Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Bahasa Indonesia

Semantik

Dosen pengampu:

Ibu Ummi Fitrah M.Pd

Disusun oleh:

Nur Fitria (170611100168)

Dimas Fatchurrahman (170611100176)

Ummunabila (170611100179)

PRODI PGSD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS TRUNOJOYO MADURA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan perkenan-Nya kami dapat menghadirkan makalah mengenai
kesastraan yaitu semantik.

Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman dan arahan kepada para
peserta dalam memahami kesastraan khususnya di bagian semantik secara mudah,
lengkap, jelas dan objektif. Adapun isi dari makalah ini mengacu pada pengertian
semantik, jenis-jenis semantik dan ruang lingkup semantik.

Kami juga berharap makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti
dalam kelancaran proses diskusi mendatang. Kami menyadari bahwa makalah ini
tak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
peseerta diskusi sangat kami harapkan demi penyempurnnaan dan perbaikan
makalah ini.

Bangkalan,06 Maret 2018

Penyusun

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I : PENDAHULUAN 3

Latar Belakang 3

RumusanMasalah 4

Tujuan 4

BAB II : PEMBAHASAN 5

2.1 Pengertian Semantik 5

2.2 Ruang Lingkup Semantik 7

2.3 Jenis-jenis Semantik 8

BAB III : PENUTUP 15

3.1 Kesimpulan 15

3.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia.
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau
makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik,
bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan
untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
bahasa ialah pendekatan makna.
Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari
tentang makna. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam
bidang ilmu kebahasaan. Bahasa indonesia sebagai Semantik merupakan cabang
ilmu linguistik yang mengkaji makna. Dari segi sejarah ilmu semantik (barat),
semantik merupakan satu cabang kajian falsafah yang kemudiannya diangkat oleh
disiplin linguistik sebagai salah satu daripada komponen bahasa yang utama selain
sintaksis, morfologi dan fonologi. Ada yang merasakan bahawa kajian semantik
seharusnya menjadi fokus utama dalam linguistik kerana peranan utama bahasa
adalah untuk mengungkapkan sesuatu yang bermakna.
Dalam ilmu linguistik, terdapat beberapa pendekatan dalam kajian
semantik seperti semantik struktural, semantik berasaskan kebenaran, semantik
formal dan juga semantik kognitif. Setiap pendekatan mempunyai beberapa teori.
Secara umumnya, semantik struktural mengkaji makna sebagai satu sistem
dalaman bahasa. Semantik bersyaratkan kebenaran (truth-conditional semantics)
mengaitkan makna dengan satu kebenaran sesuatu proposisi Semantik berasaskan
kebenaran sering dikaitkan dengan semantik formal yang mengambil pendekatan
menghuraikan makna secara formal dan logikal dengan menggunakan
perlambangan operasi matematikal. Semantik kognitif menghuraikan makna
dengan berpandukan kepada sistem kognitif dan menyamakan makna dengan
konsep.

3|Page
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Semantik ?
2. Ruang lingkup semantik mencakup apa saja ?
3. Apa saja jenis-jenis semantik ?
1.3 Tujuan
1. Agar kita bisa memahami dan mengerti apa itu semantic
2. Agar kita mengetahui dan paham akan ruang lingkup semantic
3. Agar kita paham tentang jenis – jenis semantik

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Semantik bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris yaitu
"Semantics",sedangkan dari bahasa Yunani sema ( nomina: tanda); atau dari verba
samaino ( menandai,berarti). Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa
(linguis) untuk menyebut bagian ilmu bahasa ( linguistic) yang mempelajari
makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi
fonologi, tata bahasa (moerfologi sintaksis) dan semantik. Istilah semantik baru
muncul  pada tahun 1984 yang dikenal di America. Istilah  semantik sudah ada
sejak abad ke-17, bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Breal
melalui artikenya yang berjudul " An Account Of The Word Semantics”,
mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalam keilmuan.
Reisig (1825) mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang
meliputi tiga unsur utama yaitu etimologi, asala usul kata dengan perubahan
bentuk maupun makna, sintaksi, tata kalimat dalam semasiologi, dan ilmu makna.
istilah semantik bermacam-macam antara lain: signifik, semisiologi, semologi,
semiotik, sememmik, dan semik. Lehrer (1974) mengemukakan semantik
merupakan bidang yang sangat luas karena didalamnya melibatkan unsur-unsur
struktur dan fungsi-fungsi bahasa yang berkaitan dengan psikologi, filsafat,
antropologi, dan sosiologi. Antropologi berkaitan erat dengan semantic, antara
lain karena analisis makna di dalam linguistic (bahasa) dapat menyajikan
klasifikasi budaya pemakai bahasa (sosiolinguistik) secara praktis. Filsafat
berhubungan erat dengan semantic, karena masalah makna tertentu dapat
dijelaskan secara filosofis (misalnya makna ungkapan dan peribahasa). Psikologi
berhubungan erat dengan semantic, karena psikologi memanfaatkan gejala
kejiwaan yang ditampilan manusia secar verbal atau non verbal. Sosiologi
mempunyai kepentingan dengan semantic, karena ungkapan atau ekspresi tertentu
dapat menandai kelompok sosial atau identitas sosial tertentu.

