Anda di halaman 1dari 7

‫س ْب َحا َن ُه‬ ُ ‫ َف‬.

‫ش ْي ًئا مِنْ قُدْ َرتِ ِه ِهدَا َي ًة لِ ْل ُم ْه َت ِد ْين‬ َ ‫ َوأَ ْظ َه َر‬،‫سل َ آ َياتِ ِه عِ ْب َر ًة لِ ْل ُم ْع َت ِب ِر ْين‬َ ‫ اَلَّذِي أَ ْر‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ ا ْلــ َملِكِ ا ْل َح ِّق ا ْلــ ُم ِب ْين‬
‫اح ِب َغ ْي ِر ُم ِع ْين‬
ِ ‫الر َي‬
ِّ ‫ب َو‬ ِ ‫س َحا‬ َّ ‫ َو ُم ْج ِري ال‬،‫ض ِب َغ ْي ِر َق ِر ْين‬ ِ ‫ت َو ْاألَ ْر‬ِ ‫س َم َوا‬َّ ‫ َمالِكِ ال‬،‫مِنْ َر ٍّب َعظِ ْيم‬.
‫وث َر ْح َم ًة‬ُ ‫سولُ ُه ا ْلــ َم ْب ُع‬ ُ ‫ور‬َ ُ‫ش َه ُد أَنَّ ُمح ّمداً َعب ُده‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫ش ِر ْي َك لَه إِلَ ُه ْاألَ َّولِ ْين َواآْل خ ِِرين‬ َ َ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ َ‫وأ‬
‫ان إِلَى َي ْو ِم ال ِّدين‬ٍ ‫س‬ َ ‫اب ِع ْينَ لَ ُه ْم ِبإِ ْح‬ِ ‫اب ِه َوال َّت‬
ِ ‫ص َح‬ ْ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوأ‬ َ ،‫لِ ْل َعالَــــ ِم ْين‬.
َّ‫اس ُجدُوا هَّلِل ِ الَّذِي َخلَ َق ُهن‬ ْ ‫س َواَل لِ ْل َق َم ِر َو‬ ِ ‫ش ْم‬ َّ ‫س َوا ْل َق َم ُر اَل َت ْس ُجدُوا لِل‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫“ومِنْ آ َياتِ ِه اللَّ ْيل ُ َوال َّن َها ُر َوال‬َ :َّ‫َف َقدْ َقال َ َع َّز َو َجل‬
َ‫إِنْ ُك ْن ُت ْم إِ َّياهُ َت ْع ُبدُون‬.”

Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala…

Pada hari ini, pada detik ini, kita berkumpul di tempat yang mulia dan dimuliakan Allah ini,
dengan hati yang penuh keikhlasan, dengan jiwa yang penuh pengharapan, dan dengan
semangat yang membuncah di dalam dada kita, hanya untuk mengagungkan kebesaran Allah
subhanahu wataala, serta menyaksikan salah satu dari tanda kekuasaan dan keagungan-Nya.

Kita disini merasakan kebahagiaan yang tiada tara, karena Allah membukakan hati kita
untuk melaksanakan salah satu dari sunnah Rasul-Nya, untuk menjadi bagian dari jutaan umat
Islam lain yang ingin menjadikan momen yang jarang terjadi ini, dalam rangka taqarrub ilallah,
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu watala.

Kita menyadari bahwa ini adalah peristiwa alam yang jarang terjadi. Tapi kita juga
menyakini bahwa Allah mensyariatkan sesuatu yang lain, yang lebih dari sekedar kagum dengan
keunikan peristiwa ini. Kita tidak ingin seperti kebanyakan orang, yang sanggup mengeluarkan
uang yang banyak dan bepergian ke tempat yang jauh, hanya agar bisa melihat gerhana matahari
yang tidak terjadi di tempat tinggalnya. Sungguh rugi orang yang hanya melihat peristiwa ini
sebagai hal langka yang menarik, tapi tidak menyadari bahwa Allah ingin dia bersujud kepada-
Nya pada saat peristiwa itu terjadi. Sungguh rugi orang yang pada detik ini pergi ke tempat-tempat
yang strategis untuk bisa menyaksikannya dari sudut yang paling ideal, membeli peralatan yang
mahal dan menyiapkannya selama berhari-hari, tapi melewatkan waktu yang sangat berharga ini
untuk berdzikir dan memuji keagungan Allah Dzat Yang Maha Suci.

