KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar pada hakekatnya belajar merupakan suatu proses menguasai
pembelajar yang sudah dipelajari. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013,
hlm. 7) “belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar”.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang (Sudjana 2014, hlm. 28). Sedangkan menurut Makmun
Khairani (2014, hlm. 5) “Belajar adalah suatu kegiatan interaksi antar
individu dengan lingkungannya yang bertujuan untuk mengadakan perubahan
dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan,
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya yang bersifat konstan.”
12
13
b. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar menurut Makmur Khairani (2014, hlm. 11) yang harus
dimiliki oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar baru:
1) Informasi faktual
Informasi mengenai materi pembelajaran yang akan disampaikan
dapat diperoleh dengan cara dikomunikasikan kepada guru yang lain,
dipelajari lebih mendalam, dan dapat juga dihubungkan dengan
pengetahuan yang sudah dipelajari.
2) Kemahiran intelektual
Seorang guru harus mempunyai berbagai cara dalam mengerjakan
sesuatu, termasuk memiliki kemampuan dalam menafsirkan simbol-
simbol, bahasa, dan yang lainnya.
3) Strategi
Guru harus mampu menguasai strategi pembelajaran yang digunakan
selama proses pembelajaran. Strategi yang digunakan harus dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menghadirkan stimulus
secara kompleks, memilih dan membuat kode bagian, menganalisis,
dan melacak informasi baru. Siswa akan senang ketika gaya belajar
yang digunakan oleh guru menarik dan bervariatif. Sehingga siswa
tidak merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan.
Adapun menurut Abdilah (2015, hlm. 11-12) menyatakan bahwa prinsip
belajar adalah “prinsip latihan atau praktik, prinsip asosiasi atau
menghubung-hubungkan, prinsip efek atau akibat, prinsip kesiapan atau
kesiapan belajar, prinsip penghayatan atau tujuan belajar, prinsip urutan
bertahap, prinsip menghormati individu atau individualisasi, prinsip konteks.”
4) Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas mengamati, menangkap, mengingat, mengkhayal, merasakan
berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya akan berkembang.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, maka prinsip belajar
tidak hanya mentransferkan dari guru kepada peserta didik namun prinsip
belajar merupakan suatu konsekuensi yang menyenangkan atau memperkuat
perilaku serta konsekuensi tidak menyenangkan atau melemahkan perilaku,
konsekuensi yang melemah harus disegerakan sehingga pembentukan
perilaku yang diinginkan tercapai. Prinsip belajar juga berlangsung seumur
hidup dengan teroganisir dimulai dari yang sederhana menuju komplek,
faktual menuju konseptual, konkrit menuju abstrak, serta merupakan dari
perkembangan yang dipengaruhi beberapa faktor dan semua aspek kehidupan
yang penuh makna, kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan
waktu dengan adanya guru maupun tidak adanya guru dengan belajar yang
terencana namun ada juga hambatan-hambatan dari lingkungan internal yang
diperlukan adanya bimbingan dari orang lain.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan hal yang sangat esensial baik dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian untuk memilih pelajaran, penentuan
topik-topik, mengalokasikan waktu, memilih media serta pengukutan
penilaian hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah suatu tujuan yang dicapai
siswa dalam belajar, meliputi keterampilan, pengetahuan, serta sikap-sikap
yang baru dipahami. Tujuan belajar adalah untuk mengetahui tingkah laku
yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar.
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain
instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran
belajar siswa (Dimyati dan Mujiono 2012, hlm. 23), sedangkan menurut
Nunuk Suryani dan Leo Agung (2012, hlm.39)., “tujuan belajar adalah
komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran karena
berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran”.
1) Faktor internal, yakni faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal
meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, serta
kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut
Muhibbin Syah (2013 hlm. 129) dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa,
2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa, dan
3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.
Mengenai faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa menurut Dimyati
dan Mudjiono (2013: 239-253) dapat berpengaruh pada proses belajar adalah:
1) faktor intern (sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi
belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar,
menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau
unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan
keberhasilan siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa),
2) faktor ekstern (guru sebagai Pembina siswa belajar, prasarana dan
sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di
sekolah, dan kurikulum sekolah).
berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor menurut Purwanto (Thobroni, 2015, hlm. 28) dibedakan
menjadi dua golongan sebagai berikut.
1) Faktor yang ada pada diri organisasi tersebut yang disebut faktor
individual. Faktor individual meliputi hal-hal berikut.
a) Faktor kematangan atau pertumbuhan Fakor ini berhubungan erat
dengan kematangan atau tingkat pertumbuhan organ-organ
manusia. Misalnya, anak usia enam bulan dipaksa untuk belajar
19
baik belum tentu pula dapat dapat belajar dengan baik. Ada faktor
yang mempengaruhi
f) Hasil belajarnya, seperti kelelahan karena sibuk bekerja, serta
pengaruh lingkungan yang buruk yang terjadi diluar
kemampuannya.
g) Faktor motivasi sosial. Motivasi sosial dapat berasal dari orangtua
yang selalu mendorong anak untuk rajin belajar, motivasi dari
orang lain, seperti dari tetangga, saudara-saudara, teman-teman
sekolah, dan teman sepermainan. Pada umumnya, motivasi
semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, bahkan tidak
denga sadar.
Untuk meningkatkan hasil belajar guru harus dilakukan dengan baik dan
dengan pedoman yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman
sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman atau cara yang satu cocok digunakan
oleh seorang siswa,tetapi mungkin kurang sesuai dengan siswa yang lain, hal
ini disebabkan perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan
kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
25
Agar bisa mendapatkan nilai maksimal dan hasil yang bagus dalam
belajar, yaitu dengan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan diri secara
fisik dan mental, meningkatkan konsentrasi belajar siswa, berilah para siswa
motivasi belajar, ajarkan mereka strategi-stretegi belajar, bagaimana caranya
bisa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing, belajar secara
menyeluruh dan biasakan mereka salaing berbagi.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
1) Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat
diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit di medan pertempuran.
Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan
musuh akan sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri.
Demikian juga dengan guru. Keberhasilan implementasi suatu
strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini,
setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan,
gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru
yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi
pelajaran, akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-
masing perbedaan tersebut dapat memengaruhi baik dalam
penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran. Guru, dalam
proses pembelajaran memegang peran yang sangat pen-ting. Peran
guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin
dapat digantikan
30
1) Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanpun bagus dan
idealnya sutau strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa
diaplikasikan.Guru dalam proses pembelajaran memegang peran
yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia
pendidikan dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain,
seperti telivisi, radio, computer, dan lain sebagainya. Sebab siswa
adalah organism yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa.
2) Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu
sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan
anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat
pada diri anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang,
sifat dan sikap serta penampilan.
3) Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadapt kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain
sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara
tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,
34
1) Faktor guru
Guru adalah komponene yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun
bagus dan idealnya suatu strategi maka strategi itu tidak mungkin
bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi
pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
2) Faktor siswa
Faktor guru adalah faktor yang paling utama dalam proses pembelajaran.
Berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran tergantung pada bagaimana cara
seorang guru membelajarkan sebuah materi terhadap siswa-siswinya.
Sedangkan faktor siswa dilihat dari kondisi fisik dan psikisnya, ada juga
38
faktor tujuan yang dilihat dari kejelasan visi-misi sekolah serta tujuan sekolah,
urgensi, tingkat kesulitan dan kesesuaian materi. Dan faktor lingkungan dilihat
dari lingkungan fisik dan sosialnya.
Sarana dan Prasarana merupakan suatu bagian dari sarana dan prasarana
pendidikan, yang lebih khusus pada proses pelaksanaanpembelajaran.
Menurut Sanjaya (2010, hlm. 18) “ sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah
dan lain sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran”
Sarana dan prasarana menurut Daryanto (2011, hlm 51) mengemukakan
pengertian tentang sarana dan prasarana pendidikan.
Secara otimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk
mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya: lokasi/tempat, bangunan
sekolah, lapangan olahraga, uang, dan sebagainya. Sedangkan sarana
seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya: ruang,
buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Tujuan sarana dan prasarana juga untuk mewujudkan situasi dan kondisi
sekolah yang baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok
bel;ajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi terwujudnya interaksi dalam pembelajaran, menyediakan
dan mengatur fasilitas perabotan yang mendukung dan memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa,
serta membina dna membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
sekolah sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap
diperlukan oleh semua personel sekolah.
2) Lahan
3) Bangunan
1) LAHAN
Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai
dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat),
adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara
lain :
a)Lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya berisi bangunan ,
b)Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan diatasnya.
c)Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan untuk
pelaksanaan kegiatan praktek
d)Lahan pengembangan adalah lahan yang di butuhkan untuk
pengembangan bangunan dan kegiatan praktek.
Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang sesuai
dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman dari
gangguan bencana alam dan lingkungan yang kurang baik.
47
2) RUANG
Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di
kelompokkan dalam
a) Ruang pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan
belajar mengajar teori dan praktek antara lain :
(1) Ruang teori sejumlah rombel
(2) Ruang Laaboraatorium
(3) Ruang Olah raga
(4) Ruang perpustakaaan
(5) Ruang kesenian
(6) Ruang keteraampilan
b) Ruang administrasi
Ruang Administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor. Ruang administrasi terdiri dari :
(1) Ruang kepala sekolah
(2) Ruang guru
(3) Ruang tata usaha
(4) Gudang
c) Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang
mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain :
(1) Ruang Ibadah
(2) Ruang koperasi sekolah
(3) Ruang OSIS
(4) kamar mandi
(5) Ruang serbaguna
(6) Ruang UKS
(7) Ruang WC/
(8) Ruang BP
3) PERABOT
48
b) Buku Pelengkap
Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam
penguasaan materi
c) Buku Sumber
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu /
keterampilan.
d) Buku Bacaan
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai bahan
bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi ) yang bersifat relatif
49
1) Manajemen kurikulum
3) Keberfungsian perpustakaan.
Tabel 2.1
No Komponen Indikator
1 Lahan
a) Luas lahan Memenuhi ketentuan rasio minimum luas
52
Bangunan
a) Luas lantai Memenuhi ketentuan rasio minimum luas
pengelolaan/pembakaran sampah.
kesiswaan
ruang khusus kegiatan siswa, aman,
nyaman dan ventilasi cukup.
l) Jamban Minimum satu jamban untuk pria, satu
bermain/berolahraga pembelajran,
Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang
bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai
APK bisa lebih besar dari 100% karena terdapat murid yang berusia
di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak pada
daerah perbatasan.
2) Perbandingan Antar Jenjang Pendidikan (PAJ)
Perbandingan Antar Jenjang Pendidikan (PAJ) didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ini
digunakan untuk mengetahui kesenjangan antara jumlah sekolah
pada jenjang lebih rendah dengan sekolah pada jenjang yang lebih
tinggi.
3) Rasio Murid per Sekolah (R-M/S),
Rasio murid per sekolah didefinisikan sebagai perbandingan antar
jumlah murid dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu untuk mengetahui rata-rata besarnya kepadatan sekolah di
suatu daerah.
4) Rasio Siswa per Kelas (R-M/K),
Rasio murid per kelas didefinisikan sebagai perbandingan antara
jumlah murid dengan jumlah kelas pada jenjang pendidikan tertentu.
Hal ini digunakan untuk mengetahui rata-rata besarnya kepadatan
kelas di suatu sekolah atau daerah tertentu.
1) Standar Lahan
Lahan yang digunakan untuk kepentingan sekolah harus mendukung
kelancaran proses pendididkan itu sendiri. Lahan harus terhindar dari
berbagai potensi bahaya, baik yang mengancam kesehatan maupun
mengancam keselamatan jiwa warga sekolah. Selain itu lokasi lahan
hendaknya memiliki akses yang memadai untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat jika sewaktu-waktu terjadi ancaman bahaya. Lahan
harus terhindar dari pencemaran air, udara serta kebisingan. Lahan
57
4. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar.Dimyati dan Mudjiono (2013, hlm. 3).
Adapun menurut Suprijono (2013 hlm. 7) berpendapat bahwa “hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja.” sedanagkan Menurut Jihad dan Haris (2012, hlm.
14) “hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.”
1. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni:
a) Pengetahuan (knowledge)
Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun,
tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang
berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran.
Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana
mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan
dalam membuat kalimat.
b) Pemahaman
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam
menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.
c) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis.Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan
beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
d) Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
60
3. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu.
Jenis-jenis hasil belajar menurut Susanto (2013:6) menjelaskan bahwa
macam-macam hasil belajar yaitu pemahaman konsep (aspek kognitif),
keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).
jenis-jenis hasil belajar menurut Purwanto (2014: 50-53) mengatakan
bahwa menjadi 3 yaitu:
1. Kognitif Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi
eliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,
penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga
pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka
perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa
kemampuan tertentu oleh otak untuk menyeleseikan masalah. Hasil
belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Kemampuan
yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif
meliputi beberapa tingkat atau jenjang.
2. Afektif Taksonomi hasil belajar afektif ada lima tingkat yaitu
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil
belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah
dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Penerimaan
(Receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan
menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada
rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau merespon
(responding) adalah kesediaan memberikan respon dengan
61
1. Informasi Verbal
Kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tulisan. Kemampuan secara spesfik terhadap
angsangan spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan Intelektual
Kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan
intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas.
3. Strategi Kognitif
Kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
62
4. Keterampilan Motorik
Kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi.
5. Sikap
Kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan internalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan
nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa jenis-jenis
hasil belajar terdapat beberapa ranah yakni ranah kognitif yang terdiri dari 6
aspek yakni aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan
evaluasi. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan
belajar dan hubungan sosial. Dan ranah psikomotor yang tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Atau lebih
singkatnya Pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotor) dan sikap siswa (aspek afektif) yang harus dicapai oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Jenis-jenis hasil belajar juga yang merujuk kepada hasil belajar yaitu
berupa Informasi verbal atau kemampuan untuk menungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Keterampilan intelektual
yang terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintetis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Strategi kognitif
kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri yang
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik, serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi. Sikap, berupa kemampuan internalisasi dan eksternalisasi nilai-
nilai sebagai standar perilaku.
63
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tonus
jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
(Suryabrata, 2010, hlm. 235).
Tonus jasmani memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap proses
belajar siswa. Keadaan jasmani yang sehat dan segar akan
mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dibandingkan
keadaan jasmani yang kurang sehat. Sedangkan fungsi-fungsi
fisiologis tertentu seperti pancaindera juga memiliki pengaruh
terhadap pehaman siswa dalam menerima materi pelajaran.
Suryabrata (2010, hlm. 236) mengemukakan bahwa baiknya
berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar, pancaindera yang
memiliki peran penting adalah mata dan telinga. Melalui mata siswa
dapat melihat berbagai hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan
dengan telinga siswa mampu mendengarkan berbagai informasi yang
dapat menjadi sumber belajar.
2. Faktor psikologi
Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri individu memiliki peranan
dalam mendorong siswa untuk menerima materi pembelajaran.
Frandsen (dalam Suryabrata, 2010, hlm. 236) mengatakan bahwa hal
yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah:
1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas; 2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju; 3) adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman; 4)
adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;
5)adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran; 6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar.
64
3. Faktor nonsosial
Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar
menurut Suryabrata (2010, hlm. 233) adalah keadaan udara, suhu
udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat (letaknya,
pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat
tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa
kita sebut sebagai alat pelajaran).
Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas akan mempengaruhi
suasana belajar siswa, sehingga konsentrasi dalam memperhatikan
materi dapat terganggu yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran seperti yang diharapkan.
4. Faktor sosial
Suryabrata (2010, hlm. 234) menyatakan yang dimaksud dengan
faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (hubungan manusia),
baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010, hlm. 54)
alat-alat yang dipakai untuk belajar, serta Faktor sosial yang dimaksud disisni
adalah faktor hubungan manusis baik manusia itu hadir maupun kehadirannya
tidak dapat disimpulkan jadi tidak langsung hadir.
Faktor internal juga ada yang meliputi jasmaniah atau kesehatan dan cacat
tubuh. Psikologis atau intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
kesiapan. Kelelahan baik kelelahan secara jasmani maupun rohani. Sedangkan
faktor eksternalnya ada yang meliputi keluarga yang terdiri dari orang tua,
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
keluarga, dan latar belakan kebudayaan. Sekolah yang terdiri dari metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Masyarakat lebih
kepada kegiatan siswa dengan masyarakat, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
E Mulyasa.
1 Ranah kognitif
a) Pengetahuan Menyebutkan, menuliskan,
menyatakan, mengurutkan,
mengidentifikasi, mendefinisikan,
mencocokan, memberi nama,
memberi label, melukiskan.
b) Pemahaman Menerjemahkan, mengubah,
menggeneralisasikan, menguraikan,
merumuskan, kembali,
Merangkum, membedakan,
mempertahankan, menyimpulkan,
mengemukakan pendapat, dan
menjelaskan.
c) Penerapan Mengoperasikan, menghasilkan,
mengubah, mengatasi,
menggunakan, menunjukan,
mempersiapkan, dan menghitung.
Menguraikan, membagi-bagi,
Merancang, merumuskan,
e) Sistematis mengorganisasikan, menerapkan,
memadukan, dan merencanakan.
2 Ranah Afektif
d) Pengorganisasian
Memverifikasi, menyusun,
menyatukan, menghubungkan dan
mempengaruhi.
e) Karakterisasi
3 Ranah psikomotorik
a) Pengamatan Mengamati proses, memberi
Tabel 2.3
Muhibin Syah.
bahasa sendiri
c) Penerapan (Application) 5. Dapat memberikan contoh
tepat
d) Analisis (Analysis) 7. Dapat menguraikan
8. Dapat mengklasifikasikan/
memilah
9. Dapat mengubungkan
menafsirkan
14. Dapat menyimpulkan
terlibat
72
bermanfaat
d) Pendalaman 6. Menganggap indah dan
(Internalisasi) harmonis
7. Mengagumi
(Karakterisasi) 9. Mengingkari
meniadakan
11. Menjelmakan dalam peribadi
Sumber : Muhibin Syah (2011, hlm. 39-40) psikologi belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui besaran pengaruh sarana
prasarana terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas X IIS SMAN 11 Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui besaran pengaruh Motivasi belajar sejarah siswa kelas X
IIS SMAN 11 Kota Jambi 3. Untuk mengetahui besaran pengaruh sarana
prasarana dan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IIS SMA 11 Kota Jambi
Hasil dari penelitian menyatak bahwa hasil belajar sejarah siswa kelas X
IIS 1 dari 36 siswa, sebesar 28% atau 10 siswa yang tuntas dan 72% atau 26
siswa belum tuntas, X IIS 2 dari 37 siswa, sebesar 33% atau 12 siswa yang tuntas
dan 67% atau 25 siswa belum tuntas, X IIS 3 dari 34 siswa, sebesar 45% atau 15
siswa yang tuntas, 55% atau 19 siswa yang belum tuntas, X IIS 4 dari 34 siswa,
sebesar 30% atau 10 siswa tuntas, 70% atau 24 siswa belum tuntas dan
74
yang terakhir X IIS 5 dari 38 siswa, sebesar 47% atau 18 siswa tuntas, 53% atau
20 siswa belum tuntas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sarana dan prasarana
serta minat belajar sebagai determinan terhadap prestasi belajar siswa.
Judul pengaruh sarana belajar terhadap minat belajar siswa kelas VIII
smp negeri 4 tenggarong.
Permasalah yang pertama yaitu sarana dan prasarana belajar pada mata
pelajaran ekonomi kelas XI Ips di Sma Negeri 1 Sungai ambawang sedangkan
masalah yang kedua yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
kelas XI Ips di Sma Negeri 1 Sungai Ambawang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sarana dan
prasarana terhadap hasil belajar siswa pembelajaran ekonomi.
C. Kerangka Pemikiran
4. Ruang Penunjang
(permendiknas No 26
tahnun 2016)
Sumber : penulis
1. Asumsi
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa (studi pada siswa
pemasaran di SMK Negeri 1 Sukoharjo).
kelengkapan sarana dan prasarana dapat meningkat kan hasil belajar siswa.
2. Hipotesis
atau asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh dengan
jalan penelitian.”