Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAM

DI INDONESIA

OLEH:
RADE DIAN MARGARETHA
010001900492
KELAS: I

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah yang berjudul “Perlindungan dan Penegakan HAM di Indonesia” ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya sendiri memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Jakarta, 05 Desember 2019

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... ii


Daftar Isi ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II ISI DAN ANALISIS


2.1 Pengertian HAM .............................................................................. 3
2.2 Kronologi Peristiwa Tanjung Priok .................................................. 5
2.3 Penyebab dan Akibat dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok .............. 6
2.4 Penyelesaian Kasus Peristiwa Tanjung Priok.................................. 7

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................. 8

BAB IV DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 9

iii | P a g e
BAGIAN I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk Tuhan, mempunyai martabat yang tinggi. Karena
itulah, tiap manusia dianugerahkan hak asasi oleh Tuhan. Hak asasi manusia
tersebut ada dan melekat pada setiap manusia. HAM tersebut bersifat universal,
artinya berlaku di mana saja, untuk siapa saja, dan tidak dapat diambil oleh
siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat
kemanusiaanya, juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau
berhubungan dengan sesama manusia.
Pada setiap hak, melekat juga kewajiban. Karena itu, selain ada hak asasi
manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus
dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya HAM. Dalam menggunakan hak
asasi, kita wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi
yang juga dimiliki oleh orang lain dalam penegakan dan perlindungan HAM.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan
oleh hak-hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.
Salah satu ciri negara hukum adalah adanya jaminan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, bukan hanya tiap orang yang
perlu ikut andil dalam penegakan dan perlindungan HAM, tetapi negara juga,
termasuk warga negaranya juga. Indonesia mempunyai kewajiban untuk
melindungi (protect), menjamin (to ensure), dan memenuhi (to fulfill) HAM. Di
samping secara moral, Indonesia juga mempunyai kewajiban secara hukum untuk
mewujudkan ketiga hal tersebut, yang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2
UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, yang menyatakan
bahwa negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat
pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan
ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan,
dan kecerdasan serta keadilan. Oleh karena itu, eksistensi HAM telah mendapat

1|Page
pengakuan secara hukum oleh negara Indonesia. Pengingkaran terhadap HAM
tentunya akan berimplikasi pada pelanggaran hukum. Hal ini dikarenakan HAM
adalah hak hukum yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab dari negara.
Dengan lahirnya UU No.39 Tahun 1999 tersebut, diharapkan dapat
membantu dalam penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia. Penegakan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu isu penting dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di Indonesia, karena masih banyak pelanggaran
HAM di Indonesia yang belum terselesaikan dengan baik. Salah satu contoh yang
akan dibahas pada bab berikutnya adalah Kasus Peristiwa Tanjung Priok, yang
terjadi di Tanjung Priok pada tanggal 12 September 1984.

1.2 Rumusan Masalah?


1. Apa itu HAM?
2. Bagaimana kronologi dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok?
3. Apa yang menjadi penyebab dan akibat dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok?
4. Bagaimana penyelesaian dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menjelaskan HAM secara umum dan detail
2. Menjelaskan kronologi dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok.
3. Mengetahui penyebab dan akibat dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok.
4. Menjelaskan penyelesaian dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok.

2|Page
BAGIAN II
ISI DAN ANALISIS

2.1 Pengertian HAM


Hak asasi manusia ( HAM) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia
adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan
kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat
dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan
saling bergantung.
Hak Asasi Manusia sendiri memiliki ciri khusus yang tidak terdapat pada
jenis hak lainnya. Berikut ini adalah ciri khusus dari Hak Asasi Manusia:
1. HAM tidak diberikan kepada seseorang, melainkan merupakan hak
semua. orang, baik itu hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, dan
hak budaya.
2. HAM tidak dapat dicabut, dihilangkan, atau diserahkan.
3. HAM bersifat hakiki, yaitu hak yang sudah ada sejak manusia lahir ke
dunia.
4. HAM sifatnya universal sehingga berlaku bagi semua manusia tanpa
memandang status, suku, gender, dan perbedaan lainnya.

