PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau
kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan
(Suhardjo, 2003).
dasarnya status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan
1
keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis,
menilai status gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut
umur, dan berat badan menurut tinggi badan. Diantara beberapa macam
daya beli terutama untuk konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh tingkat
mempengaruhi status gizi pada anak yang merupakan faktor resiko yaitu
pendidikan orang tua yang rendah, pendapatan yang rendah, terlalu banyak
jumlah anggota keluarga, anak menderita infeksi yang akut atau kronis
seperti diare dan sanitasi di dalam dan di luar rumah yang tidak cukup baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
3
2. Bagi Puskesmas
Hasil laporan ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dalam
jurusan gizi dan bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
2. Waktu Pelaksanaan
Desember 2014.
3. Metode Pelaksanaan
4
Metode pelaksananan pada pengambilan data dasar adalah
wawancara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari
lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah
satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di
bawah satu tahun tidak termasuk kedalam golongan yang dikatakan balita.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun
5
2. Karakteristik
usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-
apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga
mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).
secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat
6
Kondisi kecukupan gizi tersebut sangatlah berpengaruh dengan kondisi
2006). Masa balita merupakan masa yang penting karena masa ini
memiliki tinggi tiga kaki, dan 6 inchi lebih tinggi ketika ia berusia 5 tahun.
5 tahun. Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan setiap anak, karena
faktor keturunan, efek pemberian nutrisi dan faktor lain yang dimiliki anak
dalam riwayat hidupnya. Pada usia ini otot-otot anak menjadi lebih kuat dan
tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras (Hawadi & Akbar 2006).
B. Status Gizi
1. Pengertian
Idrus dan Kunanto dalam Supariasa (2002) status gizi adalah suatu keadaan
pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan tinggi
badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
7
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
a. Faktor Langsung
8
mampu lebih tinggi dibandingkan dengan ornag kondisi
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan
9
konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang
b) Morbiditas
10
yang salah, serta lingkungan yang kotor semua bermula dari
c) Imunisasi
11
a) Pengetahuan
12
pengetahuan gizi terhadap makanan tidak selalu linier, artinya
b) Sosial-Ekonomi
13
peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan
c) Kesehatan Lingkungan
i. Keadaan Air
14
kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan
tersebut mati.
karbondioksida).
d) Pelayanan Kesehatan
Winarsih, 2005).
15
jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan
bermutu (Azwar,1999).
16
dihadapi, tidak bertentangan dengan adat istiadat,
iv. Terjangkau
17
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya
v. Mutu
all, 2002):
a. Antropometri
antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak
18
subkutan. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu
19
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
Sumber :
Khomsan, 2004
20
memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status
b. Klinis
c. Biokimia
21
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah,
d. Biofisik
dikonsumsi.
b. Statistik Vital
c. Faktor Ekologi
22
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
4. Parameter
manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas,
lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.
a. Umur
interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan
panjang tidak akan berari kalau penentuan umur yang salah. ngat
tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur
b. Berat Badan
jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh.
Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi
23
dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan
(Soetjiningsih 1998).
misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga
dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain
menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan
c. Tinggi Badan
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
24
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak yang
25
C. Kerangka Teori
Karakteristik Balita:
1. BB
2. TB
3. Umur
4. Jenis Kelamin
1. Daya beli
2. Jenis makanan Tingkat Konsumsi
3. Frekuensi makan Makanan
Faktor
1. Jenis penyakit
Langsung Morbiditas
2. Frekuensi
1. Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
2. Pola pikir n
1. Jenis pekerjaan
Faktor 2. Pendapatan Sosial-
3. Pengeluaran Ekonomi
Tidak
Langsung
1. Kebersihan rumah Kesehatan
2. Higiene dan Sanitasi Lingkungan
1. Akses Pelayanan
2. Jarak Kesehatan
3. Keberadaan
26
Gambar 1. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sosial - Ekonomi
Kesehatan Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik
yaitu berupa pengamatan dan pemantauan terhadap obyek yang diteliti dengan
Kabupaten Boyolali.
a. Populasi
yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu
28
yang memiliki bayi/ balita di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali
b. Sampel
balita yang diambil dengan cara Purposive Sampling. Sampel yang diambil
D. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas:
1. Pengetahuan
2. Tingkat Pendidikan
3. Sosial - Ekonomi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pelayanan Kesehatan
7. Kesulitan Makan
b. Variabel Terikat:
1. Status Gizi
29
E. Definisi Operasional
30
kuesioner.