5|Page
Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang
tidak dikaitkan dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau
mengkaji makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk
membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan
dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.

Perbedaan kajian makna dalam semantik dengan pragmatik:

1. Pragmatik mengkaji makna di luar jangkauan semantik.


Contoh:
Di sebuah ruang kelas, Dewi duduk di deretan kursi belakang. Lalu, ia berkata
kepada gurunya, “Pak, maaf saya mau ke belakang.”

Kata yang dicetak miring itu ‘belakang’ secara semantik berarti lawan dari
depan, berarti kalau dikaji secara semantik, Dewi hendak ke belakang. Akan
tetapi, kalau kita lihat konteksnya, Dewi sudah duduk di deretan paling belakang.
Tentu saja tidak mungkin makna ‘belakang’ yang diartikan secara semantik yang
dimaksud Dewi. Nah, sekarang kita kaji dengan menggunakan pragmatik, di mana
dalam pragmatik ini dilibatkan yang namanya “konteks”. Konteksnya apa?
Konteksnya yaitu keadaan Dewi yang sudah duduk di belakang, sehingga tidak
mungkin ia minta izin untuk ke belakang lagi (kita gunakan logika). Biasanya,
orang minta izin ke belakang untuk keperluan sesuatu, seperti pergi ke toilet atau
tempat lainnya. Nah, kalau yang ini masuk akal kan?
Jadi, makna kata ‘belakang’ dalam kalimat di atas tidak dapat dijelaskan secara
semantik, hanya bisa dijelaskan secara pragmatik. Maka dari itulah dinyatakan
bahwa kajian makna pragmatik berada di luar jangkauan semantik.

Sifat-sifat Semantik :

A. Semantik bersifat konvensional, sedangkan pragmatik bersifat non-


konvensional. Dikatakan konvensional karena diatur oleh tatabahasa atau
menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan.

6|Page
B. Semantik bersifat formal (dengan memfokuskan bentuk: fonem,
morfem, kata, klausa, kalimat), sedangkan pragmatik bersifat fungsional.
C. Semantik bersifat ideasional, maksudnya yaitu makna yang ditangkap
masih bersifat individu dan masih berupa ide, karena belum dipergunakan dalam
berkomunikasi. Sedangkan pragmatik bersifat interpersonal, maksudnya yaitu
makna yang dikaji dapat dipahami/ditafsirkan oleh orang banyak, tidak lagi
bersifat individu, karena sudah menggunakan konteks.

2.2 Ruang Lingkup Semantik


Semantik mencakup bidang yang sangat luas, baik dari segi struktur dan
fungssi bahasa maupun dari segi interdisiplin bidang ilmu. Tetapi,dalam hal ini
ruang lingkup semantic terbatas pada hubungan ilmu makna itu sendiri di bidang
linguistik. Faktor non linguistic ikut memengaruhi semantic sebagai fungsi bahasa
nonsimbolik (misalnya makna emotif dan afektif).Semantik adalah studi suatu
pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas
bicara.
Pendapat yang menyatakan semantik tanpa menyinggung proses mental
dijumpai pada aliran behaviorisme yang dipelopori oleh Skinner,bahwa bahasa
merupakan hal yang prinsip dalam kehidupan manusia.Bahasa adalah sutu system
yang harus dipelajarai seseorang dari oang lain sebagai angota masyarakat penutur
suatu bahasa tersebut. Objek semantik adalah makna.
Makna dapat di anlisis melalui struktur, dengan pemahaman tataran bahasa
(Fonologi,morfologi,sintaksis, dan atau leksikon). Tataran fonologi (yang
mempelajari fonem , antara lain dikemukakan bahwa fonem “membedakan makna
“ minimal pair[ pasangan minimal]).
Verhar (1981) menyatakan bahwa tataran fonologi kosong dar makna tau
tidak meiliki makna, tetapi Ullmann (1972) menyatakana bahwa ada yang disebut
phonestem ( Fonestem : fonem memiliki makna, tetapi tidak melebihi morfem).
Misalnya, fonem /u/ menyatakan “BESAR” seperti di dalam bahasa Indonesia
kata gulung ( hasilnya besra, dibandingkan dengan fonem /i/ menyatakan

