1. Suryantiningsih (193203020)
2. Yunita Nur Afif (193203023)
3. Gita Paramitha Yan P (193203045)
(.…………………………) (.…………………………)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gagal Jantung Akut didefinisikan sebagai : timbul gejala sesak nafas
secara cepat (< 24 jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi
sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau kelebihan beban awal
(preload), beban akhir (afterload) atau kontraktilitas dan keadaan ini dapat
mengancam jiwa bila tidak ditangani dengan tepat (ESC 2005 ). Selain itu
menurut Brunner dan Suddarth, (2010) gagal jantung adalah kegagalan
jantung memompa darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh
bagian tubuh sehingga perfusi jaringan dalam tubuh terganggu. Pada gagal
jantung memiliki tanda gejala berupa kelebihan cairan atau ketidakadekuatan
perfusi jaringan.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2007).
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
way terlampir
C. Manifestasi Klinik
Menurut Brunner dan Suddarth (2010), tanda gejala gagal jantung dibedakan
gagal jantung bagian kiri dan kanan meliputi :
Jantung bagian kiri :
1. Kongesti paru : batuk, suara paru crekes, dipsneu, penurunan saturai
O2, suara jantung S3/ ventrikel galop, ortopneu
2. Batuk kering/ nonproduktif
3. Pengeluaran sputum dapat berwarna pink/ merah pink darah
4. Ketidakadekuatan pefusi jaringan
5. Sakit kepala, pusing, lemas, bingung, cemas, pucat, kulit teraba dingin
6. Nadi takikardi
D. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) dalam
Gray (2012), terbagi dalam 4 kelas yaitu :
a) NYHA I: Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
b) NYHA II: Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
c) NYHA III: Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
d) NYHA IV:Timbul sesak pada aktifitas fisik
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
1) Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2) Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Penggunaan otot bantu nafas terdiri dari: (otot sela iga, otot
leher, otot prut).
5) Retraksi dada terdiri dari:
Sub sterna di bawah trakea
Supra sternal di atas klavikula
Inter kostal kosta
Sub kosta dibawah kosta
3) Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea,
sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus
pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard
kronis, diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat
tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD
yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus
kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung,
denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi,
rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks
4. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
5. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,
diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema.
F. Komplikasi
1. Syok kardiogenik
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
3. edema pulmoner akut
4. infeksi paru
5. kematian
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis (Farmakologi) :
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis,
miksedema, dan aritmia.
Digitalisasi
a. dosis digitalis
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4
hari.
Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
c. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal
akut yang berat:
Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
(Mansjoer dan Triyanti, 2007)
Terapi Nonfaramkologi :
1. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
2. Posisi setengah duduk dan Oksigenasi (2-3 liter/menit).
3. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan
gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan
dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal
jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
4. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas.
Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-
80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
5. Hentikan rokok dan alkohol
Disfungsi miokard (AMI) Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Beban volume berlebihan
miokarditis berlebihan berlebihan metabolisme
Kontraktilitas
Hambatan
pengosongan
ventrikel
COP
Beban jantung
meningkat Gagal jantung kanan
CHF
Ketidakefe
Kelebihan
Keletihan Gangguan ktifan pola
volume
pertukaran gas nafas
cairan
(Brunner & Suddarth, 2010; Wajan Juni Udjianti, 2010; PERKI, 2015)
NAMA MAHASISWA : Yunita, Surya,
Gita
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IGD
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Sumber Data : Primer dan sekunder
Tanggal/Jam Masuk IGD : Senin, 1 Juni 2020 / 08.30
Tanggal/Jam Pengkajian : Senin, 1 Juni 2020 / 08.35
Diagnosa Medik : CHF
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 85 tahun
Agama : Islam
Pekerjaaan : Petani
Alamat : kokap, KP
No. RM : 123xxx
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluhkan sakit pada bagian
tubuh, seminggu sebelumnya edema pada kedua tangan dan kaki serta pipi.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ada riwayat hipertensi.
Edema :
Ekstremitas 1 1
1 1
Terpasang infus NaCl 15 tetes/menit pada tangan kiri
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kedua tangan dan
kedua kaki nampak bengkak, dan berair
Pasien mengatakan bahwa kaki dan tanganya agak lemas jika
digerakan
Tampak edema pada kedua kaki dan tangan, warna kulit sawo
matang, turgor kulit tidak elastis, capillary refill time > 3 detik,
Integumen
akral hangat, suhu 37,00C.
