56 PDT 2012 PTR 20120815 Batal Perceraian PDF
56 PDT 2012 PTR 20120815 Batal Perceraian PDF
No. 56/PDT/2012/PTR.
CUNCUN ARIYANTI, lahir di Bogor pada tanggal 8 Agustus 1965, pekerjaan ibu
rumah tangga, agama Kristen, tempat tinggal Kampung Kracak,
Desa Semplak (Rancabungur), Kabupaten Bogor, semula
Tergugat sekarang PEMBANDING ;
M E L A W A N :
YOPPY WELLY MAKATIPU, lahir di Bogor pada tanggal 6 Juli 1963, pekerjaan
petani/perkebunan, agama Kristen, tempat tinggal Jl. Melur I RT
008 RW 003 Desa Pancuran Gading, Kecamatan Tapung,
Kabupaten Kampar, semula Penggugat sekarang TERBANDING;
TENTANG HUKUMNYA.
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 199 ayat 1 Rbg tenggang waktu
untuk mengajukan upaya hukum banding adalah 14 hari setelah putusan
dijatuhkan atau setelah pemberitahuan putusan ;
Tanggapan :
a. Bahwa dalam pertimbangannya tersebut dibawah ini Sudah Tepat dan
Benar disebutkan, sebagai berikut “berdasarkan alat bukti T-1, T-2 dan T-3
diketahui bahwa benar alamat Tergugat di Kampung Kracak, Desa
Rancabungur RT.002 RW.008, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, “
Sehingga demi hukum Terbanding/dahulu Penggugat seharusnya mengajukan
gugatan di Pengadilan Negeri Cibinong dimana wilayah Pengadilan tersebut
yang membawahi wilayah hukum tempat/alamat domisili hukum terakhir dari
Pembanding/dahulu Tergugat yaitu: Kampung Kracak, Desa Rancabungur
RT.002 RW.008, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hal tersebut sejalan dengan maksud dari Pasal 118 HIR tersebut adalah
tempat/alamat domisili terakhir Tergugat berdiam.
Pasal 118 ayat 1 HIR, berbunyi :
(1)Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan Pengadilan
Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani
oleh Penggugat atau oleh wakilnya menurut Pasal 123, kepada Ketua
Pengadilan Negeri di daerah hukum siapa Tergugat bertempat diam atau jika
tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya.
Hal mana Terbanding/dahulu Penggugat juga sejak dari awal telah menyadari
Pembanding/dahulu Tergugat sudah pindah dan berdomisili di Bogor sejak
bulan Maret 2010 sampai saat ini. Sehingga dengan kesadaran yang nyata
dari Terbanding/dahulu Penggugat tersebut telah dinyatakan dan sudah
sejalan juga dengan isi Surat Gugatan nya dari Terbanding/dahulu Penggugat
pada halaman 1, sudah sangat terang dan jelas pada halaman 1 gugatannya,
Sehingga alamat dari Pembanding/dahulu Tergugat yang benar dan telah
terungkap dalam persidangan adalah: Kampung Kracak, Desa Rancabungur
RT.002 RW.008, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
Selain itu terbukti secara sah dan meyakinkan dalam persidangan, sebagai
berikut :
(1) Semua saksi-saksi baik yang diajukan Pembanding/dahulu Tergugat
maupun yang diajukan oleh Terbanding/dahulu Penggugat, yang intinya
menyatakan : “Memang benar Pembanding/dahulu Tergugat telah pergi dan
pindah ke Bogor dengan membawa 2 orang anaknya dan anaknya sekolah
di Bogor, sejak bulan Maret 2010 sampai dengan tanggal kesaksian (bulan
Nopember 2011),
(2) Kartu Tanda Penduduk atas nama Tergugat (Vide bukti T-1) yang
dikeluarkan sejak tanggal 19 Mei 2010 di Bogor;
(3) Kartu Keluarga atas nama Tergugat (Vide bukti T-2) yang dikeluarkan sejak
tanggal 19 Mei 2010 di Bogor ;
(4) Delegasi Relaas panggilan sidang (panggilan I) tanggal 21 September 2011
oleh Pengadilan Negeri Bangkinang kepada Pengadilan Negeri Cibinong di
Bogor (Vide bukti T-3);
(5) Relaas panggilan sidang (panggilan I) tanggal 7 Oktober 2011 oleh
Pengadilan Negeri Cibinong kepada Tergugat (Vide bukti T-4);
- Semua saksi-saksi menyatakan alamat Pembanding/dahulu Tergugat
adalah : Kampung Kracak, Desa Rancabungur, RT.002 RW.008
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Apapun alasannya, yang sah adalah alamat yang terakhir dan telah diketahui
dan terbukti secara sah adalah : Kampung Kracak, Desa
Rancabungur,RT.002 RW.008 Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
Sehingga dengan demikian Judex Faxtie telah salah mempertimbangkan
hukumnya, mengakibatkan salah pula mengambil putusan, yang menyatakan
Pengadilan Negeri Bangkinang berwenang mengadili perkara aquo.
Yang seharusnya Terbanding/dahulu Penggugat mengajukan gugatannya di
wilayah hukum Pengadilan Negeri Cibinong, tempat wilayah hukum alamat
Pembanding/dahulu Tergugat berdomisili dan berdiam terakhir : Kampung
Kracak, Desa Rancabungur,RT.002 RW.008 Kecamatan Rancabungur,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tanggapan :
Dalam putusan tersebut telah terurai kesaksian saksi-saksi yang dalam
putusan adalah ternyata hanyalah copy paste, dimana kalimat dan kata-kata
yang dipakai hamper semuanya sama yakni 90 % (Sembilan puluh persen)
kata dan kalimat adalah sama. Padahal sebagian besar yang dikemukakan
oleh saksi-saksi dalam persidangan telah dibantah oleh Pembanding/dahulu
Tergugat, namun dalam uraian putusan tersebut menyebutkan
Pembanding/dahulu Tergugat menyebutkan “Penggugat dan Tergugat tidak
keberatan dan membenarkan keterangan saksi-saksi”, Hal itu tidak benar dan
manipulative dari Judex Factie.
Justru antara lain yang dikemukakan oleh semua saksi-saksi yang diajukan
oleh Penggugat maupun Tergugat, pada intinya saksi-saksi menyebutkan :
- Tergugat sudah pergi meninggalkan Penggugat sejak bulan Maret 2010
sampai saat ini.
Tanggapan :
Bahwa pada halaman 5 alinea pertama, disebut :
P-1 adalah: Kartu Tanda Penduduk NIK: 1401100607630005 atas nama
Yopi Welly Makatipu (Terbanding/Penggugat), yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kampar tanggal 26 Juli
2011 (selanjutnya disebut juga “KTP”)
P-2 adalah : Kartu Keluarga (KK) No. 1401101907110024, yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Kampar tanggal 19 Juli 2011 (selanjutnya disebut juga “KK”)
Bahwa pada dokumen KTP dan KK atas nama Terbanding/dahulu Penggugat
telah disebutkan” Status perkawinan adalah :Cerai hidup” yang tersebut
mengandung cacat hukum yang berasal dari perbuatan melawan hukum yang
dengan cara memberikan keterangan palsu pada identitas KTP dan KK
sehingga mengakibatkan KTP dan KK tersebut cacat hukum dan tidak
mempunyai nilai hukum.
Bagaimana mungkin seseorang yang secara sah masih terikat perkawinan
secara hukum yang ternyata dalam identitas yang dikeluarkan oleh Negara
telah tercantum status perkawinannya “ Cerai Hidup” Hal mana dalam hal ini
Terbanding/dahulu Penggugat telah melakukan juga penghinaan terhadap
rangkaian proses siding di Pengadilan yang Mulia itu.
Bagi seorang Hakim atau Majelis Hakim Pada Pengadilan Negeri Bangkinang
yang memeriksa perkara aquo, jika mengerti hukum sebenarnya secara
sederhana gampang mendeteksi bahwa dokumen yang dipakai sebagai alat
bukti oleh Terbanding/dahulu Penggugat tersebut adalah dokumen yang tidak
sah dan cacat hukum. Namun mengapa dengan mudahnya lolos bahkan
dipertimbangkan dalam pertimbangan hukumnya.
Karena:
Ataukah menurut Hakim tersebut hukum itu begitu kaku, sehingga untuk
menentukan barang atau alat tersebut halal atau tidak, harus memerlukan
proses lebih lanjut.
Jika pertimbangan hukum tersebut tetap dipertahankan, maka kami akan
mengajukan suatu contoh analogi demikian, sebagai berikut :
“ Kami akan melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh
Almarhumah SL dalam menjalankan tugasnya diduga telah menerima suap” ,
Secara sederhana Penegak Hukum (Polisi/Jaksa/KPK) yang akan menerima
laporan dugaan tindak pidana tersebut seketika akan menolak laporan dugaan
tindak pidana tersebut yang akan kami laporkan, alasannya karena ternyata
status yang bersangkutan yang akan dilaporkan yang –quod non- disebut
melakukan dugaan tindak pidana oleh Pelapor kepada Penegak Hukum
adalah orang yang telah meninggal dunia dengan label status: Almarhumah.
Maka demi hukum yang bersangkutan sebagai almarhumah tidak bisa dituntut
lagi secara pidana.
Yang mau dijelaskan disini bahwa status seseorang dapat mempengaruhi dan
mempunyai implikasi pada tindakan selanjutnya apakah mempunyai masih
relevan dan mempunyai kapasitas atau tidak, hal mana dapat diketaui dan
dideteksi secara mudah, cepat dan sederhana sejak awal, karena hal tersebut
menjadi pengertian umum apalagi seorang penegak hukum yang mengerti
hukum.
Pembanding berpendapat dalam hal suatu barang atau alat bukti tersebut
kalau bisa dibuktikan secara sederhana mengandung cacat hukum, maka hal
tersebut tidak bisa dipakai dan seharusnya seketika harus ditolak, apalagi jika
sampai harus dipertimbangkan dalam pertimbangan hukumnya untuk
menguatkan dalil dalam suatu putusan pengadilan.
Tanggapan :
Terbanding sama sekali tidak pernah memberikan nafkah kepada Pembanding
dan anak-anaknya yang tinggal dan menetap di Bogor sejak Maret 2010
sampai tanggal hari ini, kecuali yang diberikan adalah Rp.70 Juta yang
disamarkan sebagai bagian harta gono gini. Hal mana menjadi kabur apakah
bagian harta gono gini ataukah nafkah selama di Bogor sejak Maret 2010
sampai dengan gugatan atau putusan perkara aquo.
Hal mana tidak bisa dan tidak terungkap di dalam siding Pengadilan aquo,
dengan demikian pertimbangan hukum Judex Factie adalah kabur, melanggar
hukum dan harus dibatalkan.
8. Bahwa Pembanding sangat keberatan dengan pertimbangan hukumnya
halaman 16 dan 17, tentang telah dilakukan pembagian harta gono gini
berdasarkan pernyataan perdamaian pembagian harta gono gini yang
disebutkan dibuat Akta Notaris dihadapan Agusna, SH, Notaris di Pekanbaru.
Tanggapan :
Bahwa tidak benar apa yang telah dikatakan oleh Pembanding yang
mengatakan Terbanding tidak pernah member nafkah, yang terjadi malah
sebaliknya dimana Pembanding tidak lagi menjalankan kewajibannya sebagai
isteri dari Terbanding, meskipun demikian Terbanding/dahulu Penggugat
selalu memberikan nafkah kepada Pembanding/dahulu Tergugat dan anak-
anak, anak-anak yang ikut dengan Pembanding saat itu bukanlah untuk
bersekolah akan tetapi untuk pergi berlibur, anak-anak itupun dibawa oleh
Pembanding/dahulu Tergugat tanpa sepengetahuan Terbanding.
Adapun uang yang berjumlah Rp. 70 juta yang dimaksud adalah uang dari
harta gono gini diluar dari nafkah yang Terbanding/Penggugat berikan kepada
Pembanding/Tergugat, hal mana sebelum perkara aquo dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri Bangkinang. Perceraian telah dilakukan secara
kekeluargaan dimana Terbanding/dahulu Penggugat dan Pembanding/dahulu
Tergugat telah sama-sama yakin untuk mengakhiri perkawinan dan setelah itu
pembagian harta gono gini yang dilakukan secara kekeluargaan bukan dengan
ancaman, Pembanding/dahulu Tergugat meminta kepada Terbanding sebesar
Rp. 50 juta akan tetapi Penggugat/Terbanding memberikan uang sebesar Rp.
100 jutaq, karena pada saat itu Terbanding/Penggugat menyampaikan kepada
Pembanding/Tergugat bahwa “ Apabila Pembanding/Tergugat hanya meminta
uang sebesar Rp. 50 juta sebagai harta gono gini, apabila
Terbanding/Penggugat potong dengan jumlah uang yang telah dipinjamkan
kepada keluarga Pembanding/Tergugat, maka sisa uang yang
Terbanding/Penggugat berikan kepada Pembanding/Tergugat tidak akan
cukup untuk membuka usaha”. Oleh karena kemurahan hati
Terbanding/Penggugat kemudian Terbanding/Penggugat akan menambah
uang dari hasil harta gono gini tersebut menjadi Rp. 100 juta dengan syarat
dipotong sebesar Rp. 30 juta, karena uang yang berjumlah Rp. 30 juta yang
dipinjam oleh keluarga Pembanding/dahlu Tergugat yaitu Ayah Pembanding
serta adik-adik Pembanding yang bernama Cacan serta keluarga yang lain
sehingga keseluruhan pinjaman keluarga Pembanding berjumlah Rp. 30 juta
untuk berwirausaha akan tetapi belum dikembalikan sampai saat ini, kemudian
Disini sangat jelas bahwa Pembanding/Tergugat selaku orang tua / ibu tidak
perduli terhadap pendidikan anak-anaknya sehingga Terbanding/Penggugat
berkesimpulan bahwa apabila anak-anak tinggal bersama ibunya akan
terlantar pendidikan anak-anak Terbanding/Penggugat dan
Pembanding/Tergugat hanya ingin memanfaatkan harta anak-anak untuk
kepentingannya sendiri ;
Mengingat, pasal 142 ayat 1, pasal 199 s/d pasal 205 Rbg dan pasal-
pasal lain dari undang-undang yang bersangkutan dengan perkara ini ;
M E N G A D I L I :
A. GINTING, SH