Setelah memahami apa pengertian HAM dan ciri-cirinya, selanjutnya kita


juga perlu mengetahu apa jenis-jenis HAM. Berikut ini adalah macam-macam
HAM:

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)


Ini merupakan hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi
setiap individu. Beberapa contoh hak asasi pribadi diantaranya:
 Kebebasan untuk bepergian, bergerak, berpindah ke berbagai tempat.
 Kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
 Kebebasan dalam berkumpul dan berorganisasi.

3|Page
 Kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan sesuai keyakinan masing-masing individu.

2. Hak Asasi Politik (Political Rights)


Ini merupakan hak asasi yang terkait dengan kehidupan politik seseorang.
Beberapa contoh hak asasi politik diantaranya:
 Hak untuk untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan.
 Hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintahan.
 Hak dalam mendirikan partai politik dan organisasi politik.
 Hak dalam membuat usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)


Ini adalah hak mendapatkan kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Beberapa contoh hak asasi hukum diantaranya:
 Hak untuk mendapat perlakukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
 Hak seseorang untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanaan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)


Ini merupakan hak masing-masing individu terkait dengan kegiatan
perekonomian. Beberapa contoh hak-hak asasi ekonomi diantaranya:
 Kebebasan dalam kegiatan jual-beli.
 Kebesasan dalam melakukan perjanjian kontrak.
 Kebebasan dalam penyelenggaraan sewa-menyewa dan hutang-
piutang.
 Kebebasan dalam memiliki sesuatu.
 Kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang pantas.

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)


Ini merupakan hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara
pengadilan. Beberapa contoh hak-hak asasi peradilan diantaranya:
 Hak untuk mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.

4|Page
 Hak untuk mendapatkan persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)


Ini merupakan hak individu terkait dengan kehidupan bermasyarakat.
Beberapa contoh hak asasi sosial budaya diantaranya:
 Hak untuk menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
 Hak untuk mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat.

2.2 Kronologi Peristiwa Tanjung Priok


Salah satu sejarah dan peristiwa yang akan dibahas pada kali adalah Kasus
Peristiwa Tanjung Priok. Peristiwa Tanjung Priok adalah suatu peristiwa
kerusuhan yang terjadi pada tanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta
dimana ketika sekelompok orang melakukan defile (perarakan barisan) sambil
melakukan perusakan pada sejumlah gedung dan berakhir pada bentrok dengan
aparat. Peristiwa ini mengakibatkan banyak korban tewas dan korban luka yang
angkanya tidak bisa dipastikan, serta sejumlah gedung yang rusak karena
terbakar. Sejak awal 1980-an, Pemerintah gencar mengkampanyekan Pancasila
sebagai asas tunggal negara. Asas tunggal negara adalah kebijakan politik orde
baru lainnya pada masa itu. Semua organisasi yang ada di Republik Indonesia
wajib menggunakan asas Pancasila dan tidak boleh menggunakan asas yang lain.
Hal ini berarti siapapun yang tidak menggunakan asas Pancasila, tidak sejalan
dengan kebijakan politik pemerintah masa itu dan akan dianggap anti terhadap
Pancasila. Banyak masyarakat terutama di Jakarta menolak penetapan Pancasila
sebagai asas tunggal sehingga beberapa minggu sebelum peristiwa terjadi, situasi
di Jakarta Utara tegang akan isu politik dan keagamaan. Hampir setiap minggu
para ulama di masjid – masjid memberikan kritik keras kepada pemerintah Orde
Baru mengenai pemaksaan Pancasila sebagai satu – satunya asas.
Bermula dari 10 September 1984 September 1984 ketika Sersan Satu
Hermanu, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) tiba di Masjid As Saadah di

5|Page
Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan mengatakan kepada pengurusnya, Amir Biki,
untuk menghapus brosur dan spanduk yang mengkritik dan menentang
pemerintah. Amir Biki dan beberapa jamaah menolak permintaan ini, lantas
Hermanu memindahkannya sendiri. Saat melakukannya, dia dilaporkan
memasuki area sholat masjid tanpa melepas sepatunya (sebuah pelanggaran serius
terhadap etiket masjid).
Akhirnya, terjadi pertengkaran antara beberapa jamaah di masjid atau musala
tersebut dengan para Babinsa. Sebagai tanggapan, warga setempat, yang dipimpin
oleh pengurus masjid Syarifuddin Rambe dan Sofwan Sulaeman, membakar
motornya dan menyerang Hermanu saat dia sedang berbicara dengan petugas
lain. Keduanya kemudian menangkap Rambe dan Sulaeman, serta pengurus lain,
Achmad Sahi, dan seorang pria pengangguran bernama Muhamad Noor.
Dua hari pasca penangkapan, ulama Islam Abdul Qodir Jaelani memberikan
sebuah khotbah menentang asas tunggal Pancasila di masjid As Saadah. Setelah
itu, Biki memimpin sebuah demonstrasi ke kantor Kodim Jakarta Utara, dimana
keempat tahanan tersebut ditahan. Seiring waktu, massa kelompok tersebut
meningkat, dengan perkiraan berkisar antara 1.500 sampai beberapa ribu orang.
Selama kerusuhan tersebut, sembilan anggota keluarga Muslim-Tionghoa
Indonesia yang dipimpin oleh Tan Kioe Liem dibunuh oleh para massa dan ruko-
ruko hangus dibakar. Penyebab
Protes dan kerusuhan tidak berhasil menuntut pembebasan tahanan tersebut.
Sekitar pukul 23.00 waktu setempat, para massa mengepung komando militer.
Personel militer dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara ke-6 menembaki para
massa. Sekitar tengah malam, saksi mata melihat Komandan Militer Jakarta, Try
Sutrisno dan Kepala Angkatan Bersenjata, L. B. Moerdani yang mengawasi
pemindahan korban; mayat-mayat itu dimasukkan ke dalam truk militer dan
dikuburkan di kuburan yang tidak bertanda, sementara yang terluka dikirim ke
Rumah Sakit Militer Gatot Soebroto. Oleh karena itu, banyak orang yang menjadi
korban dari Peristiwa Tanjung Priok ini.

2.3 Penyebab dan Akibat dari Kasus Peristiwa Tanjung Priok


Penyebab dari terjadinya Peristiwa Tanjung Priok ini adalah adanya provokasi
yang dilakukan, berkaitan dengan keagaaman. Sedangkan dari akibatnya, jumlah
korban pasti dari peristiwa Tanjung Priok sulit dipastikan karena adanya data
6|Page
yang simpang siur. Komnas HAM mencatat jumlah korban tewas sebanyak 23
orang dan korban luka 55 orang. Sedangkan Solidaritas Nasional Untuk Peristiwa
Tanjung Priok (Sontak) dalam penyelidikannya menyimpulkan jumlah korban
tewas mencapai 400 orang, tidak termasuk korban yang cacat dan luka – luka.
Sebagai dampak peristiwa Tanjung Priok yang menjadi salah satu peristiwa pada
masa orde baru, masih banyak efek yang dirasakan oleh para korban dan
keturunannya hingga masa sekarang ini.

2.4 Penyelesaian Kasus Tanjung Priok


Gencarnya gerakan hak asasi manusia pasca lengsernya Soeharto pada tahun
1998, beberapa kelompok dibentuk untuk mengadvokasi hak-hak korban,
termasuk Yayasan 12 September 1984, Solidaritas Nasional untuk Peristiwa
Tanjung Priok 1984, dan Keluarga Besar untuk Korban Insiden Tanjung Priok
(didirikan oleh janda Biki Dewi Wardah dan putra Beni). Kelompok-kelompok
ini mendorong Dewan Perwakilan Rakyat dan Komnas HAM untuk menyelidiki
lebih lanjut tragedi tersebut. Akhirnya pada tahun 1999, Komnas HAM sepakat
untuk menyelidiki insiden tersebut, membentuk Komisi Investigasi dan
Pemeriksaan Pelanggaran HAM di Tanjung Priok (KP3T).
Berbagai cara yang dilakukan untuk mengetahui titik terang dari kasus ini.
Hingga pada akhirnya pada tahun 2003, DPR menyetujui penggunaan Undang-
Undang Hak Asasi Manusia Tahun 2000, untuk membawa pelaku pembantai ke
pengadilan atas kejahatan terhadap kemanusiaan persidangan yang dimulai pada
bulan September tahun itu.
Mereka yang dibawa ke pengadilan termasuk Kolonel Sutrisno Mascung,
pemimpin Peleton II Batalyon Artileri Pertahanan Udara saat itu, dan 13
bawahannya. Pejabat berpangkat tinggi saat itu, termasuk komandan militer
Jakarta Try Sutrisno dan Kepala Angkatan Bersenjata L. B. Moerdani,
dibebaskan dari tuntutan, seperti mantan Presiden Soeharto dan mantan Menteri
Kehakiman Ismail Saleh. Penuntutan dipimpin oleh Widodo Supriyadi, dan
Wakil Ketua DPR A.M. Fatwa bertugas sebagai saksi penuntutan. Beberapa
petugas yang diadili divonis bersalah, sementara Sriyanto dan Pranowo
dibebaskan. Pada tahun 2004 kantor Kejaksaan mengajukan banding atas
pembebasan Sriyanto dan Pranowo, namun ditolak. Keputusan tersebut kemudian
dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI.

7|Page
8|Page
BAGIAN III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Setia manusia pasti memiliki HAM. HAM sendiri bersifat universal, artinya
berlaku di mana saja, untuk siapa saja, dan tidak dapat diambil oleh siapapun.
Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat
kemanusiaanya, juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau
berhubungan dengan sesama manusia. Dalam menggunakan hak asasi, kita wajib
untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga
dimiliki oleh orang lain dalam penegakan dan perlindungan HAM.
Tidak hanya itu, negara Indonesia juga turut andil dalam perlindungan dan
penegakan HAM, yang sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU RI No. 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Diharapkan dengan lahirnya UU No.39
Tahun 1999 tersebut, diharapkan dapat membantu dalam penegakan dan
perlindungan HAM di Indonesia. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
merupakan salah satu isu penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
di Indonesia, agar menghindari terjadinya pelanggaran HAM serta menghindari
banyaknya korban-korban dari pelanggaran HAM, salah satunya Peristiwa
Tanjung Priok pada tanggal 12 September 1984.

3.2 Saran
Agar menuju penegakan dan perlindungan HAM yang benar, setiap warga
negara dan juga negara tersebut (termasuk Indonesia) perlu adanya kerjasama
dalam menciptakan penegakan dan perlindungan HAM, agar tidak ada lagi
pelanggaran-pelanggaran HAM yang sudah terjadi sebelumnya. Jadikan
pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada di masa lalu sebagai acuan di masa
depan untuk melindungi HAM setiap orang. Dan jika ada orang yang melanggar
HAM orang lain, perlu diberi hukuman yang setimpal, agar tidak ada lagi pelaku-
pelaku pelanggar HAM yang lainnya.

9|Page
BAGIAN IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-ham.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

https://id.wikipedia.org › wiki › Peristiwa_Tanjung_Priok

https://sejarahlengkap.com/indonesia/latar-belakang-peristiwa-tanjung-priok

Naning, Ramdlon. 1983. CITA DAN CITRA HAK-HAK ASASI MANUSIA. Jakarta:
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum
Indonesia.

Sujatmoko, Andrey. 2015. HUKUM HAM DAN HUKUM HUMANITER Ed.1 — Cet.1.
Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai