Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau

yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi

keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita (0 - 5

tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat

kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan

gizi (Djaeni, 2000). Di negara berkembang anak-anak umur 0 – 5 tahun

merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya

menderita bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah

(Suhardjo, 2003).

Menurut Riyadi (2001) status gizi merupakan keadaan kesehatan

tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan, (absorbsi) dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Pada

dasarnya status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan

dapat dimonitor dari pertumbuhan fisik anak.

Menurut Riyadi (2001), salah satu metode yang sering digunakan

dalam penilaian status gizi yaitu metode antropometri. Metode ini

menggunakan pengukuran-pengukuran dimensi fisik dan komposisi tubuh.

Keuntungan dari pengukuran tersebut sangat bermanfaat terutama pada

1
keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis,

pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan derajat gizi.

Indikator atau indeks antropometri yang umum digunakan untuk

menilai status gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut

umur, dan berat badan menurut tinggi badan. Diantara beberapa macam

indeks antropometri, berat badan menurut umur merupakan indikator yang

paling umum digunakan. (Supariasa,2002)

Status gizi menurut Husaini (1977) ditentukan oleh banyak faktor,

yang sering dikelompokkan kedalam penyebab langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan

infeksi, sedangkan secara tidak langsung dapat disebabkan oleh rendahnya

daya beli terutama untuk konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan

serta berbagai factor lainnya. Faktor tidak langsung yang dapat

mempengaruhi status gizi pada anak yang merupakan faktor resiko yaitu

pendidikan orang tua yang rendah, pendapatan yang rendah, terlalu banyak

jumlah anggota keluarga, anak menderita infeksi yang akut atau kronis

seperti diare dan sanitasi di dalam dan di luar rumah yang tidak cukup baik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

2
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

yang terdapat di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Boyolali menggunakan kuesioner.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden dan sampel.

b. Mendeskripsikan identitas diri responden.

c. Mendeskripsikan sosial – ekonomi.

d. Mendeskripsikan status gizi.

e. Mendeskripsikan tingkat konsumsi pangan.

f. Mendeskripsikan kesehatan lingkungan.

g. Mendeskripsikan pelayanan kesehatan.

h. Mendeskripsikan kesulitan makan pada balita.

i. Menganalisis tingkat pengetahuan dengan status gizi anak balita.

j. Menganalisis tingkat sosial ekonomi dengan status gizi balita.

k. Menganalisis tingkat konsumsi pangan dengan status gizi balita.

l. Menganalisis tingkat pelayanan kesehatan dengan status gizi balita

m. Menganalisis hubungan kesulitan makan dengan status gizi balita.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Untuk penyusunan dan pengembangan kebijakan dalam bidang

pelayanan kesejahteraan keluarga.

3
2. Bagi Puskesmas

Menambah informasi mengenai data kesehatan di Desa Sobokerto

Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

3. Bagi Masyarakat Desa

Hasil laporan ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dalam

memberikan makanan bergizi yang berpengaruh dalam status gizi anak

dan upaya pencegahan munculnya masalah gizi dan kesehatan

khususnya kejadian penyakit tertentu.

4. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sebagai tambahan kepustakaan khususnya untuk mahasiswa

jurusan gizi dan bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian

selanjutnya.

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat atau Lokasi

Pengambilan Data Dasar ini dilaksanakan di Desa Sobokerto

Kecamatan Ngempalak Kabupaten Boyolali.

2. Waktu Pelaksanaan

Pengambilan Data Dasar ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 17

Desember 2014.

3. Metode Pelaksanaan

4
Metode pelaksananan pada pengambilan data dasar adalah

wawancara.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian

Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari

lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam

golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah

satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak di

bawah satu tahun tidak termasuk kedalam golongan yang dikatakan balita.

Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas

menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan

dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami

perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus

disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-

5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun

yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia

prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).

5
2. Karakteristik

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak

usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-

3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari

apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari

masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif

besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang

usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi

kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul

dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami

beberapa perubahan dalam perilaku.

Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga

mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini

berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas

yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.

Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami

gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak

secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat

sehingga memerlukan asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhannya.

6
Kondisi kecukupan gizi tersebut sangatlah berpengaruh dengan kondisi

kesehatannya secara berkesinambungan pada masa mendatang (Muaris

2006). Masa balita merupakan masa yang penting karena masa ini

merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada akhir usia 3 tahun, seorang anak

memiliki tinggi tiga kaki, dan 6 inchi lebih tinggi ketika ia berusia 5 tahun.

Berat badannya kira-kira 15 kg dan diharapkan menjadi 20 kg saat ia berusia

5 tahun. Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan setiap anak, karena

faktor keturunan, efek pemberian nutrisi dan faktor lain yang dimiliki anak

dalam riwayat hidupnya. Pada usia ini otot-otot anak menjadi lebih kuat dan

tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras (Hawadi & Akbar 2006).

B. Status Gizi

1. Pengertian

Menurut Almatsier (2004) status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan menurut

Idrus dan Kunanto dalam Supariasa (2002) status gizi adalah suatu keadaan

keseimbangan konsumsi pangan sehingga dapat diekspresikan.

Menurut Beck (2000) status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam

pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan tinggi

badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.

7
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data

antropometri serta biokimia dan riwayat diit.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

a. Faktor Langsung

a) Tingkat Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan

jumlah pangan yang di makan seseorang atau sekelompok

orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu.

Konsumsi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang

diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai

sumber energi dan zat gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam

jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap

kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung

pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan,

iklim, dan aktivitas fisik (Almatsir, 2004)

Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat

kecukupan konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan

semakin besar kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi.

Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi

8
mampu lebih tinggi dibandingkan dengan ornag kondisi

ekonomi lemah. Hal ini di sebabkan orang deengan kondisi

ekonomi yang lemah memiliki daya beli yang rendah sehingga

tidak dapat mengkonsumsi maknan dengan frekuensi yang

ukup. Ketiadaan pangan dapt mengakibatkan berkurangnya

asypan seseorang (Arisman, 2009).

Pada anak balita, perhatian terhadap pangan menurun secara

makin nyata dan baru hilang setelah beberapa bulan sampai

beberapa tahun. Kesukaan serta ketidaksukaan terhadap

pangan berubah dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu.

Selera makan biasanya tidak bisa diperkirakan.

Bisa makan lahap pada waktu makan pertama tetapi menolak

pada waktu makan berikutnya. Keluhan sebagian besar orang

tua bahwa anak paling sulit makan malam. Ada kemungkinan

bahwa seorang anak yang telah makan 2 kali dan mendapat

beberapa jenis jajanan atau kudapan, telah terpenuhi

kebutuhan energi dan zat-zat gizinya, sebelum waktu makan

malam (Nasoetion dan Wirakusumah 1990).

Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan

usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif

artinya pada usia1-3 tahun makanan yang dikonsumsi

tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan

9
konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang

disukainya (Supriatin 2004).

b) Morbiditas

Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

(2009), morbiditas atau kesakitan merupakan salah satu

indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan

penduduk. Semakin tinggi morbiditas, menunjukkan derajat

kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin

rendah morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat kesehatan

penduduk yang semakin baik. Pengertian morbiditas

(kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila

keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas

sehari-hari yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti

bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara

normal sebagaimana biasanya. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan oleh ahli kesehatan, morbiditas (kesakitan)

disebabkan karena sakit sindrom gawat napas neonatus,

tuberkulosis dan diare (Pediatri, 2012). Penyakit asma,

tuberkulosis dan diare menimbulkan dampak negatif pada

kehidupan pasien, menyebabkan anak sering tidak masuk

sekolah, membatasi aktivitas pribadi maupun keluarga dan

penurunan produktivitas kerja (Pediatri, 2009) . Penyakit-

penyakit tersebut muncul karena gaya hidup dan pola makan

10
yang salah, serta lingkungan yang kotor semua bermula dari

minimnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan itu

sendiri baik tentang gizi maupun lingkungan.

c) Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,

sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang

serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008, p10).

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi

berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit

tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum

kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003).

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan

penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)

atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari

dunia (Ranuh, 2008, p10) .

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut

adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak

(measles), polio dan tuberkulosis. (Notoatmodjo, 2003).

b. Faktor Tidak Langsung

11
a) Pengetahuan

Secara tidak langsung, pengetahuan gizi ibu akan

mempengaruhi status gizi balita, karena dengan

pengetahuannya para ibu dapat mengasuh dan memenuhi gizi

anak balitanya, yang pada gilirannya dapat menjamin asupan

gizi anak. Menurut Nasar (2010), banyak orang tua yang

memberikan makan kepada anak-anak sebatas supaya

kenyang, sementara komposisinya tidak disesuaikan dengan

kebutuhan gizinya Rendahnya pendidikan juga seringkali

melahirkan kebiasaan, kepercayaan, pantangan, dan tahayul

yang keliru. Adanya pantangan mengonsumsi makanan

tertentu yang salah dalam pemberian makan anak akan

sangat merugikan dan menghilangkan kesempatan anak

untuk mendapat asupan gizi yang cukup. Oleh karena itu,

pendidikan dan pengetahuan gizi sangat diperlukan untuk

mengubah sikap dan perilaku sehat tentang berbagai jenis

pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting bagi

ibu rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan

keadaan gizi setiap anggota keluarga.

Sebab penting lain dari gangguan gizi adalah

kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk

menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari

(Suhardjo 2005). Menurut Sanjur (1982), pengaruh

12
pengetahuan gizi terhadap makanan tidak selalu linier, artinya

semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu, belum tentu

konsumsi makan menjadi baik. Konsumsi jarang dipengaruhi

oleh pengetahuan gizi tersendiri, tetapi merupakan interaksi

dengan sikap dan keterampilan.

b) Sosial-Ekonomi

Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi

adalah suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan sebagai tolak ukur. Menurut pendapat Junaidi

(1999), keluarga adalah individu dengan jati diri yang khas

yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat

individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi

lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa,

kebangsaan, pendidikan dan lain-lain. Perkembangan

intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu

seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah

keluarga. Hal – hal semacam inilah yang sering menimbulkan

masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Oleh

karena itu adalah bijaksana kalau dilihat dan dikembalikan

13
peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan

skala prioritas yang pas.

Fungsi ekonomi yaitu : 1). kebutuhan makan dan

minum, 2). kebutuhan pakaian untuk menutup tubuh, 3).

Kebutuhan tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi

tersebut maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras

agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan

minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.

c) Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat

penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan

adalah tempat dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang

sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-

syarat lingkungan yang sehat.

Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu

kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan

mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam

keseimbangan ekologis. Jadi kesehatan lingkungan

merupakan bagian dari ilmu kesehatan mayarakat. Syarat-

syarat lingkungan yang sehat yaitu:

i. Keadaan Air

Air yang sehat adalah air yang tidak berbau,

tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan air tersebut,

14
kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan

suhu 100C, sehingga bakteri yang di dalam air

tersebut mati.

ii. Keadaan Udara

Udara yang sehat adalah udara yang

didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya

oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-zat

yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat

karbondioksida).

iii. Keadaan Tanah

Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik

untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar

oleh zat-zat logam berat.

d) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau

serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat

diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan

karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan

pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

persoalan konsumen (Gronroos, 1990 dalam Ratminto dan

Winarsih, 2005).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan

fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat

15
jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan

ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan

tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan

kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan

kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta

bermutu (Azwar,1999).

Azwar (1999) menjelaskan suatu pelayanan

kesehatan harus memiliki berbagai persyaratan pokok, yaitu:

persyaratan pokok yang memberi pengaruh kepada

masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap

penggunaan jasa pelayanan kesehatan, yakni:

i. Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan

Pelayanan yang baik adalah pelayanan

kesehatan yang tersedia dimasyarakat (acceptable)

serta berkesinambungan (sustainable). Artinya semua

jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan.

ii. Kewajaran dan Penerimaan Masyarakat

Pelayanan kesehatan yang baik adalah bersifat

wajar (appropriate) dan dapat diterima (acceptable)

oleh masyarakat. Artinya pelayanan kesehatan

tersebut dapat mengatasi masalah kesehatan yang

16
dihadapi, tidak bertentangan dengan adat istiadat,

kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat,

serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu keadaan

pelayanan kesehatan yang baik.

iii. Mudah Dicapai oleh Masyarakat

Pengertian dicapai yang dimaksud disini

terutama dari letak sudut lokasi mudah dijangkau oleh

masyarakat, sehingga distribusi sarana kesehatan

menjadi sangat penting. Jangkauan fasilitas pembantu

untuk menentukan permintaan yang efektif. Bila

fasilitas mudah dijangkau dengan menggunakan alat

transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan

banyak dipergunakan. Tingkat pengguna di masa lalu

dan kecenderungan merupakan indikator terbaik untuk

perubahan jangka panjang dan pendek dari

permintaan pada masa akan datang.

iv. Terjangkau

Pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan yang terjangkau (affordable) oleh

masyarakat, dimana diupayakan biaya pelayanan

tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

17
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya

mungkin dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.

v. Mutu

Mutu (kualitas) yaitu menunjukkan tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dan menunjukkan kesembuhan

penyakit serta keamanan tindakan yang dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan yang sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung.

1. Penilaian Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun

penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa et

all, 2002):

a. Antropometri

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur

antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak

18
subkutan. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu

pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang

dihubungkan dengan umur (Hartriyanti,Yayuk dan Triyanti, 2007).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah :

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat

sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini.

Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U dapat dilihat dari


Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U
Indeks BB/U Klasifikasi
>2 SD Lebih
-2 SD s/d +2 SD Baik
< -2 SD s/d -3 SD Kurang
< -3 SD Buruk
Sumber : Khomsan, 2004

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada

19
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti

berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak

dalam waktu yang relative lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka

indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton

dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di

samping memberikan gambaran status gizi masa lampau,

juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.

Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U dapat dilihat dari

Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U

Indeks TB/U Klasifikasi


≥ -2 SD Normal
< -2 SD Pendek / stunted

Sumber :

Khomsan, 2004

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan

tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat

badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan

dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah

20
memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status

gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk

menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB

adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB dapat dilihat

dari Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB

Indeks BB/TB Klasifikasi


>2 SD Gemuk
-2 SD s/d + 2 SD Normal
< -2 SD s/d -3 SD Kurus / wasted
<-3 SD Sangat kurus
Sumber : Khomsan, 2004

b. Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal

tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,

rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c. Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

21
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah,

beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

d. Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,

khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

2. Penilaian Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3

yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi

(Supariasa, et all 2002). Uraian dari ketiga hal tersebut adalah:

a. Survey Konsumsi Makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi.

b. Statistik Vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya

yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor Ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah

22
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

4. Parameter

Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh

manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas,

lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

(Supariasa, dkk, 2001).

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan

interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan

panjang tidak akan berari kalau penentuan umur yang salah. ngat

memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan

akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi

tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari.

Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur

dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh.

Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi

23
dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan

(Soetjiningsih 1998).

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat

Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat

perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam

penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,

hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke

waktu (Djumadias Abunain, 1990) dalam Atmarita, Soendoro, T. Jahari,

AB. Trihono dan Tilden, R. (2009).

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,

misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga

dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain

menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan

juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan

yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat. Pengukuran TB untuk anak balita yang sudah

dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi (microtoice) yang

24
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak yang

belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi (I Dewa

Nyoman Supariasa, 2002: 42). Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi

badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai

mencapai tinggi yang optimal. Tnggi badan dapat dihitung dengan

dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

25
C. Kerangka Teori

Karakteristik Balita:

1. BB
2. TB
3. Umur
4. Jenis Kelamin

1. Daya beli
2. Jenis makanan Tingkat Konsumsi
3. Frekuensi makan Makanan

Faktor
1. Jenis penyakit
Langsung Morbiditas
2. Frekuensi

1. Jenis penyakit Imunisasi


2. Frekuensi
Status Gizi

1. Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
2. Pola pikir n

1. Jenis pekerjaan
Faktor 2. Pendapatan Sosial-
3. Pengeluaran Ekonomi
Tidak
Langsung
1. Kebersihan rumah Kesehatan
2. Higiene dan Sanitasi Lingkungan

1. Akses Pelayanan
2. Jarak Kesehatan
3. Keberadaan

26
Gambar 1. Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sosial - Ekonomi

Kesulitan Makan Status Gizi

Kesehatan Lingkungan

Pelayanan Kesehatan

Tingkat Konsumsi Pangan

Gambar 2. Kerangka Konsep

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik

yaitu berupa pengamatan dan pemantauan terhadap obyek yang diteliti dengan

pendekatan cross sectional, karena untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi pada balita di desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak,

Kabupaten Boyolali.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali pada tanggal 11 sampai 17 Desember 2014.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu

28
yang memiliki bayi/ balita di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali

b. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel berjumlah 60

balita yang diambil dengan cara Purposive Sampling. Sampel yang diambil

memiliki kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Ibu balita bersedia menjadi responden.

2) Berusia 1 bulan sampai 5 tahun.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas:

1. Pengetahuan

2. Tingkat Pendidikan

3. Sosial - Ekonomi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pelayanan Kesehatan

6. Tingkat Konsumsi Pangan

7. Kesulitan Makan

b. Variabel Terikat:

1. Status Gizi

29
E. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Skala

Pengetahuan Hasil tahu ibu tentang faktor-faktor yang Ordinal


mempengaruhi status gizi pada bayi/ balita
yang diperoleh dari kuesioner.

Sosial - Ekonomi Indikator yang digunakan untuk mengukur Nominal


tingkat kemampuan atau daya beli makanan.

Kesehatan Suatu kondisi yang menggambarkan tingkat Nominal


Lingkungan kebersihan serta kesehatan lingkungan
disekitar tempat tinggal.

Pelayanan Fasilitas pelayanan yang disediakan bagi Nominal


Kesehatan masyarakat untuk mengontrol kesehatannya
serta mengobati keluhan kesehatan yang
diderita.

Tingkat Konsumsi Informasi tentang jenis dan jumlah pangan Rasio


Pangan yang di makan oleh bayi/ balita pada waktu
tertentu yang diperoleh dari form recall 3 x 24
jam dan form food frequency.
Kategori:
1. Kurang, jika asupan < 90%
2. Baik, jika asupan 90 – 120%
3. Lebih, jika asupan > 120%

Kesulitan Makan Masalah pada bayi/ balita berhubungan Nominal


dengan proses makan, yang diperoleh dari

30
kuesioner.

Status Gizi Keadaan anak yang mengacu pada Rasio


pertumbuhan berdasarkan berat badan, tinggi
badan/ panjang badan. Status gizi diperoleh
dari hasil pengukuran BB/U.
Kategori:
1. Kurang, jika Z-Score < -2 SD
2. Normal, jika Z-Score -2 sampa 2 SD
3. Lebih, jika Z-Score > 2 SD

F. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner

identitas ibu dan anak, data tingkat pengetahuan ibu, data sosial ekonomi,

data kesehatan lingkungan, data pelayanan kesehatan, data tingkat

konsumsi, dan data kesulitan makan

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data gambaran geografis,

demografi, dan karakteristik responden di Desa Sobokerto Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui door to door di desa Sobokerto

Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Adapun cara pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

31
a. Wawancara kepada responden didasarkan pada pertanyaan yang ada

pada kuesioner.

b. Data berat badan dan tinggi badan didapatkan dari hasil pengukuran

antropometri menggunakan bathroom scale/ timbangan injak, dacin, baby

scale, dan microtoice.

G. Instrumen dan Alat Penelitian

a. Instrumen Penelitian

a) Kuesioner untuk mengetahui identitas umum subjek penelitian.

b) Kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan.

c) Kuesioner untuk mengetahui data sosial ekonomi.

d) Kuesioner untuk mengetahui data kesehatan lingkungan.

e) Kuesioner untuk mengetahui data pelayanan kesehatan.

f) Kuesioner untuk mengetahui kesulitan makan pada balita.

g) Form untuk mengetahui tingkat konsumsi makanan.

h) Data berat badan dan tinggi badan dikumpulkan dengan cara antropometri

menggunakan dacin dan microtoice.

b. Alat

a) Dacin

b) Bathroom Scale/ Timbangan Injak

c) Baby Scale

32
d) Microtoice

H. Langkah-langkah Pengambilan Data

1. Tahap Persiapan

a) Mempersiapkan kuesioner.

b) Mempersiapkan alat.

c) Mengurus surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Door to door untuk melakukan wawancara berdasarkan kuesioner.

b) Melakukan recall 3 x 24 jam untuk mengetahui asupan makan bayi/

balita.

c) Melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB untuk mengetahui

status gizi bayi/ balita.

3. Tahap Penyelesaian

a) Melakukan pengecekan data identitas responden.

b) Melakukan entry data asupan makanan menggunakan software

Nutrisurvey untuk menghitung jumlah asupan.

c) Melakukan analisis data menggunakan program SPSS versi 17.0

d) Menyusun laporan pengambilan data dasar.

I. Pengolahan Data

33
Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah menggunakan

perangkat lunak komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Tahapan dalam pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Dilakukan untuk mengkaji dan meneliti data yang terkumpul, meliputi

data identitas, data hasil kuesioner, data recall 3 x 24 jam.

2. Scoring

Mengoreksi jawaban dari kuesioner form pengetahuan. Form

pengetahuan ibu terdiri dari 20 pertanyaan, setiap pertanyaan yang benar

diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.

3. Coding

Coding yaitu memberikan kode pada variabel untuk memudahkan

saat pengolahan data. Coding dilakukan pada data berikut:

a. Data pengetahuan, dengan pengkategorian:

1) Baik, apabila jawaban ≥ 80%

2) Cukup, apabila jawaban 60 – 80%

3) Kurang, apabila jawaban ≤ 60%

b. Data status gizi, dengan pengkategorian:

1) Kurang, jika Z-Score < -2 SD

2) Normal, jika Z-Score -2 sampa 2 SD

34
3) Lebih, jika Z-Score > 2 SD

c. Data tingkat konsumsi makan, dengan pengkategorian:

1) Kurang, jika asupan < 90%

2) Baik, jika asupan 90 – 120%

3) Lebih, jika asupan > 120%

d. Data pelayanan kesehatan, dengan pengkategorian:

1) Baik, jika responden jarang konsumsi obat warung.

2) Tidak baik, jika responden sering konsumsi obat warung.

e. Data kesehatan lingkungan, dengan pengkategorian:

1) Baik, jika rumah sering disapu dan lantai keramik

2) Tidak Baik, jika rumah jarang disapu dan lantai tidak keramik.

f. Data kesulitan makanan, dengan pengkategorian:

1) Ada, jika ada jawaban sering, selalu, sesekali

2) Tidak ada, jika tidak mengalami kesulitan makan.

4. Entry

Entry merupakan memasukkan data-data yang telah diberi kode

untuk diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

5. Tabulating

Mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti, meliputi data

pengetahuan, status gizi, tingkat asupan makanan, pelayanan kesehatan,

kesehatan lingkungan, kesulitan makan.

35
J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

meliputi: data umur ibu dan balita, jenis kelamin balita, pendidikan ibu,

pendidikan ayah, pendapatan keluarga, pengeluaran pangan, pengetahuan

ibu, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesulitan makan pada

balita.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk menguji hipotesis dan menjawab rumusan

masalah yang diajukan, yaitu apakah ada hubungan status gizi balita dengan

pendidikan ibu, pendidikan ayah, pendapatan keluarga,pengeluaran pangan,

pengetahuan gizi ibu, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesulitan

makan balita. Pelaksanaan pembuktin hipotesis digunakan uji statistik

menggunakan program SPSS 17.0. Data dilakukan uji normalitas terlebih

dahlu menggunakan Uji Kolmogorov – Smirnov, kemudian jika data

terdistribusi normal maka dilakukan uji hubungan menggunakan Korelasi

Pearson, jika data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji hubungan

menggunakan Rank – Spearman.

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa

Desa Sobokerto merupakan salah satu desa atau kelurahan yang ada

di kecamatan Ngemplak, kabupaten Boyolali. Desa Sobokerto ini apabila

dijangkau dari pusat kecamatan sejauh 8 km, dan dari kabupaten sejauh 23

km dengan luas wilayah sebesar 497,4415 Ha. Desa yang terletak di sebelah

barat Bandara Adi Soemarmo ini sebagian lahannya masih menjadi milik

bandara.

Batas-batas wilayah desa Sobokerto adalah:

1. Sebelah barat berbatasan dengan desa Sambi.

2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Ngesrep.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Ngesrep.

37
4. Sebelah utara berbatasan dengan desa Nogosari.

Jumlah penduduk yang menempati desa Sobokerto pada tahun 2013

sebanyak 5632 orang dengan perincian 2807 laki-laki dan 2825 perempuan.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Sobokerto adalah buruh

tani dan tani. Jumlah keluarga yang bekerja disektor pertanian berjumlah 961

KK dan jumlah keluarga bekerja di sector non pertanian berjumlah 2883 KK.

Mayoritas lulusan tingkat pendidikan paling tinggi adalah SLTP dan SLTA.

Ditahun 2013, jumlah kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun

berjumlah 3 jiwa, angka kematian bayi 2%, jumlah kelahiran hidup 52 jiwa,

rata-rata anak yang dilahirkan hidup 50 jiwa, rata-rata anak yang masih hidup

58 jiwa.

B. Karakteristik Responden
1. Paritas

Dari data Frekuensi Paritas diketahui bahwa paritas 1

sebanyak 35%, paritas 2 sebanyak 45%, paritas 3 sebanyak 15%,

paritas 4 sebanyak 1,7%, paritas 5 sebanyak 1,7%, paritas 6

sebanyak 1,7%. Paritas terbesar yaitu 2 sebanyak 45%.

2. Pendidikan

Berdasarkan data frekuensi pendidikan, mayoritas ibu dan

ayah balita di desa Sobokerto berpendidikan lanjut (SMA hingga PT)

dengan prosentase 60% dan 63,3%.

3. Pekerjaan

38
Dari tabel diatas, diketahui mayoritas pekerjaan ibu balita

termasuk dalam kategori lain-lain sebesar 36,7% dan pekerjaan ayah

balita mayoritas sebagai karyawan swasta/ pabrik sebesar 40%.

4. Pendapatan Keluarga dalam Sebulan

Berdasarkan data frekuensi pendapatan keluarga dalam

sebulan, mayoritas memiliki pendapatan di bawah UMR yaitu sebesar

55%.

5. Pengeluaran Pangan dalam Sebulan

Dari data frekuensi tabel pengeluaran pangan dalam sebulan

<500.000 sebanyak 11,7%, 500.000 – 1.000.000 sebanyak 73,3%, >

1.000.000 sebanyak 15%.

6. Pengetahuan Ibu

Dari data frekuensi tabel, pengetahuan ibu dengan kategori

baik sebanyak 43,3%, kategori cukup sebanyak 50%, dan kategori

kurang sebanyak 6,7%.

7. Rata-rata Energi

Dari hasil recall 3 x 24 jam, didapatkan hasil rata – rata

asupan energi pada balita dengan kategori kurang sebanyak 96,7%,

rata-rata energi cukup sebanyak 1,7%, rata-rata energi lebih

sebanyak 1,7%.

8. Rata-rata Protein

Dari hasi recall 3 x 24 jam yang dilakukan, didapatkan hasil

asupan protein rata-rata pada balita dengan kategori protein kurang

39
sebanyak 80%, rata-rata protein cukup sebanyak 11,7%, rata-rata

protein tinggi sebanyak 8,3%.

9. Rata-rata Lemak

Dari hasil recall 3 x 24 jam didapatkan hasil asupan rata-rata

lemak pada balita dengan kategori kurang sebanyak 96,7% dan rata-

rata lemak cukup sebanyak 3,3%.

10. Rata-rata Karbohidrat

Dari hasil recall 3 x 24 jam didapatkan hasil rata-rata asupan

karbohidrat dengan kategori kurang sebanyak 93,3%, rata-rata

karbohidrat cukup sebanyak 1,7% dan rata-rata karbohidrat tinggi

sebanyak 5%.

11. Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan data frekuensi, pelayanan kesehatan dengan

kategori baik sebanyak 85% dan pelayanan kesehatan dengan

kategori tidak baik sebanyak 15%.

12. Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan data frekuensi, kesehatan lingkungan dengan

kategori baik sebanyak 56,7, dan kesehatan lingkungan yang tidak

baik didapat sebanyak 43,3%.

13. Kesulitan Makan

Dari data frekuensi tabel kesulitan makan, terdapat anak yang

mengalami kesulitan makan sebanyak 83,3% dan anak yang tidak

mengalami kesulitan sebanyak 16,7%.

40
14. Status Gizi

Dari data frekuensi tabel status gizi kurang sebanyak 20%,

status gizi normal sebanyak 76,7% dan status gizi lebih sebesar

3,3%.

C. Hubungan Karakteristik Responden dengan Status Gizi

1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu dengan Status Gizi


Berikut tabel distribusi frekuensi pendidikan ibu dengan status gizi.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu dengan Status Gizi

Pendidikan Ibu
Status Gizi P Kesimpulan
Dasar Lanjut Total
n % n % n %
Kurang 6 10 6 10 12 20 0,235 Tidak terdapat
Normal 18 30 28 47 46 77 hubungan
Lebih 0 0 2 3 2 3
Total 24 40 36 60 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,235 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
status gizi bayi/ balita.

41
2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah dengan Status Gizi

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah

Pendidikan Ayah
Status Gizi P Kesimpulan
Dasar Lanjut Total
n % n % n %
Kurang 4 7 8 13 12 20 0,902 Tidak terdapat
Normal 8 13 28 47 36 60 hubungan
Lebih 0 0 2 3 2 3
Total 12 20 38 80 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,902 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan
status gizi bayi/ balita.

3. Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga

Status P Kesimpulan
Pendapatan Keluarga
Gizi
< UMR UMR > UMR Total
n % n % n % n %
Kurang 8 13 0 0 4 7 12 20 0,431 Tidak
Normal 24 40 2 3 20 33 46 77 terdapat
Lebih 1 2 0 0 1 2 2 3 hubungan
Total 33 55 2 3 25 42 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,431 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan
status gizi bayi/ balita.

4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi

42
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Ibu P Kesimpulan
Status
Baik Cukup Kurang Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 2 3 9 15 1 2 12 20 0,160 Tidak
Normal 24 40 19 32 3 5 46 77 terdapat
Lebih 0 0 2 3 0 0 2 3 hubungan
Total 26 43 30 50 4 7 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,160 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
gizi bayi/ balita.

5. Distribusi Frekuensi Rata-rata Energi dengan Status Gizi

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Rata-rata Energi
Rata-rata Energi
Status P Kesimpulan
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 11 18 1 2 0 0 12 20 0,304 Tidak
Normal 45 75 0 0 1 2 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 58 96 1 2 1 2 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,304 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata energi dengan status gizi
bayi/ balita.

6. Distribusi Frekuensi Rata-rata Protein dengan Status Gizi

Tabel 10
Distribusi Frekuensi Rata-rata Protein

43
Rata-rata Protein P Kesimpulan
Status
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 8 13 3 5 1 2 12 20 0,196 Tidak
Normal 38 63 4 7 4 7 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 48 79 7 12 5 9 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,196 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata protein dengan status
gizi bayi/ balita.

7. Distribusi Frekuensi Rata-rata Lemak dengan Status Gizi

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Rata-rata Lemak
Status Rata-rata Lemak P Kesimpulan
Gizi Kurang Cukup Tinggi Total
n % n % n % n %
Kurang 12 20 0 0 0 0 12 20 0,580 Tidak
Normal 44 73 2 3 0 0 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 58 97 2 3 0 0 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,580 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata lemak dengan status gizi
bayi/ balita.

8. Distribusi Frekuensi Rata-rata Karbohidrat dengan Status Gizi

Tabel 12
Distribusi Frekuensi Rata-rata Karbohidrat
Status Rata-rata Karbohidrat P Kesimpulan

44
Kurang Cukup Tinggi Total
Gizi
n % n % n % n %
Kurang 10 17 1 2 1 2 12 20 0,137 Tidak
Normal 44 73 0 0 2 3 46 77 terdapat
Lebih 2 3 0 0 0 0 2 3 hubungan
Total 56 93 1 2 3 5 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,137 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata karbohidrat dengan
status gizi bayi/ balita.

9. Distribusi Frekuensi Pelayanan Kesehatan dengan Status Gizi

Tabel 13
Distribusi Frekuensi Pelayanan Kesehatan

Status Pelayanan Kesehatan P Kesimpulan


Gizi Baik Tidak Baik Total
n % n % n %
Kurang 11 18 1 2 12 20 0,056 Tidak terdapat
Normal 39 65 7 12 46 77 hubungan
Lebih 1 2 1 2 2 3
Total 51 85 9 15 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,056 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara rata-rata pelayanan kesehatan
dengan status gizi bayi/ balita.

10. Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan dengan Status Gizi

Tabel 14
Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan

45
Status Kesehatan Lingkungan P Kesimpulan
Gizi Baik Tidak Baik Total
n % n % n %
Kurang 6 10 6 10 12 20 0,707 Tidak terdapat
Normal 27 45 19 32 46 77 hubungan
Lebih 1 2 1 1 2 3
Total 34 57 26 43 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,707 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara kesehatan lingkungan dengan
status gizi bayi/ balita.

11. Distribusi Frekuensi Kesulitan Makan dengan Status Gizi

Tabel 15
Distribusi Frekuensi Kesulitan Makan

Status Kesulitan Makan P Kesimpulan


Gizi Ada Tidak Ada Total
n % n % n %
Kurang 11 18 1 2 12 20 0,062 Tidak terdapat
Normal 39 65 7 12 46 77 hubungan
Lebih 0 0 2 3 2 3
Total 50 83 10 17 60 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p 0,062 > 0,05
yang berarti tidak terdapat hubungan antara kesulitan makan dengan status
gizi bayi/ balita.

D. Identifikasi Masalah
Dari hasil pembahasan analisa, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan berikut ini:

46
1. Tingkat konsumsi energi bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 96,7% bayi/ balita asupan energinya masih
kurang.
2. Tingkat konsumsi protein bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 80% bayi/ balita asupan proteinnya masih
kurang.
3. Tingkat konsumsi lemak bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat dari
data frekuensi sebesar 96,7% bayi/ balita asupan lemaknya masih
kurang.
4. Tingkat konsumsi karbohidrat bayi/ balita masih kurang, hal ini terlihat
dari data frekuensi sebesar 93,3% bayi/ balita asupan karbohidratnya
masih kurang.
5. Sebagian besar balita mengalami kesulitan makan. Dibuktikan dengan
frekuensi kesulitan makan sebesar 83,3%.
6. Status gizi kurang pada balita masih cukup tinggi. Dibuktikan dengan
20% balita memiliki status gizi kurang.
7. Kesehatan lingkungan masih kurang. Dibuktikan dengan 43,3%
responden memiliki kesehatan lingkungan yang tidak baik.

E. Analisis Kerangka Logis


1. Analisis Prioritas Masalah
Dari hasil uji statistik, diperoleh permasalahan yang dapat
disimpulkan dengan metode USG berikut ini:

Skor
No Masalah U S G Peringkat
Total
1 Asupan energy, protein, lemak, 5 5 5 15 I
dan karbohidrat masih kurang
2 Kesulitan makan 5 5 3 13 III
3 Status gizi kurang 5 5 4 14 II

Keterangan:
U (Urgency) : mendesaknya kondisi masalah gizi/ kesehatan yang
harus dipenuhi.

47
S (Seriousness) : tingkat kegawatan kondisi masalah gizi atau
kesehatan yang terjadi
G (Growth) : status pertumbuhan/ perkembangan kondisi masalah
gizi atau kesehatan yang terjadi

2. Analisis Pohon Masalah


a. Asupan Energi Kurang

Asupan energi pada bayi/ balita belum tercapai


secara optimal

AKIBAT
AKIBAT

Asupan energi pada bayi dan balita kurang


MASALAH UTAMA

Penganekaragaman pangan rendah Kesulitan makan

SEBAB

48
b. Asupan Protein Kurang

Asupan protein pada bayi/ balita belum tercapai


secara optimal
AKIBAT

AKIBAT

Asupan protein pada bayi dan balita kurang

MASALAH UTAMA

Penganekaragaman pangan rendah Kesulitan makan

SEBAB

c. Asupan Lemak Kurang

Asupan lemak pada bayi/ balita belum tercapai


secara optimal

AKIBAT

AKIBAT

Asupan lemak pada bayi dan balita kurang


MASALAH UTAMA

49
Penganekaragaman pangan rendah Kesulitan makan

SEBAB

d. Asupan Karbohidrat Kurang

Asupan karbohidrat pada bayi/ balita belum tercapai


secara optimal
AKIBAT

AKIBAT

Asupan karbohidrat pada bayi dan balita kurang

MASALAH UTAMA

Penganekaragaman pangan rendah Kesulitan makan

SEBAB

e. Kesulitan Makan

Asupan makanan pada bayi/ balita belum tercapai


secara optimal

AKIBAT

AKIBAT

50
Terjadi kesulitan makan pada balita
MASALAH UTAMA

Penganekaragaman pangan rendah

SEBAB

f. Status Gizi Kurang

Terjadi malnutrisi pada bayi/ balita

AKIBAT
AKIBAT

Status gizi kurang


MASALAH UTAMA

Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat kurang

Penganekaragaman
pangan rendah Kesulitan makan

SEBAB

g. Kesehatan Lingkungan

Mudahnya penyebaran penyakit melalui lingkungan yang tidak


bersih dan sehat

51
AKIBAT

AKIBAT

Keadaan lingkungan yang tidak bersih dan sehat


MASALAH UTAMA

Pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan


lingkungan kurang

SEBAB

3. Analisis Pohon Tujuan


a. Asupan Energi Kurang

Asupan energi pada bayi/ balita tercapai


secara optimal

Asupan energi baik

Penganekaragaman pangan yang baik dan Kesulitan makan


seimbang teratasi

b. Asupan Protein Kurang

52
Asupan protein pada bayi/ balita tercapai
secara optimal

Asupan protein baik

Penganekaragaman pangan yang baik dan Kesulitan makan


seimbang teratasi

c. Asupan Lemak Kurang

Asupan lemak pada bayi/ balita tercapai


secara optimal

Asupan lemak baik

Penganekaragaman pangan yang baik dan Kesulitan makan


seimbang teratasi

d. Asupan Karbohidrat Kurang

53
Asupan karbohidrat pada bayi/ balita tercapai
secara optimal

Asupan karbohidrat baik

Penganekaragaman pangan yang baik dan Kesulitan makan


seimbang teratasi

e. Kesulitan Makan

Asupan makanan pada bayi/ balita tercapai


secara optimal

Kesulitan makan teratasi

Penganekaragaman pangan yang baik dan


seimbang

f. Status Gizi Kurang

54
Malnutrisi teratasi

Status gizi menjadi baik

Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat kurang

Penganekaragaman pangan yang baik dan Kesulitan makan


seimbang teratasi

g. Kesehatan Lingkungan

Penyebaran penyakit melalui lingkungan dapat dihambat

Keadaan lingkungan bersih dan sehat

Pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan


lingkungan meningkat

55
4. Analisis Pohon Alternatif
a. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Energi Kurang

Asupan energi pada bayi/


balita tercapai secara
optimal

Asupan energi baik

Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang

Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT

56
b. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Protein Kurang

Asupan protein pada bayi/


balita tercapai secara
optimal

Asupan protein baik

Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang

Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT

57
c. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Lemak Kurang

Asupan lemak pada bayi/


balita tercapai secara
optimal

Asupan lemak baik

Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang

Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT

58
d. Alternatif Pemecahan Masalah Asupan Karbohidrat Kurang

Asupan karbohidrat pada


bayi/ balita tercapai
secara optimal

Asupan karbohidrat baik

Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang

Penyuluhan
Demo masak Pemberian
gizi pada ibu
balita PMT

59
e. Alternatif Pemecahan Masalah Kesulitan Makan

Asupan makanan pada


bayi/ balita tercapai
secara optimal

Kesulitan makan teratasi

Penganekaragaman
pangan yang baik dan
seimbang

Demo masak

60
f. Alternatif Pemecahan Masalah Status Gizi Kurang

Malnutrisi teratasi

Status gizi menjadi baik

Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat


menjadi baik

Penganekaragaman
Kesulitan makan teratasi
pangan yang baik dan
seimbang

Konseling gizi
pada ibu balita
gizi kurang

61
g. Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan

Penyebaran penyakit
melalui lingkungan dapat
dihambat

Keadaan lingkungan bersih dan sehat

Pengetahuan mengenai
kesehatan dan kebersihan
lingkungan meningkat

Penyuluhan mengenai kesehatan


dan kebersihan lingkungan

62
63
5. Matriks Kegiatan

Kegiatan:

a. Penyuluhan gizi
b. Demo masak
c. Pemberian PMT
d. Konseling Gizi pada Ibu Balita Gizi Kurang
e. Penyuluhan mengenai Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan

Waktu
Sumber
Kegiatan Aspek Rencana Indikator Pelaksana dan Dana
Bukti
Tempat

Penyuluhan Gizi Tujuan: Tercapainya Laporan Mahasiswa Posyandu Rp. 200.000


meningkatkan tujuan dengan kegiatan D3 Gizi Kedung
pengetahuan pada optimal UMS Gobyak
ibu balita angkatan
2012

Sasaran: 80% ibu yang Daftar hadir Mahasiswa


Ibu yang memiliki memiliki bayi/ gizi, bidan
bayi/ balita balita desa,
menghadiri kader
penyuluhan posyandu

Input: Tersedianya Daftar alat Mahasiswa


SDM, sarana seluruh alat yang D3 Gizi
Alat: leaflet, flip chart. yang dibutuhkan digunakan UMS
untuk angkatan

64
penyuluhan. 2012

Output: Pengetahuan Nilai pre test Mahasiswa


Asupan energi, ibu meningkat dan post test. D3 Gizi
protein, lemak, dan UMS
karbohidrat tercukupi, mengaplikasikan angkatan
kesulitan makan hasil 2012
teratasi dan penyuluhan.
pengetahuan ibu
meningkat.

Akivitas: Proses Ibu bayi/ Mahasiswa


Penyuluhan penyuluhan balita D3 Gizi
mengenai gizi berjalan lancar. antusias UMS
seimbang pada balita mengikuti angkatan
penyuluhan. 2012

Demo Masak Tujuan: Tercapainya Laporan Mahasiswa 1 kali Rp. 200.000


meningkatkan tujuan dengan kegiatan D3 Gizi dalam
kreatifitas pada ibu optimal UMS sebulan di
balita dalam angkatan Rumah
mengolah makanan 2012 Kader

Sasaran: 80% ibu balita Daftar hadir Mahasiswa


ibu balita menghadiri D3 Gizi
demo masak UMS
angkatan
2012

Input: Tersedianya Daftar alat Mahasiswa


semua peralatan yang D3 Gizi

65
SDM, sarana digunakan UMS
Alat: angkatan
Peralatan masak 2012

Output: Ibu bayi/ balita Post test Mahasiswa


Ibu bayi/ balita kreatif mengaplikasikan bahan dan D3 Gizi
dalam mengolah hasil demo cara UMS
makanan dan masak pengolahan angkatan
kesulitan makan 2012
teratasi

Aktivitas: Aktivitas demo Ibu bayi/ Mahasiswa


Demo memasak masak berjalan balita D3 Gizi
suatu baha makanan lancar dan antusias UMS
dengan inovasi sukses dalam angkatan
mengikuti 2012
demo masak

Pemberian PMT Tujuan: Tujuan tercapai Laporan Mahasiswa 3 kali Rp. 900.000
Memenuhi secara optimal kegiatan D3 Gizi dalam 1
kecukupan energi, angkatan bulan,
protein, lemak, dan 2012 door to
karbohidrat door ke
rumah
Sasaran: 120 balita Daftar balita Mahasiswa balita
Balita mendapatkan yang D3 Gizi
PMT menerima angkatan
PMT 2012

Input: SDM, sarana, Tersedianya Daftar sarana Mahasiswa


makanan tambahan SDM, sarana, dan makanan D3 Gizi

66
dan makanan tambahan angkatan
tambahan. 2012

Output: Tingkat Status gizi Mahasiswa


Asupan energy, konsumsi balita baik D3 Gizi
protein, lemak, dan energy, protein, angkatan
karbohidrat terpenuhi lemak, dan 2012
dan status gizi anak karbohidrat
menjadi normal sudah baik.

Aktivitas: Aktivitas 100% balita Mahasiswa


Aktivitas pemberian pemberian PMT mendapatkan D3 Gizi
PMT kepada balita berjalan lancar PMT angkatan
2012

Konseling Gizi Tujuan: Tujuan tercapai Laporan Mahasiswa 2 kali Rp. 50.000
pada Ibu Balita Meningkatkan secara optimal kegiatan D3 Gizi untuk
Gizi Kurang pengetahuan gizi dan angkatan setiap ibu
memberi masukan 2012 balita gizi
mengenai gizi pada kurang
ibu balita gizi kurang

Sasaran: Semua ibu balita Daftar absen Mahasiswa


Ibu Balita Gizi Kurang gizi kurang ibu balita D3 Gizi
mendapatkan yang angkatan
konseling gizi mendapat

67
konseling gizi 2012

Input: Tersedianya Form Mahasiswa


SDM, sarana seluruh alat konseling gizi D3 Gizi
Alat: leaflet, form yang dibutuhkan angkatan
konseling gizi, URT untuk konseling 2012
gizi.

Output: Pengetahuan Status gizi Mahasiswa


Asupan energi, ibu meningkat balita D3 Gizi
protein, lemak, dan meningkat angkatan
karbohidrat tercukupi, mengaplikasikan 2012
kesulitan makan hasil konseling
teratasi dan gizi sehingga
pengetahuan ibu status gizi balita
meningkat. meningkat

Akivitas: Proses Ibu balita gizi Mahasiswa


Konseling gizi konseling gizi kurang D3 Gizi
berjalan lancar. antusias angkatan
dalam 2012
melakukan
konsultasi
gizi.

Penyuluhan Tujuan: Tercapainya Laporan Mahasiswa Rp. 200000


Kesehatan dan meningkatkan tujuan dengan kegiatan D3 Gizi
Kebersihan pengetahuan UMS

68
Lingkungan mengenai kesehatan optimal angkatan
dan kebersihan 2012
lingkungan

Sasaran: 60% penduduk Daftar hadir Mahasiswa


Masyarakat dukuh mengikuti gizi, bidan
Kedung Gobyak penyuluhan desa,
kader
posyandu

Input: Tersedianya Daftar alat Mahasiswa


SDM, sarana seluruh alat yang D3 Gizi
Alat: leaflet, flip chart. yang dibutuhkan digunakan UMS
untuk angkatan
penyuluhan. 2012

Output: Pengetahuan Nilai pre test Mahasiswa


Pengetahuan mengenai dan post test. D3 Gizi
mengenai kesehatan kesehatan dan UMS
dan kebersihan kebersihan angkatan
lingkungan lingkungan 2012
meningkat meningkat

Akivitas: Proses Masyarakat Mahasiswa


Penyuluhan penyuluhan antusias D3 Gizi
mengenai kesehatan berjalan lancar. mengikuti UMS
dan kebersihan penyuluhan. angkatan
lingkungan 2012

69
70
BAB V

RENCANA IMPLEMENTASI GIZI

A. Pendahuluan

Permasalahan kesehatan di Indonesia sangatlah kompleks. Salah

satu masalah kesehatan tersebut adalah permasalahan gizi. Terdapat

beberapa golongan yang rentan terhadap permasalahan gizi, diantaranya

yaitu: balita, ibu hamil, dan lansia.

Tanggal 11 sampai 17 Desember 2014 telah dilakukan pengambilan

data dasar mengenai “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita”.

Pengambilan data tersebut menggunakan responden balita dan ibu balita.

Berdasarkan hasil pengambilan data dasar di 3 dukuh di desa Sobokerto,

didapatkan hasil permasalahan gizi dan kesehatan yang terbesar adalah

asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat masih kurang, kesulitan

makan pada balita, status gizi kurang yang cukup tinggi, dan kurangnya

kesadaran akan kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Berdasarkan dari hasil tersebut, maka akan dilaksanakan beberapa

program gizi yang diharapkan dapat merubah serta menghilangkan

permasalahan gizi di desa Sobokerto. Implementasi program gizi ini akan

dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 11 April 2015.

71
B. Plan of Action (POA)
Rencana implementasi gizi dapat dilihat dalam tabel Plan of Action (POA) berikut ini:

Metode,
Alat dan Rencana Tim
No Permasalahan Program Kerja Tujuan Waktu, Sasaran
Bahan Dana Pelaksana
Tempat
1 Asupan energi, protein, 1. Penyuluhan Meningkatkan M: ceramah leaflet dan Ibu balita Rp. 400.000 Mahasiswa
lemak, dan karbohidrat gizi pengetahuan dan diskusi lembar
masih kurang seimbang mengenai gizi W: 2 kali balik
seimbang dalam
sebulan
T: rumah
kader
2. Demo masak Meningkatkan M: praktek peralatan Ibu balita Rp. 120.000 Mahasiswa
kreatifitas pada langsung dapur
ibu balita W: 1 kali
dalam dalam
mengolah sebulan
makanan T: rumah
kader
3. Pemberian Memenuhi M: pemberian susu Balita Rp. 800.000 Mahasiswa
PMT kecukupan secara kedelai,
energi, protein, langsung bolu kukus,
lemak, dan W: 3 kali agar-agar
karbohidrat dalam
sebulan
T: door to
door
2 Kesulitan makan 1. Demo masak Meningkatkan M: praktek peralatan Ibu balita Rp. 120.000 Mahasiswa
kreatifitas pada langsung dapur
ibu balita W: 1 kali
dalam dalam
mengolah sebulan
makanan T: rumah

72
kader
3 Status gizi kurang 1. Konseling Meningkatnya M: wawancara formulir Ibu balita Rp. 42.000 Mahasiswa
gizi pada ibu pengetahuan dan diskusi konsultasi,
balita gizi gizi pada ibu W: 3 kali leaflet
kurang balita gizi dalam
kurang sebulan
T: door to
door rumah
orangtua
balita gizi
kurang
4 Kesehatan Lingkungan 1. Penyuluhan Meningkatnya M: ceramah leaflet, Ibu balita Rp. 184.000 Mahasiswa
mengenai pengetahuan dan diskusi lembar dan
kesehatan mengenai W: 1 kali balik masyara
dan kesehatan dan dalam kat umum
kebersihan kebersihan sebulan
lingkungan lingkungan T: rumah
kader

C. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)

1. Penyuluhan Gizi Seimbang

a. Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang

b. Tema : Gizi Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi

c. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita mengenai gizi seimbang

d. Materi : (terlampir)

e. Sasaran : 60 Ibu bayi dan balita

73
f. Metode : Ceramah dan diskusi

g. Lokasi : Posyandu di dukuh Kedung Gobyak

h. Alat dan bahan : Leaflet, lembar balik, snack

i. Dana :

Keterangan Banyak Harga Jumlah


Print leaflet 1 lembar 2000 2000
Fotocopy leaflet 65 lembar 200 13000
Print lembar balik 12 lembar 5000 60000
Roti 65 buah 1000 65000
Air mineral 2 dus 20000 40000
Plastik kecil 1 bungkus 4000 4000
Total Rp. 184.000

j. Evaluasi :

1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.

2) Proses : Wawancara dan diskusi.

3) Output : Pengetahuan gizi ibu meningkat.

2. Demo Masak

a. Kegiatan : Demo Masak

b. Tema : Ibuku Kreatif, Akupun Sehat dan Bergizi

c. Tujuan : Meningkatkan kreatifitas ibu balita dalam mengolah makanan

74
d. Materi : (terlampir)

e. Sasaran : Ibu bayi dan balita

f. Metode : Pembuatan Nugget Ikan Sayuran

g. Lokasi : Balai Desa

h. Alat dan bahan : Kompor, gas, chopper, pengukus, wajan, piring, sendok, pisau, talenan, ikan segar, wortel,

brokoli, bumbu dapur, snack.

i. Dana :

Keterangan Banyak Harga Jumlah


Ikan segar 1 kg 25000 25000
Wortel ¼ kg 5000 5000
Brokoli ¼ kg 5000 5000
Bumbu dapur 1 bungkus 2000 2000
Tepung terigu ¼ kg 2500 2500
Telur ayam 2 butir 1500 3000
Tepung panir ½ kg 9000 9000
Minyak goreng ½ kg 7000 7000
Gas LPG 1 tabung 18000 18000
Roti 60 1000 60000
Air mineral 2 dus 20000 40000
Total Rp. 176.500

75
j. Evaluasi :

1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.

2) Proses : Praktek langsung

3) Output : Kreatifitas ibu dalam mengolah makanan meningkat.

3. Pemberian PMT

a. Kegiatan : Pemberian PMT

b. Tema : Makanan Tambahan Bagi Bayi dan Balita

c. Tujuan : Meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada balita

d. Materi :-

e. Sasaran : Balita

f. Metode : Pemberian secara langsung

g. Lokasi : Posyandu di dukuh Kedung Gobyak, Cengklik dan Tempel

h. Alat dan bahan : susu kacang ijo, susu kedelai, agar-agar, bolu kukus

76
i. Dana :

Keterangan Banyak Harga Jumlah


Susu kacang ijo 120 2000 240000
Susu kedelai 120 2000 240000
Agar-agar 120 1500 180000
Bolu kukus 120 2000 240000
Total Rp. 900000

j. Evaluasi :

1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.

2) Proses : Pemberian secara langsung.

3) Output : Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada balita meningkat.

4. Konseling Gizi Ibu Balita Gizi Kurang

a. Kegiatan : Konseling Gizi Ibu Balita Gizi Kurang

b. Tema : Giziku Baik, Akupun Sehat dan Berprestasi

c. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita mengenai gizi seimbang

d. Materi : (terlampir)

e. Sasaran : Ibu balita gizi kurang

77
f. Metode : Wawancara dan diskusi

g. Lokasi : Kedung Gobyak, Cengklik, Tempel

h. Alat dan bahan : Leaflet dan snack

i. Dana :

Keterangan Banyak Harga Jumlah


Print leaflet 1 2000 2000
Fotocopy leaftet 15 200 3000
Print Formulir Identitas balita 1 1000 1000
Fotocopy formulir identitas balita 15 1000 15000
Roti 15 1000 15000
Air mineral 15 500 6000
Plastik 1
Rp. 42.000
bungkus

j. Evaluasi :

1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.

2) Proses : Wawancara dan diskusi.

3) Output : Pengetahuan gizi ibu meningkat.

78
5. Penyuluhan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan

a. Kegiatan : Penyuluhan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan

b. Tema : Lingkungan Bersih dan Sehat Sebagai Wujud

Masyarakat Beriman.

c. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

kebersihan dan kesehatan lingkungan

d. Materi : (terlampir)

e. Sasaran : Masyarakat Dukuh Kedung Gobyak

f. Metode : Ceramah dan diskusi

g. Lokasi : Dukuh Kedung Gobyak

h. Alat dan bahan : Leaflet, lembar balik, snack

79
i. Dana :

Keterangan Banyak Harga Jumlah


Print leaflet 1 lembar 2000 2000
Fotocopy leaflet 65 lembar 200 13000
Print lembar balik 12 lembar 5000 60000
Roti 65 buah 1000 65000
Air mineral 2 dus 20000 40000
Plastik kecil 1 bungkus 4000 4000
Total Rp. 184.000

j. Evaluasi :
1) Input : Waktu, dana, tempat, dan peralatan.

2) Proses : Wawancara dan diskusi.

3) Output : Pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan

meningkat.

80
D. Tabel Evaluasi/ Hipopoc

Proyek Kegiatan Input Proses Output Outcome


Penyuluhan Gizi 1. Waktu 1. Memberikan undangan kepada > 60 ibu balita 1. Pengetahuan gizi ibu
Seimbang dengan 2. Dana ibu balita meningkat.
tema “Gizi Seimbang 3. Tenaga 2. Pendaftaran/ mengisi absensi 2. Asupan energi, protein,
Bangsa Sehat 4. Fasilitas 3. Memberikan soal pre test lemak, karbohidrat pada
Berprestasi” 5. Peralatan 4. Pembukaan oleh kader balita tercukupi.
6. Metode 5. Pemberian materi penyuluhan
7. Sasaran 6. Tanya jawab
7. Memberikan soal post test
8. Penutupan oleh kader

Demo Masak 1. Waktu 1. Memberikan undangan Ibu balita dan 1. Ibu bayi/ balita kreatif
2. Dana kepada ibu balita kader-kader dalam mengolah
3. Tenaga 2. Pendaftaran/ mengisi absensi Posyandu makanan
4. Fasilitas 3. Pembukaan oleh kader 2. Kesulitan makan pada
5. Peralatan 4. Mempraktekkan/ melakukan balita teratasi
6. Metode demo masak Nugget Ikan
7. Sasaran Sayuran
5. Kader mencicipi Nugget
6. Tanya jawab
7. Penutupan oleh kader

Pemberian Makanan 1. Waktu 1. Mendata nama balita dan nama > 60 balita 1. Asupan energi, protein,
Tambahan 2. Dana ibu balita lemak, dan karbohidrat
3. Tenaga 2. Mencari alamat orangtua balita meningkat.
4. Fasilitas 3. Memberikan PMT
5. Peralatan
6. Metode
7. Sasaran

Konsultasi Gizi pada 1. Waktu 1. Mendata nama balita dan nama Ibu balita gizi 1. Pengetahuan ibu

81
Balita Gizi Kurang 2. Dana ibu balita gizi kurang kurang meningkat
3. Tenaga 2. Mencari alamat orangtua balita 2. Asupan energi, protein,
4. Fasilitas 3. Melakukan konsultasi gizi lemak, karbohidrat
5. Peralatan menggunakan formulir konsultasi tercukupi
6. Metode dan sharing keluhan ibu 3. Kesulitan makan teratasi
7. Sasaran mengenai gizi balita 4. Status gizi menjadi
normal

Penyuluhan 1. Waktu 1. Memberikan undangan kepada Ibu balita dan 1. Pengetahuan mengenai
Kesehatan dan 2. Dana ibu balita masyarakat kesehatan dan
Kebersihan 3. Tenaga 2. Pendaftaran/ mengisi absensi umum kebersihan lingkungan
Lingkungan 4. Fasilitas 3. Pembukaan oleh kader meningkat
5. Peralatan 4. Pemberian materi penyuluhan
6. Metode 5. Tanya jawab
7. Sasaran 6. Penutupan oleh kader

82
BAB VI

METODE IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI

A. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi yang digunakan untuk Implementasi Program Gizi yaitu dukuh

Kedung Gobyak, Tempel, dan Cengklik yang terdapat di desa Sobokerto.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan Implementasi Program Gizi yaitu antara tanggal

16 Maret sampai tanggal 13 April 2015.

B. Sasaran

Sasaran dari Implementasi Program Gizi meliputi: balita, ibu balita,

dan masyarakat dukuh Kedung Gobyak, Tempel, dan Cengklik desa

Sobokerto.

C. Cara Pelaksanaan Implementasi Program Gizi

1. Kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang

a. Penyuluhan Gizi Seimbang di dukuh Cengklik

Penyuluhan mengenai gizi seimbang di dukuh Cengklik

dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2015 pukul 13.30 WIB.

Penyuluhan dilaksanakan saat arisan RW di rumah salah satu kader

dengan sasaran ibu balita dan kader-kader posyandu. Sebelum

melakukan penyuluhan, ibu balita diberikan soal pre test yang terdiri

dari 5 buah soal. Setelah penyuluhan, dibuka sesi tanya jawab dan

diskusi dengan ibu balita yang hadir. Sesi tanya jawab dan diskusi

83
berlangsung selama 20 menit. Setelah selesai, ibu balita diberikan soal

post test untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan

setelah diberikan penyuluhan.

b. Penyuluhan Gizi Seimbang di dukuh Kedung Gobyak

Penyuluhan mengenai gizi seimbang di dukuh Kedung

Gobyak dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 09.00 WIB.

Penyuluhan bertempat di rumah salah satu kader posyandu. Sasaran

penyuluhan ini adalah ibu balita yang telah diundang untuk mengikuti

penyuluhan. Sebelum melakukan penyuluhan, ibu balita diberikan soal

pre test yang terdiri dari 5 buah soal. Setelah penyuluhan, dibuka sesi

tanya jawab dan diskusi yang berlangsung selama 30 menit. Ibu balita

sangat antusias dalam sesi diskusi ini. Setelah itu, ibu balita diberikan

soal post test. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah

leaflet dan lembar balik.

2. Kegiatan Demo Masak

Demo masak dilaksanakan di dukuh Cengklik pada hari Minggu

tanggal 22 Maret 2015 di rumah salah satu kader posyandu saat arisan

RW. Demo masak dilaksanakan setelah penyuluhan gizi seimbang.

Sebelum melakukan demo masak, bahan dan alat disiapkan terlebih

dahulu. Setelah itu menyebutkan bahan-bahan yang digunakan dan

selanjutnya mempraktikkan cara pembuatannya. Makanan yang kami buat

adalah Nugget Ikan Sayuran. Ibu-ibu terlihat sangat antusias, hal ini

terlihat dari banyaknya ibu-ibu yang mencatat bahan dan setiap tahap

84
cara pembuatan Nugget Ikan Sayuran. Setelah nugget matang, ibu-ibu

mencicipi nugget tersebut.

3. Kegiatan Pemberian PMT

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dilaksanakan di 3 dukuh

dengan sasaran balita. Tujuan dari pemberian makanan tambahan adalah

untuk meningkatkan asupan makanan pada balita dan memberi edukasi

kepada ibu balita untuk meningkatkan asupan makan untuk anaknya.

Berikut adalah pemberian makanan tambahan di 3 dukuh yang terletak di

desa Sobokerto:

a. Pemberian PMT di Dukuh Kedung Gobyak

Pemberian PMT dilaksanakan bersamaan dengan penyuluhan

gizi seimbang. PMT diberikan kepada seluruh balita yang terdaftar di

posyandu Ngudi Waras, Kedung Gobyak yang berjumlah 38 orang.

PMT yang diberikan berupa susu kedelai, bolu kukus, dan agar-agar.

b. Pemberian PMT di Dukuh Cengklik

Pemberian PMT di dukuh Cengklik dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 25 Maret 2015. PMT diberikan kepada 21 orang balita

yang menjadi responden pada saat pengambilan data dasar. PMT

diberikan dengan cara door to door ke rumah orangtua balita. PMT

yang diberikan berupa susu kedelai, bolu kukus, dan agar-agar.

c. Pemberian PMT di Dukuh Tempel

Pemberian PMT di dukuh Cengklik dilaksanakan pada hari

Selasa tanggal 31 Maret 2015. PMT diberikan kepada 13 orang balita

85
yang menjadi responden pada saat pengambilan data dasar. PMT

diberikan dengan cara door to door ke rumah orangtua balita. PMT

yang diberikan berupa susu kedelai, bolu kukus, dan agar-agar.

4. Kegiatan Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang

Kegiatan konsultasi gizi dilaksanakan di 3 dukuh yaitu Kedung

Gobyak, Cengklik dan Tempel dengan cara door to door ke rumah

orangtua balita gizi kurang. Konsultasi dilakukan dengan menggunakan

formulir yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan

Penyuluhan mengenai gizi seimbang di dukuh Kedung Gobyak

dilaksanakan pada tanggal 7 April 2015 pukul 15.30 WIB. Penyuluhan

bertempat di rumah salah satu kader posyandu. Sasaran penyuluhan ini

adalah ibu balita dan masyarakat umum yang telah diundang untuk

mengikuti penyuluhan. Sebelum melakukan penyuluhan, peserta

melakukan pendaftaran dan menerima leaflet mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Pukul 16.00 WIB penyuluhan atau

penyampaian materi dimulai, setelah itu dibuka sesi tanya jawab dan

diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 75 menit. Peserta sangat

antusias dalam sesi tanya jawab dan diskusi. Penyuluhan selesai tepat

pada pukul 17.30. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah

leaflet dan lembar balik.

86
D. Alat dan Instrument Pelaksanaan Implementasi Program Gizi

1. Penyuluhan Gizi Seimbang pada balita

a. Alat : Lembar balik, leaflet.

b. Instrument : kuesioner pre test dan post test

2. Demo Masak

a. Bahan : Ikan segar, wortel, brokoli, daun bawang, minyak,

telur, tepung terigu, tepung panir, daun pisang, bumbu

dapur.

b. Alat : Baskom, dandang, sendok, pisau, wajan, talenan,

kompor gas.

3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

a. Instrument : daftar balita yang mendapatkan PMT

4. Konseling pada Ibu Balita Gizi Kurang.

a. Media : Leaflet.

b. Instrument : formulir recall makanan sehari dan formulir konsultasi

gizi kurang.

5. Penyuluhan Kebersihan Lingkungan

a. Alat : Lembar balik, leaflet

87
BAB VII

PELAKSANAAN KEGIATAN IMPLEMETASI PROGRAM GIZI

A. Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa

Dasar Kegiatan Menjelaskan hasil dari Pengambilan Data Dasar,


menjelaskan tujuan IPG dan program-program yang
akan dilaksanakan.
Nama Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa.
Tempat Rumah Ibu Rumini, dukuh Kedung Gobyak desa
Sobokerto
Waktu Jum’at, 20 Maret 2015.
Materi Hasil Pengambilan Data Dasar.
Peserta Ibu-ibu kader kesehatan.
Kerjasama Lintas -
Metode Ceramah dan diskusi.
Alat Lembar balik.
Dana Rp. 87.000
Hambatan Jarak yang jauh antar dukuh membuat beberapa kader
tidak menghadiri kegiatan Musawarah Masyarakat
Desa.
Evaluasi Kader yang datang sangat antusias, yang dibuktikan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
memberikan saran-saran demi kelancaran pelaksanaan
program implementasi gizi

88
B. Kegiatan Plan Of Action

1. Kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang

a. Penyuluhan Gizi Seimbang di Cengklik

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita


mengenai gizi seimbang
Nama Kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang dengan Tema “Gizi
Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi”
Tempat Rumah Ibu Sri Sarbini
Waktu Minggu/ 22 Maret 2015 pukul 13.30 WIB
Materi 10 Pesan Gizi Seimbang dan Gizi Seimbang Balita
Peserta Ibu-ibu kader dan ibu balita
Kerjasama Lintas -
Metode Ceramah dan diskusi
Alat Leaflet dan lembar balik
Dana Rp. 9000
Hambatan Adanya beberapa balita, membuat suasana
penyuluhan kurang kondusif.
Evaluasi Partisipasi ibu balita dalam menghadiri penyuluhan
cukup baik

b. Penyuluhan Gizi Seimbang di Kedung Gobyak

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita


mengenai gizi seimbang
Nama Kegiatan Penyuluhan Gizi Seimbang dengan Tema “Gizi
Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi”
Tempat Rumah Ibu Rumini
Waktu Selasa/ 24 Maret 2015 pukul 09.00 WIB
Materi 10 Pesan Gizi Seimbang dan Gizi Seimbang Balita
Peserta Ibu balita
Kerjasama Lintas -
Metode Ceramah dan diskusi
Alat Leaflet dan lembar balik
Dana Rp. 91.900
Hambatan Banyaknya balita yang mengikuti penyuluhan,
membuat suasana penyuluhan kurang kondusif
Evaluasi Sebagian ibu balita meningkat pengetahuan gizinya,
yang dapat terlihat dari hasil pre test dan post test

89
2. Kegiatan Demo Masak

Dasar Kegiatan Meningkatkan kreatifitas ibu balita dalam mengolah


makanan
Nama Kegiatan Demo Masak dengan Tema “Ibuku Kreatif, Akupun
Sehat dan Bergizi”
Tempat Rumah Ibu Sri Sarbini, Cengklik
Waktu Minggu/ 22 Maret 2015
Materi Resep Nugget Ikan Sayuran
Peserta Ibu-ibu kader dan ibu balita
Kerjasama Lintas -
Metode Praktek
Alat Kompor dan alat rumah tangga lainnya
Dana Rp. 87.000
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi Beberapa peserta menilai nugget ikan sayuran yang
dibuat masih sedikit berbau amis

3. Kegiatan Pemberian PMT

a. Pemberian PMT di Kedung Gobyak

Dasar Kegiatan Meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan


karbohidrat pada balita
Nama Kegiatan Makanan Tambahan Bagi Bayi dan Balita
Tempat Rumah Ibu Rumini
Waktu Selasa/ 24 Maret 2015
Materi -
Peserta Balita
Kerjasama Lintas -
Metode Pemberian secara langsung
Alat -
Dana Rp. 120.000
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi PMT berhasil diberikan kepada seluruh balita yang
menjadi responden

90
b. Pemberian PMT di Cengklik

Dasar Kegiatan Meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan


karbohidrat pada balita
Nama Kegiatan Makanan Tambahan Bagi Bayi dan Balita
Tempat Rumah orangtua balita di dukuh Cengklik
Waktu Rabu/ 25 Maret 2015
Materi -
Peserta Balita
Kerjasama Lintas -
Metode Pembagian secara door to door
Alat -
Dana Rp. 63.000
Hambatan Memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan pembagian PMT, karena harus
mencarai rumah orangtua balita yang menjadi
responden
Evaluasi PMT berhasil diberikan kepada seluruh balita yang
menjadi responden

c. Pemberian PMT di Tempel

Dasar Kegiatan Meningkatkan asupan energi, protein, lemak, dan


karbohidrat pada balita
Nama Kegiatan Makanan Tambahan Bagi Bayi dan Balita
Tempat Rumah orangtua balita di dukuh Tempel
Waktu Selasa/ 31 Maret 2015
Materi -
Peserta Balita
Kerjasama Lintas -
Metode Pemberian secara langsung dengan cara door to door
Alat -
Dana Rp. 39.000
Hambatan Memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan pembagian PMT, karena harus
mencarai rumah orangtua balita yang menjadi
responden
Evaluasi PMT berhasil diberikan kepada seluruh balita yang
menjadi responden

91
4. Kegiatan Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang

a. Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang di Kedung Gobyak

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita


mengenai gizi seimbang
Nama Kegiatan Konseling Gizi dengan Tema “Giziku Baik, Akupun
Sehat dan Berprestasi”
Tempat Rumah Ibu Rumini
Waktu Selasa/ 24 Maret 2015
Materi Gizi Seimbang Balita
Peserta Ibu balita gizi kurang
Kerjasama Lintas -
Metode Wawancara dan diskusi
Alat Formulir konsultasi dan leaflet
Dana Rp. 6000
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi Ibu balita sangat aktif dalam bertanya mengenai
permasalahan gizi pada anaknya

b. Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang di Cengklik

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita


mengenai gizi seimbang
Nama Kegiatan Konseling Gizi dengan Tema “Giziku Baik, Akupun
Sehat dan Berprestasi”
Tempat Rumah orangtua balita gizi kurang
Waktu Rabu/ 25 Maret 2015
Materi Gizi Seimbang Balita
Peserta Ibu balita gizi kurang
Kerjasama Lintas -
Metode Wawancara dan diskusi
Alat Formulir konsultasi dan leaflet
Dana Rp. 4800
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi Ibu balita sangat aktif dalam bertanya mengenai
permasalahan gizi pada anaknya

92
c. Konsultasi Gizi bagi Balita Gizi Kurang di Tempel

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita


mengenai gizi seimbang
Nama Kegiatan Konseling Gizi dengan Tema “Giziku Baik, Akupun
Sehat dan Berprestasi”
Tempat Rumah orangtua balita gizi kurang
Waktu Selasa/ 31 Maret 2015
Materi Gizi Seimbang Balita
Peserta Ibu balita gizi kurang
Kerjasama Lintas -
Metode Wawancara dan diskusi
Alat Formulir konsultasi dan leaflet
Dana Rp. 2400
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi Ibu balita sangat aktif dalam bertanya mengenai
permasalahan gizi pada anaknya

5. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan

Dasar Kegiatan Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai


kebersihan dan kesehatan lingkungan
Nama Kegiatan Penyuluhan dengan Tema “Lingkungan Bersih dan
Sehat Sebagai Wujud Marakat Beriman”
Tempat Rumah Ibu Rumini
Waktu Selasa/ 7 April 2015
Materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Peserta Ibu balita dan masyarakat umum
Kerjasama Lintas -
Metode Ceramah dan diskusi
Alat Leaflet dan lembar balik
Dana Rp. 144.000
Hambatan Tidak ada hambatan
Evaluasi Peserta sangat aktif dalam sesi tanya jawab dan diskusi

93
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita di Desa Sobokerto ada dua

faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung

diantaranya konsumsi makan rata-rata energi kurang sebanyak 96,7%,

rata-rata protein kurang sebanyak 80%, rata-rata lemak kurang

sebanyak 96,7%, rata-rata karbohidrat kurang sebanyak 93,3% dan

kesulitan makan yang kurang sebanyak 83,3%. Faktor tidak langsung

diantaranya pendidikan ibu, pendidikan ayah, pendapatan ibu,

pendapatan ayah, paritas, pelayanan kesehatan, dan kesehatan

lingkungan.

2. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan.

3. Mayoritas pendidikan ibu adalah tingkat lanjut

4. Mayoritas pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga.

5. Mayoritas pendidikan ayah adalah tingkat lanjut

6. Mayoritas pekerjaan ayah sebagai karyawan swasta/ pabrik.

7. Mayoritas pendapatan keluarga dalam sebulan masih dibawah UMR

94
8. Mayoritas pengeluaran pangan dalam sebulan berkisar antara 500.000 –

1.000.000.

9. Mayoritas pengetahuan ibu cukup.

10. Rata-rata kebutuhan energi pada balita kurang.

11. Rata-rata kebutuhan protein pada balita kurang.

12. Rata-rata kebutuhan lemak pada balita kurang.

13. Rata-rata kebutuhan karbohidrat pada balita kurang.

14. Pelayanan kesehatan di Desa Sobokerto baik.

15. Kesehatan lingkungan di Desa Sobokerto kurang baik.

16. Kesulitan makan pada balita frekuensinya 50.

17. Terdapat lebih dari 20% balita yang memiliki status gizi kurang.

18. Dari hasil uji hubungan menggunkan Rank-Spearman, didapatkan hasil

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, sosial-ekonomi,

pengetahuan ibu, asupan makanan, pelayanan kesehatan, kesehatan

lingkungan dan kesulitan makan dengan status gizi bayi/ balita.

19. Program implementasi gizi yang telah dilaksanakan adalah penyuluhan

gizi seimbang, demo masak, pemberian makanan tambahan (PMT),

konsultasi gizi pada ibu balita gizi kurang, dan penyuluhan kesehatan dan

kebersihan lingkungan.

20. Program penyuluhan gizi seimbang, demo masak, dan pemberian

makanan tambahan dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan

asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan kesulitan makan.

95
21. Program konsultasi gizi bagi ibu balita gzi kurang dilaksanakan untuk

meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi yang baik pada balita.

22. Program penyuluhan kesehatan dan kebersihan lingkungan dilaksanakan

untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kebersihan lingkungan bagi

masyarakat.

B. Saran

1. Peningkatan pemberian penyuluhan dan pendidikan gizi agar

pengetahuan ibu mengenai gizi meningkat.

2. Lebih kreatif dalam mengolah makanan agar bayi/ balita meningkat

nafsu makannya.

3. Mencoba mengatasi kesulitan makan pada anak dengan cara

memberikan makanan yang lebih beraneka ragam.

96

Anda mungkin juga menyukai