7|Page
“KECIL” ,seperti pada kata giling (hasilnya kecil / halus). Bnadingkan pula
barang yang menggelundung dengan barang yang menggelinding.
Makna dapat pula di teliti melalui fungsi, dalam pemahaman “ fungsi
hubungan antar unsure secara fungsional “ ( strukturalisme saussurian,
1916 ).Dengan demikian, ada makna leksikal ( makna leksem itu sendiri), makna
gramatikal ( hubungan antar unsure secara fungsional ).Demikian pula, dari segi
unsure gramatikal ( afik sebagai pembentuk verba baik infeksional maupun
derifasional di dalam bahasa Indonesia ). Makna leksikal ( morfem bebas yang
sama dengan kta tunggal ) dan makna ketegorial ( antara lain prefix meN- 
makna kategorial aktif ; prefix di-  makna kategorial pasif ; ter-  makna
kategorial pasif tidak di sengaja ; ke- dengan atau tanpa –an  makna kategorial
tanaktif ). Makna berdasarkan hal tersebut menjadi : makna leksikal – kategorial ;
makna kognitif / denotative dan makna emotif/ konotatif, dan dari segi tataran ada
makna kata ( silabe /akar kata secara generic ), frase,klausa,dan kalimat, serta
wacana secara keseluruhan ( menjangkau semua tataran bahasa ) yang termasuk
ruang lingkup semantik. Dari segi hasil proses morfemis didapatkan makna
infleksional ( tidak mengubah kategori dan atau makna )- makna
derivasional( mengubah kategori kelas atau makna ).
2.3 Jenis Semantik

Penjelasan gambar di atas:

8|Page
Kalau objek kajian semantiknya adalah makna-makna gramatikal, maka jenis
semantik ini disebut Semantik Gramatikal. Jenis semantik ini mengkaji satuan-
satuan gramatikal yang terdiri atas sintaksis dan morfologi.

Konteks morfologi:
 Kata ‘sepatu’ akan memiliki makna yang berbeda setelah mengalami
proses morfologis, misalnya dengan afiksasi menjadi ‘bersepatu’.

Konteks sintaksis:
 Di kebun binatang ada enam ekor beruang.
 Hanya orang yang beruang yang dapat membeli rumah itu.
Perbedaan makna ‘beruang’ pada kalimat pertama dan kedua itu terjadi karena
adanya perbedaan konteks kalimat yang dimasuki kata-kata tersebut.
• Pada fonologi tidak ada semantiknya, atau dengan kata lain fonologi tidak
termasuk dalam jenis-jenis semantik karena fonologi hanya mampu membedakan
makna kata dengan perbedaan bunyi.
 Kalau objek kajian semantiknya leksikon (kosa kata) dari suatu bahasa, maka
jenis semantiknya dinamakan Semantik Leksikal. Kajian semantik leksikal ini
adalah makna utuh yang terdapat pada masing-masing leksikon tanpa terpengaruh
proses apapun (proses morfologi maupun sintaksis).
 Dikatakan Semantik Wacana, kalau objek kajiannya adalah wacana. Tugas
jenis semantik ini adalah mengkaji makna wacana. Pemaknaan suatu wacana tidak
terlepas dari pola berpikir yang runtut dan logis

Jenis Semantik Sudah tentu dimuka yang menjadi objek studi semantik
adalah makna bahasa . Lebih tepat lagi, makna dari satuan- satuan bahasa seperti
kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jika bahasa itu memiliki tataran tataran
analisis, yaitu ionologi, morfologi, dan sintaksis maka masalah kita sekarang
adalah bagian-bagian mana dari tataran analisis itu yang mengandung masalah
atau yang memiliki makna. jawabnya mari kita lihat dulu bagan kuliah studi
semantik yang dibuat Verhaar (1978) sebagai berikut: n fungsi (tak ada semantik
kosong dari arti) sintaksis kategori r- semantik peran gramatikal tata bahasa
(gramatika) morfologi (tak ada sematik; fonologi fonem berfungsi sebagai
pembeda E (fonemik) makna) (tak ada semantik) fonetik (ada arti) semantik
leksikal leksikon Bagan tersebut terkesan dengan kesamaan dalam bahasa.

