Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase
remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum
memperoleh status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-
anak. Fase remaja disebut dengan masa kritis, suatu fase adanya banyak
permasalahan dalam perkembangan, kepekaan terhadap stimulus dari luar,
kondisi psikis yang labil dan mudah terbawa arus lingkungan. Fase remaja
juga merupakan fase yang sulit dan berpengaruh terhadap masa dewasa
nantinya dan peran orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan dalam melewati
fase tersebut (Monks dkk, 2002).
Dengan demikian penting sekali kiranya peran keluarga bagi anak atau
remaja, karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang
memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari
keluarga. Salah satunya adalah menghormati orang yang lebih tua serta
membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul. Pendidikan anak
dalam keluarga merupakan awal dan sentral bagi seluruh pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi individu dewasa. Kasih sayang orang tua bersifat
menghangatkan, memberi rasa aman, dan mampu mengembangkan
kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan arah dan dorongan serta
bimbingan agar anak berani dan mampu dalam menghadapi kehidupan
(Monks dkk, 2002).
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus mempunyai
kedisiplinan baik, berakhlak mulia, menjaga emosi dengan baik, tangguh dan
berkharakter baik. Selain itu juga harus mempunyai kepribadian yang sehat,
menghargai orang tua, guru, teman dan orang-orang di sekitar. Remaja yang
baik adalah remaja yang mampu bertutur kata sopan dan mampu menanamkan
hal-hal positif pada diri mereka sendiri supaya tidak terjerumus ke hal-hak
yang tidak diinginkan. Pada saat memilih teman, bukan memilih teman dalam
arti kekasih melainkan memilih teman yang baik untuk kedepan, yaitu teman

1
yang bemberikan dukungan, dorongan, motivasi, dan tidak terjerumus pada
hal-hal yang tidak diinginkan. Remaja masa sekarang wajib bisa memilih arus
globalisasi mana yang harus mereka ikuti karena pada dasarnya globalisasi
mempunyai dampak yang positif juga dampak yang negatif (Fitri dkk, 2018).
Orang tua mempunyai peran penting dalam kehidupan remaja serta harus
memberi arahan, bimbingan, perhatian, masukan, kasih sayang, kepedulian,
memberi contoh baik kepada anak agar remaja tidak berjalan ke arah yang
buruk. Pendidikan bagi orang tua sangat penting untuk mendidik remaja.
Orang tua yang mempunyai pendidikan cukup akan berpengaruh terhadap
remaja. Interaksi orang tua dengan remaja saling terbuka dan saling pengertian
dapat membentuk kepribadian yang baik bagi remaja (Al-Mighwar, 2006).
Masa sekolah menengah merupakan masa dimana remaja mulai
mengenal berbagai banyak teman yang mempunyai karakter beraneka ragam,
mulai mengenal pergaulan, masa pencarian jati diri, dan masih banyak lagi.
Teman tidak semuanya memberikan dampak negatif, terkadang juga positif
untuk para remaja tergantung bagaiman remaja menjalani dan mensikapi.
Remaja masa kini suka menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan
padahal remaja sekarang sudah mempunyai banyak fasilitas yang mendukung
untuk meningkatkan hasil prestasinya, tetapi tidak diguakan sebagaimana
mestinya. Banyak remaja jaman sekarang yang terjerumus pada pergaulan
bebas, merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, membuat geng-geng
antar pelajar, geng tawuran dan lain sebagainya. Akhlak remaja dari masa ke
masa semakin merosot. Rasa malu pada hal-hal buruk nampak mulai terkikis,
kepribadian yang buruk justru ditanamkan, serta pancarian jati diri yang tidak
sesuai sehingga menimbulkan hal-hal buruk pada remaja. Akhlak mulia mulai
menurun yang sehari-hari remaja tidak melakukan hal-hal baik malah
melakukan hal-hal yang buruk. Hal ini semua bukan salah remaja, tetapi orang
tua yang kurang memberikan perhatian, intensitas interaksi dengan orang tua
yang minim, kasih sayang orang tua yang kurang, pendidikan orang tua yang
rendah dan masih banyak lagi. Selain kesalahan dari orang tua faktor
lingkungan dan sekolah juga dapat mempengaruhi menurunnya kepribadian
remaja rendah (Al-Mighwar, 2006).

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan informasi dan mempersiapkan remaja untuk
menghadapi dan mempersiapkan kesehatan reproduksi remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi dan mempersiapkan remaja dalam
menghadapi perubahan pada remaja (organ reproduksi dan
psikologi)
2. Memberikan informasi dan mempersiapkan remaja dalam
menghadapi masalah terkait perubahan pada masa remaja
3. Memberikan informasi pada remaja tentang perilaku hidup sehat
(konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, merokok, minum –
minuman keras)
4. Memberikan informasi pada remaja tentang risiko reproduksi remaja
(hubungan seksual, kehamilan remaja, aborsi)
5. Memberikan informasi pada remaja tentang NAPZA
6. Memberikan informasi pada remaja tentang penyakit menular
seksual

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Pada Masa Remaja (Organ Reproduksi dan Psikologi)


2.1.1 Definisi Remaja
Masa remaja merupakan salah satu masa yang dilewati dalam
setiap perkembangan individu. Masa perkembangan remaja adalah periode
dalam perkembangan individu yang merupakan masa mencapai
kematangan mental, emosional, sosial, fisik dan pola peralihan dari masa
kanak-kanak menuju dewasa. Perubahan yang terjadi pada masa remaja
seperti pertumbuhan secara cepat baik fisik, psikis (stress, anxiety,
depresi) dan sosial menimbulkan banyak persoalan dan tantangan. Salah
satu permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada
dasarnya disebabkan oleh kurang percaya diri (Fitri dkk, 2018).
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja didefinisikan
sebagai periode pertumbuhan antara kanak-kanak dan dewasa yang
dimulai ketika seseorang mulai mengalami pubertas sampai dengan ia
mencapai kematangan seksual.
2.1.2 Tahapan Remaja
Wong, et al (2009) mengemukakan masa remaja terdiri atas tiga
subfase yang jelas, yaitu:
a. Masa remaja awal usia 11-14 tahun
b. Masa remaja pertengahan usia 15-17 tahun
c. Masa remaja akhir usia 18-20 tahun
2.1.3 Anatomi Ogan Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh
yang penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial
bagi kehidupan seseorang. Pada manusia, reproduksi berlangsung secara

4
seksual. Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan
wanita.
a. Struktur dan fungsi organ reproduksi pada pria
Organ reproduksi pria berfungsi untuk menghasilkan spermam
(gametogenesis) dan menyalurkan sperma ke wanita.

1. Alat Kelamin Luar


a) Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina wanita saat
kopulasi (persetubuhan).
b) Uretra adalah saluran yang mengantarkan urin dan sperma.
c) Skrotum (zakar) merupakan suatu kantong kulit yang
membungkus testis dan epididimis.
2. Alat Kelamin Dalam
a) Testis
Di dalam testis terjadi proses pembuatan sel kelamin jantan dan
hormon kelamin.
b) Epididimis
Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai
tempat pematangan sperma
c) Vas deferens
Saluran ini merupakan lanjutan dari epididimis. Fungsinya adalah
mengangkut sperma menuju vesikula seminalis (kantong sperma).

5
d) Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh seorang pria adalah vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).

b. Struktur dan fungsi organ reproduksi pada wanita

1) Alat Kelamin Luar


a) Labia mayora (bibir besar), yaitu struktur terbesar alat kelamin
luar perempuan yang tebal dan berlapiskan lemak.
b) Labia minora (bibir kecil) ialah lipatan kulit yang halus dan
tidak memiliki lapisan lemak.
c) Mons veneris
d) Klitoris
e) Orificium urethrae adalah muara dari saluran kencing yang
terleak di bawah klitoris.

6
f) Himen sering disebut sebagai selaput dara
g) Kelenjar reproduksi
2) Alat Kelamin Dalam
a) Ovarium, disebut indung telur.
b) Oviduk (Tuba Fallopi)
Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dan
rahim (uterus).
c) Rahim (Uterus)
d) Vagina
Vagina merupakan alat kelamin wanita yang menghubungkan
alat kelamin luar dengan rahim.
2.1.4 Perubahan Organ Reproduksi Remaja
Pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, termasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah
perubahan fisik. Perubahan ini ditandai dengan munculnya :
a. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan
organ seks (terjadinya haid atau menstruasi pada remaja putri dan
terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki).
b. Tanda- tanda seks sekunder
Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ
reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga
remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat (BKKBN,
2010).
1. Laki-laki
Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan
berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar
kemaluan dan ketiak.

7
2. Perempuan
Ciri-ciri seksual pada remaja putri seperti pinggul menjadi
tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus dan pori-pori bertambah
besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh kelenjar
lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat (Al-Mighwar, 2006).
Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain :
a) Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah
kulit.
b) Buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol, dan
dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi
semakin lebih besar dan lebih bulat lagi.
c) Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan
kulit wajah. Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula
lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih
kasar, lebih gelap dan agak keriting.
d) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
poripori bertambah besar. Suara dari suara kanak-kanak menjadi
merdu (melodious), suara serak dan suara yang pecah jarang
sekali terjadi.
e) Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar
dibanding kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat.
f) Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan
baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
g) Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki(Al-
Mighwar, 2006).
Al-Mighwar (2006) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu:
1. Tahap Prapubertas

8
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua
terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai
”prapuber”, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula
seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak,
namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna.
2) Tahap Puber
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara
masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria
kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid
pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan
mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel – sel diproduksi
dalam organ - organ seks.
3) Tahap Pascapuber
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa
remaja. Pada tahap ini ciri -ciri seks sekunder sudah berkembang
dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal
dibawah pengauh sistim saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas
tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta
perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan
kematangan neurogonad dengan kemampuan untuk bereproduksi.
Perbedaan fisik antara dua jenis kelamin ditentukan dengan karakteristik
pembeda, karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal
yang melaksanakan fungsi reproduktif (ovarium, uterus, payudara, penis).
Karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh
tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (perubahan suara, munculnya
rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan lemak) tetapi tidak
berperan langsung dalam reproduksi (Wong, et al. 2009).

9
2.1.5 Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai


dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali
pada saat kehamilan (Aulia, 2009). Menstruasi adalah pelepasan dinding
rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan.
Menstruasi biasanya terjadi pertama kali (menarche) pada usia 11-13
tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-
55 tahun). Jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama
menstruasi bulan berikutnya disebut siklus menstruasi (BKKBN, 2010).
Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3-7 hari. Siklus menstruasi yang
normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang kurang atau lebih dari siklus
menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu sama setiap bulannya.
Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml
per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per harinya. Pembalut harus
diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya.
Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi antar
hormon dalam tubuh wanita, keseimbangan hormon dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu :

a. Asupan Nutrisi
Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Pola
makan yang salah dengan tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan
meningkatkan berat badan yang lebih dan hal ini secara langsung akan
meningkatkan status gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat terjadi).
Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan kerja

10
organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk
menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan
tersebut. Dan hal ini tentunya akan berdampak pada fungsi sistem
hormonal pada tubuh. Adanya gangguan dari fungsi sistem hormonal dari
tubuh tersebut tentunya akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh
secara maksimal termasuk organ seksual perempuan baik berupa
peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri akan berdampak
pada gangguan siklus haid yang terlalu cepat maupun siklus haid yang
pendek. Sedangkan pada penerapan pola makan yang kurang sendiri
(paling banyak diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi
kemampuan kerja organ tubuh secara langsung dimana tubuh tidak
memiliki kemampuan yang normal karena energi yang sebahagian besar
bersumber dari makan tidak mencukupi dan hal ini juga tentunya akan
mempengaruhi maksimalisasi kerja organ sendiri.
b. Kondisi Psikologis
Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya
adalah stres psikologis. Banyak penelitian menemukan adanya hubungan
nafsu makan tinggi dengan the level of psychological events and
behaviour. Saat menstruasi tidak lancar, wanita bisa mengalami emotional
hunger yaitu keinginan mengisi perut yang kuat sekali, biasanya makanan
camilan energi dan lemak tinggi, karbohidrat olahan dan sederhana tinggi.
Secara fisiologis, Anda mungkin tidak lapar, lambung tidak kosong dan
tubuh belum memerlukan makanan (biological hunger). Wanita harus
mengelola stres psikologis dengan baik agar menstruasi bisa lancar
kembali.
2.1.6 Masalah Menstruasi
Ada beberapa masalah menstruasi yang biasa dialami oleh seorang
wanita antara lain menoragia, istilah medis untuk perdarahan menstruasi
yang berlebihan, polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang
menyebabkan wanita berkali-kali mengalami menstruasi dalam sebulan,
bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih, amenorea adalah keadaan dimana
menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau pada saat yang

11
seharusnya menstruasi terjadi secara teratur. Masalah yang biasa di alami
oleh kebanyakan wanita khususnya remaja, antara lain:
a. Pre-menstrual syndrome (PMS)
Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang
tidak menyenangkan, baik fisik maupun psikis, yang dialami oleh
perempuan menjelang masa haid, yaitu sekitar satu atau dua minggu
sebelum haid seperti kemarahan yang tiba-tiba, insomnia dan lain-lain
(American Congress of Obstetricians and Gynecologists/ACOG, 2016).
Sindroma atau gejala PMS ini akan hilang begitu haid mulai atau
bahkan 1-2 hari menjelang menstruasi. Tidak ada tes atau pemeriksaan
laboratorium ataupun pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis PMS. Sebagian besar perempuan pernah
mengalami satu atau beberapa gejala yang umum disebutkan sebagai
gejala PMS, walaupun tingkat keparahannya sangat bervariasi, dari
yang sangat ringan sampai sangat berat. Pada sebagian kecil
perempuan, sindroma pra-menstruasi sangat berat sampai sangat
mengganggu kegiatan sehari-hari, bahkan sampai tidak dapat
menjalankan kegiatan sehari-hari. PMS yang sangat parah ini disebut
PMDD (Pre-menstrual Dysphoric Disorder) atau Gangguan Disforik
Pra-menstruasi.
Tanda dan gejala yang biasa terjadi, antara lain:
1. Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
2. Timbul jerawat
3. Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang manis
dan asin
4. Berat badan bertambah
5. Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang keram
6. Konstipasi (sembelit)
7. Sakit kepala
8. Pegal linu, keram
9. Kadang-kadang terjadi pembengkakan di ujung-ujung jari, tangan,
atau kaki