Sungguh kita berharap, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang
yang disebut-Nya dalam Surat Ali Imran, dalam firman-Nya:

ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
‫ َر َّب َنا َما َخلَ ْق َت ه ََذا‬،‫ض‬ ِ ‫الَّذِينَ َي ْذ ُك ُرونَ هَّللا َ ِق َيا ًما َوقُ ُعودًا َو َعلَى ُج ُن‬
َّ ‫ َو َي َت َف َّك ُرونَ فِي َخ ْل ِق‬،‫وب ِه ْم‬
ِ ‫الس َم َاوا‬
َ ‫س ْب َحا َن َك َفقِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ ُ ، ‫َباطِ اًل‬
1
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S Ali Imran: 191)
Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…

Gerhana matahari adalah ayat kauniyyah untuk menunjukkan kebesaran Allah. Dan dalam
setiap ayat yang Allah turunkan, -baik itu ayat qur’aniyyah yang berupa untaian kata yang kita
baca dalam al-Qur’an, maupun ayat kauniyyah yang kita saksikan dalam keindahan alam-, Allah
menginginkan kita mentadabburinya dan mengambil ibrah serta pelajaran. Maka apakah kiranya
ibrah dari peristiwa gerhana matahari ini?

Yang pertama; Allah ingin menunjukkan keagungan serta kekuasaan-Nya yang tidak
terbatas. Bayangkanlah bahwa matahari, bulan, bumi dan benda-benda langit yang berjumlah
miliaran, semuanya ada dalam genggamannya. Semua ada dalam keteraturan yang ia ciptakan.
Dan lebih dari semua itu, semuanya tunduk, bersujud, dan memuji nama-Nya yang mulia. Allah
berfirman:

‫س ْب َحا َن ُه َو َت َعالَى َع َّما‬ ٌ ‫ات َم ْط ِو َّي‬


ُ ‫ات بِ َيمِينِ ِه‬ َّ ‫ض ُت ُه َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َو‬
ُ ‫الس َم َاو‬ ُ ‫َو َما َقدَ ُروا هَّللا َ َح َّق َقدْ ِر ِه َواأْل َ ْر‬
َ ‫ض َجمِي ًعا َق ْب‬
َ‫ش ِر ُكون‬ْ ‫ُي‬
“Dan manusia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha
Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S az-Zumar: 67) .
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia tidak mampu mengagungkan Allah dengan
semestinya padahal bumi yang mereka diami ada pada genggaman Allah , bumi berputar pada
porosnya diantara dua kutub , kutub utara dan kutub selatan , dan bintang-bintang berjalan
dimasing-masing falaknya,  matahari pun berjalan pada falaknya yang khusus buat matahari , dan
buruj serta manzilahnya menjadi wawasan dalam perjalanan matahari dan bulan dengan teratur
sedemikian indahnya namun pada satu sa’at ditiupnya sengsakala maka langit akan digulung
semua bendanya akan berantakan dan matahari , bulan akan menyatu lagi dengan bumi menjadi
alam baru yaitu alam akhirat yang membentang luar biasa besarnya alam akhirat itu bumi akhirat
menjadi dua tempat yaitu surga dan neraka semua ada dibawah Arasy dan kursi Alla subhanahu
Wata’ala . Manusia dan jin akan disidang di alam mahsyar dan diadili apa yang diperbuatnya
ketika hidup di alam dunia jika di pengadilan Allah selamat maka akan masuk surga dan jika
bersalah akan dimasukkan ke neraka .

2
Allah juga berfirman:

‫اب‬
ُّ ‫الدَّو‬ َّ ‫س َوا ْل َق َم ُر َوال ُّن ُجو ُم َوا ْل ِج َبال ُ َوال‬
َ ‫ش َج ُر َو‬ ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫ت َو َمنْ فِي اأْل َ ْر‬
َّ ‫ض َوال‬ َّ ‫أَلَ ْم َت َر أَنَّ هَّللا َ َي ْس ُج ُد لَ ُه َمنْ فِي‬
ِ ‫الس َم َاوا‬
ِ ‫َو َكثِي ٌر مِنَ ال َّن‬
‫اس‬
  “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar
daripada manusia?…”(Q.S al-Hajj: 18).
Dengan melihat peristiwa gerhana matahari, kita semakin menyadari betapa banyak
manusia yang sombong dan ingkar. Juga betapa kecil dan hinanya mereka. Jika benda-benda
langit yang besarnya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, semuanya tunduk dan bersujud
kepada Allah Sang Maha Pencipta, lalu mengapakah manusia yang diciptakan dari setetes
nuthfah begitu angkuh dan jumawa, sehingga melalaikan shalat dan ibadah-ibadah lainnya
dengan tanpa rasa berdosa? Bukankah ibadah adalah wujud penghambaan manusia kepada
Tuhan yang tidak pernah putus mengkaruniakan kenikmatan kepadanya?

Yang kedua; Allah ingin melihat manakah hamba yang taat dengan mengikuti sunnah
Rasul, dan manakah hamba yang hanya mencari kesenangan dan kepuasan hatinya. Jika pada
hari ini kita melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Rasullah, berarti kita adalah
pengikut Nabi yang sebenarnya. Namun jika dalam peristiwa ini kita hanya sibuk mencari sudut
yang paling ideal untuk bisa melihat gerhana matahari, berarti kita hanya ingin mencari kepuasan
diri.

Dan ketahuilah, bahwa diantara syarat utama untuk bisa masuk surga adalah taat dan
mengikuti sunnah-sunnah Nabi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

. ْ‫ َو َمن‬،‫دَخل َ ا ْل َج َّن َة‬ َ ‫ َمنْ أَ َط‬:َ‫ َو َمنْ َيأْ َبى؟ َقال‬،ِ ‫سول َ هَّللا‬
َ ‫اعنِي‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫ َقالُوا‬.‫ُكل ُّ أ ُ َّمتِي َيدْ ُخلُونَ ا ْل َج َّن َة إِاَّل َمنْ أَ َبى‬
‫صانِي َف َقدْ أَ َبى‬ َ ‫َع‬
  “Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya:
“Siapakah wahai Rasulullah orang yang enggan masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Orang yang taat
kepadaku akan masuk surga, sedangkan orang yang tidak taat kepadaku berarti ia enggan masuk surga.”
(H.R. al-Bukhari)
Maka hendaknya kita selalu bertanya kepada diri kita, dalam setiap kejadian yang dan
peristiwa, apakah kiranya sunnah yang Rasulullah ajarkan dalam kondisi tersebut? Apakah sikap
dan perilaku yang kita ambil, sudah sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam? Dan adakah kiranya kita akan dipertemukan dengan Baginda Rasulullah di akhirat
sana, dan berjalan di dalam rombongannya untuk masuk surga Allah subhanahu wataala karena

3
kita menghidupkan sunnah-sunnahnya, ataukah kita berada di rombongan orang-orang yang
ingkar dan dijauhkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?
Dengan ibadah shalah gerhana yang kita lakukan ini, kita berdoa semoga Allah
mengumpulkan kita bersama Baginda Nabi Muhammad, para shahabat, dan orang-orang yang
menghidupkan sunnah-sunnahnya. Rasulullah bersabda:

‫س َّنتِي َف َقدْ أَ َح َّبنِي َو َمنْ أَ َح َّبنِي َكانَ َمعِي فِي ا ْل َج َّن ِة‬
ُ ‫َو َمنْ أَ ْح َيا‬
“Barang siapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku. Dan barang siapa mencintaiku,
maka ia akan bersamaku di surga.” (H.R at-Tirmidzi)

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil dari peristiwa gerhana matahari ini adalah:
menambah kecintaan kita kepada Allah. Dengan melaksanakan shalat gerhana ini, Insyallah pada
hari ini kita semakin cinta kepada Allah. Cinta yang dilandasi rasa kekaguman atas kekuasaan-
Nya yang tak terbatas. Atas keteraturan alam yang Ia ciptakan tanpa cacat dan cela. Cinta yang
dilandasi ketakutan kepada Zat Maha Agung, yang mampu menimpakan bencana kepada siapa
saja yang ingkar dalam sekejap mata. Cinta yang dilandasi keinginan untuk menjadi hamba yang
selalu dilihat berada bersama orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan, yang menjadikan
setiap detik kehidupannya sebagai aktifitas ibadah kepada Allah subhanahu wataala. Dalam
setiap lembar kehidupan yang kita lalui dan dalam setiap peristiwa besar yang kita kagumi.
Karena kita telah mengikrarkan dengan  sepenuh keyakinan, bahwa shalat kita, ibadah kita, hidup
dan mati kita, semuanya kita persembahkan untuk Allah subhahanahu wa ta’ala:
َ‫ت َوأَ َنا أَ َّول ُ ا ْل ُم ْسلِمِين‬ َ ‫ اَل‬# َ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَمِين‬
ُ ‫ش ِري َك لَ ُه َو ِب َذلِ َك أُم ِْر‬ َ َّ‫ُقلْ إِن‬
ُ ‫صاَل تِي َو ُن‬
َ ‫سكِي َو َم ْح َي‬
 “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (Q.S. an-An’am: 162).
Alangkah indahnya perasaan cinta kepada Zat Maha Mencintai atau Al-Wadud. Cinta
kepada Allah adalah seagung-agungnya cinta. Dan orang yang belum merasakan mencintai Allah
dengan sebenarnya, maka berarti ia belum merasakan manisnya keimanan. Rasulullah bersabda:

َّ ‫ َوأَنْ ُيح‬،‫سولُ ُه أَ َح َّب إِلَ ْي ِه ِم َّما سِ َوا ُه َما‬


‫ِب ا ْل َم ْر َء اَل ُي ِح ُّب ُه إِاَّل‬ ُ ‫ أَنْ َي ُكونَ هَّللا ُ َو َر‬،‫ان‬ ِ ‫ث َمنْ ُكنَّ فِي ِه َو َج َد َحاَل َو َة اإْل ِي َم‬ ٌ ‫َثاَل‬

ِ ‫ف فِي ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ َوأَنْ َي ْك َر َه أَنْ َي ُعو َد فِي ا ْل ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ أَنْ ُي ْق َذ‬،ِ ‫هَّلِل‬
  “Tiga hal yang apabila terdapat dalam diri seorang mukmin, maka ia telah merasakan manisnya
keimanan. Yang pertama: mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari cintanya kepada segala hal selain
keduanya. Yang kedua: mencintai seseorang hanya karena Allah subhanahu watala. Dan yang ketiga: ia
membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”
(H.R. al-Bukhari dan Muslim).

4
Yang keempat; Untuk menguji manusia, apakah diantara mereka masih ada yang 
menimbun sisa-sisa ke-jahiliyyah-an dalam hatinya, sehingga mempercayai hal-hal yang mistis
dan mengaitkannya dengan gerhana matahari. Jauh-jauh hari Rasulullah sudah mengingatkan
kepada kita, bahwa gerhana matahari tidak terjadi karena kematian atau kelahiran orang yang
agung. Gerhana adalah murni tanda kekuasaan Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Maka
tidak sepantasnya, sebuah peristiwa yang Allah jadikan sebagai bukti keagungan-Nya, justru kita
kaitkan dengan kekuatan-kekuatan mistik yang tidak jelas dasar logika dan penalarannya.

Dahulu beberapa orang shahabatpun pernah melakukan kesalahan tersebut. Ketika putra
Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim meninggal di usia 18 bulan, dan berbarengan dengan
peristiwa gerhana matahari, sebagian kaum muslimin menyangka bahwa gerhana matahari terjadi
karena meninggalnya putra Nabi tersebut. Rasulullah pun segera berkhutbah dan menjelaskan
bahwa kepercayaan itu tidak benar. Rasulullah bersabda:

َ ‫صلُّوا َوادْ ُعوا هَّللا‬


َ ‫ َفإِ َذا َرأَ ْي ُت ْم َف‬،ِ‫ت أَ َح ٍد َوالَ ل َِح َياتِه‬ ِ ‫س َوا ْل َق َم َر الَ َي ْن َكسِ َف‬
ِ ‫ان لِ َم ْو‬ َّ ‫إِنَّ ال‬
َ ‫ش ْم‬
  “Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya
seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah” (HR. Bukhari).
Dalam sebagian masyarakat kita juga pasti terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan
mistis yang dihubung-hubungkan dengan gerhana matahari. Maka marilah kita kikis habis semua
kepercayaan thakayyul dan khurafat yang tidak ada dasarnya dalam agama Islam. Mari kita
bebaskan pemikiran kaum muslimin dari residu peradaban lampau yang sudah tidak sesuai
dengan zaman kekinian. Sudah bukan zamannya lagi kita percaya kepada hal-hal mistis yang
merusak pikiran dan melemahkan hati. Sumber kekuatan kita adalah Allah dan hanya Allahlah
yang mampu menguatkan kita.

‫أَ َي ْب َت ُغونَ عِ ْندَ ُه ُم ا ْلع َِّز َة َفإِنَّ ا ْلع َِّز َة هَّلِل ِ َجمِي ًعا‬
  “Apakah mereka mencari kekuatan dari mereka? Sesungguhnya semua kekuatan hanyalah
kepunyaan Allah semata.”(Q.S. an-Nisa: 139).
Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…
Hal yang terakhir yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa gerhana ini adalah:
menjadikannya sebagai moment untuk bertaubat dan meminta ampun sebanyak-banyaknya
kepada Allah.

Kita adalah makhluk yang selalu berbuat salah dan melakukan dosa. Sudah tidak terhitung
dosa yang kita lakukan. Seandainya dosa itu berbau busuk, pastilah tidak ada satu orangpun yang

5
mau mendekati kita, begitu ungkapan salah seorang ulama salaf. Maka solusi dari dosa yang kita
lakukan adalah melakukan taubat dan meminta ampun kepada Allah.

Rasulullah telah menegaskan bahwa moment gerhana matahari adalah saat yang tepat
untuk berdoa kepada Allah.  Maka ia menyuruh kita untuk memperbanyak dzikir dan doa.
Rasulullah bersabda:

ُ ‫ َولَكِنَّ هَّللا َ ُي ْرسِ لُ َها ُي َخ ِّو‬،ِ‫ت أَ َح ٍد َوالَ ل َِح َياتِه‬


‫ َفإِ َذا َرأَ ْي ُت ْم‬،ُ‫ف ِب َها عِ َبادَ ه‬ ِ ‫ت الَّتِى ُي ْرسِ ل ُ هَّللا ُ الَ َت ُكونُ لِ َم ْو‬
ِ ‫إِنَّ َه ِذ ِه اآل َيا‬
ِ ‫است ِْغ َف‬
‫ار ِه‬ ْ ‫ش ْي ًئا َفا ْف َز ُعوا إِلَى ِذ ْك ِر ِه َو ُد َعائِ ِه َو‬
َ ‫ِم ْن َها‬
“Sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya ini bukanlah karena kematian
atau kelahiran seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika
kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon
ampun kepada Allah.” (HR. Muslim).
Dan tidak mungkin Rasulullah menyuruh melakukan sesuatu tanpa alasan. Maka ini
menunjukkan bahwa berdoa pada waktu gerhana akan di-ijabah oleh Allah subhanahu wataala
jika dilakukan dengan melaksanakan syarat-syaratnya.

Maka, marilah kita menengadahkan tangan kepada Allah. Bersamaan dengan peristiwa
alam yang jarang terjadi ini, mari kita merendahkan diri di depan Allah subhanahu wataala.
Memohon seluas-luasnya ampunan untuk semua dosa kita. Berharap bahwa shalat gerhana yang
kita lakukan ini diterima-Nya. Dan meminta agar kita selalu diberikan taufik dan hidayah agar
selalu menjadi hamba-Nya yang taat, ikhlas, dan berguna untuk agama-Nya.

Marilah kita harapkan hati kita kepada Allah untuk munajat dan istighotsah berdo’a
kehadirat Allah subhanahu Wa Ta’ala.

ً ‫سلِّ ُموا َت ْسلِيما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫صلُّونَ َعلَى ال َّن ِب ِّي َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا‬ َ ‫إِنَّ هَّللا َ َو َماَل ئِ َك َت ُه ُي‬
َّ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْم َد ال‬
َ ‫ َيا َر َّب َنا َل َك ْا‬،ُ‫ َح ْمدًا ُّي َوافِى ن َِع َم ُه َو ُي َكافِ ُئ َم ِز ْيدَ ه‬، َ‫ َح ْم َد ال َّناعِ ِم ْين‬، َ‫شاك ِِر ْين‬
‫لح ْم ُد َك َما َي ْن َبغ ِْي ل َِجالَ لِ َك‬
‫س ْل َطانِك‬ ُ ‫ْال َك ِر ْي ِم َو َعظِ ْي ِم‬
‫ض اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ار‬ ِ ‫صلَّ ْي َت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
ْ ‫ َو‬،‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم إ َّن َك َح ِم ْي ٌد َمـ ِج ْيد‬ ِ ‫صل ِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َكما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ َو َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َمنـِّ َك َو َك ِر ِم َك َيا أَ ْك َر َم‬،‫ص َحا َب ِة أَ ْج َم َع ْين‬
َّ ‫ َو َع ِن ال‬،‫ أَ ِب ْي َب ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َمانَ َو َعل ِّي‬،‫الراشِ ِد ْين‬
َّ ِ‫َع ِن ا ْلـ ُخلَ َفاء‬
‫اأْل َ ْك َر ِم ْين‬
 
Ya Allah kami adalah hamba-hambamu yang yang banyak bersalah banyak diantara kami yang
mengaku muslim tapi tidak tunduk kepada hukummu dan membenci syariatmu, dan banyak diantara kami
yang lebih mencintai kehidupan duniawi dari pada mencintaimu dan rasulmu dan hukummu dan tidak mau
6
‫‪jihad karena takut mati dan akhirnya kami menjadi lemah seperti buih tidak punya arah ikut-ikutan sistim‬‬
‫‪kafir maka ampunilah kami dan berilah kami solusi dan jalan keluar dari kelemahan ini karena banyak‬‬
‫‪diantara kami yang dibunuh dibantai diperkosa dan direbut hak miliknya dan selamatkanlah saudara-‬‬
‫‪saudara kami yang sedang dibinasa disiksa di Uyghur oleh China komunis dan di Gaza Palestina oleh‬‬
‫‪Zionis Yahudi Israel.‬‬

‫ب‬
‫ب ُم ِج ْي ُ‬ ‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِ َماتِ‪َ ،‬وا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َناتِ‪ْ ،‬األَ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْاألَ ْم َواتِ‪ ،‬إِ َّن َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي ٌ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ْ‬
‫اجا ِ‬
‫ت‬ ‫ال َّد َع َواتِ‪َ ،‬و َيا َقاضِ َي ا ْل َح َ‬

‫اغف ِْر لَ َنا ُذ ُنو َب َنا َوإِ ْس َرا َف َنا فِي أَ ْم ِر َنا‪َ ،‬و َث ِّب ْت أَ ْقدَا َم َنا َوا ْن ُ‬
‫ص ْر َنا َعلَى ا ْل َق ْو ِم ا ْل َكاف ِِرينَ‬ ‫َر َّب َنا ْ‬

‫اج ًة مِنْ َح َوائ ِِج ال ُّد ْن َيا َو ْاآلخ َِر ِة إِالَّ‬ ‫اَللَّ ُه َّم الَ َت َد ْع لَ َنا َذ ْن ًبا إِالَّ َغ َف ْر َته‪َ ،‬والَ َه ًّما إِالَّ َف َّر ْج َته‪َ ،‬والَ َد ْي ًنا إِالَّ َق َ‬
‫ض ْي َته‪َ ،‬والَ َح َ‬
‫ض ْي َت َها َيا أَ ْر َح َم َّ‬
‫الرا ِح ِم ْينَ‬ ‫‪َ .‬ق َ‬

‫ان‪َ ،‬والَ َت ْج َعلْ ف ِْي قُلُ ْو ِب َنا غِ الًّ لِّلَّ ِذ ْينَ َءا َم ُن ْوا َر َّب َنا إِ َّن َك َر ُء ْو ٌ‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ ‫س َبقُ ْو َنا ِباْإلِ ْي َم ِ‬
‫اغف ِْر لَ َنا َوإلِ ْخ َوانِ َنا الَّ ِذ ْينَ َ‬
‫‪.‬ر َّب َنا ْ‬
‫َ‬

‫َر َّب َنا َظلَ ْم َنا أَ ْنفُ َ‬


‫س َنا َوإِنْ لَ ْم َت ْغف ِْر لَ َنا َو َت ْر َح ْم َنا لَ َن ُكو َننَّ مِنَ ا ْل َخاسِ ِرينَ‬

‫ف ُقلُو َب َنا َعلَى َط َ‬


‫اعتِ َك‬ ‫ف ا ْلقُلُوبِ‪َ ،‬‬
‫ص ِّر ْ‬ ‫ف قُلُو َب َنا َعلَى ِد ْينِك‪ ،‬اللَّ ُه َّم َيا ُم َ‬
‫ص ِّر َ‬ ‫ف ا ْلقُلُوبِ‪َ ،‬‬
‫ص ِّر ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم َيا ُم َ‬
‫ص ِّر َ‬

‫الرحِي ُم‬ ‫السمِي ُع ا ْل َعلِي ُم َو ُت ْب َعلَ ْي َنا إِ َّن َك أَ ْن َت ال َّت َّو ُ‬


‫اب َّ‬ ‫َر َّب َنا َت َق َّبلْ ِم َّنا إِ َّن َك أَ ْن َت َّ‬

‫َب َل َنا مِنْ أَ ْز َوا ِج َنا َو ُذ ِّر َّياتِ َنا ُق َّر َة أَ ْع ُي ٍن َو ْ‬


‫اج َع ْل َنا لِ ْل ُم َّتقِينَ إِ َما ًما‬ ‫َر َّب َنا ه ْ‬

‫ار‪ .‬وا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَمِينَ‬ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬


‫اب ال َّن ِ‬ ‫س َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َ‬
‫‪،‬ر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ‬
‫َ‬

‫َوآ ِخ ُر َد ْع َوا َنا أَ ِن ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِم ْين‪.‬‬

‫‪7‬‬

Anda mungkin juga menyukai