Nampak berair pada kulit yang edema, kulit kering dan bersisik
b. Pemeriksaan Penunjang
1 Rongten Efusi pleura sinistra
Juni2020 Thorax
Suspek efusi pleura dekstra
Bronkopneumenia
Cardiomegali dengan udem pulmo
Aortascleriosis
1 Juni EKG Atrial fibrilasi dengan rapid ventikular respon
2020
1) Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai normal dlm Interpretasi
pemeriksaan satuan
1 Juni Hematologi
2020
Hb 11, 1 12 - 16 gr/dL Kurang
Ht 32, 4 37- 47 % Kurang
Leukosit 4, 41 4- 11 (10^3/ uL) Normal
Trombosit 124 150- 450(10^3/uL) Kurang
Eritrosit 3, 86 3,9 - 5,5 (10^6/ uL) Kurang
Indek
MPV 8, 7 6, 5 – 12 fL Normal
MPW 60, 4 35- 56 fL Normal
PDW 16, 1 9 – 17 fL Normal
MCV 84, 1 80,0- 97 fL Normal
MCH 28, 9 27,0- 32,0 pg Normal
MCHC 34, 4 32,0- 38,0 g/dL Normal
Hitung jenis
Neutrofil 61, 7 50- 70 % Normal
Limfosit 29, 1 25- 40 % Normal
Monosit 7, 0 3 – 9% Normal
Eosinophil 1, 9 0,5- 5% Normal
Basofil 0, 3 0,0- 1% Normal
Neutrophil 2, 72 2- 7 (10^3/ uL) Normal
Limfosit 1, 29 1, 24- 4 (10^3/ uL) Normal
Monosit 0, 31 0,30- 10 (10^3/ uL) Normal
Eostinosin 0, 08 0,02- 0,50 (10^3/ uL) Normal
Basofil 0, 01 0,0- 10 (10^3/ uL) Normal
Glukosa
Glukosa 78 50- 200 mg/ dL Normal
Sewaktu
Ginjal
Ureum 64 10- 50 mg/ dL Lebih
Kreatinin 1, 53 0,6- 1,2 mg/dL Lebih
Elektrolit
Natrium 138, 4 135- 146 mmol/ L Normal
Kalium 5, 14 3, 4- 5, 4 mmol/ L Normal
Clorida 105, 0 95- 100 mmol/ L Lebih
1 Juni Albumin 2, 70 3, 5- 5, 5 g/dL Kurang
2020
c.Terapi (1/06/2020)
Tang Jenis Ru Dosis
gal Terapi te
Indik Furosemide IV 2 amp x 1 Sebagai diuretik yang digunakan
asi
untuk membuang cairan/ garam
1 Juni berlebih dalam tubuh
IV
2020 Digoxin 0, 125 mg x 1 Untuk mengobati aritmia dan
gagal jantung
IV
Lasic 40 mg x 3 Untuk mengatasi edema
IV
Valsartan 80 mg x 1 Untuk mengatasi hipertensi dan
gagal jantung
IV
Simarc 2 mg x 1 Untuk mencegah pengumpalan
darah seperti DVT/ emboli paru
ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa Data
No DO/ DS Problem Etiologi
1. DS : Penurunan Curah Jantung Perubahan preload
a. Pasien mengatakan bahwa merasakan sesak nafas
b. Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien
mengeluhkan sesak nafas selama 1 minggu yang lalu
c. Pasien mengatakan bahwa badannya terasa lemas
d. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien batuk kering
tidak ada dahak yang keluar
DO :
a. TD : 130/ 90 mmHg, S : 37,0 C, N : 98 x/mnt, RR : 25x/
mnt
b. Terdapat edema pada kedua tangan
c. Kulit pada kedua tangan lembab, kulit kaki kering
d. Urin output pasien pada tanggal 1 Juni 2020 : 350 cc
ter[asang DC
e. Pasien nampak sesekali gelisah
f. Hasil EKG tanggal 1 Juni 2020 menunjukan atrial
fibrilasi dengan rapid ventikular respon
g. Hasil RO Thorax tanggal 1 Juni menunjukan terdapat
efusi pleura sinistra, suspek efusi pleura dekstra,
bronkopneumenia, kardiomegali dengan udem pulmo,
aortascleriosis
2. DS : Kelebihan Volume Cairan Gangguan mekanisme
a. Pasien mengatakan bahwa merasakan sesak nafas regulasi (CHF)
b. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien batuk kering
tidak berdahak
c. Keluarga pasien mengatakan bahwa seminggu yang lalu
kedua tangan pasien bengkak dan mengeluarkan cairan
DO :
d. Auskultasi paru terdengar suara ronki
e. TD : 130/ 90 mmHg, S : 37,0 C, N : 98 x/mnt, RR : 25x/
mnt
f. Terdapat edema pada kedua tangan
g. Terdapat pengguanan otot bantu nafas
h. Hasil laboratorium pada tanggal 1 Juni 2020 pada darah:
Hb 11, 1 g/dL, Ht 32, 4 %
Pada elektrolit : Natrium 138, 4 mmol/L, Kalium 5, 14
mmol/L, Klorida 105 mmol/L
i. Hasil RO Thorax tanggal 20 Januari 2020 menunjukan
terdapat efusi pleura sinistra, suspek efusi pleura dekstra,
bronkopneumenia, kardiomegali dengan udem pulmo,
aortascleriosis
3. DS : Hambatan pertukaran gas Perubahan membrane
a. Pasien mengatakan bahwa terasa sesak saat bernafas alveolar- kapiler
DO :
b. Auskultasi paru terdengar suara ronki
c. TD : 130/ 90 mmHg, S : 37,0 C, N : 98 x/mnt, RR : 25x/
mnt
d. Terdapat edema pada kedua tangan
e. Terdapat pengguanan otot bantu nafas
f. Hasil laboratorium pada tanggal 19 Januari 2020 pada
darah: Hb 11, 1 g/dL, Ht 32, 4 %
Pada elektrolit : Natrium 138, 4 mmol/L, Kalium 5, 14
mmol/L, Klorida 105 mmol/L
g. Hasil EKG tanggal 1 Juni 2020 menunjukan atrial
fibrilasi dengan rapid ventikular respon
h. Hasil RO Thorax tanggal 1 Juni menunjukan terdapat
efusi pleura sinistra, suspek efusi pleura dekstra,
bronkopneumenia, kardiomegali dengan udem pulmo,
aortascleriosis
Diagnosa Keperawatan :
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan preload
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (CHF)
3. Hambatan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar – kapiler.
Implementasi Keperawatan :
No Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1. 1 Juni Mengevaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, S : Pasien mengatakan bahwa dadanya terasa sedikit
2020 lokasi, durasi) sesak
08.30 Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan Pasien menatakan bahwa badanya terasa lemah
WIB cardiac output O : KU pasien compomentis
Memonitor status kardiovaskuler tampak penggunaan otot bantu pernafasan
Memonitor status pernafasan yang TD : 130/ 90 mmHg, S : 37 C, N : 95 x/mnt, RR : 25x/
menandakan gagal jantung mnt, SpO2 95%
Memonitor adanya perubahan tekanan darah Tempak kedua tangan mengalami edema
Memonitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu Hasil EKG tanggal atrial fibrilasi dengan rapid ventikular Surya,
dan ortopneu respon yunita,
Memberikan terapi relaksasi : pengaturan Saturasi O2 pasien meningkat menjadi 97% setelah gita
posisi semi folwer diberikan pengaturan posisi semi folwer 45 .
A:
No Indikator S.A S.Ak Saat ini
2. Mentoleransi 3 1 2
aktivitas, tidak ada
kelelahan
4. Tidak ada 3 1 1
penurunan
kesadaran
1. Terbebas dari 3 1 2
edema, efusi, edema
anasakra
4. Terbebas dari 3 1 2
kelelahan,
kecemasan,
kebingungan
5. Menjelaskan 3 1 2
indikator kelebihan
cairan
1. Mendemostrasikan 1 3 2 Gita,
peningkatan Yunita,
ventilasi dan
oksigenasi yang Surya
adekuat
2. Memelihara 1 3 2
kebersihan paru dan
terbebas dari tanda
distres pernafasan
3. Mendemostrasikan 1 3 2
batuk efektif
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Priorits Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap Ny. S menurut
tingkat aktual, risiko, dan wellness, maka prioritas diagnose yang sesuai
dengan hasil pengkajian yang didapatkan adalah penurunan curah jantung.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang ada terkait dengan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien Ny.S dengan CHF di IGD RSUD
Wates dimana pada pasien CHF sangat rentan mengalami penurunan
saturasi oksigen yang dapat berakibat pada organ lainya dalam tubuh yang
biasanya ditandai dengan sesak nafas, selain itu pada pasien CHF juga
sangat rentan mengalami edema pada ekstermitas bahkan hingga
penumpukan cairan pada paru- parunya. Penanganan pada pasien harus
sesuai dengan kebutuhan pasien dimana dalam hal ini ditemukan dari hasil
pengkajian pasien. Pada pasien Ny. S didapatkan diagnose keperawatan
berupa penurunan curah jantung sehingga diterapkan pemberian posisi
tidur semi folwer 45 untuk meingkatkan nilai saturasi oksigen Ny. S.
Implementasi keperawatan yang diterapakan pada pasien Ny. P yang
dilakukan selama 1x 30 menit terdapat meingkatkan nilai saturasi oksigen
sebanyak 2%.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari -
Desember 2006. Semarang: UNDIP
Wijayati, S., Ningrum, D H., Putrono. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi Folwer
45 terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pasien Gagal Jantung Kongestif di
RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospital: Vol 6 (1)