12
10. Nyeri punggung
11. Lemas dan lesu
12. Mudah lelah
13. Mudah cemas dan tersinggung, uring-uringan, depresi
14. Sulit berkonsentrasi
15. Gangguan tidur (insomnia)
b. Dismenorea
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dalam bahasa Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful
period” atau menstruasi yang menyakitkan (American College of
Obstetritians and Gynecologists, 2015). Nyeri menstruasi terjadi
terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis.
Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal
dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah
menstruasi dari dalam rahim.
Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-
otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri.
Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga
pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah,
pinggang, panggul, paha hingga betis. Proses ini sebenarnya merupakan
bagian normal proses menstruasi, dan biasanya mulai dirasakan ketika
mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam. Sebagian
besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam
derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja
umumnya bukan karena penyakit, dan disebut dismenorea primer.
Dismenorea primer dapat diperingan gejalanya dengan obat
penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen,
naproxen, dan obat obat analgesik-antiinflamasi lainnya. Kompres
dengan botol air panas dan mandi air hangat juga dapat mengurangi
rasa sakit. Jika suka, cobalah diurut atau dipijat dengan tekanan ringan,
jangan terlalu keras, untuk membantu menghilangkan rasa pegal pada

13
otot otot tubuh. Makan makanan bergizi dan hindari konsumsi garam
dan kafein.
2.1.7 Perubahan Psikologis pada masa remaja

a. Perkembangan Kognitif dan Bahasa

Ciri-ciri perkembangan kognitif pada masa ini sebagai berikkut:


1. Mampu menalar secara abstrak dalam situasi yang menawarkan
beberapa kesempatan untuk melakukan penalaran dedutif hipotesis
(hypotetico-deductive reasoning) dan berfikir proporsional
(propotional thought). Penalaran deduktif hipotesis adalah suatu
proses kognitif dimana seseorangg dihadapkan pada suatu
permasalahan makai a memulai dengan suatunteori umum dari
seluruh faktor yang mungkin mempemgaruhi hasil dan
menyimpulkannya dalam suatu hipotesis tentang apa yang mungkin
terjadi (akibatnya) (Herlina, 2013).
2. Memahami kebutuhan logis dari pemikiran proporsisional,
memperbolehkan penalaran tentang premis (alasan) yang
kontradiktif dengan realita. Pemikiran proporsisional merupakan
karakteristik penting kedua dalam tahap operasi formal. Remaja
dapat mengevaluasi logika dari proporsi (penyataan verbal) tanpa
merujuk pada keadaan dunia nyata. Sebaliknya anak pada tahap
operasi konkret mengevaluasi logika pernytaan hanya dengan
mempertimbangkan dengan mendasar pada bukti-bukti konkret.
3. Memperhatikan distorsi kognitif yaitu pendengar imajiner/khayal
dan dongeng pribadi yang secara bertahap akan menurun dan
menghilang di usia remaja.

14
b. Perkembangan Emosional

Perubahan emosi, mulai memasuki “masa trotz II”, dimana anak


mulai menunjukkan rasa “aku” nya, melalui tindakantindakan yang
menurut pendapatnya adalah benar, walaupun kenyataannya mungkin
tindakan itu cenderung kearah negatif. Juga pada masa ini mereka
sedang mengalami disequilibrium, yaitu ketidakseimbangan emosi yang
mengakibatkan emosi mereka mudah berubah, mudah bergolak dan
tidak menentu. Tindakantindakan yang sering nampak antara lain:
merasa rendah diri, menarik diri dari lingkungan, merasa dirinya tidak
mampu dan tidak berguna, berdiam diri (pasif), suka menentang, ingin
menang sendiri dan kadang-kadang agresif. Pada masa remaja ini
bentuk manifestasi emosi marah akan dapat berupa sikap agresif baik
bersifat verbal (menentang, mendebat) maupun bersifat fisik
(membanting, berkelahi) (Azizah, 2013).
Setelah memasuki masa remaja individu memiliki kemampuan
untuk mengelola emosinya. Remaja memeiliki rasa tidak percaya diri
ditandai dengan adanya kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri
individu dan menghambat dalam pencapaian tujuan hidup. Sejumlah
penyebab kurang percaya diri, di antaranya: pengaruh lingkungan,
sering diremehkan dan dikucilkan oleh teman sejawat, pola asuh orang
tua yang sering melarang dan membatasi kegiatan anak, orang tua yang
selalu memarahi kesalahan anak, tetapi tidak pernah memberi
penghargaan apabila anak melakukan hal yang positif, kurang kasih
sayang, penghargaan atau pujian dari keluarga, trauma kegagalan
dimasa lalu, trauma dipermalukan atau dihina di depan umum, merasa
diri tidak berharga lagi karena pernah dilecehkan secara seksual, merasa

15
bentuk fisik tidak sempurna dan merasa berpendidikan rendah.
Kelemahan yang ada pada diri seseorang, seringkali pula menjadi
penyebab timbul atau hilangnya rasa percaya diri (Fitri dkk, 2018).
Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emosi
remaja. Laki-laki kurang menunjukan emosi takut selama distress di
bandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh keyakinan pada
laki-laki bahwa mereka akan kurang di mengerti dan di kucilkan atau di
remehkan oleh orang lain bila menunjukan emosi agresig dan mudah
diserang.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2015) hubungan antara
emosi dan tingkah laku remaja memerlukan sejumlah ciri utama
pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peran penting
dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama
pikiran emosional tersebut adalah respon yang cepat tetapi ceroboh.
Dikatakannya bahwa pikir yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat
daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya
langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang
akan dilakukannya. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran. Pikaran
rasional sesunggunya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan
dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul
adalah dorongan emosi, kemudian dorongan fikiran. Memperlakukan
realitas sebagai realitas simbolik logika pikir emosional yang disebut
juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya, memandang unsur-unsur
yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri.
Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang sejumlah ciri suatu
peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau yang
mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan
menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan
peristiwa yang diingat pikiran emosional individu banyak ditentukan

16
oleh keadaan dan ditentukan oleh perasaan tertentu yang sedang
menonjol pada saat itu. Cara seseorang berprilaku dan bertindak saat
merasa senang dan romantis akan sangat berbeda perilakunya ketika
sedang dalam keadaan sedih.

c. Perkembangan Sosial dalam remaja

Perubahan sosial, mengalami dua macam gerak yaitu memisahkan


diri dari orang tua dan menuju kearah teman sebaya. Dalam masa
remaja, seseorang berusaha untuk melepaskan diri dari orang tuanya
dengan maksud untuk menunjukkan dirinya. Hal tersebut sebagai
proses mencari identitas ego yaitu pembentukan identitas kearah
individualitas yang mantap (Azizah, 2013).
Dalam hidup bermasyarakat remaja  dituntut bersosialisasi .Dalam
masa Remaja cakrawala interaksi sosial telah meluas dan
kompleks.Selain berkomunikasi dengan keluarga juga dengan sekolah
dan masyarakat umum yang terdiri atas anak-anak maupun orang
dewasa dan teman sebaya pada khususnya.Bersamaan dengan itu
remaja mulai memperhatikan mengenai norma-norma yang berlaku
serta melakukan penyesuaian diri kedalam lingkungan social.  Pada
mulanya saat melakukan interaksi sosial remaja  meninggalkan rumah
dan bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya.Pergaulan
meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya
(peer group) sebagai suatu wadah penyesuaian.Didalamnya timbul

17
persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya
dalam pergaulan.
Sangat penting dalam pergaulan remaja ini adalah di dalamnya
remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya.Ini dapat
dilihat dari remaja yangmengalami perubahan tingkah laku sebagai
salah satu usaha penyesuaian. Dan dibawah ini merupakan kelompok-
kelompok sosial pada remaja:
1. Kelompok Chums

Yaitu sekelompok individu dengan ikatan persahabatan yang


kuat.Jumlah anggota biasanya terdiri atas 2-3 orang dengan jenis
kelamin sama,mempunyai minat,kemampuan serta kemauan-
kemauan yang hampir  sama.Karena beberapahal yang mirip  itu
mereka sangat akrab meskipun dapat terjadi perselisihan,namun
secara mudah dapat dilupakan dan akrab lagi.

2. Kelompok Cliques

Yaitu sekelompok remaja yang biasanya terdiri atas 4-5 orang


yang mempunyai minat,kemampuan,dan kemauan yan g relatif
sama.
Baik Kelompok Chums maupun Kelompok Cliques ini pada
mulanya terdiri atas anak-anak remaja awal.Namun pada

18
Kelompok Cliques mulai beralih terdiri atas campuran dan makin
kuat bagiremaja akhir.Aktivitas mereka berupa: rekreasi
bersama,pesta,nonton film,nonton pameran,saling menelpon dan
jenisnya yang menyita waktu dan kadang-kadang merupakan
penyebab terjadinya pertentangan dengan orang tua atau orang lain
disekitarnya.

3. Kelompok Crowds

Terdiri atas banyakanggota,berarti terdiri atas sekelompok


remaja yang lebih besar dari kelompok cliques.Terdiri atas jenis
kelamin campuran baik laki-laki maupun perempuan.Demikian
pula kemampuan,minat,dan kemauanya berbeda.Para anggotanya
sangat ingin diterima dan mendapat pengakuan crowds itu.

4. Kelompok yang diorganisir

Umumnya yang mengorganisir kelompok ini adalah orang


dewasa.Misalnya organisasi sekolah,yayasan agama dan
sebagainya.Orang dewasa membentk organisasi kelompok remaja
ini biasanya dengan kesadaran bahwa remaja membutuhkan

19
penyesuaian pribadi dan sosial dalam stu wadah.Keanggotaanya
bebas maksudnya mungkin sudah menjadi kelompok persahabatan
yang tak terorganisir.

5. Kelompok Gangs

Keanggotan gangs biasanya berasal  dari kelompok-kelompok


yang menolaknya.Berarti mereka gagal ke dalam kelompok karena
ditolak,tak puas atau tak dapat menyesuaikan diri.Sesuai dengan
keinginan dan kadang-kadang mengganggu atau balas dendam
kepada kelompok lain atau terdahulu.Meskipun demikian gangs itu
mempunyai corak yang cenderung kalem dan agresif (Istiqomah,
2016).

2.1.8 Remaja dan Masalah Majemuk

Remaja disebut dengan masa pancaroba karena sedang mengalami


perkembangan fisiologis dan psikologis yang akan menimbulkan
kecemasan. Kecemasan akan menimbulkan banyak masalah dan masalah
akan mempengaruhi kebahagiaan. Oleh karena itu orang dewasa berperan
dalam membantu menciptakan kebahagiaan remaja. Keadaan remaja yang

20
berbahagia dan keadaan remaja yang bermasalah adalah dua titik ekstrem
yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan dalam masa
remaja. Hal tersebut di dukung pendapat Freud (dalam Suryabrata, 1998)
bahwa anak sampai umur kira-kira 5 tahun melewati fase-fase yang
terdiferensiasikan secara dinamis, kemudian sampai umur 12 atau13 tahun
mengalami fase laten, yaitu suatu fase di mana dinamika menjadi lebih
stabil. Dengan datangnya masa remaja (pubertas) dinamika meletus lagi,
dan selanjutnya makin tenang kalau orang makin dewasa. Bagi Sigmund
Freud, masa sampai umur 20 tahun menentukan bagi pembentukan
kepribadian seseorang. Artinya seseorang yang dapat melewati masa
remaja dengan bahagia akan menjadi dewasa yang berkepribadian dan
sebaliknya (Azizah, 2013 ).
Setiap tahap usia remaja mempunyai tugas perkembangan yang
harus dilalui. Apabila seseorang gagal melaksanakan tugas perkembangan
pada usia sebenarnya, perkembangan pada tahap berikutnya akan
mengalami gangguan, lalu mencetuskan masalah pada diri remaja. Pada
usia ini, remaja mencoba mencari penyesuaian diri dengan kelompok
sebayanya. Dia mula memerhatikan pendapat orang lain, selain
menginginkan kebebasan dan keyakinan diri. Ada empat masalah yang
mempengaruhi sebagian besar remaja adalah: masalah penyalahgunaan
obat, masalah kenakalan remaja, masalah seksual, masalah-masalah yang
berkaitan dengan sekolah (Diananda, 2018).

2.1.9 Tugas-tugas Perkembangan remaja

21
Remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah
(fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas
perkembangan pada usinya dengan baik. Apabila tugas pekembangan
sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan mengalami
kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan
dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase
berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas
perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial
fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-
kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.


b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri (Zarkasih Putro, 2017).

22
2.2 Masalah Terkait Perubahan Pada Masa Remaja
2.2.1 Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang
cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang
penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya
(ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika
tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual. (akhmadsudrajat, 2008)
a. Perkembangan Fisik dan Motorik pada Remaja
Menurut Bella Kartini tahun 2015, perkembangan fisik dan
motorik remaja adalah sebagai berikut :
1. Perubahan seks sekunder yang terjadi ialah pada pinggul, payudara,
rambut, kulit, otot, dan suara
2. tumbuhnya rambut pada ketiak, kemaluan, lengan, kaki, dan wajah
3. Kulit juga terjadi perubahan menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak
pucat dan lubang poripori bertambah besar.
4. Perubahan pada otot ialah otot semakin kuat dan besar sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki
5. Sedangkan pada suara, remaja putri akan mengalami perubahan
suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu dan melengking.
6. Pacu tumbuh yang pesat, yaitu pertambahan tinggi dan berat badan
yang cepat
b. Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, masalah fisik dan motorik remaja
adalah sebagai berikut

23
1. Malu terhadap perubahan fisiknya
2. Kulit berminyak dan berjerawat
3. Obesitas
4. Sulit konsentrasi
5. Nyeri saat haid
c. Solusi Masalah Fisik dan motorik pada Remaja
Menurut Dhamayanti, 2017, solusi masalah fisik dan motorik
remaja adalah sebagai berikut
1. Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
2. Membiasakan makan makanan sehat
3. latihan fisik atau olahraga minimal satu minggu sekali
4. mengetahui pendidikan reproduksi remaja yang benar
5. peduli terhadap diri sendiri termasuk kesehatan dan kebersihan
badan
2.2.2 Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan
intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan
kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui
pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan
berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal
merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing.
Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana,
menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak
bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan
karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan
ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak
berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya
perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
(akhmadsudrajat, 2008)

a. Perkembangan Kognitif dan bahasa pada Remaja

24
Menurut Bujuri, 2018 dan Darouich, dkk. 2017 Perkembangan
Kognitif dan Bahasa pada Remaja yaitu :

1. Kemampuan Berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat,


menghafal, memecahkan masalah-masalah nyata, beride dan
kreatifitas.
2. Perkembangan Keterampilan, termasuk komunikasi, motorik, sosial,
emosi, dan keterampilan adaptif

b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa


dan kognitif:

1. Belajar bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci


terhadap pelajaran dan gurunya

2. Ketidakselarasan antara bakat, minat dan kemampuan

3. Terutama pada remaja awal cenderung berpikir “di sini dan


sekarang” dalam mengambil keputusan hidup

4. Sangat rentan dengan pemikiran “sesat” tetapi dasar logika


berpikirnya kuat

5. Dengan berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya


idealisme, pencari idola, rasa ingin tahu dan ingin diakui-dihargai.
Jika potensi-potensi ini tidak terfasilitasi dengan tepat sangat
mungkin mengalami salah arah.

c. Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bahasa


dan kognitif individu adalah sebagai berikut:

1. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan


mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.

2. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.

25
3. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan.

4. Belajar memahami sudut pandang orang lain.

5. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat


diterima dan mana yang tidak.

6. Belajar bersifat positif terhadap kehidupan

(Daradjat, 1994)

2.2.3 Permasalahan berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial,


moralitas dan keagamaan
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan
sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima
di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer
group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja
dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia
akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema
perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya,
namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk
dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya
remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi
adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat
menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan
orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ
reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja
ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga
ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan

26
berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan
lingkungannya.
a. Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan
Di dalam IDAI tahun 2017 Perkembangan perilaku sosial, moralitas
dan keagamaan.
1. Moralitas terjadi apabila seseorang mengambil sikap yang baik
dikarenakan dia sadar akan kejiwaan dan tanggung jawab, bukan
untuk mencari keuntungan dan tanpa pamrih
2. Memandang etika lebih condong kearah ilmutentang baik atau
buruk. Etika lebih dikenal dengan kode etik
3. Agama menuntut seorang untukmendasarkan diri pada wahyu Tuhan
dan ajaran agama
4. Ikatan solidaritas, nilai dan tradisi sebaya sangat kuat
b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan bahasa
dan kognitif:

1. Munculnya perilaku anti sosial pada remaja


2. Konflik dengan orang tua
3. Penyalahgunaan NAPZA
4. Mudah digerakkan dalam perilaku destruktif
5. Mudah terlibat dalam kegiatan massa
6. Seks bebas
7. Kasus kriminalitas
8. Kekerasan
9. Anarchism
10. Premanisme
11. Merosotnyadisiplin
12. Tumbuhnya budaya materialisme dan hedonism, merosotnya sopan
santun dan tawuran pelajar
c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perilaku sosial, moralitas
dan keagamaan adalah:
1) Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.
2) Mempelajari keterampilan komunikasi verbal.

27
3) Belajar berempati
4) Mempelajari dinamika kelompok
5) Belajar mengembangkan pemahaman
6) Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk
mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional
adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terdapat
materi.
(Ali, Mohammad. 2010)
2.2.4 Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan
emosional
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri
(self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika
remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis
identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang
sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan
belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan
pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan
bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif.
Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan
emosinya.
a. Perkembangan kepribadian, dan emosional pada Remaja
1) Pencarian identitas diri
2) Timbul kepercayaan diri dan mulai menemukan jati dirinya
3) Kontrol diri
b. Masalah-masalah yang mungkin timbul karena perkembangan
kepribadian dan emosional:

1) Keadaan emosinya goncang dan tidak stabil

2) Mudah condong kepada trendsetter

28
3) Emosi sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung

4) Pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya.

5) Perhatian kepada diri dan penampilannya berlebihan

6) Butuh akan penerimaan sosial dan kebebasan

7) Memerlukan pengertian mendalam tentang kebutuhan, bakat,


kapasitas diri,

8) Rasa ingin tahu cara bergaul dengan lawan  jenis

9) Cenderung membangkang dan memiliki sifat memberontak

(Daradjat, 1994)

c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan


emosional individu adalah:
1) Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2) Mengungkapkan perasaan
3) Menilai intensitas perasaan
4) Mengelola perasaan
5) Menunda pemuasan
6) Mengendalikan dorongan hati
7) Mengurangi stress
8) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
(Daradjat, 1994)

2.3 Perilaku Hidup Sehat Pada Remaja (Konsumsi Buah dan Sayur,
Aktivitas Fisik, Merokok, Minum – Minuman Keras)
2.3.1 Pengertian perilaku hidup sehat
Kesehatan pribadi adalah kesehatan diri seseorang yang bersih dari
segala penyakit yaitu berasal dari dalam tubuh diri sendiri dan lingkungan

29
sekitar. Diri dan lingkungan yang bersih dapat membantu anak usia
sekolah dan remaja agar terhindar dari penyakit. Untuk menjaga diri dan
lingkungan yang sehat, anak usia sekolah dan remaja dapat menerapkan
Perilaku Hidup Sehat, dengan menerapkan perilaku ini, anak usia sekolah
dan remaja secara sadar melakukan kegiatan sehari-hari dengan
menerapkan prinsip hidup sehat. Manfaat dari PHBS adalah setiap orang
menjadi sehat dan tidak mudah sakit, serta anak-anak tumbuh sehat dan
cerdas. Dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah kesehatan
bermacam-macam seperti diare, keracunan makanan, kegemukan, demam
berdarah, penyakit pernapasan, gangguan pertumbuhan, dan penyakit
terkait lainnya.
(Kemenkes RI,2018).
2.3.2 Macam-macam perilaku yang berdampak pada kesehatan remaja
Pola makan
a. Konsep Gizi
Kandungan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya
kebutuhan tubuh beserta aktivitasnya. Remaja merupakan masa
peralihan dari anak menjadi dewasa di mana terjadi pertumbuhan fisik,
mental dan emosional yang sangat cepat. Makanan yang mengandung
unsur zat gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Dengan
mengonsumsi makanan yang cukup gizi dan teratur, remaja akan
tumbuh sehat sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi,
kebugaran untuk mengikuti semua aktivitas dan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Remaja putri yang cukup mengonsumsi
makanan yang bergizi akan terpelihara kesehatan reproduksinya,
sehingga akan menjadi calon ibu yang sehat pada saat memasuki masa
perkawinan. Jika kondisi sehat ini dipertahankan terus sampai
memasuki masa hamil akan dapat melahirkan anak yang sehat dan
cerdas. Kecukupan gizi didapatkan dari keseimbangan antara jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan, sehingga
bermanfaat bagi terpeliharanya fungsi tubuh secara optimal.
1) Pengertian Gizi

30
Gizi adalah substansi organik berupa zat pada makanan yang
dibutuhkan organisme untuk menjaga fungsi dari sistem tubuh,
pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, dan kesehatan.
2) Zat Gizi
Dalam makanan terdapat 5 (lima) kelompok zat gizi yaitu :
a) Hidrat arang atau karbohidrat
Sebagai makanan pokok menghasilkan tenaga yang satuannya
kalori. Sumber tenaga ini dibutuhkan untuk bekerja, bernafas dan
lain-lain. Contoh makanan sumber karbohidrat: nasi, kentang, ubi,
singkong, mie, roti, sagu, jagung dan lain-lain.
b) Protein
Protein terdiri dari protein nabati dan protein hewani. Banyak
terdapat dalam lauk pauk, protein nabati (tumbuhan) seperti tahu,
tempe, kacang kedelai dan kacang-kacangan yang lain. Protein
hewani seperti daging, telur, ikan dan lain-lain.
c) Lemak
Banyak terdapat dalam lauk-pauk (daging berlemak) dan minyak
(minyak goreng).
d) Vitamin
Zat ini banyak terdapat dalam semua bahan makanan terutama
dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar.
1. Vitamin A
Vitamin ini berperan dalam proses pertumbuhan tubuh
utamanya untuk penglihatan dan untuk daya tahan tubuh.
Banyak terdapat dalam sayuran hijau terutama daun singkong
dan buah-buahan yang berwarna (pepaya, mangga).

2. Vitamin B
Vitamin B terdapat di dalam beras dan kacang
hijau.Vitamin B terdiri dari vitamin B1 dan vitamin B12.
Vitamin B1 berperan dalam metabolisme karbohidrat di dalam

31
tubuh. Sedangkan vitamin yang berperan dalam pembentukan
sel darah merah adalah vitamin B12.
3. Vitamin C
Vitamin ini berperan dalam pemeliharaan jaringan dan
peningkatan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Vitamin C terdapat dalam buah dan sayur yang segar.
4. Vitamin D
Vitamin ini di dalam tubuh sering dalam bentuk provitamin
D, yaitu vitamin D yang belum aktif, untuk mengubahnya
menjadi vitamin D dengan bantuan sinar ultra violet, sinar
matahari.
5. Vitamin E
Vitamin ini dibutuhkan relatif sedikit dibanding vitamin
lainnya. Vitamin E ini banyak terdapat dalam kacang kedelai,
dan tauge. Vitamin E berfungsi sebagai anti oksidan atau
pemangsa radikal bebas dan untuk hormonal (hormon
estrogen).
6. Vitamin K
Vitamin ini berguna dalam proses pembekuan darah,
vitamin ini terdapat dalam hati (hati sapi, ayam dan lainlain).
e) Mineral
Banyak terdapat dalam lauk pauk atau sayuran, misalnya Fe
(zat besi) terdapat dalam bayam, kangkung, daun katuk dan
sayuran hijau lainnya. Mineral zat besi (Fe) berperan dalam
pembentukan sel darah merah. Ca/Kalsium (zat kapur) terdapat
dalam ikan laut. Zat ini berfungsi dalam pembentukan gigi dan
tulang, bersama dengan Vitamin D. Disamping itu ada beberapa
jenis mineral lain yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tidak
banyak seperti Phospor (P), Magnesium (Mg), Seng (Zn),
Natrium (Na), Kalium (K) dan lain-lain.
Di samping kelima zat di atas, peranan air tidak boleh
dilupakan. Tanpa air fungsi kelima zat gizi di atas tidak dapat

32
berjalan. Oleh karena itu air tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan terutama dalam pemeliharaan organ-organ tubuh
yang vital seperti ginjal.
3) Fungsi Makanan Terdapat 3 (tiga) fungsi makanan, yaitu :
a) Sebagai zat pembangun
b) Sebagai sumber tenaga
c) Sebagai zat pengatur

Sumber gambar : http://muzamil09.blogspot.co.id/2013/03/triguna-


makanan-dangizi-seimbang.html
Ketiga fungsi makanan tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, dan terdapat pada
”Makanan Bergizi Seimbang”. Oleh karena itu setiap hari kita
harus makan makanan bergizi seimbang yaitu keragaman makanan
pokok; telur/ tempe/ tahu/ ikan/ daging; sayur-sayuran; dan buah-
buahan.
b. Pedoman Gizi Seimbang
1) Pengertian
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal untuk mencegah masalah gizi. Gizi Seimbang untuk Remaja
usia 10-19 tahun, kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari
anak-anak menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting

33
yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan,
menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh
(body image) pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan
terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan
kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus
lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
2) Pilar Gizi Seimbang
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara
zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat
badan secara teratur. Empat Pilar ini merupakan prinsip dasar gizi
seimbang, yang terdiri dari:
a) Pilar 1: Mengkonsumsi aneka ragam pangan
Konsumsi aneka ragam pangan sangat penting karena tidak
ada satupun jenis bahan pangan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk tetap sehat, kecuali Air
Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh, tapi hanya untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan.
Selain itu, di dalam tubuh terjadi interaksi antar zat gizi, misalnya
zat gizi tertentu memerlukan zat gizi yang lainnya untuk dapat
ditranspor atau dicerna oleh tubuh. Misalnya, pencernaan
karbohidrat, lemak, dan protein memerlukan vitamin B yang
dapat ditemukan pada sayuran berdaun hijau.
b) Pilar 2: Membiasakan perilaku hidup bersih
Hidup bersih mengurangi risiko terkena penyakit infeksi,
yang nantinya dapat mempengaruhi status gizi kita. Saat kita
sakit, zat gizi di dalam tubuh dipergunakan terutama untuk
melawan penyakit tersebut, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tubuh kita tidak optimal. Kebiasaan hidup bersih
misalnya cuci tangan, menjaga kuku tetap pendek dan bersih,
memakai alas kaki dan menutup makanan dengan baik.

34
c) Pilar 3: Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kebugaran dan
meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot, serta menurunkan
risiko obesitas. Aktivitas fisik tidak harus selalu berupa olahraga,
segala macam aktivitas seperti bermain juga termasuk dalam
melakukan aktivitas fisik. Hal ini akan dijelaskan lebih detail
pada sesi 14.
d) Pilar 4: Memantau berat badan secara teratur
Salah satu tanda keseimbangan zat gizi di dalam tubuh
adalah tercapainya berat badan normal, yaitu berat badan yang
sesuai untuk tinggi badan, yang biasa dikenal sebagai Indeks
Masa Tubuh (IMT). Pada anak usia sekolah dan remaja,
penentuan status gizi berdasarkan IMT harus disesuaikan dengan
usianya. Dengan rutin memantau berat badan (dan tinggi badan),
maka kita dapat mengetahui status gizi kita, dan mencegah atau
melakukan tindakan penanganan bila berat badan menyimpang
dari yang seharusnya.
3) Pesan Khusus Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
a) Biasakan makan bersama keluarga
b) Makan 3 kali sehari dan kudapan 2 kali sehari
c) Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainnya
d) Perbanyak makan sayur dan buah-buahan
e) Biasakan membawa bekal makanan dan air putih yang cukup
f) Batasi makanan cepat saji dan GGL (Gula 4 sdm, Garam 1 sdt
dan Lemak 5 sdm)
g) Pilih makanan yang terbungkus dan disimpan di tempat tertutup
h) Pilih makanan tanpa pengawet, pewarna mencolok, penyedap,
pemanis buatan dan pengenyal
i) Biasakan menyikat gigi 2 kali sehari Hindari merokok dan
minuman beralkohol
j) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
4) Pentingnya Sarapan

35
Sarapan bagi anak usia sekolah dan remaja sangat penting.
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara
bangun pagi sampai dengan jam 9 pagi untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan terbaik
dilakukan pada pukul 06.00 atau sebelum jam 07.00. Sarapan
terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar; memberikan energi
pada otak bagi anak sekolah sehingga dapat menerima pelajaran
dengan lebih baik. Tidak sarapan dapat berdampak buruk bagi proses
belajar di sekolah, menurunkan aktifitas fisik anak, menyebabkan
kegemukan pada remaja dan meningkatkan risiko jajan yang tidak
sehat.
c. Menyusun Menu Gizi Seimbang
Jenis bahan makanan sebagai berikut:
1) Makanan Pokok
Makanan pokok dapat dipilih dari nasi (URT: 3/4 gelas) atau
padanannya misalnya kentang (URT: 2 buah sedang), singkong
(URT: 1 ½ potong), ubi jalar kuning (URT: 1 biji sedang), mie basah
(URT: 2 gelas), tepung sagu (URT: 8 sendok makan), dll.
2) Lauk-pauk
Lauk-pauk dapat dipilih dari bahan makanan hewani misalnya
ikan segar (URT: 1 potong sedang), telur (URT: 1 butir), daging
ayam (URT: 1 potong sedang), daging sapi (URT: 1 potong
sedang),dll atau lauk nabati, misalnya tahu (URT: 2 potong sedang),
tempe (URT: 2 potong sedang), kacang tanah (URT: 2 sendok
makan), kacang merah (URT: 2 ½ sendok makan), dll.
3) Sayur-sayuran
Jenis sayuran yang dapat dipilih misalnya bayam, kangkung, daun
singkong, kacang panjang, buncis, wortel, labu siam dll dengan URT
sebanyak 1 gelas.
4) Buah-buahan

36
Buah-buahan misalnya pepaya (URT: 1 potong besar), semangka
(URT: 2 potong sedang), nanas (URT: ¼ buah sedang), mangga
(URT: ¾ buah besar), jeruk manis (URT: 2 buah sedang), pisang
ambon (1 buah sedang), apel malang (URT: 1 buah sedang) dll.
5) Air Putih
Dianjurkan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan
disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari. Air putih sangat diperlukan
untuk proses petumbuhan dan perkembangan anak. Keseimbangan
air dalam tubuh kita perlu diperhatikan dengan cara mengatur jumlah
masukan/keluaran air yang seimbang.
URT: Ukuran Rumah Tangga, adalah bahan-bahan makanan dalam
jumlah tertentu dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama
sehingga bisa disaling tukarkan satu macam bahan makanan dengan
yang lainnya dalam satu kelompok makanan tersebut.

Makanan yang kita makan dianjurkan merupakan makanan yang


bervariasi dan beragam untuk melengkapi kebutuhan gizi yang
dibutuhkan tubuh. Porsi makanan dalam piring dibagi 3 bagian:
1) 1/3 untuk makanan pokok
2) 1/3 untuk sayuran
3) 1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan

37
d. Gizi Lebih atau Obesitas
a) Pengertian Kegemukan dan Obesitas
Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
berlebihan. Kegemukan dan obesitas dapat disebabkan oleh faktor
genetik dan lingkungan yaitu pola makan yang tidak memenuhi
prinsip gizi seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
b) Akibat Masalah Kegemukan dan Obesitas
Kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah dan remaja
berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dan lain lain.
Pada anak usia sekolah dan remaja, kegemukan dan obesitas juga
dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat
merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan
tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan
gangguan pernapasan lain.
c) Pencegahan Kegemukan dan Obesitas
Pola hidup sehat mencegah kegemukan dan obesitas dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengonsumsi buah dan sayur > 5 porsi per hari
2. Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation
< 2 jam sehari
3. Tidak menyediakan TV di kamar anak
4. Mengurangi makanan dan minuman manis
5. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
6. Mengurangi makan di luar
7. Membiasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke
sekolah
8. Memibasakan makan bersama keluarga minimal 1 kali sehari
9. Makan makanan sesuai dengan waktunya
10. Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari

38
11. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk
pencegahan gizi lebih
12. Membiasakan menimbang berat badan secara teratur
13. Target penurunan BB yang normal
2.3.3 Aktivitas Fisik pada anak sekolah (Panduan Germas, 2017)
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk
mewujudkan peserta didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui
pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta olahraga
yang baik, benar, terukur dan teratur di sekolah. Adapun bentuk kegiatan
di sekolah:
a. Gerak Barisan
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas,
disertai lagu yang gembira.
b. Gerak Kapiten
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran
disertai lagu yang gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau
ngantuk.
c. Bermain Waktu Istirahat
d. Senam Anak Bangsa
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh
guru olah raga.
2.3.4 Perilaku Merokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya
yag menjadi penyebab kematian terbesar yang dapat dicegah di dunia saat
ini yang membunuh 5,4 juta orang per tahun. Jika dibiarkan, angka ini
akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Rokok berisi bahan
psikoaktif yang sangat adiktif, yaitu nikotin.
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah
nikotin, tar dan karbon monoksida :
a. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar
lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan

39
kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah
meningkat.
b. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen.
c. Karbon monoksida, merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam
asap pembuangan kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang
seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak
lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada
dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Perilaku merokok merupakan kegiatan membakar tembakau yang
kemudian dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa dan kebiasaan yang mahal ini, bisa menyebabkan berbagai penyakit,
dan berpotensi meningkatkan biaya kesehatan di masa depan. Menurut
Sadikin et al,. (2008) alasan seseorang merokok ialah sebagai berikut:
a. Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok.
b. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda,
terutama perokok wanita.
c. Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh perokok pria
d. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana
menyenangkan
Merokok pada usia muda sudah merupakan masalah kesehatan usia
sekolah dan remaja yaitu masih ditemukan anak yang merokok di sekolah
maupun lingkungan tempat tinggal, karena semakin muda umur mulai
merokok semakin tinggi risiko mejadi perokok berat dan terkena beberapa
penyakit kronik. Di Indonesia, 17,32% dari seluruh siswa dan 32,82%
siswa laki-laki mencoba merokok pertama kali pada usia < 13 tahun.
Sedangkan pada siswa perempuan ada sebesar 3,04% yang pertama
kali mencoba merokok pada usia <13 tahun. Bahkan lebih khusus lagi
lebih banyak siswa laki-laki (5,02%) yang merokok pertama kali pada usia
<7 tahun dari pada siswa perempuan (0,92%).
Pada anak remaja yang baru mulai merokok, konsentrasi kotinin
dalam saliva (ludah), sebuah produk nikotin yang bersifat merusak, terus

40
meningkat secara tajam sampai mencapai tingkat yang terdapat pada
perokok tetap (Gambar 2.1). Tingkat rata-rata nikotin yang dihirup cukup
untuk memberikan efek farmakologis dan memainkan perannya untuk
merangsang perilaku merokok. Namun banyak perokok muda
meremehkan risiko kecanduan merokok ini.
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok
sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya, apabila seseorang merokok
di dalam rumah maka penghuni rumah lainnya akan mendapat dampak
negatif dari asap rokok tersebut. Asap yang dikeluarkan dari rokok
mengandung zat yang sifatnya racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan
sakit kanker, jantung dan gangguan janin pada ibu hamil.
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan, seperti:
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second
(FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita
PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan
dengan penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi.
Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi
dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012). Halitosis atau bau
mulut adalah bau tidak sedap yang keluar dari mulut saat
menghembuskan nafas. Penyebab utama bau mulut adalah kebersihan
mulut yang buruk. Adanya infeksi kronis pada mulut bisa menimbulkan
bau mulut yang menetap. Selain itu, makanan tertentu, merokok, dan
alcohol juga dapat memicu halitosis.
c. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria
maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang

41
dikandung akan mengalami penuruan berat badan, lahir prematur,
bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
Banyak dampak negatif dari rokok antara lain gangguan pada paru-
paru dan saluran pernafasan yang menyebabkan kanker, gangguan pada
jantung dan pembuluh darah, gangguan pada otak/susunan syaraf pusat
yang menyebabkan stroke, gangguan pada sistem pencernaan
menyebabkan penyakit lambung, gangguan sistem reproduksi wanita pada
ibu hamil yang dapat menggangu janin sehingga bayi lahir dengan berat
badan rendah dan keguguran, gangguan pada ginjal, merubah warna gigi,
kuku, kulit, rambut.
2.3.5 Perilaku Minum-minuman Keras
Gambaran penggunaan minuman keras (miras) atau alkohol di
Indonesia yang didapatkan dari survey nasional kesehatan berbasis sekolah
di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Hasil SDKI(2012) menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman
beralkohol cukup tinggi dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24
tahun (15.6%) untuk pernah minum akohol kadang-kadang, dimana angka
ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional RISKESDAS
2007 yaitu sebesar 5.5%, sebesar 5,61% siswa Indonesia pertama kali
minum minuman beralkohol lebih dari beberapa teguk pada umur <= 13
tahun, sebesar 1,68% yang mendapatkan alkohol dari membeli di
swalayan atau toko atau warung dan 1,61% mendapatkan dari teman,
sebesar 5,20% minum minuman beralkohol dengan teman, selain itu ada
sebesar 1,41% minum dengan keluarga dan sebesar 2,63% siswa pernah
ada ≥ 1 kali masalah dengan keluarga atau teman, membolos sekolah, atau
terlibat perkelahian yang disebabkan minuman beralkohol
(Kusumawardani et al., 2015).
Minuman beralkohol atau biasa disebut miras (minuman keras)
merupakan salah satu zat adiktif yang mana setiap pengguna zat tersebut
dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman alkohol adalah minuman
yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau tanpa

42
destilasi. Etanol merupakan bentuk molekul sederhana dari alkohol, yang
sangat mudah diserap dalam saluran percernaan mulai dari mulut,
esofagus, lambung sampai usus halus.
Ada 3 golongan minuman keras / beralkohol, yaitu :
a. Golongan A : kandungan etil alkohol di bawah 5%, misalnya bir
bintang, san Miguel, greensand.
b. Golongan B : kandungan etil alkohol lebih dari 5-20%, misalnya anggur
Malaga, anggur orang tua, sochu, crème cacao.
c. Golongan C : kandungan etil alkohol lebih dari 20-55% misalnya wiski,
vodka.
Terdapat pula minuman beralkohol yang dibuat sendiri (lokal) dengan
tingkat persentase alkohol yang bervariasi dan berbahaya bagi tubuh.
Contoh minuman-minuman terebut ialah minuman lokal (milo) di Papua,
cap tikus di Wilayah Sulawesi dan Maluku, tuak di Sumatera dan Bima.
Minum alkohol dapat mempengaruhi kerja otak sehingga efek yang
bisa ditimbulkan dari perilaku konsumsi minuman beralkohol ini antara
lain : mabuk, jalan sempoyongan dan bicara cadel, ketidakmampuan
belajar dan mengingat kecelakaan (karena mabuk ketika berkendaraan),
terlibat kekerasan atau perbuatan merusak, serta mempengaruhi perilaku
dan kepribadian dalam pemakaian terus menerus dapat merusak lambung,
hati dan kematian. Sedangkan dampak yang mungkin ditimbulkan dari
perilaku minum-minuma keras antara lain :
a. Gangguan pada fisik : menekan susunan saraf pusat yang artinya
memperlambat fungsi tertentu dari beberapa bagian otak, iritasi saluran
pencernaan (mual, muntah, diare).
b. Gangguan perilaku : ketergantungan pada alkohol .
Beberapa cara yang dapat membantu menghindarkan diri dari perilaku
minum-minuman keras selama masa remaja ini antara lain :
a. Meningkatkan iman dan ibadah kita agar senantiasa dilindungi dari
godaan miras.
b. Hati-hati dalam pergaulan, jangan salah bergaul dan jangan ambil
pengaruh buruk dari teman.

43
c. Siapkan diri dan mental untuk menolak dan mengatakan tidak jika
ditawari miras. Katakan “tidak” pada miras untuk melawan
keinginginan untu mengkonsumsinya kembali.
d. Percaya Pada Dirimu Sendiri, jadilah dirimu sendiri serta Tingkatkan
Harga Dirimu. Sayangilah dan hormatilah dirimu sendiri apapun
bentuknya, belajar bersyukur dengan merasa puas dengan dirimu
sendiri dan buatlah yang terbaik dengan segala yang kamu miliki.
e. Mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif, misalnya
mengembangkan minat dan bakat. Dengan mengisi waktu luang dengan
kegiatan positif dapat menolong kamu untuk lebih mandiri, lebih dapat
mengembangkan jati dirimu, membuat hidupmu lebih menarik dan
berbahagia.
f. Menyebarluaskan informasi mengenai miras dan bahaya yang
diakibatkannya kepada teman sebaya.
g. Menerapkan gaya hidup Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS). Kebiasaan hidup yang sehat seperti makan makanan bergizi,
olahraga yang teratur dengan lingkungan yang sehat mempengaruhi
kesehatan yang baik. Orang yang sehat tidak memerlukan obat.
Sebaliknya, orang yang sering sakit lama-lama bisa menimbulkan
ketergantungan obat. Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa
menyalahgunakan narkoba jauh lebih murah daripada tindakan
pengobatan dan rehabilitasi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

2.4 Risiko Reproduksi Remaja (Hubungan Seksual, Kehamilan Remaja,


Aborsi)
2.4.1 Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah hubungan seks atau hubungan badan diluar
nikah.Tidak sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan
seks diluar nikah. Dalam islam seks bebas atau hubungan badan diluar
nikah disebut zina.

44
Seks bebas dapat diartikan sebagai hubungan kelamin yang dilakukan
secara bebas (berganti-ganti pasangan) yang tidak sesuai dengan norma-
norma yang ada di masyarakat.
2.4.2 Faktor Penyebab Seks Bebas
Sebagian kecil yang melakukan hubungan seks diluar nikah
disebabkan karena ada beberapa tahapan yang biasanya dilakukan sebelum
seseorang berani melakukan hubungan seks yaitu :
a. Pegangan tangan
b. Ciuman sebatas ciuman pipi dan kening
c. Ciuman bibir
d. Pelukan
e. Mulai berani melepas pakaian bagian atas
f. Meraba kebagian-bagian yang sensitive
g. Melakukan hubungan seks
Ironisnya hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri, rumah tempat
mereka berlindung, hubungan seks pada umumnya dilakukan atas dasar
suka sama suka, dan bahkan ada yag berganti-ganti pasangan. Sebagian
besar mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas dan
menggunakan metode coitus interuptus.
Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya
pendidikan yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya
kasih saying dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya.
Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya,
jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta
di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di
lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan
tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.
b. Lingkungan masyarakat

45
Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung, seperti
masyarakat yang didominasi oleh pelacur, preman, pemabuk, dan lain-
lain.Sehingga dapat mempengaruhi remaja di lingkungan tersebut.
c. Lingkungan pergaulan
Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang
kesannya lebih mengarah ke hal negatif ketimbang hal yang positif,
yaitu istilah “Anak Gaul”. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia
remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar
mandir di mall, memahami istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba
sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh dan
mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.
Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik
dengan hal yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak
gaul dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya
menjadi korban dari pergaulan bebas, diantaranya terjebak dalam
prilaku seks bebas.
d. Kurangnya pendidikan agama dari keluarga
Kurangnya pendidikan agama yang tidak diperoleh sejak dini dari
keluarga, terutama orang tuanya, sehingga mereka dapat dengan mudah
terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif.
e. Kurangnya pendidikan seks
Saat ini, kurangnya informasi yang benar tentang masalah seks
akan memperkuat kemungkinan remaja percaya dan salah paham yang
diambil dari media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja
masuk ke kaum beresiko melakukan perilaku berbahaya untuk
kesehatannya.

f. Menonton media pornografi, diantaranya VCD dan DVD Porno


VCD dan DVD porno begitu mudah diperoleh hanya dengan
Rp.5000. Sekali dirazia, setelah itu bebas lagi diperjualbelikan.Sistem
pendidikan yang mengejar angka-angka pun memberi andil kerusakan
generasi muda itu.

46
g. Tanyangan televise
Faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas salah
satunya di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi
berbagai tontonan.Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan
signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film
dan sinetron, baik film yang ditonton dilayar kaca maupun film yang
ditonton di layar lebar.
h. Narkoba
Seks bebas dan narkoba sangat erat kaitannya.Dimana orang-orang
yang telah terjerumus kedalam pengaruh napza, sebagian besar dari
mereka dapat dipastikan telah melakukan seks bebas.Baik hubungan
diluar nikah maupun dengan berganti-ganti pasangan.
i. Gaya hidup
Gaya hidup remaja sekarang yang selalu diikuti dengan dunia
gemerlap malam, seperti dugem, minum-minuman keras, merokok, dan
lain sebagainya.
2.4.3 Pencegahan Seks Bebas
Sebenarnya untuk menjauhkan remaja dari pergaulan seks bebas dapat
dilakukan dengan cara :
a. Memberikan bimbingan positif dari sekolah maupun orangtua di rumah.
b. Meningkatkan kedisiplinan di sekolah maupun di rumah.
c. Memberikan pendidikan seks melalui seminar atau talk show kesehatan.
d. Peran penting orangtua dalam memberikan nasehat dan mendidik.
e. Peran penting orangtua dalam masa tumbuh kembang remaja.
f. Menjalin hubungan baik antara orangtua dengan anak yaitu dengan
komunikasi yang baik.
g. Meningkatkan iman dan taqwa.
h. Tidak berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks.
2.4.4 Bahaya Seks Bebas
a. Terputusnya sekolah
Akibat dari pergaulan bebas dan seks bebas adalah terputusnya
sekolah karena dengan seks bebas, mereka tidak sepenuhnya fokus

47
dengan belajar saat di sekolah.Itulah yang dapat menyebabkan anak
putus sekolah karena malas belajar hanya memikirkan pacar saja.
b. Perkawinan usia muda
Daris seks bebas yang sudah dilakukan, maka dipaksakan untuk
dapat menikah pada usia muda karena harus mempertanggungjawabkan
apa yang sudah dilakukan oleh kedua pihak. Menikah diusia muda juga
banyak mempunyai dampak yang tidak baik untuk kedua pihak,
misalnya kerena ketidaksiapan psikis dan psikologi, maka dapat
menyebabkan pertengkaran dan perceraian.
c. Kehamilan diluar nikah
Pacaran yang bebas, akan membuka kemungkinan terjadinya
kegiatan seks bebas yang berujung pada kehamilan. Jika terjadi
kehamilan, maka yang bersangkutan harus siap untuk menjadi orang
tua.
d. Aborsi
Kehamilan diluar nikah dapat menyebabkan pasangan tersebut
memutuskan untuk aborsi karena takut jika diketahui orang tua,
pasangan yang belum siap menikah dan lain-lain.
b. Penyakit kelamin atau penyakit menular seperti gonorrhea, herpes,
sifilis, HIV/AIDS.
2.4.5 Pengertian Aborsi
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah “aborsi”. Yang berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Aborsi tidak aman (unsafe abortion) adalah penghentian kehamilan
yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan
sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi
bahkan kematian. umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak
tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi
dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar

48
nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu
dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut
calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam
tanpa memperhatikan resikonya.
2.4.6 Macam-Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan
sel sperma.
2. Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan
disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini
dokter, bidan atau dukun beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang
hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua
bagian, yakni Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Aborsi
Provokatus (Provocation Abortion). Yang dimaksud dengan aborsi
spontan yakni aborsi yang tanpa kesengajaan (keguguran).

Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni :
1. Aborsi Iminen
Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “ Threaten Abortion “,
terancam keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum
terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan ancaman bakal
terjadi keguguran.

49
2. Aborsi Inklomplitus
Secara sederhana bisa disebut aborsi tak lengkap, artinya sudah
terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.
3. Aborsi Klomplitus
Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan
sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar.
4. Aborsi Insipien
Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya,
tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal
missed Abortion yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan
tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
Sedangkan aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian
kategori besar yakni Aborsi Provokatus Medisinalis dan Aborsi
Provokatus Kriminalis (kejahatan). Kita hanya khusus melihat Aborsi
Provokatus Medialis yang terdiri dari :
a) Dilatasi dan kuretase (D&C)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok
dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini
lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga
dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini
tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita
dengan keluhan penyakit rahim (seperti perdarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain
robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung
kencing.
b) Sedot
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan
dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak
dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat
dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim

50
yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan
tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat
penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini
sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah
sedot yang dapat mengakibatkan perdarahan hebat yang terkadang
berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari
janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering
terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.
c) Peracunan dengan garam
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan
saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup
melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml
(kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam
dan akan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar
dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati.
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si
wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit
hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi
dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan.
Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah
yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan
perdarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral.
Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah. Karena
bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai
adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya
harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin

51
agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya
aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi
pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya,
efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-
muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah
perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan
rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
d) Histerektomi atau bedah sesar
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika
cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari
serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam
keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana,
kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi
perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New
York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.
e) Prostalglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam
atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan
keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh
dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
perdarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
2.4.7 Alasan Melakukan Aborsi

52
a. Kehamilan karena pemerkosaan
b. Mengetahui bahwa anak yang dikandung menderita cacat
c. Kesehatan tidak mengijinkan hamil
d. Tidak mengetahui perilaku seks yang dilakukan akan
menyebabkan kehamilan
e. Kehamilan anak remaja
2.4.8 Resiko Yang Harus Ditanggung Bagi Yang Melakukan Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika
seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung
boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak
menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang
dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes,
yaitu:
a. Kematian mendadak karena perdarahan hebat.
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada


wanita).

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

i. Kanker hati (Liver Cancer).

53
j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan perdarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya.

k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (infertil)

l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).


2. Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi
dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental
seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala
ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di
dalam penerbitan The Post-Abortion hReview (1994). Pada dasarnya
seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%).
b. Berteriak-teriak histeris (51%).
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%).
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%).
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).
2.4.9 Solusi Mencegah Aborsi
a. Memberikan pendidikan agama
b. Bila terjadi kehamilan di luar nikah sebaiknya dinikahkan
c. Orang tua harus menciptakan tatanan kehidupan religious
d. Bagi yang melakukan tindakan aborsi dapat dikenai sanksi
2.5 NAPZA
2.5.1 Narkotika
a. Definisi

54
Pengertian Narkotika ialah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintesis, maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabakan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Soetjingsih, 2010, hal. 171).
b. Macam-macam Narkotika dan dampaknya
1) Kokain
Kokain berbentuk bubuk kristal putih.Kokain ini merupakan
obat golongan stimulan kuat. Cara penggunaan kokain bisa secara
dimasukkan melalui mulut, disuntikkan dan dihirup oleh hidung
(Soetjingsih, 2010, hal. 171).
Dampak yang ditimbulkan dari kokain ini timbul rasa gembira,
senang, nikmat. Penggunaan yang terus menerus menyebabkan sel
otak akan ketergantungan, penggunaan kokain yang kronis apabila
berhenti akan ketagihan karena tidak dapat merasakan kenikmatan
apapun. Kokain ini menimbulkan gejala gangguan mental, keluar
ingus, pusing-pusing dan muntah-muntah.
2) Opiat (morfin dan heroin)
Opiat/opium adalah senyawa bersifat depresan, yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh.Obat ini merupakan
golongan narkotika alami yang sering digunakan dengan cara
dihisap.
Macam opiat ini tediri dari morfin dan heroin.
a) Morfin
Morfin berbentuk bahan aktif pada semua obat yang
ditemukan dalam berbagai bentuk tablet, kapsul dan larutan.
Efek morfin yaitu ketika pemakaian dalam dosis tinggi,
pengguna narkoba akan merasakan gembira, senang, nikmat,
bahkan pengguna juga akan merasakan toleransi dan
ketergantungan, bahkan dapat menimbulkan kematian karena
overdosis akibat terhambatnya pernapasan. Ketika seorang
pecandu morfin berhenti mengkonsumsi zat ini maka akan

55
menimbulkan gejala seperti rasa nyeri tubuh, demam,
berkeringat, mengigil (BNN, 2013, hal. 29).
b) Heroin
Heroin berbentuk seperti serbuk putih dengan rasa pahit
jika di konsumsi melaui mulut. Efek dari obat ini sangat kuat
yang akan menimbulkan efek ketagihan yang sangat cepat.
Dampak negatif penggunaan heroin adalah
ketergantungan,badan kurus, pucat, kurang gizi, impotensi,
infertilitas pada wanita, pemakaian dengan alat suntik dapat
menyebabkan HIV/AIDS, hepatitis B dan C, sakaw terjadi bila
si pecandu putus menggunakan heroin. (BNN, 2013, hal. 28).
3) Cannabis
Cannabis adalah daun pucuk tanaman canabis yang meliputi
bunga dan biji yang dikeringkan. Kandungancannabis setelah
dihisap oleh pemakai, beredar menuju otak dan berefek pada
perasaan, dan bekerja di otak secara cepat, selanjutnya timbul
perasaan senang, hilang rasa sakit (Soetjingsih, 2010, hal. 172).
Efek yang ditimbulkan segera setelah pemakaian yaitu
timbulnya gangguan tingkah laku atau terjadi perubahan psikologis
seperti gangguan koordinasi, euforia, cemas, gangguan
pertimbangan.
2.5.2 Psikotropika
a. Definisi
Definisi Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik
alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika
biasanya digunakan oleh dunia kedokteran untuk mengobati pasien
yang mengalami gangguan jiwa (Soetjingsih, 2010, hal. 172).
b. Macam-macam
1) Amfetamin

56
Amfetamin adalah salah satu bentuk narkoba yang bersifat
merangsang otak. Remaja yang mengkonsumsi amfetamin umumnya
merasa kuat, tahan bergadang di malam hari, merasa gembira,
hilangnya rasa susah, nafsu makan berkurang sehingga mereka yang
terbiasa memakai amfetamin akan menjadi kurus dan sering
berkeringat berlebihan (Soetjingsih, 2010, hal. 172).
Jenis amfetamin diantaranya yaitu:
a) Methamfetamine (shabu)
Bentuknya seperti bubuk mengkilat berbentuk kristal kasar
mirip dengan garam dapur. Dampak negatif shabu yaitu: Otak
sulit berpikir dan berkonsentrasi, perilaku menjurus pada
kekerasan, berat badan menyusut, halusinasi, curiga berlebihan
dan kerusakan pembuluh darah otak yang dapat berlanjut menjadi
stroke (BNN, 2013, hal. 24).
b) Ekstasi/ Metildioksimetamfetamin (MDMA)
Metildioksimetamfetamin atau biasa disebut ekstasi,
berbentuk tablet yang bermacam-macam bulat, lonjong, wajik,
segitiga dan sebagainya. Reaksi penggunaan obat yaitu pemakai
merasa gembira berlebihan, hilang rasa sedih, hilang rasa malu,
hilang rasa lapar, pusing dan kantuk. Pemakai akan merasa fit,
sehat dan kuat.
Dampak negatif yang ditimbulan yaitu rasa senang dan
euphoria/gembira, nafsu makan berkurang, banyak berkeringat,
mual, gerak badan tak terkendali, tekanan darah naik dan denyut
jantung dan nadi bertambah cepat.
c) LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD adalah salah satu psikotropika yang bersifat
halusinogen yang dapat meningkatkan dopamin dan serotin di
otak. Akibat keracunan halusinogen akan timbul gejala tingkah
laku dan perubahan psikologis seperti timbulnya rasa cemas,
depresi, ketakutan, dan kehilangan. (Soetjingsih, 2010, hal. 171)
d) Benzodiazepin

57
Benzodiazepin adalah jenis psokotropika yang digunakan
sebagai obat tidur/penenang yang dapat mengurangi rasa gelisah.
Contoh benzodiazepin: alphazolam, diazepam (valium),
nitrazepam (mogadon, pil BK, pil koplo).
Efek benzodiazepin: Mengurangi rasa gelisah (anti-
anxiety), mempermudah tidur, penggunaan berlebihan dapat
menimbulkan kekacauan pikiran (delirium, pengaruh presepsi
jarak dan gerakan, penggunaan dalam waktu lama dapat
menimbulkan tolerans, ketergantungan fisik dan gejala putus zat
(tremor, muntah, insomnia, kecemasan, gampang marah, depresi)
(BNN, 2013, hal. 30)
e) Barbiburat (depresan/obat tidur)
Jenis psikotropika tergolong kelompok depresan. Depresan
adalah psikotropika yang menghambat kerja otak dan
memperlambat aktivitas tubuh, efek dari obat ini menjadi tenang,
rasa sters hilang, mengantuk dan rasa nyeri (BNN, 2013, hal. 28).
2.5.3 Zat Adiktif Lainnya
a. Definisi
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat yang bukan termasuk kedalam
narkotika dan psikotropika namun dapat menimbulkan ketergantungan.
b. Macam-macam zat adiktif lainnya yaitu:
1) Tembakau
Tembakau merupakan bahan yang paling adiktif dimana
ketergantungan tembakau dapat terjadi setelah seseorang menghisap
3-20 batang rokok. Dampak negatif dari pemakaian tembakau
menyebabkan kanker paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, zat nikotin sangat berbahaya bagi tubuh
manusia, 2 tetes kandungan nikotin murni dapat membunuh orang
secara instan (BNN, 2013, hal. 27).
Bahan penting di dalam rokok adalah tembakau, merokok adalah
suatu kebiasaan hampir sebagian besar penduduk didunia. Zat yang
tergantung dalam rokok adalah nikotin, setiap batang rokok

58
mengandung 6-11 mg nikotin. Mekanisme kerja nikotin ini
berhubungan dengan pengendalian setres. (Soetjingsih, 2010, hal.
167)
2) Kafein
Cara kerja kafein adalah dengan menekan stimulan sistem saraf
pusat dengan meningkatkan norepineprin, dopamine, asetilkolin dan
serotonin. Apabila sesorang secara rutin minum kopi kemudian
dihentikan maka antara 30-50% akan mengalami sindrom putus
kafein yang terjadi berkisar 18-24 jam kemudian.
Efek utama kafein ada di otak, dan bekerja dengan cara
melemahkan otak dan membuat kita merasa lelah. Biasanya,
kadar adenosin akan meningkat sepanjang hari, inilah yang membuat
kita semakin lelah dan menyebabkan ingin tidur.
3) Alkohol
Alcoholism adalah keadaan penyalahgunaan serta ketergantungan
alkohol. Alcoholism adalah suatu penyakit kronis progesif yang
ditandai dengan hilangnya kontrol akibat memakai alkohol dengan
konsekuensi timbulnya masalah sosial, hukum, psikologi dan juga
fisik. Molekul sederhana alkohol, yang sangat mudah diserap dalam
saluran percernaan mulai dari mulut, esofagus, lambung sampai usus
halus. Daerah saluran pencernaan yang paling banyak menyerap
alkohol adalah bagian proksimal usus halus.
Anggur, bir, wiski, gin dan vodka adalah jenis-jenis minuman
dengan kandungan alkohol sekitar 3% samapi 20%. Alkohol diserap
sekitar 2-10% alkohol diekskresi melalui paru-paru, ginjal dan juga
melaui keringat.

Konsentrasi alkohol dalam darah dan efeknya


Kadar alkohol dalam
Gejala
darah
20-30 mg/dl Psikomotor menurunnya

59
kemampuan berfikir
menurun
Psikomotor meningkat
30-80 mg/dl
masalah kognitif
Gangguan koordinasi,
gamgguan pertimbangan
80-200 mg/dl
emosi labil, gangguan
kognisi menurun
Nistagmus, bicara cadel,
200-300 mg/dl
black out
Gangguan tanda vital dan
>300 mg/dl
bisa fatal

2.5.4 Cara Penanggulangan Yang Dapat Dilakukan Oleh Remaja


a. Percaya Pada Dirimu Sendiri Dan Tingkatkan Harga Dirimu
Dalam hati semua orang ada sesuatu yang disebut harga diri, harga
diri itu adalah kepercayaan atau kepuasan pada diri anda sendiri. Harga
diri ialah suara hati yang menyampaikan bahwa anda adalah seseorang
istimewa yang mampu mencapai cita-citanya.
b. Jadilah Dirimu Sendiri
Sayangilah dan hormatilah dirimu sendiri apapun bentuknya,
belajar bersyukur dengan merasa puas dengan dirimu sendiri dan
buatlah yang terbaik dengan segala yang kamu miliki.
c. Hidup Sehat
Kebiasaan hidup yang sehat seperti makan makanan bergizi,
olahraga yang teratur dengan lingkungan yang sehat mempengaruhi
kesehatan yang baik. Orang yang sehat tidak memerlukan obat.
Sebaliknya, orang yang sering sakit lama-lama bisa menimbulkan
ketergantungan obat. Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa
menyalahgunakan narkoba jauh lebih murah daripada tindakan
pengobatan dan rehabilitasi.

d. Isilah Waktu Luang Dengan Kegiatan Positif

60
Dengan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dapat
menolong kamu untuk lebih mandiri, lebih dapat mengembangkan jati
dirimu, membuat hidupmu lebih menarik dan berbahagia.

2.6 Penyakit Menular Seksual


2.6.1 Pengertian
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya
(Rahmi, 2015).
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda
laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang (Sarwono, 2011).
Penyakit menular seksual atau sekarang lebih dikenal dengan Infeksi
Menular Seksual (IMS) , adalah infeksi yang ditularkan melalui Oral
(mulut) Seks , Vaginal seks dan dan Anal (dubur) Seks yang tidak aman
dengan orang yang sudah terinfeksi (Saiful,2007).
Remaja dan dewasa muda usia (15-24 tahun) hanya merupakan 25%
dari keseluruhan populasi yang aktif berhubungan seksual namun
mewakili hampir 50% kasus baru IMS. Wanita usia muda paling beresiko
tertular PMS karena para wanita remaja dan dewasa muda lebih mudah
terpengaruh secara tidak proporsional. Mereka lebih sering terlibat dalam
perilaku seksual beresiko, merasa tidak nyaman membicarakan seksual
yang aman dengan pasangan atau meminta pasangan menggunakan
kondom serta kurang percaya diri menolak hubungan seksual yang tidak
aman. Selain itu anatomi organ reproduksi dari kelompok usia ini belum
berkembang secara sempurna sehingga rentan terhadap IMS (Gross &
Tyring, 2011; Urada, Malow, Santos, & Morisky, 2012).

2.6.2 Penyebab

61
Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas seks yang
kurang sehat adalah munculnya penyakit menular seksual. Penularan
penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena
melakukan hubungan seksual dengan orang yang sebelumnya sudah
terkena penyakit ini. Selain itu, terdapat rentang keintiman kontak tubuh
yang dapat menularkan PMS termasuk ciuman, hubungan seksual,
hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus, dan kontak
mulut atau genital dengan payudara(Benson and Pernoll, 2009).
2.6.3 Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS
a. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom)
b. Sering berganti pasangan seks
c. Prostitusi
d. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini
akanmenimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus
relative tipis dan lebih mudah terluka dibanding epitel dinding
vagina
e. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita
PMS
f. Melalui transfusi darah dengan darah yang sudahterinfeksi
g. Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba
h. Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja
i. Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril
j. Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika
terluka dan menyisakan darah pada alat)
k. Dari ibu hamil kepada bayinya

2.6.4 Gejala

62
IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita.
Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum sebagai
berikut :
1. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari
biasanya
2. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing
3. Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar
mulut (nyeri ataupun tidak)
4. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin
5. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin
6. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha
7. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri
8. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak
ada hubungannya dengan haid)
9. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks
10. Secara umum merasa tidak enak badan atau demam
2.6.5 Cara Mencegah
Infeksi menular seksual dapat dicegah. CDC (Centres of Disease
Control and Prevention) merekomendasikan lima strategi sebagai dasar
untuk program pencegahan yang efektif, yaitu:
1. Pendidikan dan konseling bagi orang orang yang beresiko untuk
memotivasi adopsi perilaku seksual yang lebih aman
2. Identifikasi orang yang terinfeksi baik tanpa gejala atau dengan gejala
untuk mencari layanan diagnostik dan pengobatan
3. Diagnosisi dan pengobatan orang yang terinfeksi dengan cepat dan
efektif
4. Evaluasi, pengobatan, dan konseling pasangan seksual terkena
5. Vaksinasi orang yang berisiko untuk terkena infeksi menular seksual
yang dapat dicegah dengan vaksin
Berpantang dari hubungan seksual atau hubungan yang saling
monogami dengan pasangan yang tidak terinfeksi adalah cara yang paling

63
diandalkan untuk mencegah IMS. Pantang harus dianjurkan selama
pengobatan untuk IMS dan untuk siapa saja yang ingin menghindari
penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kedua pasangan harus diuji untuk IMS termasuk HIV sebelum memulai
hubungan seksual (Goldman & Ausielo, 2008).
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang berekeja dengan cara
mencegah kehamilan dan mencegah masuknya sperma ke dalam rongga
rahim. Ketika digunakan secara konsisten dan benar, kondom lateks
efektif dalam mencegah penularan HIV dan dapat mengurangi risiko IMS
lainnya. Namun, kondom cenderung lebih efektif dalam mencegah infeksi
menular oleh cairan dari permukaan mukosa (misalnya gonore, HIV, dan
infeksi klamidia) daripada mencegah penyakit yang ditularkan dari kulit
ke kulit (misalnya HPV, HSV, sipilis, dan chancroid). Kegagalan kondom
laki - laki biasanya berasal dari tidak konsisten atau tidak benarnya
penggunaan dibandingkan kerusakan kondom. Kondom non latex (yaitu
yang terbuat dari poliuretan atau bahan sintetis lainnya) dapat digunakan
untuk orang dengan alergi lateks.
2.6.6 Macam-Macam Ims
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan
menjadi empat kelompok yaitu:
a. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, Sifilis, Vaginosis
bakterial
b. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B
c. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
d. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies
2.6.7 Managemen Kesehatan Remaja Saat Menstruasi
Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan
memungkinkan perempuan tidak berprilaku higienis pada saat menstruasi
dan personal hygeine yang kurang pada remaja akan menimbulkan
masalah kesehatan reproduksi. Personal Hygiene Menstruasi adalah

64
kebersihan diri seorang wanita ketika menstruasi yang bertujuan untuk
mencegah penyakit serta meningkatkan perasaan sejahtera
1. Perawatan kulit dan wajah
Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang
remaja terutama remaja putri. Pada saat menstruasi kelenjar sebascus
akan meningkat sehingga produksi keringat meningkat, oleh sebab itu
mencuci muka dua sampai tiga kali sehari dapat membantu mencegah
timbulnya jerawat.
2. Kebersihan Rambut
Mencuci rambut di saat menstruasi harus tetap dilakukan,
pelarangan mencuci rambut untuk wanita menstruasi adalah suatu
mitos yang masih dipercayai sebagian masyarakat Indonesia Justru
dikala menstruasi seorang wanita harus menjaga kebersihan kulit
kepala karena adanya perubahan hormone.
3. Kebersihan Tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting
diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun biasa,
pada saat mandi organ reproduksi terluar perlucermat dibersihkan.
Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik adalah
membasuhnya dengan air bersih, selain itu yang harus diperhatikan
ketika membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar
(BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari
vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena jika terbalik arah,
maka kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk
ke dalam vagina. Saat membersihkan alat kelamin , tidak perlu
menggunakan cairan pembersih karena cairan tersebut akan makin
merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi.
4. Kebersihan pakaian sehari-hari
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian
dalam.Celana dalam yang baik adalah yang berbahan katun dan tidak
ketat, serta dapat mencover daerah pinggul agar dapat menopang
pembalut dengan kuat.Jangan menggunakan sejenis G-string atau yang

65
minimalis.Celana dalam yang ketat membuat sirkulasi udara tidak
lancar.Akibatnya, membuat kulit iritasi.Keringat yang tidak terserap
dengan baik juga beresiko mengundang kuman jahat untuk bersarang.
5. Pembalut Menstruasi
Pembalut wanita adalah produk yang berbentuk lembaran/pad
terbuat dari bahan selulosa atau sintetik yang digunakan untuk
menyerap darah atau cairan dari vagina. Gunakan pembalut untuk
sekali pakai dan harus dibuang dengan cara lipat dan bungkus dengan
kertas atau plastik kemudian buang ke dalam tempat sampah. Ganti
pembalut setiap 3-4 jam sekali untuk mencegah timbulnya penyakit
pada vagina dan saluran kencing. Jangan lupa untuk selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.

BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN

66
3.1 Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan penyuluhanasuhan kebidanan remaja dilakukan
sebanyak dua kali pertemuan pada minggu kedua jadwal praktik klinik.
Jadwal pertemuan
Hari/ tanggal : Senin-Selasa/21-22 Oktober 2019
Jam : 09.00- 12.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Salaf Al – Qur’an Asy-Syadzili

3.2 Peserta
Peserta dari penyuluhan pranikah yaitu 5 remaja perempuan Pondok
Pesantren Asy-Syadzili dengan peserta sebagian besar merupakan siswi kelas
9.

3.3 Materi
Materi penyuluhan yang diberikan pada asuhan kebidanan remaja yaitu
perubahan pada masa remaja, masalah terkait perubahan pada masa remaja,
perilaku hidup sehat pada remaja, resiko reproduksi remaja, NAPZA, penyakit
menular seksual dengan durasi masing – masing materi 60 menit. Sebelum
penyampaian materi peserta diberikan pretest, setelah penyampaian materi
oleh pemateri peserta akan diberikan posttest untuk mengevaluasi
pengetahuan peserta. Pada pertemuan pertama akan dibahas tentang persiapan
fisik dan gizi, dan persiapan psikologi. Berikut mengenai pokok bahasan:
1. Perubahan pada masa remaja (Jessica Adila P.H)
2. Masalah terkait perubahan pada masa remaja (Rosida Maulidini)
3. Perilaku hidup sehat pada remaja(Rosida Maulidini)
4. Resiko reproduksi remaja (Mila Mutya Rasdiana)
5. NAPZA (Mila Mutya Rasdiana)
6. Penyakit menular seksual (Jessica Adila P.H)

3.4 Media

67
Media yang digunakan dalam pemberian materi asuhan kebidanan remaja
yaitu menggunakan media bermain ular tangga, sticky word, smart card,
booklet video, lucky well dan lembar balik manja sinular.
3.5 Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan asuhan kebidanan remaja
adalah ceramah dan Tanya jawab. Sebelum penyampaian materi peserta
diberikan soal pretest dari masing-masing materi asuhan kebidanan remaja
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta. Setelah
penyampaian materi peserta kembali mengerjakan soal posttest yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan materi.
3.6 Sarana dan Prasarana
Rencana penyuluhan asuhan kebidanan remaja akan dilaksanakan di
Pondok Pesantren Asy-Syadzili, sarana yang kami gunakan dalam
penyampaian materi yaitu satu paket media ular tangga, lembar balik, laptop,
media sticky word, papann bermain lucky well menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab.

BAB IV

68
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan asuhan kebidanan remaja dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan. Pertemuan dilakukan pada hari Senin- Selasa tanggal 21-
22Oktober 2019 pukul 09.00-12.00 WIB yang bertempat di ruangan Pondok
Pesantren Salaf Al-Qur’an Asy – Syadzili Jl. Sumber Pasir No.99A, Boto
Putih, Desa Sumber Pasir Kecamatan Pakis Kota Malang.
Pada pertemuan pertama yaitu hari Senin Tanggal 21 Oktober 2019
mendiskusikan mengenai asuhan kebidanan remaja meliputi perubahan pada
masa remaja oleh Jessica Adila P.H, Perilaku Hidup Sehat disampaikan oleh
Rosida Maulidini dan Resiko Reproduksi Remaja yang disampaikan oleh
Mila Mutya Rasdiana. Masing-masing topik disampaikan selama 60 menit
dengan rincian kegiatan pretest, penyampaian materi, sesi tanya jawab dan
posttest. Pertemuan asuhan kebidanan remaja dihadiri oleh Dosen
Pembimbing Ibu Ita Yuliani, SST,M.Keb, Ibu Siti Rugayah Amd. Keb
selaku pembimbing Klinik, Ibu Pengurus Pondok, 3 mahasiswa pemateri,
serta 5 peserta perempuan. Latar belakang pendidikan peserta yaitu SMP
kelas 9. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, audien kooperatif.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Selasa Tanggal 22 Oktober 2019
mendiskusikan mengenai asuhan kebidanan remaja meliputi masalah terkait
perubahan pada remaja oleh Rosida Maulidini, NAPZA disampaikan oleh
Mila Mutya Rasdiana dan Penyakit Menular Seksual yang disampaikan oleh
Jessica Adila P.H. Masing-masing topik disampaikan selama 60 menit
dengan rincian kegiatan pretest, penyampaian materi, sesi tanya jawab dan
posttest. Pertemuan asuhan kebidanan remaja dihadiri oleh Dosen
Pembimbing Ibu Ita Yuliani, SST,M.Keb., 3 mahasiswa pemateri, serta 5
peserta perempuan. Latar belakang pendidikan peserta yaitu SMP kelas 9.
Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, audien kooperatif.

4.2 Materi

69
Materi yang kami gunakan selama pelaksanaan penyuluhan asuhan
kebidanan remaja sesuai dengan rencana sebelumnya.

4.3 Media
Dalam penyuluhan ini menggunakan media sesuai dengan ang telah
direncanakan sebelumnyayaitu menggunakan media bermain ular tangga,
sticky word, smart card, booklet video, lucky well dan lembar balik manja
sinular.

4.4 Sarana (sarana di lahan)


Sarana yang kami gunakan dalam penyampaian materi yaitu yaitu satu
paket media ular tangga, lembar balik, laptop, media sticky word, papann
bermain lucky wellserta menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
dan menggunakan ruang berukuran sekitar 3mx3m..

4.5 Lokasi
Pondok Pesantren Salaf Al-Qur’an Asy – Syadzili Jl. Sumber Pasir
No.99A, Boto Putih, Desa Sumber Pasir Kecamatan Pakis Kota Malang.

BAB V

70
PEMBAHASAN

Remaja adalah masaperalihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini
terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik,
biologis, mental, dan emosional serta psikososial. Semua aspek dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan kelarga atau masyarakat. Ketidak
siapan remaja dalam menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai
perilak menyimpang seperti : kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang,
penyakit menular seksusal (PMS) dan HIV/AIDS, kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi dan sebagainya.
Untuk mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara sehat dan
bertanggung jawab maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi tentang
kesehatan reproduksi. Informasi tersebut untuk mengimbangi informasi global
yang dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri, dan
berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut kelompok kami telah melakukan Peer Education
terhadap remaja SMP kelas 9 Pondok Pesantren Slaf Al – Qur’an Asy – Syadzili
Jl. Sumber Pasir No.99A, Boto Putih, Desa Sumber Pasir Kecamatan Pakis Kota
Malang. Topik yang kami berikan diantaranya yaitu, Perubahan pada Masa
Remaja (Organ Reproduksi dan Psikologis), Masalah Terkait Perubahan pada Mas
Remaja, Perilaku Hidup Sehat pada Remaja (Konsumsi Buah dan Sayur, Aktivitas
Fisik, Merokok, Minum – Minuman Keras), Resiko Reproduksi Remaja
(Hubungan Seksual, Kehamilan Remaja, Aborsi), NAPZA, dan Penyakit Menular
Seksual.
Pelaksanaan Peer Education dilakukan selama 2 kali pertemuan, setiap
pertemuan disampaikan 3 topik. Pada pertemuan pertama disampaikan topik
tentang Perubahan pada Masa Remaja (Organ Reproduksi dan Psikologis) dengan
menggunakan media ular tangga, Masalah Terkait Perubahan pada Mas Remaja
menggunakan media Stick It Word, dan Resiko Reproduksi Remaja (Hubungan
Seksual, Kehamilan Remaja, Aborsi) dengan menggunakan media Booklet dan
Vidio.

71
Pada saat Peer Education Siswi Pondok Pesantren Salaf Al – Qur’an Asy –
Syadzili di berikan soal Pre Test dan Post Test untuk mengukur seberapa jauh
pengetahuan siswa – siswi tersebut sebelum maupun sesudah diberikan informasi.
Adapaun hasil dari Pre Test dan Post Test sebagai berikut :
Topik 1 : Perubahan Pada Masa Remaja ( Organ Reproduksi dan Psikologis )
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja SMP Sebelum
diberikan Materi tentang Perubahan Pada Masa Remaja
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 0 0%
Cukup (56-75) 1 20%
Kurang (0-55) 4 80%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat


pengetahuan peserta kurang (80%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja SMP Sesudah


diberikan Materi tentang Perubahan Pada Masa Remaja
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwasebagian besartingkat


pengetahuan peserta baik (100%).

Pada tabel 5.1. dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
peserta kurang (80%) mengenai Perubahan pada Masa Remaja. Hampir
seluruhnya peserta menjawab salah pada soal no 2 tentang tugas perkembangan
pada masa dewasa akhir, soal no 3 tentang salah satu kelainan dlam diri remaja,
soal no 4 tentang pemecahan masalah perubahan pada remaja, soal no 6 tentang
Disminorea, soal no 7 tentang alat kelamin luar pada laki - laki, soal no 9 tentang

72
alat kelamin dalam pada wanita, dan soal no 10 tentang usia menstruasi pertama
kali. Soal pre dan post test berjumlah 10 soal dan hampir seluruhnya mampu
menjawab benar sebanyak 5 soal sehingga saat penyampaian materi diperlukan
penekanan materi mengenai beberapa subtopik yang belum dipahami oleh peserta.
Setelah dilakukan penyuluhan pada remaja pengetahuan para peserta meningkat.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan, pada tabel 5.2 terdapat perubahan nilai yang
sangat signifikan, dapat diketahui seluruhnya tingkat pengetahuan peserta baik
(100%).
Pada Peer Educator ini digunakan Ular Tangga sebagai media penyuluhan.
Penggunaan media Ular Tangga dianggap sangat mempengaruhi dalam pemberian
informasi pada remaja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Irma, 2018) bahwa,
Permainan edukatif ular tangga merupakan media penyuluhan yang dapat
meningkatkan pengetahuan anak sekolah. Permainan ini merupakan permainan
yang menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar sambil bermain, ular
tangga dapat membantu aspek perkembangan kecerdasan anak (Anjani, 2012).
Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nachiappan et al. (2014)
di Sekolah Menengah Selangor Malaysia menunjukkan bahwa penggunaan ular
tangga meningkatkan perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran matematika.
Relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012) juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode
permainan simulasi ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan anak tentang
gosok gigi di SD Wilayah Paron Ngawi. Selaras juga dengan penelitian yang
dilakukan Amelia (2010) di SMP Ma’arif Tegal menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan skor pengetahuan siswa sebesar 80% tentang bahaya rokok setelah
diberikan penyuluhan dengan media permainan ular tangga.

Topik 2 : Masalah Terkait Perubahan pada Masa Remaja


Berikut hasil pre dan post tes pada peserta yang mengikuti pendidikan
kesehatan tentang topik masalah terkait perubahan pada masa remaja dengan
media pembelajaran “Stick it Word” yaitu:

73
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sebelum
diberikan Materi Permasalahan pada Remaja dengan Media “Stick
it Word”
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil pre test seluruhnya
siswi memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 100%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sesudah


diberikan Materi Permasalahan pada Remaja dengan Media “Stick
it Word”
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hasil post test seluruhnya
memiliki hasil yang sama dengan pre test yaitu dalam kategori baik.

Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa seluruhnya peserta saat diberi soal
pre-test hasilnya dalam kategori baik mengenai materi permasalahan pada remaja.
Hal ini menunjukkan bahwa topik permasalahan pada remaja tanpa disadari sudah
ada dalam kegiatan sehari-hari sehingga sebelum diberi pendidikan kesehatanpun
para siswi sudah cukup menjawab dengan baik. Hal ini karena perkembangan
pada masa remaja mampu untuk memahami orang lain sebagai individu, baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, niali-nilai atau perasaan sehingga
mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya
atau lingkungan masyarakat baik itu melalui persahabatan atau pertemanan. Pada
soal pre test terdapat 2 anak menjawab kurang tepat pada soal nomor 14 tentang

74
khawatir akan perubahan tubuh yang dialami pada masa remaja. Soal pre dan post
test berjumlah 15 soal dan hampir seluruhnya mampu menjawab benar sebanyak
12 soal sehingga saat penyampaian materi diperlukan penekanan materi mengenai
beberapa subtopik yang belum dipahami oleh peserta. Setelah dilakukan
penyuluhan pengetahuan para peserta juga hasilnya sama dengan sebelum diberi
penyuluhan.

Topik 3 : Perilaku Hidup Sehat pada Remaja


Berikut hasil pre dan post tes pada peserta yang mengikuti pendidikan
kesehatan tentang topik pola hidup sehat pada remaja dengan media pembelajaran
“Smart Card” yaitu:
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sebelum
diberikan Materi Pola Hidup Sehat pada Remaja dengan Media
“Smart Card”.
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hasil pre test seluruhnya
siswi memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 100%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sesudah


diberikan Materi Permasalahan pada Remaja dengan Media “Stick
it Word”
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hasil post test seluruhnya
memiliki hasil yang sama dengan pre test yaitu dalam kategori baik.

75
Pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa seluruhnya peserta saat diberi soal
pre-test hasilnya dalam kategori baik mengenai materi perilaku hidup sehat pada
remaja. Pada jawaban peserta nomor 7 banyak yang menjawab kurang tepat, yaitu
masalah sarapan di pagi hari. Soal pre dan post test berjumlah 15 soal dan hampir
seluruhnya mampu menjawab benar sebanyak 11 soal sehingga saat penyampaian
materi diperlukan penekanan materi mengenai beberapa subtopik yang belum
dipahami oleh peserta. Setelah dilakukan penyuluhan perilaku hidup sehat
pengetahuan para peserta meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan, pada tabel
5.6 terdapat perubahan nilai yang sangat signifikan, dapat diketahui seluruhnya
tingkat pengetahuan peserta baik (100%).
Perilaku hidup sehat sejak usia dini merupakan salah satu upaya yang cukup
penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas
di masa yang akan datang. Kesehatan pada usia sekolah menjadi penting karena
adanya keterkaitan antara kesehatan dan fungsi akademik karena periode ini
merupakan periode belajar, pertumbuhan dan perkembangan. Media smart card
dapat meningkatkan motivasi siswi dalam belajar mengenai perilaku hidup sehat
karena metode ini masuk dalam kategori kooperatif yang menarik minat siswi
untuk ikut berperan aktif. Adapun fungsi media pembelajaran smart card yaitu
memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu, menghilangkan sikap pasif pada siswi (Yova,
2017).

Topik 4 : Resiko Reproduksi Remaja


Berikut adalah hasil pretest posttest pada peserta yang mengikuti pelatihan
dari awal hingga akhir tentang Resiko Reproduksi Remaja dengan Media Booklet
dan Video:
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Resiko
Reproduksi Remaja Sebelum diberikan Penyuluhan dengan
Media Booklet dan Video
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 4 80%

76
Cukup (56-75) 1 20%

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa terdapat remaja yang


memiliki tingkat pengetahuan cukup (20%) tentang resiko reproduksi
remaja.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Resiko
Reproduksi Remaja Sesudah diberikan Penyuluhan dengan
Media Booklet dan Video
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
0 0%
Cukup (56-75)

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa seluruh remaja memiliki


tingkat pengetahuan baik (100%) tentang resiko reproduksi remaja.
Pada tabel 5.7. dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
peserta baik (80%) mengenai resiko reproduksi remaja. Terdapat 2 siswa
menjawab salah pada nomor 4 yaitu soal tentang aborsi, terdapat 2 siswa
menjawab salah pada nomor 9 yaitu soal tentang hubungan seksual, terdapat 1
siswa menjawab salah pada nomor 3 yaitu soal tentang pendidikan seksual remaja
dan 1 siswa menjawab salah pada nomor 10 yaitu soal tentang hubungan seksual.
Soal pretest posttest berjumlah 10 soal dan hampir seluruhnya mampu menjawab
benar sebanyak 9 soal sehingga saat penyampaian materi diperlukan penekanan
materi mengenai beberapa subtopik yang belum dipahami oleh peserta. Setelah
dilakukan penyuluhan asuhan kebidanan remaja, pengetahuan para peserta
meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan, pada tabel 5.7 pengetahuan peserta
dalam kategori cukup (20%), setelah penyajian materi asuhan kebidanan remaja,
dapat diketahui dari tabel 5.8 terdapat perubahan nilai yang sangat signifikan,
dapat diketahui bahwa seluruh tingkat pengetahuan peserta adalah baik (100%).

77
Adanya informasi baru mengenai suatu objek akan mampu memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap objek tersebut
(Budiman & Riyanto, 2014). Pada saat kegiatan pelatihan atau pendidikan
kesehatan, penggunaan media audiovisual atau video dinilai lebih menarik. Media
audiovisual mampu menyajikan kejadian kompleks yang lebih hidup dengan
menunjukkan dan menggambarkan secara detil yang terkadang sulit
dikomunikasikan dengan cara lain (Chaerudin, 2019). Meningkatnya nilai posttest
peserta setelah dilakukan penyuluhan tentang Resiko Reproduksi Remaja dengan
Media Booklet dan Video dapat disebabkan karena bertambahnya landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan tentang Resiko Reproduksi Remaja.
Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang melalui media yang
dianggap menarik maka akan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang.

Topik 5 : NAPZA pada Remaja


Berikut adalah hasil pretest posttest pada peserta yang mengikuti pelatihan
dari awal hingga akhir tentang NAPZA dengan media bermain Lucky Well.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
NAPZA Sebelum diberikan Penyuluhan dengan Media Bermain
Lucky Well
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 1 20%
4 80%
Cukup (56-75)

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa hampir seluruh remaja


memiliki tingkat pengetahuan cukup (80%) tentang NAPZA.
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
NAPZA Sesudah diberikan Penyuluhan dengan Media Bermain
Lucky Well

78
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 3 60%
2 40%
Cukup (56-75)

Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan


sebagian besar peserta baik (60%)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hampir seluruh remaja
memiliki tingkat pengetahuan cukup (80%) tentang NAPZA. Soal pretest posttest
berjumlah 15 soal dan dari seluruhnya belum ada yang mampu menjawab dengan
benar semuanya sehingga saat penyampaian materi diperlukan penekanan materi
mengenai beberapa subtopik yang belum dipahami oleh peserta. Setelah dilakukan
penyuluhan asuhan kebidanan remaja tentang NAPZA, pengetahuan para peserta
meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil pretest posttest peserta tentang
tingkat pengetahuan peserta dalam kategori cukup (80%), setelah penyajian materi
asuhan kebidanan remaja tentang NAPZA, dapat diketahui dari tabel 5.2 terdapat
perubahan nilai yang sangat signifikan, dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan sebagian besar peserta baik (60%).
Menurut Budiman & Riyanto (2014) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah informasi. Informasi
dianggap sebagai proses transfer pengetahuan. Meningkatnya nilai posttest
peserta setelah dilakukan penyuluhan tentang NAPZA dengan Media Lucky Well
dapat disebabkan karena bertambahnya informasi yang dimiliki oleh peserta.
Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang maka akan meningkatkan
pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Topik 6 : Penyakit Menular Seksual


Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja SMP
Sebelum diberikan Materi tentang Penyakit Menular Seksual
Kategori Tingkat Frekuensi (f) Persentase (%)

79
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat


pengetahuan peserta Baik (100%).

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja SMP


Sesudah diberikan Materi tentang Penyakit Menular Seksual
Kategori Tingkat
Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengetahuan
Baik (76-100) 5 100%
Cukup (56-75) 0 0%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwasebagian besartingkat


pengetahuan peserta baik (100%).

Pada tabel 5.11. dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
peserta baik (100%) mengenai Penyakit Menular Seksual. Hampir seluruhnya
peserta menjawab salah pada soal no 9 tentang mencuci rambut/keramas saat
menstruasi, dan soal no 10 tentang makan nanas dan minum es ssat menstruasi.
Soal pre dan post test berjumlah 10 soal dan hampir seluruhnya mampu menjawab
benar sebanyak 8 soal sehingga saat penyampaian materi diperlukan penekanan
materi mengenai beberapa subtopik yang belum dipahami oleh peserta. Setelah
dilakukan penyuluhan pranikah pengetahuan para peserta meningkat. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan, pada tabel 5.12 terdapat perubahan nilai yang sangat
signifikan, dapat diketahui seluruhnya tingkat pengetahuan peserta baik (100%).
Peer Education pada topik ini menggunakan media Lembar Balik (Manja Si
Nular), lembar balik yang kelompok gunakan dianggap dapat meningkatkan
pengetahuan pada remaja SMP tentang penyakit Menular Seksual. Berdasarkan
penelitian (Melisa, 2012) Salah satu alat bantu pendidikan yang dapat digunakan
dengan mudah adalah media lembar balik. Media lembar balik merupakan salah

80
satu bentuk alat bantu pendidikan yang saat ini umum digunakan karena
pembuatan yang relatif mudah dan penggunaan yang dapat dimengerti dengan
mudah oleh para penyuluh kesehatan.

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak.
Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum
memperoleh status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa
anak-anak. Penting sekali kiranya peran keluarga bagi anak atau remaja,
karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang
memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari
keluarga. Upaya meningkatkan pengetahuan pada remaja yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan dengan media pembelajaran yang

81
menarik sehingga remaja dapat mengerti apa yang disampaikan, remaja
diberikan 6 topik diantaranya perubahan pasa masa remaja, masalah yang
terkait pada perubahan masa remaja, perilaku hidup sehat, bahaya
penggunaan NAPZA, resiko reproduksi remaja dan infeksi menular seksual.
Sarana yang digunakan dalam penyampaian materi yaitu adanya media
edukasi bermain seperti ular tangga edukasi, stick it word, smart card, lucky
wheel, video dan booklet lalu lembar balik menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab. Alat ukur dalam penyuluhan ini berupa soal pretest dan
posttest.

6.2. Saran
1) Tenaga Kesehatan
a. Kepada tenaga kesehatan harusnya bekerja sama dengan guru SMP
terkait kesadaran remaja putri mengenai kesehatannya.
b. Diharapkan tenaga kesehatan yang memberikan materi penyuluhan
bisa memberi output untuk dibawa pulang oleh peserta agar
bermanfaat dirumah.
2) Remaja siswi
a. Kepada remaja putri untuk lebih aktif dan berdiskusi saat diberi
penyuluhan.
b. Diharapkan mengikuti acara penyuluhan ini sebagai sarana persiapan
dan tambahan ilmu mengenai masa remaja.

82
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. Asrori, Mohammad. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta


Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Badan Litbangkes. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP Dan
SMA Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Badan Litbangkes. 2013. Laporan Nasional RISKESDAS 2013. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Narkotika Nasional. 2013. Buku Panduan Pencegahan Penyalahgunaan


Narkoba Sejak Dini. Kediri: Badan Narkotika Nasional

83
Badan Narkotika Nasional. 2013. Perkembangan Ancaman Bahaya Narkoba di
Indonesia Tahun 2008-2012 Nasional 12 April 2014. Available from:
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post

Bujuri, Dian Andesta. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar
dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jurnal Literasi,
Volume IX, No. 1

Darouich, A., Khoukhi, F., & Douzi, K (2017). Modelization of Cognition,


Activity and Motivation as Indicators for Interactive Learning Environment.
Advances in Science, Technology and Engineering Systems Journal, 2 (3),
hal. 520-531

Dhamayanti M, Asmara A. 2017. Remaja: kesehatan dan permasalahannya.


Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; h.63.

Diananda, Amita, 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. Volume 1 No 1

Dr. Boyke. 2014. Ginekologi dan Konsultan. Jakarta : EGC.

Firtri dkk, 2018. Profil Kepercayaan Diri Remaja serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, Volume 4 No 1
Hartini. 2017. Perkembangan Fisik Dan Body Image Remaja. Jurnal ISLAMIC
COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP. P-ISSN
2580-3638, E-ISSN 2580-3646
Herlina, 2018. Mengatasi Masalah Anak Remaja Melaluin Buku. Bandung :
Pustaka Cendekia Utama
Idi, Abdullah dan Jamali Sahrodi. 2017. Moralitas Sosial dan Peranan
Pendidikan Agama. Jurnal Raden Fatah. Intiza, Volume 23, Nomor 1
Istiqomah, Nurul. 2016. Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya :
Universitas 17 Agustus 1994
Kartini, Bella. 2015. Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik
Masa Pubertas. Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 206–217
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

84
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Kasus NAPZA Kendari Menkes RI: NAPZA
Rugikan Bangsa. Jakarta : Kemenkes RI

Kusumawardani, N. et al. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan pada Pelajar SMP


dan SMA di Indonesia Puslitbang Upaya kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Markum, A.H. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Marshall, S. 2014, Juny 4. Gonorhea. Dipetik 28 agustus 2019, dari WebMD:
http://www.webmd.com/sexual-conditions/tc/gonorrhea-cause
Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah
SainsHulu Selangor Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan.
(KTI).Universitas Sumatera Utara. Medan
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BPSJ

Rahmi, Upik. 2015. Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular


Seksual. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia Vol.1 No. 2..

Saiful, F. 2007. Tinjauan Penyakit Menular Seksual Dalam Djuanda Adhi


dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: FKUI hal 363-364

Saputro. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang NAPZA dengan


Sikap dalam Penyalahgunaan NAPZA pada Siswa di SMA Al-Islam 3
Surakarta. Skripsi: Hal 66

Setiawati, Sugma Epri. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi Pada
Remaja. Jurnal Majority VOL 4 No 1
Soetjiningsih. 2010.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
CV Seagung Seto
Wijayanto, Lip. 2018. Cinta Antara Realita Seks Pra-Nikah. Jogjakarta : Trans
Info Media.
Wilis SS. 2012. Remaja dan Masalahnya Edisi 2. Bandung: CV. Alfabeta
Wong, B. 2016, March 15. Gonorrhea. Dipetik 28 agustus 2019 dari Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#a2

85
Zarkasih Putro, Khamim. 2017. Memahami Ciri dan Perkembangan Masa
Remaja Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama Vol 17 No I

86

Anda mungkin juga menyukai