DI INDONESIA
OLEH:
RADE DIAN MARGARETHA
010001900492
KELAS: I
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah yang berjudul “Perlindungan dan Penegakan HAM di Indonesia” ini
bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya sendiri memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
iii | P a g e
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1|Page
pengakuan secara hukum oleh negara Indonesia. Pengingkaran terhadap HAM
tentunya akan berimplikasi pada pelanggaran hukum. Hal ini dikarenakan HAM
adalah hak hukum yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab dari negara.
Dengan lahirnya UU No.39 Tahun 1999 tersebut, diharapkan dapat
membantu dalam penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia. Penegakan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu isu penting dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di Indonesia, karena masih banyak pelanggaran
HAM di Indonesia yang belum terselesaikan dengan baik. Salah satu contoh yang
akan dibahas pada bab berikutnya adalah Kasus Peristiwa Tanjung Priok, yang
terjadi di Tanjung Priok pada tanggal 12 September 1984.
2|Page
BAGIAN II
ISI DAN ANALISIS
3|Page
Kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan sesuai keyakinan masing-masing individu.
4|Page
Hak untuk mendapatkan persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.
5|Page
Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan mengatakan kepada pengurusnya, Amir Biki,
untuk menghapus brosur dan spanduk yang mengkritik dan menentang
pemerintah. Amir Biki dan beberapa jamaah menolak permintaan ini, lantas
Hermanu memindahkannya sendiri. Saat melakukannya, dia dilaporkan
memasuki area sholat masjid tanpa melepas sepatunya (sebuah pelanggaran serius
terhadap etiket masjid).
Akhirnya, terjadi pertengkaran antara beberapa jamaah di masjid atau musala
tersebut dengan para Babinsa. Sebagai tanggapan, warga setempat, yang dipimpin
oleh pengurus masjid Syarifuddin Rambe dan Sofwan Sulaeman, membakar
motornya dan menyerang Hermanu saat dia sedang berbicara dengan petugas
lain. Keduanya kemudian menangkap Rambe dan Sulaeman, serta pengurus lain,
Achmad Sahi, dan seorang pria pengangguran bernama Muhamad Noor.
Dua hari pasca penangkapan, ulama Islam Abdul Qodir Jaelani memberikan
sebuah khotbah menentang asas tunggal Pancasila di masjid As Saadah. Setelah
itu, Biki memimpin sebuah demonstrasi ke kantor Kodim Jakarta Utara, dimana
keempat tahanan tersebut ditahan. Seiring waktu, massa kelompok tersebut
meningkat, dengan perkiraan berkisar antara 1.500 sampai beberapa ribu orang.
Selama kerusuhan tersebut, sembilan anggota keluarga Muslim-Tionghoa
Indonesia yang dipimpin oleh Tan Kioe Liem dibunuh oleh para massa dan ruko-
ruko hangus dibakar. Penyebab
Protes dan kerusuhan tidak berhasil menuntut pembebasan tahanan tersebut.
Sekitar pukul 23.00 waktu setempat, para massa mengepung komando militer.
Personel militer dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara ke-6 menembaki para
massa. Sekitar tengah malam, saksi mata melihat Komandan Militer Jakarta, Try
Sutrisno dan Kepala Angkatan Bersenjata, L. B. Moerdani yang mengawasi
pemindahan korban; mayat-mayat itu dimasukkan ke dalam truk militer dan
dikuburkan di kuburan yang tidak bertanda, sementara yang terluka dikirim ke
Rumah Sakit Militer Gatot Soebroto. Oleh karena itu, banyak orang yang menjadi
korban dari Peristiwa Tanjung Priok ini.
7|Page
8|Page
BAGIAN III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setia manusia pasti memiliki HAM. HAM sendiri bersifat universal, artinya
berlaku di mana saja, untuk siapa saja, dan tidak dapat diambil oleh siapapun.
Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat
kemanusiaanya, juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau
berhubungan dengan sesama manusia. Dalam menggunakan hak asasi, kita wajib
untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga
dimiliki oleh orang lain dalam penegakan dan perlindungan HAM.
Tidak hanya itu, negara Indonesia juga turut andil dalam perlindungan dan
penegakan HAM, yang sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU RI No. 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Diharapkan dengan lahirnya UU No.39
Tahun 1999 tersebut, diharapkan dapat membantu dalam penegakan dan
perlindungan HAM di Indonesia. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
merupakan salah satu isu penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
di Indonesia, agar menghindari terjadinya pelanggaran HAM serta menghindari
banyaknya korban-korban dari pelanggaran HAM, salah satunya Peristiwa
Tanjung Priok pada tanggal 12 September 1984.
3.2 Saran
Agar menuju penegakan dan perlindungan HAM yang benar, setiap warga
negara dan juga negara tersebut (termasuk Indonesia) perlu adanya kerjasama
dalam menciptakan penegakan dan perlindungan HAM, agar tidak ada lagi
pelanggaran-pelanggaran HAM yang sudah terjadi sebelumnya. Jadikan
pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada di masa lalu sebagai acuan di masa
depan untuk melindungi HAM setiap orang. Dan jika ada orang yang melanggar
HAM orang lain, perlu diberi hukuman yang setimpal, agar tidak ada lagi pelaku-
pelaku pelanggar HAM yang lainnya.
9|Page
BAGIAN IV
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-ham.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
https://sejarahlengkap.com/indonesia/latar-belakang-peristiwa-tanjung-priok
Naning, Ramdlon. 1983. CITA DAN CITRA HAK-HAK ASASI MANUSIA. Jakarta:
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum
Indonesia.
Sujatmoko, Andrey. 2015. HUKUM HAM DAN HUKUM HUMANITER Ed.1 — Cet.1.
Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
10 | P a g e