9|Page
Tampak tidak semua tataran bahasa punya masalah semantik. Leksikon dan
morfologi memiliki, tidak fonetik tidak. Dan bagan itu bisa pula dibedakan
adanya beberapa jenis semantik, yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian
dari bahasa itu yang menjadi obyek penyelidikannya. Kalau yangmersiad, objek
penyelidikannya adalah leksikon dari bahasa itu maka jenis garis itu jadi
semantiknya disebut semantik leksikal. Dalam semantik leksikal di dapat dilar
diselidiki makna yang ada pada leksem leksem dari bahasa tersebut Tata Oleh
karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut subtataran makna
leksikal. Di sini kiranya perlu penjelasan mengenai istilah dari lingu leksem.

Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk
menyebut satuan bahasa. Istilah leksem hubunga ini kurang lebih dapat
dipadankan dengan istilah kata yang lazim besar, ya digunakan dalam studi
morfologi dan sintaksis, dan yang lazim dan kalentang sebagai satuan gramatikal
bebas. Hanya bedanya, seba satuan semantik, leksem bisa menjadi kata seperti
kata meja, kucing, dan makan; bisa juga dan pro itu, pad gabungan kata seperti
meja hijau, dalam arti 'pengadilan', tekuk dalam arti 'menyerah' dan tamu yang
tidak ada dalam arti 'pencuri kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut
leksikonapun kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon hal-h atau
kosa kata. Dalam studi morfologi leksem ini sering diartikan sebagai satuan
abstrak yang setelah melalui proses morfologi akan terbentuk kata. Misalnya
leksem wRITE dalam bahasa inggris yang setelah melalui proses morfologi
menjadi kata tulis, w menulis, menulis, dan penulis. Dalam bahasa indonesia,
leksem PUKUL yang setelah mengalami proses afiksasi akan menjadi kata,
seperti nilai, pukulan, pemukul, dan pemukulan (lihat Lyons 1975 1977;
Matthews 1974) Pada tataran fonetik yaitu bidang studi yang tidak terdengar
sebagai pembeda makna, tidak ada semantik karena fon yang menjadi satuan dari
fonetik tidak memiliki makna. Karena tidak ada objek studinya maka tentu saja
tidak ada ilmunya. Pada tataran fonologi (atau fonemik) pun tidak ada semanti
karena, walaupun fonem yang menjadi satuan dalam studi fonemik memiliki
fungsi untuk membedakan makna kata, tapi itu sendiri tidak berarti. Verhaar

10 | P a g e
(1978) membandingkan fonem sebagai garis-garis pemisah jalur di jalan raya.
Garis itu memang berfungsi sebagai pemisah jalurkiri dan jalurkanan. Namun,
inerjad, ta jenis ikal ini Rebut disebut istilah studi Asenn uzim tanya pengganggu
gans itu sendin tidak punya, tebalo dia bisa Tataran tata bahasa atau zvarnatika
dibagi menjadi dua subratarar, yaitu morfoloni dan sintaksis, Morfologi adalah
cabang. dari linguistik yann menerapkan struktur interm kata, juga proses proses
pembentukannya, sedangkan sirtaksis adalah studi mengenai hubungan kata
dengan kata dalam bentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat
Satuan satuan morfologi, yaitu morfern dan kata, maupun satuan sintaksis adalah
kata , frase, klausa, dan kalimat, jelas ada maknanya. Lagi pula baik proses
morfologi dari proses sintaktis itu sendiri juga memiliki makna. Oleh karena itu,
pada tataran ini ada masalah-masalah yang disebut semantik gramatikal karena
objek studinya adalah makna makna gramatikal dari tataran tersebut. Selain itu,
secara khusus ada pula diketengahkan istilah semantik sintaktikal kalau sasaran
tertular pada hal hal yang berhubungan dengan sintaksis. Ini dilakukan mengingat
dalam sintaksis itu ada pula tataran bawahan yang disebut fungsi gramatikal, b
kategori gramatikal, dan (c) peran gramatikal. Bagan berikut yang diambil dari
Verhaar (1978). (a) Fungsi (b). Kategori (c), Peran Fungsi gramatikal kotak-kotak
kosong yang diberi nama subjek (S), predikat (P, objek (0, dan keterangan (K)
sebenarnya tidak ada maknanya sebab semuanya cuma kotak atau tempat yang
kosong. Yang mermiliki makna adalah kokoh kotak-kotak itu yang disebut
kategori gramatikai seperti nomina, verba, atau ajektiva. Kategori-kategori inilah
yang sudah memiliki makna leksikal, kini sebagai amenity kotak-kotaknya peran
gramatikal seperti peran agentif, pasien, objek, benafaktif. lokatif, instrumental,
dan sebagainya Semantik sintaktikal yang dibicarakan di atas masih berada yang
m dalam bahasa bahasa atau gramatika.

