Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP


EFEKTIVITAS INVOLUSI UTERI PADA IBU
POSTPARTUM

SITI SONNIYA

1018031118

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG

NOVEMBER 2019
Universitas Faletehan | 2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadiratnya yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Pengaruh Senam Nifas Terhadap Efektivitas Involusi Uteri Pada Ibu
Postpartum “. Adapun tujuan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk memperluas pengetahuan dan
menambah wawasan bagi penulis atau pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali menemukan hambatan dan
kesulitan, namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak terutama dosen
pembimbing yaitu ibu Eka Ernawati S.Kep, M.Kep. Maka hambatan tersebut
dapat teratasi. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penysunan
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi kalimat ataupun tata
bahasanya dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.

Serang, 10 November 2019

Penulis

Universitas Faletehan | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Postpartum...............................................................................................................4
2.1.1 Definisi Postpartum...........................................................................................4
2.1.2 Tahapan Dalam Masa Nifas..............................................................................4
2.1.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas........................................................................5
2.2 Involusi Uterus.........................................................................................................7
2.2.1 Pengertian..........................................................................................................7
2.2.2 Etiologi / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uteri...........................7
2.2.3 Patofisiologi Involusi Uterus.............................................................................9
2.3 Senam Nifas...........................................................................................................11
2.3.1 Pengertian Senam Nifas..................................................................................11
2.3.2 Tujuan Senam Nifas........................................................................................11
2.3.3 Kontra Indikasi................................................................................................11
2.3.4 Prosedur Intervensi Senam Nifas.....................................................................12
2.4 Hasil Literature Review..........................................................................................15
KESIMPULAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

Universitas Faletehan | ii
Universitas Faletehan | iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah masa setelah lahirnya bayi dan plasenta sampai organ
organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil (Nurniati, 2014).
Masa nifas terjadi dalam 6-8 minggu (Sarwono,2002).

Selama masa pemulihan berlangsung ibu banyak mengalami perubahan, baik


secara fisiologis maupun psikologis (Prawiroharjo, 2014). Beberapa
perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu terjadi pengerutan
pada uterus yang merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Uterus mengalami perubahan
paling besar pada akhir persalinan kala tiga, ukuran uterus kirakira sebesar
pada saat kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 gr, dan ukuran ini cepat
mengecil sehingga pada akhir minggu pertama masa nifas beratnya kirakira
500 gr. Involusio ini dapat dibuktikan oleh fakta bahwa pada pemeriksaan
abdomen yaitu pada hari ke 12 uterus tidak teraba lagi, setelah itu involusio
berlangsung lebih lambat (Williams, 2006).

Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dua pertiga dari
semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor resiko
yang diketahui sebelumnya, dua pertiga kematian akibat perdarahan tersebut
adalah dari jenis sretensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu
yang mengalami atonioa uteri maupun perdarahan. AKI di negara-negara
berpenghasilan rendah pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran
hidup berbanding 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara
berpenghasilan tinggi (WHO,2017).

Universitas Faletehan | 1
Perdarahan postpartum dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24
jam pertama setelah bayi lahir, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi
lahir dan 82%-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir ( Prawiroharjo,
2009). Penyebab perdarahan postpartum bisa disebabkan banyak faktor
seperti antonia uteri, trauma uteri, tonus uteri, kondisi uteri itu sendiri, dan
lain-lain. Faktor yang paling sering sering adalah disebabkan oleh antoni
uteri. Namun, ada pula faktor predisposisi yang bisa memicu kepada
terjadinya perdarahan postpartum, seperti laserasi, jalan alahir, riwayat
persalinan sebelumnya, faktor usia, kadar hemoglobin pada ibu, dan
sebagainya ( Cuningham, 2005).

Pada ibu postpartum, involusi uterus merupakan proses yang sangat penting
karena ibu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan
agar cepat kembali pulih kesehatannya seperti sebelum hamil. Involusi uterus
adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk
maupun posisi. Involusi uterus dapat mengecilkan rahim setelah persalinan
agar kembali kebentuk asal dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Salah satu
indikator dalam proses involusi adalah tinggi fundus uterus. Jadi jika involusi
uterus mengalami kegagalan maka yang akan terjadi adalah perdarahan.
(Ambarwati & Wulandari, 2008).

Upaya pencegahan perdarahan postpartum salah satu latihan yang dianjurkan


adalah senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu
setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas
merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan
keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis (Maritalia, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh senam nifas yang signifikan
terhadap efektivitas involusi uteri. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian (Mulyani,2017; Suherni,2009; Masruroh,2009).

Universitas Faletehan | 2
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik mengambil judul makalah “
Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu
Post Partum”.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana mencegah terjadinya perdarahan pada ibu post partum?


2) Apa saja faktor yang mempengaruhi involusi uterus?
3) Apa itu senam nifas?
4) Bagaimana cara melakukan senam nifas?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus


uteri pada ibu post partum

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini dapat menambah ilmu serta wawasan tentang penatalaksanaan


senam nifas pada ibu postpartum. Dan dapat dijadikan bekal praktik dalam
pemecahan masalah kontraksi uterus yang kurang baik sehingga terjadi
perdarahan pada ibu postpartum.

Universitas Faletehan | 3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Postpartum

2.1.1 Definisi Postpartum


Postpartum atau masa nifas adalah masa setelah persalinan dan kelahiran
bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009). Periode pasca partum adalah masa 6 minggu
sejak bayi lahir sampai organ organ reproduksi kembali ke kondisi
normal sebelum hamil. Periode nifas kadang disebut puerperium atau
trimester ke empat kehamilan (Bobak,2005).

2.1.2 Tahapan Dalam Masa Nifas


A. Puerperium dini (immediate puerperium)

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan–


jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

B. Puerperium intermedial (early puerperium)

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

C. Remote puerperium (later puerperium)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi (Anggraini,
2010).

Universitas Faletehan | 4
2.1.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas

A. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur- angsur


kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat
genitalia disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting
lainnya, perubahan – perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
(Saleha, 2009).

1) Uterus

Uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih


pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi.
Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis
dan tidak dapat diraba lagi dari luar (Saleha, 2009).

2) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar


dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir


yang keluar pada hari ke-3 sampai ke- 7 pasca persalinan (Saleha,
2009).

c) Lochea serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu


kemudian menjadi kuning. Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan (Saleha, 2009).

Universitas Faletehan | 5
d) Lochea alba dimulai hari ke-14 kemudian makin lama makin
sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu
berikutnya (Saleha, 2009).

3) Endometrium

Pada hari pertama, tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai


permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin.
Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).

4) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek,


kendur, dan terkulai. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil,
beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam
persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk
seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum
(Saleha, 2009).

5) Vagina

Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, rugae timbul kembali


pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang
kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).

B. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini


disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali

Universitas Faletehan | 6
teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

C) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu


kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala.
Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke
belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur
dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi
berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha,
2009).

2.2 Involusi Uterus

2.2.1 Pengertian
Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil
baik dalam bentuk maupun posisi. Involusi uterus dapat mengecilkan
rahim setelah persalinan agar kembali kebentuk asal dengan berat sekitar
60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus (Ambarwati & Wulandari, 2008).

2.2.2 Etiologi / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uteri

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang
mempengaruhi involusi uterus antara lain (Suparyanto,2010) :

1. Mobilisasi Dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah


anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi
yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah
dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat

Universitas Faletehan | 7
yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi
kecil.

2. Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum
maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari
kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan
pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk
menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum dengan status
gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga
tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi
uterus.

3. Menyusui

Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang
hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah
hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi
sehingga proses involusi uterus terjadi.

4. Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein,
serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi
uterus.

5. Parietas

Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering


teregang memerlukan waktu yang lama (Sarwono, 2002).

Universitas Faletehan | 8
6. Senam Nifas

Senam nifas merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang
menjalani masa nifas. Tujuan senam adalah mempercepat pemulihan
kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar
panggul, dan memperlancar sirkulasi pembuluh darah, membantu
memperlancar terjadinya proses involusi uteri.

7. Psikologis

Terjadi pada pasien postpartum blues merupakan perubahan perasaan


yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesterone, prolactin,
esteriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah pada ibu postpartum
memberikan efek supresi pada aktivitas enzim mono amineoksidase
yaitu enzim otak yang bekerja mengaktifkan baik nor adrenalin maupun
serotonin yang memberikan efek pada proses involusi uterus.

2.2.3 Patofisiologi Involusi Uterus


Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :

A. Kontraksi Oleh Ion Kalsium


Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah
besar protein pengaturan yang lain yang disebut kamodulin.
Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan
kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian bergabung
dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang
melakukan fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.

Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-


pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi.
Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki
kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin

Universitas Faletehan | 9
dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga
menghasilkan kontraksi otot uterus.

B) Kontraksi Yang Disebabkan Oleh Hormon

Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin,


norepinefrin, angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin
serotinin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran
otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta
menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi
yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa
disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion
kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot
uterus (Guyton, 2007).

Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling


mempengaruhi satu dengan yang lain, sehingga memberikan akibat
besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan
otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar.
Dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali
pada ukuran dan tempat semula.

Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya,


tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah
persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya
pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah
dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-
otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit
(Christian, 1996).

Universitas Faletehan | 10
2.3 Senam Nifas

2.3.1 Pengertian Senam Nifas


Senam nifas adalah suatu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan bagi
ibu pada masa nifas. Senam nifas dilakukan ibu sesudah melahirkan dan
dapat dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan.Senam nifas dapat
dilakukan 6 jam setelah melahirkan dan untuk ibu yang melahirkan
dengan operasi, senam nifas dapat dilakukan setelah 24 jam operasi
(Suparyanto,2010)

2.3.2 Tujuan Senam Nifas


Senam nifas dapat dilakukan oleh ibu-ibu pasca persalinan, dimana
senam nifas mempunyai tujuan untuk (Suparyanto,2010)

a. Membantu mencegah pembentukan bekuan (thrombosis) pada


pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan
peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung.
b. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina
maupun otot-otot dasar panggul.
c. Memperbaiki regangan otot perut.
d. Untuk relaksasi dasar panggul.
e. Memperbaiki tonus otot pinggul.
f. Memperbaiki sirkulasi darah.
g. Memperbaiki regangan otot tungkai.
h. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan
i. Mempercepat kontraksi uterus

2.3.3 Kontra Indikasi


Senam nifas seyogyanya tidak dilakukan oleh ibu yang menderita anemia
atau yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru
(Anggriyana, 2010).

Universitas Faletehan | 11
2.3.4 Prosedur Intervensi Senam Nifas

No Langkah Gerakan
1. Berbaring dengan lutut di tekuk.
Tempatkan tangan diatas perut di
bawah area iga-iga. Napas dalam
dan lambat melalui hidung dan
kemudian keluarkan melalui
mulut.
2. Berbaring terlentang, lengan
dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan
kiri sedikit dan regangkan lengan
kanan. Pada waktu yang
bersamaaan rilekskan kaki kiri dan
regangkan kaki kanan.
3. Berbaring terlentang. Kedua kaki
sedikit diregangkan. Tarik dasar
panggul, tahan selama tiga detik
dan kemudian rileks.
4. Memiringkan panggul. Berbaring,
lutut ditekuk. Kencangkan otot-
otot perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot-
otot bokong tahan 3 detik
kemudian rileks.
5. Berbaring terlentang, lutut ditekuk,
lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira-kira 45
derajat, tahan 3 detik dan rilekskan
dengan perlahan.
6. Posisi yang sama seperti diatas.
Tempatkan lengan lurus di bagian
luar lutut kiri.

Universitas Faletehan | 12
7. Tidur terlentang, kedua lengan di
bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki
sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal
mungkin. Lalu luruskan dan
angkat kaki kiri dan kanan vertical
dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.
8. Tidur terlentang dengan kaki
terangkat ke atas, dengan jalan
meletakkan kursi di ujung kasur,
badan agak melengkung dengan
letak paha dan kaki bawah lebih
atas. Lakukan gerakan pada jari-
jari kaki seperti mencakar dan
meregangkan. Lakukan ini selama
setengah menit.
9. Gerakan ujung kaki secara teratur
seperti lingkaran dari luar ke
dalam dan dari dalam keluar.
Lakukan gerakan ini selama
setengah menit.
10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri
dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti gerakan menggergaji.
Lakukan selama setengah menit.
11. Tidur terlentang kedua tangan
bebas bergerak. Lakukan gerakan
dimana lutut mendekati badan,
bergantian kaki kiri dan kaki
kanan, sedangkan tangan
memegang ujung kaki, dan urutlah

Universitas Faletehan | 13
mulai dari ujung kaki sampai batas
betis, lutut dan paha. Lakukan
gerakan ini 8 sampai 10 kali setiap
hari.
12. Berbaring terlentang, kaki
terangkat ke atas, kedua tangan di
bawah kepala. Jepitlah bantal
diantara kedua kaki dan tekanlah
sekuat- kuatnya. Pada waktu
bersamaan angkatlah pantat dari
kasur dengan melengkungkan
badan. Lakukan sebanyak 4
sampai 6 kali selama setengah
menit.
13. Tidur terlentang, kaki terangkat ke
atas, kedua lengan di samping
badan. kaki kanan disilangkan di
atas kaki kiri dan tekan yang kuat.
Pada saat yang sama tegangkan
kaki dan kendorkan lagi perlahan-
lahan dalam gerakan selama 4
detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6
kali selama setengah menit.

2.4 Hasil Literature Review

Berdasarkan hasil penelitian Mariza Elvira dan Hendrawati (2017) Pada


penelitian ini sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 20 orang. 10 orang
diberi perlakuan senam nifas dan 10 orang tidak diberi perlakuan senam nifas.
Pada tahap awal peneliti menyebar teknik senam nifas kepada ibu postpartum
sebagai responden, maka untuk tahap selanjutnya ibu postpartum didampingi

Universitas Faletehan | 14
dan diawasi oleh peneliti dalam melakukan senam setelah peneliti melakukan
pengamatan dan pengukuran untuk mendapatkan data. Sedangkan untuk
responden yang tidak diberikan latihan hanya diamati dan diukur. Peneliti
menggunakan meteran dalam melakukan pengukuran dalam proses
pengumpulan data. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
involusi uteri pada kelompok perlakuan hampir seluruhnya lebih cepat adalah
≤ 10 hari sedangkan proses involusi pada kelompok kontrol sebagian besar
lebih lambat dibandingkan dengan kelompok perlakuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Mulyani, A et al. (2017), yang
menyatakan bahwa ada perbedaan dalam involusi uterus antara kelompok
yang melakukan senam postpartum dan kelompok yang tidak melakukan
latihan postpartum.

Namun pada jurnal yang ke-5 menunjukkan bahwa pijatan oksitosin lebih
berpengaruh pada involusi uterus dibandingkan dengan olahraga postpartum.
Penelitian ini diperkuat oleh teori yang diungkapkan oleh Pillitery (2003)
bahwa pijat oksitosin dapat menstimulasi hipofisis anterior dan posterior
untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan memicu
kontraksi otot polos di dalam rahim sehingga terjadi involusi uterus.

BAB III

KESIMPULAN

Dari ke 6 jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa senam nifas sangat


berpengaruh terhadap proses involusi uteri pada ibu postpartum. Penurunan

Universitas Faletehan | 15
tinggi fundus uteri lebih cepat pada kelompok ibu postpartum yang melakukan
senam nifas di bandingkan dengan kelompok ibu postpartum yang tidak
melakukan senam nifas dan kurang mobilisasi.

Namun pada jurnal ke 5 menunjukkan bahwa pijatan oksitosin lebih


berpengaruh terhadap involusi uteri dibandingkan senam nifas.

Universitas Faletehan | 16
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Nurlaila, & Pranajaya, R. (2013). Pengaruh Senam Nifas Terhadap


Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Postpartum. Jurnal
Keperawatan.

Elis, A., & Mustari, R. (2017). Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusio Uteri di
Puskesmas Tobadak Kab. Mamuju Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Forilkesuit, 23-29.

Eva, L., Ermawati, & Rullynil, N. T. (2014). Pengaruh Senam Nifas terhadap
Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M.
Djamil Padang . Jurnal Kesehatan Andalas, 318-326.

Hendrawati , & Elvira, M. (2017). The Implementation Of Puerperal Gymnastics


With The Process Of Uterine Involution Post Partum Mother. Malaysian
Journal of Medical Research.

Indriati, R., Yulianti, T. S., & Mulyanto, I. F. (2014). Pengaruh Senam nifas
Terhadap Kecepatan Involusio Uteri Ibu Postpartum di Desa Gedangan
Grogol Sukoharjo. Kosala JIK, 39-44.

Indriyastuti , H. I., Kusumastuti, & Aryanti, T. (2014). PENGARUH SENAM


NIFAS TERHADAP KECEPATAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU
NIFAS DI BPS SRI JUMIATI KECAMATAN BULUSPESANTREN
KABUPATEN KEBUMEN . Jurnal Involusi Kebidanan.

Kusumaningrum, P. R. (2010). Efektifitas Senam Nifas Terhadap Involusi uteri di


RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Purwati, Y. (2019). The Effect of Postpartum Exercise to Uterine Involution. EAS


Jurnal of Nursing and Midwifery, 38-42.

Rullynil, Nurniati Tianastia ; Ermawati; Lisma, Evareny;. (2014). Pengaruh


Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post
Partum di RSUP DR. M. Djamil Padang . Jurnal Kesehatan Andalas.

Samsinar. (2019). Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusio Uteri di Rumah


Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare. Jurnal Fenomena
Kesehatan, 237-242.

Universitas Faletehan | 17
Silvian , M., Ekasari, T., & Zakiyyah , M. ( 2018). PENDIDIKAN KESEHATAN
DAN PELATIHAN SENAM NIFAS . J-PENGMAS: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat , 11-16.

Sriwenda , D., & Hadianti, D. N. (2019). The Effectiveness of Postpartum


Exercise and Oxytocin Massage on Uterus Involution . Open Journal of
Nursing .

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html

Universitas Faletehan | 18

Anda mungkin juga menyukai