Anda di halaman 1dari 17

PERADABAN ISLAM MASA

KHULAFAURROSYIDIN SAYYIDINA

UMAR BIN KHATTAB RA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah :


Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :
SYUKRI, M.Pd

Disusun Oleh :
ELIS MUFAIQOH
NIM : 1216.18.2014

PROGRAM STUDI STRATA SATU ( S1 )


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PEKANBARU
1441 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat
dan karunia-nya pula, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu, adapun judul makalahnya adalah “Peradaban Islam Masa
Khulafaurrosyidin Sayyidina Umar bin Khattab RA”. Hal yang paling mendasar
yang mendorong penulis menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat
perkuliahan. Rasa terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada:
1. Bapak Syukri,M.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam.
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah untuk kedepanya. Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Pekanbaru, 8 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khattab..............................................2
B. Peradaban Islam Pada Masa Umar bin Khattab...................................5
C. Sistem Pendidikan Pada Masa Umar bin Khattab................................9
1. Tenaga Pendidik...............................................................................9
2. Peserta Didik....................................................................................10
3. Materi Pendidikan............................................................................10
4. Lembaga Pendidikan........................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Kritik dan Saran....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling pokok yang harus di
penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara. Karena dengan
pendidikan tersebut seorang bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut
suatu kelompok atau golongan dapat dikatakan sebagai golongan yang
berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan pendidikan suatu negara
akan telihat dominan di mata dunia.
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam sejak zaman nabi Muhammad Saw sampai
sekarang. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah mendapat
perintah dari Allah melalui firmannya Qs. 74: 1-7, langkah awal yang
ditempuh oleh nabi adalah menyeru keluarganya, sahabat-shabatnya, tetangga
dan masyarakat luas.
Pada masa nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan
pendidikan islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan
pmerintahan islam dipegang oleh Khulafaurrasyidin dan wilayah islam telah
meluas sampai di luar jazirah arab. Para khalifah ini memusatkan
perhatiaannya pada pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya agama islam.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana sejarah kekhilafahan Umar bin Khattab R.A?
2. Bagaimana Peradaban Islam Pada Masa Umar Bin Khattab R.A ?
3. Bagaimana Sistem Pendidikan di masa Umar bin Khattab R.A?

C. Tujuan

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejarah peradaban islam


dikalangan mahasiswa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khatab


Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar
bin Khatab sebagai penggantinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Umar bin Khatab menjadi khalifah melalui proses musyawarah Abu Bakar
dengan para pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar ini ternyata
dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai’at kepada
Umar bin Khatab. Umar bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun
Umar bin Khatab tidak mau disebut sebagai khalifah, namun diganti oleh
beliau menjadi Amirul Mu’minin.
Kekhalifahan masa pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama,
yakni 10 tahun, digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiah dan
melakukan berbagai program pembangunan. Pada masa khalifah Umar bin
Khatab kekuasaan Islam meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Persia dan
Mesir. Beliau juga melakukan usaha pembenahan administrasi negara dengan
mencontoh model persia, yaitu membagi wilayah bentuk provinsi. Selain itu
dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran dan pajak
tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif dengan mendirikan
lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum, mendirikan baitul
mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.
Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu
Bakar, dilanjutkan oleh Umar bin Khatab dengan hasil yang gemilang.
Wilayah Islam pada masa Umar bin Khatab meliputi Irak, Persia, Syam,
Mesir dan Barqah. Sebelum Islam masuk ke negara tersebut, mereka telah
memilki kebudayaan dan peradaban lama. Seperti keteraturan dalam bidang
pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka memerlukan pemikiran
cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang

2
memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan
pendidikan.
Panglima-panglima Islam setelah memenagkan peperangan disuatu
daerah atau kota, mereka akan mendirikan masjid. Karena masjid pada saat
itu selain digunakan sebagai peribadatan juga digunakan sebagai kegiataan
lainnya yang berhubungan dengan kemasyarakatan, terutama kegiataan
pendidikan.Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul dikalangan
muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan hal ini Abu bakar menunjuk
penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk mencegah
supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam.
Kebijakan Abu bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.1
Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan
stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang.
Wilayah islam pada masa khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung
Arabia, palestina, syiria, irak, persia dan mesir.2
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab,
tampaknya khalifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru
ditaklukkan itu. Untuk itu, Umar bin Khatab memerintahkan para panglima
perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka
mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
Madinah, beliau juga menerapkan serta mengangkat dan menunjuk guru-guru
untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi
Al-qur’an dan ajaran islam yang lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang
baru masuk islam. pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke
daerah adalah Abdurahman bin Ma’qal dan Imron bin Hasyim. Kedua orang
ini ditempatkan di Basyroh. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II,( Jakarta: RajaGrafindo
Persada,1994), hlm 37
2
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999), hlm 34

3
Hasan bin Abi jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai
adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pendidik
adalah Umar dan para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada
Rosulullah dan meiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya
selain di Madinah adalah Mesir, Syiria dan Basyrah.
Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam
bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari
Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah
yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama islam. Gairah menuntut ilmu
agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan
disiplin kegamaan.3
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan
adalah membaca dan menulis Al-qur’an dan menghafalnya serta belajar
pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih
maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar
bahasa arab yang sudah tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah
yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran
bahasa Arab.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pendidikan di masa khalifah Umar bin Khatab lebih maju, sebab selama
Umar memerintah negara berada dalam kondisi atau keadaan aman dan stabil,
ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat
pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam di berbagai
kota dengan materi ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan
gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang,
seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber
gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari berbagai daerah yang

3
Op, Cit, Harun Asrohah., 1999, hlm 17

4
ditaklukkan dan dari baitumal4
Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif drngan
eksekutif dengan mendirikan lembaga. pengadilan, memebentuk jawatan
pekerjaan umum.mendirikan Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan
menetapkan tahun hijriah.
Menurut Umar memiliki ilmu artinya mengharuskan adanya usaha
untuk belajar, beliau juga pernah mengatakan “Wahai manusia, tuntutlah
ilmu, sesungguhnya Allah memiliki suatu baju yang disenangi-Nya, dan siapa
saja yang belajar atau menuntut ilmu walau satu fasal, maka akan dilindungi
oleh Allah dengan baju-Nya itu.”5
Ucapan itu menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau terhadap
pendidikan. Beliau memberikan dorongan dan semangat kepada umat agar
giat menuntut ilmu, karena kemajuan suatu banggsa hanya akan diperoleh
dengan penguasaan ilmu. Manusia dengan ilmunya, akan luas pula pandangan
hidupnya.
Akhirnya Umar bin Khattab meninggal dunia karena dibunuh oleh
seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Sebelum ajalnya tiba Umar
membentuk tim 6 yang terdiri dari Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin
Abi Waqas, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah Umar bin Khattab wafat tim
yang enam orang ini bermusyawarah untuk memilih khalifah yang baru.
Melalui proses pemilihan oleh tim 6 tersebut, Utsman berhasil terpilih
menggantikan Umar bin Khattab.
B. Peradaban Islam Pada Masa Umar bin Khattab
Pada masa kekolifahan Umar Bin Khattab banyak mengalami
kemajuan- kemajuan islam diantaranya :
1. Kemajuan di bidang perluasan wilayah islam antara lain : Ekspedisi ke
persia, di bawah pimpinan panglima Sa’ad bin Abi Waqas dengan
semangat iman dan jihad walaupun pasukannya sedikit di banding dengan
4
Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), hlm 118
5
Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam, (Cirebon: CV. Pangger, 2016), 107

5
musuhnya umat islam berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai
persia. Ekspedisi ke Romawi, pada tahun 13 H umat islam walaupun
tentara sedikit berhasil menguasai Romawi. Ekspedisi ke Mesir,jendral
Amru Bin Ash berhasil menguasai seluruh wilayah mesir pada th ke 20 H/
640 M. Walaupun di dukung pasukan yang sedikit.
2. Kemajuan di bidang kenegaraan, Kholifah Umar Bin Khattab adalah
sumber dari beberapa tatanan administrasi pemerintahan, umar lah yang
memulai mengatur sistem pemerintahan islam. Baik itu maslah politik,
demokrasi, administras dan pembagian daerah serta peraturan-peraturan
hubungan antara pusat pemerintahan dengan daerah-daerah. Umar juga
sangatbmemberi perhatian.
3. Pada jiwa demokrasi baik dalam kalangan rakyat pemerintahan. Umar
selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh tokoh baik dari Muhajirin
dan Anshar dengan rakyat dan administrator Negara untuk memecahkan
masalah-masalah umum dan kenegaraan . Kholifah Umar meletakkan
prinsip-prinsip demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun
jaringan sipil yang sempurna.6 Dia sendiri pernah mengucapkan bahwa
“tidak ada kebaikan pada suatu urusan yang di putuskan tidak berdasarkan
musyawarah”. Hal ini menunjukkan bahwa umar bukanlah orang yang
otoriter dalam memutuskan dalam segala sesuatu terutama yang berkaitan
kepentingan orang banyak. Umar membentuk majlis permusyawaratan
yang bertugas memutuskan masalah-masalah umum dan kenegaraan. Dia
menempatkan dirinya sebagai kepala operasional atau kepala Negara
dengan membentuk berbagai organisasi di bawahya antara lain :
a. Bidang organisasi politik pemerintahan
1) Al Khilafah, jabatan kepala Negara
2) Al-Wizarat, jabatan setingkat Mentri
3) Al-Kitabaat, sekretaris Negara
b. Bidang Administrasi Negara
1) Membentuk Departemen (Lembaga Tinggi Negara)
6
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Amzah ,2009) ,hal. 99

6
a) Diwan al-Jundi: Badan Pertahanan keamanan
b) Diwan al-Kharaj: badan Keuangan(Baitul Mal)
c) Diwan al-Qhada: Departemen Kehakiman.
2) Membentuk administrasi pemerintahan dalam negeri antara lain
membagi 8 propinsi: Madinah, Makkah, Syiria, Jazirah, Basrah,
Kuffah, Mesir, dan Palistina dengan sistim administrasi yaitu
pelimpahan wewenang dan otonomi kepada kepala pemerintah
daerah yang di sebut Amir.
c. Bidang kemiliteran : Terdiri dari pasukan kaveleri, pasukan invantri,
pasukan inteljen(pengintai), pelayanan militer. Membentuk armada
laut dan menempatkan daerah- daerah kota garis depan.
d. Bidang Sosial Kemasyarakatan
1) Mengadakan Hisbah( pengawasan terhadap pasar) dengan
pengotrolan terhadap timbangan dan takaran serta pengawasan
kebersihan.
2) Menetapkan tata tertib moral , sosial dan cultural yang bercirikhas
islam termasuk menetapkan penggunaan kalender hijriyah.
3) Mendirikan Baitul Mal .
4) Menciptakan Tahun Hijriah.
e. Bidang hukum
1) Menegakkan hukum potong tangan bagi pencuri (Al Maidah:38)
tetapi umar tidak melakukannya kasus pencuri baitul mal .
ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki
yang mencuri baitul mal kemudin said bin abi waqqos mengirim
berita kepada umar.dalam balasannya umar memerintahkan agar
pencuri tersebut tidak dikenakan hukum potong tangan karena
bagi umar ia mempunyai hak terhadap baitul mal, dan lain-lain.
2) Hukum bagi orang yang mabuk .
Umar menetapkan 80 kali cambukan meskipun
sebelumnya sudah di tegaskan bahwa hukum mabuk di cambuk

7
40 kali. Kebijakan umar ini di dasarkan pada bahwa mabuk
adalah analog atau seringkali berujung pada menuduh secara tidak
benar(memfitnah) orang berzina, dimana Al Qur’an telah
menetapkan hukumnya 80 kali cambukan. Umar orang pertama
memaksakan hukum baru ini bagi orang yang mabuk.
3) Pengharaman Nikah Mut’ah
Umar bin khattab dalam mengharamkan nikah mut’ah
mempunyai landasan dari beberapa hadist, sebagai berikut :
Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari
salamah, dia berkata ‘Rasulullah SAW membolehkan nikah
mut’ah pada perang Authas sebanyak tiga kali, kemudian
melarangnya.(HR.Muslim)
Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari subrah
Al Jahni, bahwa dia sedang bersama Rasulullah, kemudian beliau
bersabda” sesungguhnya dulu aku pernh mengizinkan kalian
untuk melakukan nikah mut’ah. Sekarang Allah telah
mengharamkannya sampai hari kiamat. Siapa yang masih
bersamanya wanita yang di nikahi secara mut’ah, maka
biarkanlah jalannya. Jangan kalian mengambil apa yang telah
kalian berikan kepada mereka (HR.Muslim).
Umar Bin Khattab mengharamkan nikah mut’ah tidak
hanya mendasarkan pada pendapatnya pribadi, tetapi dia
mengikuti Rasulullah. Beliau mengharamkan nikah mut’ah untuk
selamanya pada waktu pembebasan kota mekah, yaitu 8 hijriah.7

