Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

FROZEN SHOULDER e.c FRATKUR CLAVICULA


DENGAN MODALITASINFRA RED (IR), TENS DAN
PNF
HALAMAN JUDUL LUAR
PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk MenyelesaikanTugas dan Memenuhi Persyaratan


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

Nurul Fajar Sakinah

NPM.1017001921

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020

i
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
KONDISIFROZEN SHOULDER e.c FRATKUR
CLAVICULA DENGAN MODALITASINFRA RED (IR),
TENS DAN PNF
HALAMAN JUDUL DALAM
PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk MenyelesaikanTugas dan Memenuhi Persyaratan


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

Nurul Fajar Sakinah

NPM.1017001921

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggota gerak atas memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam

semua aktifitas. Tangan dan lengan sebagai peran utama, sehingga bila ada

gangguan tentu akan mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia.

Kegiatan dasar berupa gerak adalah kebutuhan dan tuntukan manusia

terutama dalam era globalisasi seperti sekarang. Seluruh aktifitas yang

dilakukan sehari-hari banyak bergantung terutama pada fungsi anggota

gerak atas. American Shoulder dan Elbow Surgeons mendefinisikan

frozen shoulder sebagai kondisi etiologi yang ditandai dengan keterbatasan

yang signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang terjadi karena

kerusakan jaringan dalam. Banyak fisioterapis percaya frozen shoulder

termasuk kondisi yang sulit untuk dipecahkan.(Varcin, L: 2013).

Frozen shoulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu

menjadi terbatas . Frozen shoulder memiliki tingkatan keparahan yang

bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai berat dan tingkatan keterbatasan

seberapa besar terhadap gerakan sendi glenohumeral.(Mound: 2012).

Frozen shoulder terdiri dari 4 fase meliputi; Fase nyeri (painful)

berlangsung 0-3 bulan; fase beku (freezing phase) berlangsung 3-9 bulan;

fase kaku (stiffness or frozen phase) berlangsung 9-15 bulan; fase mencair

(thawing phase) berlangsung 15-24 bulan. (johannes, 2014).

3
Frozen shoulder menyerang 2% dari polulasi antara usia 40-60

tahun, dan perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih banyak.

Prevalensi dari kasus frozen shoulder diperkirakan 2-5% dari populasi

general dan resiko meningkat pada bahu yang tidak dominan. Studi

mengatakan 40% pasien mengalami nyeri sedang selama kurang lebih 2-3

tahun dan 15% dari kasus tersebut memiliki disabilitas jangka panjang (C,

Hand et all.:2008).

Banyak pasien frozen shoulder dijumpai di klinik-klinik

Orthopaedi dan di praktek fisioterapi. Frozen Shoulder timbul secara

spontan tanpa penyebab yang jelas, berhubungan dengan bermacam

penyakit immun atau penyakit sistemik atau frozen shoulder primer

(idiopatik) dan frozen shoulder sekunder. Diagnosa fisioterapi penderita

frozen shoulder adalah nyeri pada keterbatasan gerak ke segala arah,

terutama pada gerakan pasif eksorotasi. Diperkirakan penderita frozen

shoulder 2% orang dewasa. Kebanyakan pada umur diantara 40 sampai

dengan 60 tahun, lebih banyak pada wanita (johannes, 2014).

Menurut Kaushik Guha 2019, bahwa beberapa peneliti

menyimpulkan bahwa teknik mobilisasi bahu tidak boleh dilanjutkan

selama lebih dari empat minggu. Dalam beberapa penelitian, para peneliti

mendapat hasil positif setelah menggunakan teknik mobilisasi bahu seperti

teknik mobilisasi tingkat tinggi & teknik mobilisasi sendi terarah posterior

pada bahu yang beku.

4
Infra red merupakan terapi fisik radiasi elektromagnetik dengan

sinar cahaya yang lebih panjang dari sinar cahaya yang terlihat dari

microwave. Sinar Infra redmengeluarkan efek panas ketika diserap oleh

kulit, Infra red memiliki panjang gelombang antara 4x10 Hz dan

7,5x10 Hz efek panas.yang dipancarkan oleh Infra red telah terbukti

meningkatkan perluasan jaringan,memperbaiki sendi berbagai

gerak,mengurangi rasa sakit dan meningkatkan penyembuhan jaringan

lunak lesions (Ojeniweh,et al, 2015).

Menurut Mukesh Tiwari 2015, menyimpulkan dengan menerima

hipotesis alternatif yaitu penerapan pengobatan TENS bersama dengan

terapi latihan akan meningkatkan fungsi dan menghilangkan rasa sakit

dibandingkan dengan terapi SWD. Sedangkan hasil fungsional jangka

panjang lebih baik dengan SWD.

TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter

besar dan kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi

sensoris ke saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui

sistem reseptor nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor

nosiseptifbukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus saraf halus tak

bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah.Pengurangan

nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapatjuga meningkatkan kekuatan otot

karena menormalkan aktivitas αmotor neuron sehingga otot dapat

berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya “refleks exitability”dari

beberapa otot antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat

5
melakukan gerakan, dan karena stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh

otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas sendi bahu (Ganong,

2003,Susanto Hardhono 2007).

American Academy of Orthopedic Surgeons tahun 1993

mendefinisikan yaitu : "Suatu kondisi dengan tingkat keparahan yang

berbeda-beda yang ditandai dengan perkembangan bertahap dari

keterbatasan global gerakan bahu aktif dan pasif di mana tidak ada temuan

radiografi selain osteopenia. Kehilangan rentang gerak pasif (ROM)

merupakan elemen penting dalam menegakkan diagnosis bahu beku yang

sebenarnya. Meskipun kondisi seperti sub acromialbursitis, tendinitis

kalsifikasi, dan manset air mata parrot dapat dikaitkan dengan rasa sakit

yang signifikan dan hilangnya ROM aktif, ROM pasif dipertahankan.

Tidak ada konsensus tentang bagaimana cara terbaik terbaik untuk

mengelola pasien dengan kondisi ini, jadi saya ingin memberikan tinjauan

berbasis bukti mengenai efektivitas mobilisasi bahu, elektroterapi dan

terapi olahraga dalam fisioterapi untuk mengobati capsulitis rekat.

Menurut Dr. Dravya M. Mistry 2019, Scapular Proprioceptive

Neuromuscular Facilitation (PNF) and Scapular Mobilization With

Movement (MWM), sama-sama efektif dalam mengurangi Nyeri,

meningkatkan ROM dan Aktivitas Fungsional shoulder, pada pasien yang

memiliki Adhesive-Capsulitis.

6
Menurut Hindle KB Whitcomb2012, menyataan bahwa Hold Relax

merupakan salah satu teknik yang perlakuannya terdiri atas fasilitasi aktif,

resisted static contraction,relaxation, forced passive movement dan traksi

yang bermanfaat dalam peningkatan ROM, dan menyatakan bahwa reaksi

kontraksi dan relaksasi tersebut ketika diberikan PNF teknik hold relax

khususnya pasif di akhir gerakan akan terjadi penguluran serabut otot dan

ketika diakhiri dengan gerakan passive extra forced maka serabut otot

tersebut akan semakin bertambah panjang, sehingga terjadilah

penambahan jarak gerak abduksi sendi bahu karena penguluran otot baik

secara aktif maupun pasif sesuai sifat fleksibilitas otot.

Apakah penggunaan PNF dg hold relax atau murni hanya

menggunakan hold relax???

Berdasarkan uraian diatas penulis mempunyai keinginan untuk

memperoleh gambaran mengenai modalitas fisioterapi dalam mengatasi

permasalahan yang timbul akibat asma dengan mengangkat judul Proposal

Karya Tulis IlmiahFrozen Shoulder E.C Fratkur Clavicula Dengan

ModalitasInfra Red (Ir), Tens Dan PNF

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan modalitas Infrared dapat mengurangi nyeri pada

kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula?

7
2. Apakah pemberian PNF (hold relax) dapat meningkatkan lingkup

gerak sendi pada kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula?

3. Apakah pemberian TENS dapat meningkatkan Kekuatan Otot pada

kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula?

4. Apakah pemberian TENS dan PNF (hold relax)dapat meningkatkan

aktifitas fungsionalpada kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui

pengaruh Penatalaksanaan Fisioterapi Pada KondisiFrozen Shoulder

E.C Fratkur Clavicula Dengan ModalitasInfra Red (Ir), Tens Dan

PNF

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penggunaan modalitas Infrared dapat

mengurangi nyeri pada kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur

clavicula.

b. Untuk mengetahui pemberian PNF (hold relax) dapat

meningkatkan lingkup gerak sendi pada kondisi Frozen

Shoulder e.c fraktur clavicula.

8
c. Untuk mengetahui pemberian TENS dapat meningkatkan

kekuatan otot pada kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur

clavicula.

d. Untuk mengetahui pemberian TENS dan PNF dapat

meningkatkan aktifitas fungsional pada kondisi Frozen Shoulder

e.c fraktur clavicula.

D. Manfaat Penelitian

1. BagiPenulis

Menambahpengetahuandanmemperluaswawasandalammengemban

gkandiridanmengabdikandiripadaduniakesehatankhususnyadibidangf

isioterapidimasa yang

akandatangsertamemberikansolusipemecahanmasalahmengenaihal-

hal yang

berhubungandenganpenatalaksanaanfisioterapipadakondisiFrozen

Shoulder e.c fraktur clavicula.

2. Bagi Pengetahuan dan Teknologi Fisioterapi

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan

dalam menangani kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga dan

masyarakat sehingga dapat mengenal dan lebih mengetahui

9
gambaran kondisi Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula dalam

pendekatan fisioterapi.

4. Bagi Rumah Sakit

Bermanfaat sebagai salah satu metode pelayanan fisioterapi yang

dapat diaplikasikan kepada pasien dengan Frozen Shoulder e.c

fraktur clavicula, sehingga dapat ditangani secara optimal.

5. BagiUniversitas Pekalongan

Sebagaibahanreferensidanbahanbacaan di

UniversitasPekalongantentangpenatalaksanaanfisioterapipadakondisi

Frozen Shoulder e.c fraktur clavicula.

6. BagiPembaca

Memberikanpengetahuanlebihdanmemahamilebihdalamtentangk

ondisisertamengeatahuicarapenatalaksanaanfisioterapipadakondisiFr

ozen Shoulder e.c fraktur clavicula.

10
C, Hand et all. Long-Term Outcome Of Frozen Shoulder. J Shoulder Elbow

Surg2008;321

Dr. Dravya M. Mistry, Dr. Nipa Shah and Dr. Devathi Kothari; Collation Of

Scapular Proprioceptive Neuro-Muscular Facilitation And Scapular Mobilization

With Movement In Adhesive Capsulitis Patients. Int. J. Adv. Res. 7(6), 573-581,

2019

Hindle KB Whitcomb, TJ Briggs WO, dan Hong J. Proprioceptive Neuromuscula

Facilitation (PNF) Its Mechanisms and Effects on Range of Motion and Muscular

Function. Journal of Human Kinetics.2012; 31: 105-13.

Kaushik guha International Journal of Physical Education, Sports and Health2019;

6(2): 12-16

Matsen FA, Fu FH, Hawkins RJ.The shoulder: a balance of mobility and

stability.Rosemont, IL: American Academy of Orthopaedic Surgeons,1993.

Mound. A Systematic Review And Cost-Effectiveness Analysis : Management of

Frozen Shoulder. Vol 16; 2012

Mukesh Tiwari, Vikram Khanna, Gaurav Maddhesia, Ishan GhuseRole and

Efficacy of TENS versus SWD in the management of periarthritis shoulder Indian

Journal of Orthopaedics Surgery 2015;1(4):211-214

11

Anda mungkin juga menyukai