Tapi di samping itu ada karena yang merupakan masalah semantik, namun
bukan untuk contoh soal topikalisasi kalimat. Hal-hal oleh pembicaraan hal-hal
seperti topikalisasi ini Verhaar (1978: 126) memberi wadah sendiri yang disebut
semantik kalimat. Tentang semantik kalimat ini menurut beliau memang masih

11 | P a g e
belum banyak maks menarik perhatian para ahli linguistik. verhaardisebut
semantik Ada satu jenis semantik lagi yang oleh lain berkenaan dengan maksud
(1978: 130. Semantik maksud antara Umpakai bentuk-bentuk gaya bahasa seperti
metafora, ironi, lito- tes, dan sebagainya. Umpamanya, jika seorang ayah, setelah
melihat angka- angka dalam buku rapor anaknya, yang penuh dengan angka
merah, berbicara kepada anak "Rapormu kan sekali kan Nak". Tentu maksudnya
bukan pujian, pelan-pelan sebaliknya, mengejek dan marah. lain jika angka-angka
dalam buku rapor itu memang baik, tentu ucapan dengan kalimat itu tia memang
merupakan pujian. Jadi, perbedaan pengertian dari ujaran itu tidak tergantung
dari arti kata-kata yang dimaksud dari makna si pengajar Untuk menjelaskan
pengertian semantik maksud verhaar (1978: 129-130) memberi contoh kalimat:
"Dia menangis? Ah, itu sandiwara saja Apa sebenarnya maksud orang dengan
kalimat itu? Di sini kita andaikan orang yang dibicarakan itu pura-pura saja.
imaksud itu ya, dia memang menangis Namun, Anda baru masuk diruang ini,
Anda belum tahu kami sedang berlatih untuk berlatih sandiwara. Jadi, jangan
temukan dia sedih; itu cuma latihan ". pengubah pertama kata sandiwara
digunakan secara metaforis; sedangkan pada pengandaian kedua digunakan secara
manual" di balik kedua penafsiran itu tidak tergantung dari ujaran itu atau dari
makna kata yang bersangkutan, pelana dari maksud si pengujar. Dalam pemakaian
kata-kata secara metaforis tentu masih ada yang menyangkut masalah semantik,
bukan bukan semantik leksi karena makna leksikalnya tidak berubah. Juga bukan
semantik gramatikal karena yang dipersoalkan unsur leksikal. Oleh karena itu
masalah semantik seperti yang ada pada kasus metafora ini disebut oleh Verhaar
semantik maksud. Satu masalah lagi mengenai semantik maksud: apakah semua
maksud yang berbeda dengan makna ujaran yang kita ungkapkan termasuk
semantik maksud? Menurut verhaar selama masialaman masalah lingual tentu bisa
dijawab ya. Tapi kalau tidak tidak masalah masalah lingual tentu harus dijawab
"tidak Umpamanya kalau ada orang bertanya kita diam menjawab pertanyaannya
itu, dengan maksud untuk termudah itu pertanyaannya itu kasar maka hal itu tidak
termasuk maksudnya semantik maksud. Karena? tiadanya jawaban alias berdiam
diri, apa yang tidak bisa dianalisis secara linguistik karena tidak ada ujaran yang

12 | P a g e
merupakan bentuk-bentuk linguistik. jadi, tiadanya jawaban dengan maksud untuk
menyatakan halnya kurang sopan, seperti yang terjadi di atas, termasuk semantik
Bagaimana dengan "bahasa sandi yang biasa digunakan oleh petugas keamanan
dalam menjalankan tugas mereka? Jika sandi itu masih menggunakan satuan-
satuan lingual tentu saja masih maksudnya. Tapi jika sandi yang sudah digunakan
tidak lagi menggunakan satuan lingual maka tidak lagi termasuk urusan semantik.
hal hal ini barangkali menjadi urusan bidang semiotik atau semasiologi di atas
istilah semantik maksud yang dikemukakan verhaar pakar mirip dengan istilah
semantik pragmatik dikemukakan yang bidang studi semantik lain, dan lazim
diartikan sebagai konteks situasinya. pengertian makna ujaran yang scsuai dengan
diucapkan ujaran "sudah hampir pukul dua belas waktu oleh seorang ibu asrama
mahasiswa putri pada malam hari oleh si Djoni (misalnya), akan berbeda
maknanya bila diucapkan akan seorang kiai di pesantren kepada para santri di
siang hari; la diucapkan oleh seorang pegawai kantor kepada rekannya di siang
hari. Makna apa yang dimaksud oleh ujaran itu pada awalnya situasi ini, tentu
anda memahaminya Adakah Memang.

Manfaat Semantik sangat bermanfaat apa yang bisa kita petik dari studi
semantik sehari. tergantung dari apa yang kita geluti dalam tugas kita hari.
seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang diperlukan penuh dengan
yang ada yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan,
berlangsun bermasyar mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis d
pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya
dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam
keterbukaan informasi kepada masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan
konsep konsep alam seke 1.4. Sem polisemi, homonimi, denotasi, konotasi, dan
muansa nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan
informasi bidang s perhatiar semantik tepat dan benar Bagi mereka yang
berkecimpung dalam penelitian bahasa SM) seo makna, seperti mereka yang
belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal
teoretis untuk dapa Aristote Malah bahasa atau bahasa yang sedang dipelajarinya

13 | P a g e
bagi seorang guru atau calon guru, pengetahuan dan (2) mengenai semantik, akan
memberi manfaat teoretis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoretis dia sebagai
guru bahasa harus pula dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang mengajarnya.
Teori-teori semantik ini akan membantunya memahami (Ullma bisa k dengan
lebih baik "rimba belantara rahasia" bahasa yang akan menjajarinya itu.
Sementara manfaat praktis akan didapatnya bunyinya untuk kepentingan dalam
bahasa nya terte kepada murid-muridnya. , selain harus memiliki talar
pengetahuan dan keterampilan yang luas mengenai segala sesuatu, juga harus
memiliki pengetahuan semantik secara memadai. tanpa pengetahuan tidak akan
dapat dengan tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantis antara dua
buah dar bentuk kata, dan bagaimana menggunakan kedua bentuk kata dit yang
mirip itu dengan benar

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Semantik dan pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari
dalam studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi
makna, relasi makna, erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian
bahasa
Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat
mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Semantik
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan.
Bahasa indonesia sebagai Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang
mengkaji makna.
Falsafah yang memungkinkan terungkapnya suatau makna dalam suatu
uajran yang dikenakan melalui bahasa sehari-hari yang bernada dan memiliki
keindahan tersirat. Melalui falsafah lah kemudian kajian tentang makna menjadi
sangat penting.

3.2 Saran
Perbedaan pandangan mengenai pengertian semantik semestinya menjadi
motifasi bagi para penuntut ilmu untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan
yang lebih sempurna dan tararah. Didaalam mempelajri semantik pun hendaknya
dimengerti dan dipahami secara seksama. Sehingga pembelajar akan mengetahui
semantik secara menyeluruh yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaiknya kita sebagi oarang yang memiliki bahasa harus memperhatikan bahasa
itu secara benar – benar terperinci karena ternyata bahassa itu memiliki bagian –
bagian sampai yang terkecil termasuk salah satunya adalah semantik.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul .2007. Linguistik Umum . Jakarta : Rineka Cipta


https://intanatikasari.files.wordpress.com/2012/12/semantik-b-ind.docx

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai