Anda di halaman 1dari 9

Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Biaya

BIAYA BAHAN BAKU

oleh :
KELOMPOK III

NI KADEK RATNA KUMALASARI (1802612010027) (27)


NI NYOMAN SRINITI ASIH (1802612010033) (33)
NI MADE NATALIA APRIANI (1802612010031) (31)
DIYAH PUSPITA HANDAYANI (1802612010005) (05)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
PENGERTIAN BIAYA BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan
baku yang diolah perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, impor, atau dari
pengelolaan sendiri. Didalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak hanya mengeluakan
biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya biaya pembelian
,pergudangan dan biaya biaya perolehan lainya.
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya terbesar dalam membuat produk jadi.
Dalam prusahaan manufaktur bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan mengeluarkan
biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi diklasifikasikan menjai bahan
baku/langsung dan bahan pembantu /tidak langsung.
Bahan baku /langsung merupakan bahan yang digunakan untuk produksi yang dapat
diidentifikasikan ke produk, sedangkan bahan pembantu / tidak langsung adalah semua bahan
yang bukan merupakan bahan baku

10.1 Elemen pembentuk harga pokok bahan baku


Menurut prinsip akutansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan elemen harga
pokok bahan baku yang di beli. Elemen pembentuk harga pokok bahan baku di rinci sebagai
berikut:
1. Harga beli yang tercantum pada faktur dari penjual
2. Biaya biaya pembelian( unit organisasi yang terkait adalah bagian pembelian, bagian
penerimaan, bagian gudang, dan bagian akutansi prsediaan) contohnya meliputi ; biaya
pesan, biaya penerimaan, biaya pembongkaran, biaya akutansi bahan baku, biaya
pergudangan, dll.
3. Biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan
siap untuk diolah, contohnya; biaya angkut pembelian
Biaya masing masing bagian yang terkait dalam pembelian bahan baku tersebut sebagian besar
belum dapat diperhitungkan pada saat bahan baku yang dibeli, diterima di gudang. Sehingga
akan timbul kesulitan dalam menghitung biaya pembeliaan sesungguhnya yang harus dibebankan
kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat tariff
pembebanan biaya kepada setiap jenis bahan baku yang di beli.
10.2 Prosedur pembelian bahan baku
Sistem dan prosedur pembelian mengatur cara-cara dalam melakukan semua pembelian
baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tujuan dari sistem dan prosedur
pembelian bahan baku adalah:
1. Mencegah pemborosan, karena membeli barang yang seharusnya tidak diperlukan
2. Mencegah permainan harga yang dapat merugikan perusahaan.
3. Mencegah pembelian fiktif.
4. Memperpendek masa transaksi dari mulai pesanan sampai barang datang.

Fungsi- fungsi yang terkait dalam pembelian bahan baku. Fungsi-fungsi yang terkait dalam
sistem akuntansi pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian bahan baku, fungsi gudang bertanggung jawab untuk
mengajukan permintaan pembelian bahan baku kepada fungsi pembelian sesuai dengan
persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi
penerimaan barang.
2. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang,
menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian
kepada pemasok yang terpilih.
3. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan bertanggung jawab untukmelakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan
kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang
tersebut diterima perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab menerima barang dari transaksi
retur penjualan.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab terhadap pencatatan hutang dan pencatatan persediaan.
Fungsi pencatatan hutang bertanggung jawab mencatat terjadinya hutang, sedangkan fungsi
pencatatan persediaan bertanggung jawab mencatat harga pokok barang yang dibeli ke dalam
kartu persediaan.
Prosedur yang membentuk sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Dalam prosedur permintaan pembelian bahan baku ini fungsi gudang mengajukan permintaan
pembelian bahan baku dalam formulir surat permintaan pembelian bahan baku kepada bagian
pembelian.
2. Prosedur permintaan penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada
pemasok atas dasar harga yang relatif di bawah standar untuk mendapatkan informasi tentang
harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memungkinkan pilihan pemasok
yang akan dituju oleh perusahaan.
3. Prosedur Order Pembelian
Dalam prosedur order pembelian ini, fungsi pembelian mengirimkan surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kapada unit-unit organisasi lain dalam
perusahaan tentang order pembelian yang telah dikeluarkan.
4. Prosedur Penerimaan Barang
Dalam prosedur ini, fungsi penerimaan barang melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas
dan mutu barang serta spesifikasi barang yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat
order pembelian dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada
bagian akutansi.
5. Prosedur Pencatatan Hutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pembelian dan menyelenggarakan pencatatan hutang atau mengarsipkan sumber sebagai
pencatatan hutang.
6. Prosedur Distribusi Pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebet dari transaksi pembelian untuk
kepentingan pembuatan laporan manajemen.
10.3 Perlakuan biaya angkut pembelian bahan baku
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkanya
dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok bahan baku yg dibeli. Oleh
karena itu, harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur
pembelian saja.
Sering kali dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan untuk berbagai
macam bahan baku yang dibeli. Hal ini menimbulkan masalah mengenai pengalokasian biaya
angkutan tersebut kepada masing” jenis bahan baku yang diangkut.
Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dpt dibedakan sbb :
1. Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli.
2. Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang
dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli
Apabila angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli,
maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dapat
didasarkan pada :
1. Perbandingan kuantintas tiap jenis bahan baku yang dibeli.
Contoh :
Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dengan jumlah harga dalam faktur sebesar
Rp500.000. Biaya angkutan yang dibayar untuk ketiga macam bahan baku tersebut adalah
sebesar Rp300.000. Kuantitas masing-masing jenis bahan baku yang tercamtum dalam faktur
adalah bahan baku A=400 kg, bahan baku B=350 kg, bahan baku C=50 kg .
Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap jenis bahan baku adalah:

Jenis Berat Harga pokok bahan


Bahan baku Harga faktur (i) : 800 baku
Kg (ii) (ii)xRp. 300.000
(i) (iii)
A 400 50,00 150.000
B 350 43,75 131.000
C 50 6,25 18.750
800 100,00 300.000

2. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.


Contoh :
Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai
berikut : Bahan baku A Rp100.000 , bahan baku B Rp150.000 , bahan baku C Rp225.000 , bahan
baku D Rp125.000 . Biaya angkutan 4 jenis bahan baku tersebut adalah Rp48.000 . Jika biaya
angkutan tersebut dibagi atas dasar perbandingan harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku
tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan di bebani dengan tambahan biaya angkutan
sebesar Rp0,08 (48.000/600.000) . Pembagian biaya angkutan sebesar Rp48.000 adalah sbb :

Jenis Harga faktur Pembagian biaya Harga pokok bahan


Bahan (i) angkut baku
Baku (i) x Rp. 0,80 (i) + (ii)
(ii) (iii)
A 100.000 8.000 108.000
B 150.000 12.000 162.000
C 225.000 18.000 243.000
D 125.000 10.000 135.000
600.000 48.000 648.000

3. Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif
yang ditentukan di muka.
Untuk meneyederhanakan perhitungan harga pokok bahan baku, biaya angkutan dibebankan
kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Perhitungan tarif
dilakukan dengan menaksir biaya angkutan yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran
tertentu. Taksiran biaya angkutan ini kemudian dibagi dengan dasar yang akan digunakan untuk
mengalokasikan biaya angkutan tersebut . Pada saat pembelian bahan baku, harga faktur bahan
baku harus ditambah dengan biaya angkutan seesar tarif yang telah ditentukan. Biaya
angkutkutan yang sesungguhnya dikeluarkan dicatat dalam rekening Biaya Angkutan.
Contoh :
Biaya angkutan yang diperkirakan akan dikeluarkan dalam tahun 20X1 adalah sebesar
Rp2.500.000 , dan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebanyak 50.000 kg . Jadi tarif
biaya angkut untuk tahun 20X1 adalah sebesar Rp50 per kg bahan baku yang diangkut . Dalam
tahun 20X1 jumlah bahan baku yang dibeli dan alokasi angkutan atas dasar tarif disajikan
sebagai berikut :

Jenis Berat Harga faktur Biaya anggkut Harga pokok


Bahan Kg yang dibebankan bahan baku
Baku (1) (2) atas dasar tariff (2) + (3)
(1) x Rp. 50 (4)
(3)
A 25.000 5.000.000 1.250.000 6.250.000
B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000
C 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000
13.500.000 2.500.00 16.000.000

Jika misalnya biaya angkutan yg sesungguhnya dlm tahun 20XI adalah sebesar Rp2.400.000,
maka jurnal yg dibuat dalam tahun 20XI untuk mencatat bahan baku yg dibeli tsb adalah sbb:
(a) Jurnal pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp13.500.000
Utang dagang Rp13.500.000
(b) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif
Persediaan bahan baku Rp2.500.000
Biaya angkutan Rp2.500.000
(c) Jurnal pencatatan biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi
Biaya angkutan Rp2.400.000
Kas Rp2.400.000
(d) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga pokok penjualan
Biaya angkutan Rp100.000
Harga pokok penjualan Rp100.000

Biaya Angkutan Tidak Diperhitungkan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku
Yang Dibeli, Tetapi Diperlakukan Sebagai Unsur Biaya Overhead Pabrik .
Dengan cara ini, biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya Overhead Pabrik. Pada awal
tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan selama satu tahun ditaksir.
Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik dalam
penentuan tariff biaya overhead pabrik. Biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan
kemudian dicatat dalam debit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
10.4 Penetapan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan metode identifikasi khusus
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada digudang harus diberi tanda pada
harga pokok persatuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang
harga persatuannya berbeda dengan harga persatuan bahan bau yang sudah ada digudang harus
dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam
metode ini, tiap tiap jenis bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya,
sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok persatuanya secara tepat.
Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah terletak pada penyimpanan
bahan baku digudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama namun jika harga pokok persatuanya
bereda,bahan baku tersebut harus disimpan secara terpisah,agar mudah diidentifikasi saat
pemakain nanti. Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi. Namun seringkali tidak praktis. Metode ini sanagt
efektif dipakai apabila bahan baku yang dibeli bukan merupakan barang standar dan dibeli untuk
memenuhi pesanan tertentu. Perusahaan yang memakai metode harga pokok pesanan seringkali
memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku yang tidak disediakan dalam persediaan
gudang (yang hanya secara incidental dibeli untuk memenuhi spesifikasi pemesanan) dan
memakai metode penentuan harga pokok yang lain untuk bahan baku yang biasa dipakai dalam
produksi.

10.5 Penetapan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan metode MPKP
Metode masuk pertama keluar pertama menentukan biaya bahan baku dengan anggapan
bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang dipergunakan
untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan disini bahwa
untuk menentukan biaya bahan baku anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik
bahan baku dalam produksi.
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian dicatat dalam jurnal
pembelian dengan jurnal sebagai berikut:
Persediaan bahan baku Rp xxx
Utang dagang Rp xxx
Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam pencatatan persediaanya
pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu persediaan ( sebagai buku pembantu
persediaan) pada kolom.
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat dalam
jurnal umum dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam proses-biaya bahan baku Rp xxx
Persediaan bahan baku Rp. Xxx

10.6 Penetapan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan metode MTKP
Metode masuk terakhir keluar pertama menentukan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang
terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku
yang pertama kali dipakai dalam produksi.
10.7 Penetapan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan metode rata rata bergerak
Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada digudang dihitung harga pokok rata
ratanya,dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuanya. Setiap kali terjadi
pembelian yang harga pokok persatuanya berbeda dengan harga pokok rata rata persediaan yang
ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata rata persatuan yang baru. Bahan
baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah
satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata rata persatuan bahan baku yang ada
digudang. Metode ini disebut juga dengan metode rata rata tertimbang,karena dalam menghitung
rata rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku
sebagai angka penimbangnya.

Anda mungkin juga menyukai