1. Jenis Data
a. Data Primer.
identitas ibu dan anak, data tingkat pengetahuan ibu, data sosial ekonomi,
b. Data Sekunder
31
a. Wawancara kepada responden didasarkan pada pertanyaan yang ada
pada kuesioner.
b. Data berat badan dan tinggi badan didapatkan dari hasil pengukuran
a. Instrumen Penelitian
h) Data berat badan dan tinggi badan dikumpulkan dengan cara antropometri
b. Alat
a) Dacin
c) Baby Scale
32
d) Microtoice
1. Tahap Persiapan
a) Mempersiapkan kuesioner.
b) Mempersiapkan alat.
2. Tahap Pelaksanaan
balita.
3. Tahap Penyelesaian
I. Pengolahan Data
33
Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
1. Editing
2. Scoring
3. Coding
34
3) Lebih, jika Z-Score > 2 SD
2) Tidak Baik, jika rumah jarang disapu dan lantai tidak keramik.
4. Entry
5. Tabulating
35
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
meliputi: data umur ibu dan balita, jenis kelamin balita, pendidikan ibu,
balita.
2. Analisis Bivariat
masalah yang diajukan, yaitu apakah ada hubungan status gizi balita dengan
Pearson, jika data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji hubungan
36
BAB IV
A. Karakteristik Desa
Desa Sobokerto merupakan salah satu desa atau kelurahan yang ada
dijangkau dari pusat kecamatan sejauh 8 km, dan dari kabupaten sejauh 23
km dengan luas wilayah sebesar 497,4415 Ha. Desa yang terletak di sebelah
barat Bandara Adi Soemarmo ini sebagian lahannya masih menjadi milik
bandara.
37
4. Sebelah utara berbatasan dengan desa Nogosari.
sebanyak 5632 orang dengan perincian 2807 laki-laki dan 2825 perempuan.
tani dan tani. Jumlah keluarga yang bekerja disektor pertanian berjumlah 961
KK dan jumlah keluarga bekerja di sector non pertanian berjumlah 2883 KK.
Mayoritas lulusan tingkat pendidikan paling tinggi adalah SLTP dan SLTA.
berjumlah 3 jiwa, angka kematian bayi 2%, jumlah kelahiran hidup 52 jiwa,
rata-rata anak yang dilahirkan hidup 50 jiwa, rata-rata anak yang masih hidup
58 jiwa.
B. Karakteristik Responden
1. Paritas
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
38
Dari tabel diatas, diketahui mayoritas pekerjaan ibu balita
55%.
6. Pengetahuan Ibu
7. Rata-rata Energi
sebanyak 1,7%.
8. Rata-rata Protein
39
sebanyak 80%, rata-rata protein cukup sebanyak 11,7%, rata-rata
9. Rata-rata Lemak
lemak pada balita dengan kategori kurang sebanyak 96,7% dan rata-
sebanyak 5%.
40
14. Status Gizi
status gizi normal sebanyak 76,7% dan status gizi lebih sebesar
3,3%.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu dengan Status Gizi
Pendidikan Ibu
Status Gizi P Kesimpulan
Dasar Lanjut Total
n % n % n %
Kurang 6 10 6 10 12 20 0,235 Tidak terdapat
Normal 18 30 28 47 46 77 hubungan
Lebih 0 0 2 3 2 3
Total 24 40 36 60 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,235 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
status gizi bayi/ balita.
41
2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah dengan Status Gizi
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah
Pendidikan Ayah
Status Gizi P Kesimpulan
Dasar Lanjut Total
n % n % n %
Kurang 4 7 8 13 12 20 0,902 Tidak terdapat
Normal 8 13 28 47 36 60 hubungan
Lebih 0 0 2 3 2 3
Total 12 20 38 80 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,902 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan
status gizi bayi/ balita.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga
Status P Kesimpulan
Pendapatan Keluarga
Gizi
< UMR UMR > UMR Total
n % n % n % n %
Kurang 8 13 0 0 4 7 12 20 0,431 Tidak
Normal 24 40 2 3 20 33 46 77 terdapat
Lebih 1 2 0 0 1 2 2 3 hubungan
Total 33 55 2 3 25 42 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,431 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan
status gizi bayi/ balita.
42
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Ibu P Kesimpulan
Status
Baik Cukup Kurang Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 2 3 9 15 1 2 12 20 0,160 Tidak
Normal 24 40 19 32 3 5 46 77 terdapat
Lebih 0 0 2 3 0 0 2 3 hubungan
Total 26 43 30 50 4 7 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,160 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
gizi bayi/ balita.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Rata-rata Energi
Rata-rata Energi
Status P Kesimpulan
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 11 18 1 2 0 0 12 20 0,304 Tidak
Normal 45 75 0 0 1 2 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 58 96 1 2 1 2 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,304 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata energi dengan status gizi
bayi/ balita.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Rata-rata Protein
43
Rata-rata Protein P Kesimpulan
Status
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 8 13 3 5 1 2 12 20 0,196 Tidak
Normal 38 63 4 7 4 7 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 48 79 7 12 5 9 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,196 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata protein dengan status
gizi bayi/ balita.
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Rata-rata Lemak
Status Rata-rata Lemak P Kesimpulan
Gizi Kurang Cukup Tinggi Total
n % n % n % n %
Kurang 12 20 0 0 0 0 12 20 0,580 Tidak
Normal 44 73 2 3 0 0 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 58 97 2 3 0 0 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,580 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata lemak dengan status gizi
bayi/ balita.
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Rata-rata Karbohidrat
Status Rata-rata Karbohidrat P Kesimpulan
44
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 10 17 1 2 1 2 12 20 0,137 Tidak
Normal 44 73 0 0 2 3 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 56 93 1 2 3 5 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,137 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata karbohidrat dengan
status gizi bayi/ balita.
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,056 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata pelayanan kesehatan
dengan status gizi bayi/ balita.
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
45
Status Kesehatan Lingkungan P Kesimpulan
Gizi Baik Tidak Baik Total
n % n % n %
Kurang 6 10 6 10 12 20 0,707 Tidak terdapat
Normal 27 45 19 32 46 77 hubungan
Lebih 1 2 1 1 2 3
Total 34 57 26 43 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,707 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara kesehatan lingkungan dengan
status gizi bayi/ balita.
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Kesulitan Makan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,062 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara kesulitan makan dengan status
gizi bayi/ balita.
D. Identifikasi Masalah
Dari hasil pembahasan analisa, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan berikut ini:
46
1. Tingkat konsumsi energi bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 96,7% bayi/ balita asupan energinya masih
kurang.
2. Tingkat konsumsi protein bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 80% bayi/ balita asupan proteinnya masih
kurang.
3. Tingkat konsumsi lemak bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 96,7% bayi/ balita asupan lemaknya masih
kurang.
4. Tingkat konsumsi karbohidrat bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat
dari data frekuensi sebesar 93,3% bayi/ balita asupan karbohidratnya
masih kurang.
5. Sebagian besar balita mengalami kesulitan makan. Dibuktikan dengan
frekuensi kesulitan makan sebesar 83,3%.
6. Status gizi kurang pada balita masih cukup tinggi. Dibuktikan dengan
20% balita memiliki status gizi kurang.
7. Kesehatan lingkungan masih kurang. Dibuktikan dengan 43,3%
responden memiliki kesehatan lingkungan yang tidak baik.
Skor
No Masalah U S G Peringkat
Total
1 Asupan energy, protein, lemak, 5 5 5 15 I
dan karbohidrat masih kurang
2 Kesulitan makan 5 5 3 13 III
3 Status gizi kurang 5 5 4 14 II
Keterangan:
U (Urgency) : mendesaknya kondisi masalah gizi/ kesehatan yang
harus dipenuhi.
47
S (Seriousness) : tingkat kegawatan kondisi masalah gizi atau
kesehatan yang terjadi
G (Growth) : status pertumbuhan/ perkembangan kondisi masalah
gizi atau kesehatan yang terjadi
AKIBAT
AKIBAT
SEBAB
48
b. Asupan Protein Kurang
AKIBAT
MASALAH UTAMA
SEBAB
AKIBAT
AKIBAT
49
Penganekaragaman pangan rendah Kesulitan makan
SEBAB
AKIBAT
MASALAH UTAMA
SEBAB
e. Kesulitan Makan
AKIBAT
AKIBAT
50
Terjadi kesulitan makan pada balita
MASALAH UTAMA
SEBAB
AKIBAT
AKIBAT
Penganekaragaman
pangan rendah Kesulitan makan
SEBAB
g. Kesehatan Lingkungan
51
AKIBAT
AKIBAT
SEBAB
52
Asupan protein pada bayi/ balita tercapai
secara optimal
53
Asupan karbohidrat pada bayi/ balita tercapai
secara optimal
e. Kesulitan Makan
54
Malnutrisi teratasi
g. Kesehatan Lingkungan
55
4. Analisis Pohon Alternatif
a. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Energi Kurang
Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang
Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT
56
b. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Protein Kurang
Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang
Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT
57
c. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Lemak Kurang
Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang
Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT
58
d. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Karbohidrat Kurang
Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang
Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT
59
e. Alternatif Pemecahan Masalah Kesulitan Makan
Penganekaragaman
pangan yang baik dan
seimbang
Demo masak
60
f. Alternatif Pemecahan Masalah Status Gizi Kurang
Malnutrisi teratasi
Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang
Konseling gizi
pada ibu balita
gizi kurang
61
g. Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan
Penyebaran penyakit
melalui lingkungan dapat
dihambat
Pengetahuan mengenai
kesehatan dan kebersihan
lingkungan meningkat
62
63
5. Matriks Kegiatan
Kegiatan:
a. Penyuluhan gizi
b. Demo masak
c. Pemberian PMT
d. Konseling Gizi pada Ibu Balita Gizi Kurang
e. Penyuluhan mengenai Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan
Waktu
Sumber
Kegiatan Aspek Rencana Indikator Pelaksana dan Dana
Bukti
Tempat
64
penyuluhan. 2012
65
SDM, sarana digunakan UMS
Alat: angkatan
Peralatan masak 2012
Pemberian PMT Tujuan: Tujuan tercapai Laporan Mahasiswa 3 kali Rp. 900.000
Memenuhi secara optimal kegiatan D3 Gizi dalam 1
kecukupan energi, angkatan bulan,
protein, lemak, dan 2012 door to
karbohidrat door ke
rumah
Sasaran: 120 balita Daftar balita Mahasiswa balita
Balita mendapatkan yang D3 Gizi
PMT menerima angkatan
PMT 2012
66
dan makanan tambahan angkatan
tambahan. 2012
Konseling Gizi Tujuan: Tujuan tercapai Laporan Mahasiswa 2 kali Rp. 50.000
pada Ibu Balita Meningkatkan secara optimal kegiatan D3 Gizi untuk
Gizi Kurang pengetahuan gizi dan angkatan setiap ibu
memberi masukan 2012 balita gizi
mengenai gizi pada kurang
ibu balita gizi kurang
67
konseling gizi 2012
68
Lingkungan mengenai kesehatan optimal angkatan
dan kebersihan 2012
lingkungan
69
70
BAB V
A. Pendahuluan
makan pada balita, status gizi kurang yang cukup tinggi, dan kurangnya
71
B. Plan of Action (POA)
Rencana implementasi gizi dapat dilihat dalam tabel Plan of Action (POA) berikut ini:
Metode,
Alat dan Rencana Tim
No Permasalahan Program Kerja Tujuan Waktu, Sasaran
Bahan Dana Pelaksana
Tempat
1 Asupan energi, protein, 1. Penyuluhan Meningkatkan M: ceramah leaflet dan Ibu balita Rp. 400.000 Mahasiswa
lemak, dan karbohidrat gizi pengetahuan dan diskusi lembar
masih kurang seimbang mengenai gizi W: 2 kali balik
seimbang dalam
sebulan
T: rumah
kader
2. Demo masak Meningkatkan M: praktek peralatan Ibu balita Rp. 120.000 Mahasiswa
kreatifitas pada langsung dapur
ibu balita W: 1 kali
dalam dalam
mengolah sebulan
makanan T: rumah
kader
3. Pemberian Memenuhi M: pemberian susu Balita Rp. 800.000 Mahasiswa
PMT kecukupan secara kedelai,
energi, protein, langsung bolu kukus,
lemak, dan W: 3 kali agar-agar
karbohidrat dalam
sebulan
T: door to
door
2 Kesulitan makan 1. Demo masak Meningkatkan M: praktek peralatan Ibu balita Rp. 120.000 Mahasiswa
kreatifitas pada langsung dapur
ibu balita W: 1 kali
dalam dalam
mengolah sebulan
makanan T: rumah
72
kader
3 Status gizi kurang 1. Konseling Meningkatnya M: wawancara formulir Ibu balita Rp. 42.000 Mahasiswa
gizi pada ibu pengetahuan dan diskusi konsultasi,
balita gizi gizi pada ibu W: 3 kali leaflet
kurang balita gizi dalam
kurang sebulan
T: door to
door rumah
orangtua
balita gizi
kurang
4 Kesehatan Lingkungan 1. Penyuluhan Meningkatnya M: ceramah leaflet, Ibu balita Rp. 184.000 Mahasiswa
mengenai pengetahuan dan diskusi lembar dan
kesehatan mengenai W: 1 kali balik masyara
dan kesehatan dan dalam kat umum
kebersihan kebersihan sebulan
lingkungan lingkungan T: rumah
kader
c. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita mengenai gizi seimbang
d. Materi : (terlampir)
73
f. Metode : Ceramah dan diskusi
i. Dana :
j. Evaluasi :
2. Demo Masak
74
d. Materi : (terlampir)
h. Alat dan bahan : Kompor, gas, chopper, pengukus, wajan, piring, sendok, pisau, talenan, ikan segar, wortel,
i. Dana :
75
j. Evaluasi :
3. Pemberian PMT
c. Tujuan : Meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada balita
d. Materi :-
e. Sasaran : Balita
h. Alat dan bahan : susu kacang ijo, susu kedelai, agar-agar, bolu kukus
76
i. Dana :
j. Evaluasi :
3) Output : Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada balita meningkat.
c. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita mengenai gizi seimbang
d. Materi : (terlampir)
77
f. Metode : Wawancara dan diskusi
i. Dana :
j. Evaluasi :
78
5. Penyuluhan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan
Masyarakat Beriman.
d. Materi : (terlampir)
79
i. Dana :
j. Evaluasi :
1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.
meningkat.
80
D. Tabel Evaluasi/ Hipopoc
Demo Masak 1. Waktu 1. Memberikan undangan Ibu balita dan 1. Ibu bayi/ balita kreatif
2. Dana kepada ibu balita kader-kader dalam mengolah
3. Tenaga 2. Pendaftaran/ mengisi absensi Posyandu makanan
4. Fasilitas 3. Pembukaan oleh kader 2. Kesulitan makan pada
5. Peralatan 4. Mempraktekkan/ melakukan balita teratasi
6. Metode demo masak Nugget Ikan
7. Sasaran Sayuran
5. Kader mencicipi Nugget
6. Tanya jawab
7. Penutupan oleh kader
Pemberian Makanan 1. Waktu 1. Mendata nama balita dan nama > 60 balita 1. Asupan energi, protein,
Tambahan 2. Dana ibu balita lemak, dan karbohidrat
3. Tenaga 2. Mencari alamat orangtua balita meningkat.
4. Fasilitas 3. Memberikan PMT
5. Peralatan
6. Metode
7. Sasaran
Konsultasi Gizi pada 1. Waktu 1. Mendata nama balita dan nama Ibu balita gizi 1. Pengetahuan ibu
81
Balita Gizi Kurang 2. Dana ibu balita gizi kurang kurang meningkat
3. Tenaga 2. Mencari alamat orangtua balita 2. Asupan energi, protein,
4. Fasilitas 3. Melakukan konsultasi gizi lemak, karbohidrat
5. Peralatan menggunakan formulir konsultasi tercukupi
6. Metode dan sharing keluhan ibu 3. Kesulitan makan teratasi
7. Sasaran mengenai gizi balita 4. Status gizi menjadi
normal
Penyuluhan 1. Waktu 1. Memberikan undangan kepada Ibu balita dan 1. Pengetahuan mengenai
Kesehatan dan 2. Dana ibu balita masyarakat kesehatan dan
Kebersihan 3. Tenaga 2. Pendaftaran/ mengisi absensi umum kebersihan lingkungan
Lingkungan 4. Fasilitas 3. Pembukaan oleh kader meningkat
5. Peralatan 4. Pemberian materi penyuluhan
6. Metode 5. Tanya jawab
7. Sasaran 6. Penutupan oleh kader
82
BAB VI
1. Lokasi
2. Waktu
B. Sasaran
Sobokerto.
melakukan penyuluhan, ibu balita diberikan soal pre test yang terdiri
dari 5 buah soal. Setelah penyuluhan, dibuka sesi tanya jawab dan
diskusi dengan ibu balita yang hadir. Sesi tanya jawab dan diskusi
83
berlangsung selama 20 menit. Setelah selesai, ibu balita diberikan soal
penyuluhan ini adalah ibu balita yang telah diundang untuk mengikuti
pre test yang terdiri dari 5 buah soal. Setelah penyuluhan, dibuka sesi
tanya jawab dan diskusi yang berlangsung selama 30 menit. Ibu balita
sangat antusias dalam sesi diskusi ini. Setelah itu, ibu balita diberikan
soal post test. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah
tanggal 22 Maret 2015 di rumah salah satu kader posyandu saat arisan
adalah Nugget Ikan Sayuran. Ibu-ibu terlihat sangat antusias, hal ini
terlihat dari banyaknya ibu-ibu yang mencatat bahan dan setiap tahap
84
cara pembuatan Nugget Ikan Sayuran. Setelah nugget matang, ibu-ibu
desa Sobokerto:
PMT yang diberikan berupa susu kedelai, bolu kukus, dan agar-agar.
85
yang menjadi responden pada saat pengambilan data dasar. PMT
adalah ibu balita dan masyarakat umum yang telah diundang untuk
penyampaian materi dimulai, setelah itu dibuka sesi tanya jawab dan
antusias dalam sesi tanya jawab dan diskusi. Penyuluhan selesai tepat
pada pukul 17.30. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah
86
D. Alat dan Instrument Pelaksanaan Implementasi Program Gizi
2. Demo Masak
dapur.
kompor gas.
a. Media : Leaflet.
gizi kurang.
87
BAB VII
88
B. Kegiatan Plan Of Action
89
2. Kegiatan Demo Masak
90
b. Pemberian PMT di Cengklik
91
4. Kegiatan Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang
92
c. Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang di Tempel
93
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita di Desa Sobokerto ada dua
lingkungan.
94
8. Mayoritas pengeluaran pangan dalam sebulan berkisar antara 500.000 –
1.000.000.
17. Terdapat lebih dari 20% balita yang memiliki status gizi kurang.
konsultasi gizi pada ibu balita gizi kurang, dan penyuluhan kesehatan dan
kebersihan lingkungan.
95
21. Program konsultasi gizi bagi ibu balita gzi kurang dilaksanakan untuk
masyarakat.
B. Saran
nafsu makannya.
96