C. Sistem Pendidikan Pada Masa Umar Bin Khatab


1. Tenaga Pendidik
Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari kalanagan pria sejati.
Rosulullah Saw mengenalnya di lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekah.
7
Op, Cit, Samsul Munir Amin, 2009, hlm 104

8
Beliau berangan- angan, kiranya Allah membukakan qalbunya untuk
menerima Islam. Beliau memanjatkan permintaan kepada Allah Swt
seperti berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah satu Umar.”
(HR. Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah.
Setelah Umar masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab
mencapai hasil yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia,
Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab,
penguasa memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang berbeda
kebudayaannya dengan Islam. Untuk itu Umar memeritahkan beberapa
panglima perangnya agar jika berhasil menguasai suatu kota, hendaknya
mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan
itu Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukan, yang mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam
kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Adapun pengajar pada masa Umar ialah Abu Musa Al-asy’ari
gubernur Bashrah adalah seorang Fuqoha, ahli hadits dan Al-qur’an. Ibnu
Mas’ud di kirim ke Kufah sebagai guru, ia adalah ahli tafsir dan fiqh, juga
periwayat hadts. Muadz bin Jabbal mengajar di Palestina, ‘Ubadah di Hims
dan Abu Darda di kirim ke Damaskus untuk mengajarkan ilmu agama dan
Al-qur’an. Sedangkan Amru bin Ash seorang panglima dari Khalifah Umar
berhasil menguasai Mesir, ia adalah seorang yang memiliki keahlian dalam
hadits, terkenal sebagai pencatat hadits Nabi. Sedangkan di Madinah yang
merupakan gudangnya ulama, seperti Umar sendiri adalah seorang yang
memiliki keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin
Umar adalah pengumpul hadits. Ibnu Abbas seorang ahli tafsir Al-qur’an dan
ilmu faraid. Ali sebagai ahli hukum juga tafsir, Zaid bin Tsabit sebagai ahli
Al-qur’an serta ilmu faraid.
2. Peserta Didik
Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari masyarakat Mekah dan
Madinah. Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji pengetahuan

9
keagamaan hingga mahir, alim dan mendalam penguasaannya di bidang ilmu
agama jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum,
yakni membentuk sikap mental kegamaan adlah seluruh umat Islam yang ada
di Mekah dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan Islam dalam arti khusus
yakni membentuk ahli ilmu agama, sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang
selanjutnya menjadi ulama.
3. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan adala materi yang berkaitan dengan
keagamaan yakni Al-qur’an, hadits, hukum Islam, kemasyarakatan,
kenegaraan, pertahanan, keamanan dan kesejahteraan. Dengan meluasnya
kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar
karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan
dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Rosulullah, khususnya
menyangkut hadits nabi sebagai salah satu sumber agama yang belum
terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para sahabat dan sebagai alat bantu
untuk menafsirkan Al-qur’an.
Selain itu pengajaran bahasa arab juga sudah ada, ada pula yang
mengajarkan belajar membaca, menulis serta menghafal Al-qur’an, serta
belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudhu, sholat, puasa dan
sebagainya. Umar bin Khatab juga mengintruksikan kepada penduduknya
untuk diajarkan kepada anak- anak seperti berenang, berkuda, memanah,
membaca syair-syair dan peribahasa.
Dengan demikian pengajaran rendah mulai masuk dalam Islam adalah
antara gerak dan membaca syair-syair mudah, serta peribahasa. Sebelum itu
hanya membaca Alqur’an saja. Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada
tingkat menengah terdiri dari Al-qur’an dan tafsirnya, Hadits dan Fiqh
(Tasyri).
4. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar bin Khatab, tidak
berbeda dengan masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab, Masjid, Suffah dan
Madrasah.

10
a. Kuttab
Kuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya
mengajarkan kepada anak-anak dalam hal membaca dan menulis, serta
sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.
b. Masjid
Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada
masa permulaan Islam belum terdapat sekolah formal seperti yang ada
pada masa sekarang. Pelaksanaan kependidikan pada masa Khalifah Umar
bin Khatab tidak jauh dengan Nabi Saw. Namun, terdapat beberapa
perkembangan daerah lebih maju sesuai dengan situasi dan kondisinya,
tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasar- dasar pendidik yang
dilaksanakan pada masa Nabi Saw.
c. Madrasah
1) Madrasah di Mekah. Guru yang pertama mengajar di Mekah, setelah
penduduk Mekah takluk ialah Muadz bin Jabbal yang mengajarkan
Al-qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengan halal dan haramnya
perbuatan. Sedangkan melalui Abdullah bin Abbas pembangunan
madrasah Mekah diperluas, sehingga termasyhur seluruh negara
Islam.
2) Madrasah di Madinah. Madrasah di Madinah lebih termasyhur dan
lebih dalam ilmunya, karena disanalah tempat para sahabat besar
mengajarkan ilmunya yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit serta Abdullah bin
Umar.
3) Madrasah di Bashrah. Ulama dan para sahabat yang termasyhur di
Bashrah antara lain Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu
Musa Al-asy’ari adalah ahli fiqh dan ahli hadits, serta ahli Al-qur’an.
Sedangkan Anas bin Malik lebih termasyhur dalam Hadits. Madrasah
di Bashrah juga melahirkan Hasan al-Bashry dan Ibnu Sirin.
4) Madrasah di Kuffah. Ulama dan para sahabat yang tinggal di Kuffah
ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali mengajarkan

11
urusan politik dan peperangan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan
Ibnu Mas’ud adalah mengajarkan Al-qur’an dan ilmu agama seperti
tafsir, fiqh dan Hadits.
5) Madrasah di Damaskus. Setelah Syam (syiria) menjadi bagian dari
sistem kekhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang
memeluk agama Islam, maka Khalifah Umar mengirim Muadz bin
Jabbal, Ubadah dan Abu Darda. Mereka mengajarkan Al-qur’an
dan Ilmu-ilmu agama di negeri Syam pada tiga tempat, yaitu Abu
Darda di Damaskus, Muadz bin Jabbal di Palestina dan Ubadah di
Hims.
6) Madrasah di Fistat (Mesir). Setelah Mesir menjadi bagian dari sistem
kakhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk
agama Islam, Mesir menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama mula-
mula mendirikan madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Ash
di Fistat (mesir lama).8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Op, Cit, Nata Abuddin, 2011, hlm 120-124

12
Umar Bin Khattab adalah salah satu sosok sahbat nabi yang cerdas,
implikasi yang konkrit , saat di angkat menjadi kholifah kedua. Umar
memahami ayat-ayat hokum tidak tekstual namun melakukan upaya
kontekstualisasi dalam memahami ajaran islam dan mengambil makna
esensial yang menitikberatkan pada aspek maslahah. Banyak kebijakan dari
hasil ijtihad pada masa kepemimpinannya yang di anggap kontraversial
terutama pada bidang hokum. Bidang pemerintahan Umar adalah sosok
pembaharu dan pelopor dalam aspek managemen dan administrasi yang
menjadi sumber inspirasi bagi sistim pemerintahan umat islam dan bangsa di
dunia ini.
B. Kritik dan Saran

Alhamdulillah kami sebagai Penulis sudah menyelesaikan makalah


ini, semoga dapat menjadi refrensi yang menambah luas ilmu pengetahuan
para pembaca, tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
yang kami buat,baik itu disengaja maupun tidak disengaja.Oleh karena itu,
kami selaku penulis menerima kritik dan saran demi tercapainya penulisan
makalah yang maksimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Amin, Munir ,Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Penerbit Amzah.

Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Taqiyuddin. 2016. Sejarah Pendidikan Islam, Cirebon: CV.
Pangger.

Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai