanku.’ Beliau bertanya lagi ‘Untuk melayani siapa unta tersebut?’ Usman
4 Assh-Shan'ani. Muhammad bin Ismail Al-Amir, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, (Jakarta, Darus Sunnah,
2013), hal. 953.

4
bin Affan menjawab ‘Untuk melayani keperluan saya wahai Rasulullah.’ Beliau berkata
‘Bawalah ke sini.’ Maka unta itu dibawa dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah
menambatkan pula untanya, maka aku berkata ‘Wahai Rasulullah beri aku wasiat (pesan
keagamaan).’ Beliau berkata ‘Apakah engkau dapat menguasai lidahmu?’ Aku menjawab
‘Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai?’ Beliau bertanya lagi ‘Apakah
engkau menguasai tanganmu?’ Aku menjawab ‘Bagaimana aku memiliki jika aku tidak
menguasai tanganku?’ Beliau bersabda ‘Janganlah lidahmu mengucapkan sesuatu
melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu melainkan untuk
kebaikan.’”5

Hadist ketiga

َ ‫ل أَخْبرنِى يونس ع َن ابن شهاب ع‬ َ ‫ة بن يح‬


ِ ‫ن ع َبْد‬
ِ ْ‫ة ب‬ َ َ ‫سل‬
َ ‫م‬ َ ‫َن أبِى‬ ْ ٍ َ ِ ِ ْ ِ ُ ُْ ُ ََ َ ‫ب قَا‬
ٍ ْ‫ن وَه‬ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ‫مل‬
ُ ْ ‫ي أنْبَأنَا اب‬ َ ‫حدَثَنِى‬
َ ‫ح ْر‬ َ
ْ ‫ن بِاللهِ وَالْيَوْم‬ َ ‫الرحمن ع‬
ِ َ ‫ال‬
‫خرِى‬ ِ َ ‫ن كَا‬
ِ ْ ‫ن يُؤ‬
ُ ‫م‬ َ ‫ل الَلهِ صلّى الله عليه وَ سلّم قال‬
ْ ‫م‬ ِ ْ ‫سو‬ُ ‫َن َر‬
ْ ‫َن أبِى هُ َري ْ َرة ً ع‬
ْ ِ َ ْ َ
َ
َ ‫ن كَا‬
‫ن‬ ْ ‫م‬
َ َ‫اره ُ و‬
َ ‫ج‬ ْ ِ‫خرِ فَلْيُكْر‬
َ ‫م‬ ْ ‫ن بِاللهِ وَالْيَوْم‬
ِ َ ‫ال‬ ِ ُ ‫م‬ َ ‫ن كَا‬
ِ ْ ‫ن يُؤ‬ ْ ‫م‬ َ َ‫ت و‬ْ ‫م‬ ُ ‫ص‬
ْ َ ‫خي ْ ًرا أوْلِي‬ ْ ُ‫فَلْيَق‬
َ ‫ل‬
(‫ه )رواه المسلم‬ ُ َ‫ضيْف‬ َ ‫م‬ ْ ِ‫خرِ فَلْيُكْر‬ ْ ‫ن بِاللهِ وَالْيَوْم‬
ِ َ ‫ال‬ ِ ُ ‫م‬ِ ْ ‫يُؤ‬

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Harmala bin Yahya telah memberitakan


kepada kami Ibnu Wahab dia berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu
Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW.
Beliau bersabda “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan
barangsiapa yang beriman kepda Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan
tamunya.” (HR.Muslim).

Sanad dari hadist tersebut adalah Harmala bin Yahya, Ibnu Wahab, Yunus, Ibnu
Syihab, Abu Salamah bin Abdurrahman, dan Abu Hurairah. Kemudian rawi dari hadist
tersebut adalah HR.Muslim.

Matan dari hadist tersebut adalah “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan

5 http://cahayaislamptiq.blogspot.com/2017/04/latar-belakang-m-salah-islamadalah.html?m=1

5
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah dia memuliakan tamunya.”

Al Imam Al Qadhi ‘Iyadh mengatakan “Makna hadist tersebut adalah bahwa


barangsiapa yang berupaya untuk menjalankan syariat Islam, maka wajib bagi dia untuk
memuliakan tetangga dan tamunya, serta berbuat baik kepada keduanya.” Dalam hadist
ini disebutkan, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
memuliakan tamunya yaitu jaizahnya, para sahabat bertanya “Apa yang dimaksud jaizah
itu?” Rasulullah menjawab “Jaizah itu adalah menjamu satu hari satu makam (dengan
jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya) sedangkan penjamuan itu
adalah tiga hari adapun selebihnya adalah sadhaqah.” (HR. Bukhari dan Muslim dalam
Fathul Bari’ hadist no. 6135). Dari keterangan ini sangat jelas bahwa Islam merupakan
agama yang terdepan dan paling sempurna dalam memuliakan tamu, memuliakan tamu
merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Semakin baik ia menyambut
dan menjamu tamu, semakin tinggi pula nilai keimanannya kepada Allah. Dan sebaliknya
manakala ia kurang perhatian atau meremehkan tamunya, maka ia pertanda kurang
sempurna nilai keimanannya kepada Allah.6

Asbabul wurud dari hadist tersebut adalah ketika saat itu datanglah tamu kepada
sang Nabi SAW. Dan Nabi tidak bisa menjamunya karena tidak ada makanan. Rasul
bertanya kepada istrinya “Punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?” Istri Nabi
menjawab “TIdak ada, yang ada cuma air” maka Rasulullah berkata “Siapa yang mau
menjamu tamuku ini?” salah satu orang anshar langsung mengacungkan tangan “Aku
yang akan menjamu tamumu yaa Rasulullah”. Kemudian sahabat itu membawa tamu
Rasulullah ke rumahnya dan diketuklah pintu dengan keras sehingga istrinya bangun.
“Kenapa suamiku? Kau tampak terburu-buru”. “Akrimiy dhaifa Rasulullah, kita
mendapat kemuliaan tamu Rasulullah, ayo muliakan, keluarkan semua yang kita miliki
daripada pangan dan makanan, semua keluarkan, ini tamu Rasulullah bukan tamu kita,
datang kepada Rasulullah, Rasulullah tidak bisa menyambutnya, Rasul bertanya ‘Siapa
yang bisa menyambutnya?’ Aku buru-buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita”.

6 https://m.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2011/04/04/3626/muliakanlah-tamu-anda.html

6
Istrinya berkata “Suamiku, makanannya hanya untuk satu orang, tidak ada makanan lagi,
itupun untuk anak-anak kita, dua orang anak-anak kita hanya akan makan makanan untuk
satu orang, kau ini bagaimana menyanggupi tamu Rasulullah? Kau tidak bertanya
terlebih dahulu apakah kita punya kambing, ayam, beras, roti, jangan main terima
sembarangan”. Namun suaminya telah terlanjur menyanggupi “Sudah kalau begitu anak
kita tidurkan cepat-cepat, matikan lampu agar anak kita tidur”. Ditidurkanlah anak-
anaknya tanpa makan, lalu tinggal makanan yang sepiring untuk satu orang “Bagaimana
ini? Tamunya tidak mau makan jika shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena
cuma sepiring makanannya. Suaminya berkata “Nanti sebelum engkau keluarkan
piringnya, lampu ini engkau betulkan nanti saat makan tiup agar mati pelitnya, saat
lampu mati, letakkan piring, silahkan makan, dan kita letakkan piring kosong di depan
kita, tamu makan, kitak tak usah makan tetapi seakan-akan makan dan tidak kelihatan
karena lampunya gelap.” Maka sang tamu tidak tahu cerita lampunya mati, sang tamu
makan dengan tenangnya dan tidur dengan nyenyak, pagi-pagi sholat shubuh kembali
kepada Rasulullah “Alhamdulillah yaa Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur
dengan tenang” Rasullullah berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait
(tuan rumah) yang menjamumu itu.”7

Hadist keempat

َ ‫ط لَه في رزقه وينسأ‬ َ ‫ل من أَح‬ َ ِ ‫عَن أَنس بن مال‬


َ َُْ ِ ِ ِْ ِ ُ َ ‫س‬
َ ْ ‫ن يُب‬
ْ ‫بأ‬ َ َ ‫سل‬
َ َ ْ َ َ ‫م قَا‬ َ ‫ه عَلَيْهِ َو‬
ُ َ ‫صلَى الل‬
َ ِ‫ل اللَه‬
َ ‫سو‬
ُ ‫ن َر‬ َ ‫كأ‬ٍ َ ِ ْ ِ َ ْ
َ
‫ه‬
ُ ‫م‬
َ ‫ح‬
ِ ‫ل َر‬ ِ َ ‫ه فِي أثَرِهِ فَلْي‬
ْ ‫ص‬ ُ َ‫ل‬

(‫)رواه البخاري ومسلم‬

Artinya : Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah bersabda “Barangsiapa


ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia
melakukan silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sanad dari hadit tersebut adalah Anas bin Malik RA. Kemudian rawi dari hadist
tersebut adalah HR. Bukhari dan Muslim. Dan Matan dari hadist tersebut adalah
“Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya
hendaknya ia melakukan silaturrahmi.”

7 Ibnu Hamzah Al-Husain Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud Hadist Arbain, (Jakarta, Kalam Mulia, 2011).

7
Silaturrahmi mengandung unsur tanggung jawab yang dapat memotivasi
keikhlasan berkorban, saling memberi dan menerima tanpa mengharapkan imbalan
apapun, kecuali Ridha Allah swt semata. Pengertian demikian dapat ditelusuri dari makna
silaturrahim yang terdiri dari dua kata : pertama shilatun artinya hubungan atau ikatan,
kata kedua rohimun artinya sayang. Jadi silaturrahim adalah ikatan kasih saying.
Kedudukan silaturrahim dalam Islam begitu penting. Silaturrahim menjadi sarana untuk
berbagi dan merekatkan kembali hubungan sesama manunia agar persatuan umat,
toleransi, dan rasa senasib sepenanggungan tetap terjaga.8

Asbabul wurud dari hadist tersebut adalah telah terjadi suatu percakapan di masa
Rasulullah masih menyiarkan Islam di kota Mekkah, kala itu Rasulullah masih
menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Seseorang bertanya kepada Rasul “Siapa
engkau?” Rasul menjawab “Saya Nabi”. Orang tersebut kembali bertanya “Nabi apa?”.
Jawab Rasul “Nabi yang diutus Allah SWT”. Orang tersebut bertanya lagi “Apa yang
diperintahkan kepada engkau?”. Rasul menjawab “Saya diperintahkan untuk mengajak
manusia menyembah Allah SWT, menghancurkan berhala dan menyambungkan
silaturrahmi”.9

Hadist kelima

َ
‫ما‬
َ َ ‫ات وَإِن‬ ِ َ ‫ل بِالنّي‬ُ ‫ما‬
َ ْ ‫ما الع‬ ُ ْ‫ل اللهِ صلم يَقُو‬
َ َ ‫ إِن‬: ‫ل‬ َ ْ ‫سو‬ُ ‫ت َر‬ُ ْ ‫مع‬ِ ‫س‬َ :‫ل‬ َ ‫ه قَا‬ ُ ْ ‫ي الله عَن‬ َ ‫ض‬ ِ َ ‫ن الْخَط‬
ِ ‫اب َر‬ ِ ْ ‫م َر ب‬
َ ُ‫َن ع‬
ْ ‫ع‬
‫ج َرت ُ ُى‬
‫ه‬ ْ ِ‫ت ه‬ ْ َ ‫ن كَان‬ْ ‫م‬ َ َ‫سوْلِهِ و‬ ُ ‫لى اللهِ وَ َر‬
َ ِ‫ه إ‬ ْ ِ‫سوْلِهِ فَه‬
ُ ُ ‫ج َرت‬ ُ ‫لى اللهِ وَ َر‬ َ ِ ‫هىإ‬
ُ ُ ‫ج َرت‬ْ ِ‫ت ه‬ ْ َ ‫ن كَان‬ْ ‫م‬َ َ‫ما نَوَى ف‬َ ٍ‫مرِء‬ ّ ُ ‫لِك‬
ْ ‫لا‬
(‫ )رواه مسلم‬.ِ‫ج َر إِلَيْه‬ َ ‫إلى دنيا يصيبها أَو إلى ا‬
َ ‫ما هَا‬ َ ‫لى‬
َ ِ ‫هىإ‬
ُ ُ ‫ج َرت‬ْ ِ‫حهَا فَه‬ ُ ِ ‫م َرأةٍ يَنْك‬
ْ َ ِ ْ َُْ ِ ُ َُْ َ ِ

Artinya : Dari Umar bin Khattab RA. berkata : Aku pernah mendengar
Rasulullah bersabda “Bahwasannya semua perbuatan itu tergantung dengan niatnya.
Maka barangsiapa yang hijrahnya niat karena Allah dan Rasulnya, maka balasan
hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Dan barangsiapa yang hijrahnya niat untuk
mendapatkan dunia atau untuk mendapatkan wanita yang hendak dinikahinya, maka
balasan hijrahnya adalah apa yang dia niatkan dalam berhijrah.” (HR. Muslim)

8 Supriono, Arif, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta, Penerbit Republika, 2004) hal. 89.
9 http://megasholihah33.blogspot.com/2015/07/hadist-tentang-silaturrahmi.html?m=1

8
Sanad dari hadist tersebut adalah Umar bin Khattab RA. kemudian rawi dari
hadists tersbut adalah HR Muslim. Dan matan dari hadist tersebut adalah “Bahwasannya
semua perbuatan itu tergantung dengan niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya niat
karena Allah dan Rasulnya, maka balasan hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Dan
barangsiapa yang hijrahnya niat untuk mendapatkan dunia atau untuk mendapatkan
wanita yang hendak dinikahinya, maka balasan hijrahnya adalah apa yang dia niatkan
dalam berhijrah.”

Berkenaan dengan niat, sebagian Ulama mendefinisikannya secara syara’ sebagai


berikut, niat adalah bersengaja untuk berbuat sesuatu disertai (bebarengan) dengan
perbuatannya. Dalam perspektif islam, ikhlah adalah melakukan semua billah dan lillah.
Sholat atau ibadah lain dikatan ikhlas jika dikerjakan untuk Allah dan sadar karena
Allah.10

Asbabul wurud dari hadist tersebut adalah ketika Nabi bersama umat islam dan
para sahabat yang berhijrah baru saja tiba di Madinah mereka merasa lelah dan letih yang
luar biasa. Dan tiba-tiba datang pula seseorang dalam rombongan itu yang ikut hijrah
hanya dengan harapan ingin mendapatkan dan melamar seorang perempuan yang juga
ikut berhijrah. Nabi mengetahui hal ini, lalu beliau naik ke atas mimbar dan bersabda
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya amal itu didasarkan atas niatnya (sabda ini
diulangi sampai tiga kali). Barangsiapa hijrahnya karena untuk Allah dan RasulNya maka
hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya juga (maksudnya akan memperoeh ridhaNya).
Barangsiapa yang hijrahnya untuk mencari keduniaan atau untuk menikahi seorang
perempuan, maka ia akan memperolehnya. Sesungguhnya seseorang itu akan
mendapatkan dari hijrahnya itu berdasarkan pada niat hijrahnya. Lalu beliau mengangkat
tangannya sambil berdoa “Yaa Allah hindarkanlah bencana ini dari sisi kami” doa ini
beliau ulang-ulangi sampai tiga kali.11

B. Hikmah Hadist Akhlakul Karimah

Hikmah yang dapat kita ambil dari isi hadist-hadist akhlakul karimah diantaranya
adalah sebagai berikut :
10 https://islamilmu.blogspot.com/2009/04/hadis-tentang-ikhlas.html?m=1
11 http://educationforalls.blogspot.com/2013/05/blog-post.html?m=1

9
1. Mendapatkan ridha Allah SWT.
2. Mendapatkan pahala yang sangat besar.
3. Dilimpahi kemudahan dalam hidupnya.
4. Diselamatkan dari bahaya dan azab dari Allah.
5. Perasaan dan pikiran menjadi tenang.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pentingnya berakhlakul karimah dalam diri seseorang menjadi bukti bahwa Islam
sangat menjunjung tinggi kebaikan umatnya agar senantiasa berperilaku dan bertindak
sesuai syariat. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW turun ke bumi tak lain untuk
menyempurnakan akhlak umatnya.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun dengan harapan bisa bermanfaat bagi semua.
Adapun harapan dari kami adalah adanya saran maupun kritik yang dapat membangun
bagi penyusun untuk pembuatan tugas yang selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini
juga bisa dijadikan bahan pustaka bagi kampus kita yang tercinta ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shan'ani, Muhammad bin Ismail. 2013. Subulus Salam Syarah Bulugul Maram Jilid III.
Jakarta : Darus Sunnah.

https://almanhaj.or.id/9758-keutamaan-menunjukkan-kebaikan.html

http://cahayaislamptiq.blogspot.com/2017/04/latar-belakang-m-salah-islamadalah.html?m=1

http://educationforalls.blogspot.com/2013/05/blog-post.html?m=1

https://islamilmu.blogspot.com/2009/04/hadis-tentang-ikhlas.html?m=1

https://m.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2011/04/04/3626/muliakanlah-tamu-
anda.html

http://megasholihah33.blogspot.com/2015/07/hadist-tentang-silaturrahmi.html?m=1

Huraerah, Raras. 2011. Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam Lengkap. Jakarta : JAL
Publishing.

Ibnu Hamzah Al-Husain Al-Hanafi Ad-Damsyiqi. 2011. Asbabul Wurud Hadist Arbain. Jakarta :
Kalam Mulia.

Supriono, Arif. 2004. Seratus Cerita Tentang Akhlak. Jakarta : Penerbit Republika.

12

Anda mungkin juga menyukai