Anda di halaman 1dari 13

ORLI Vol. 46 No.

2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

Tinjauan Pustaka

Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik sehari-hari dan


rekomendasi Kelompok Studi Rinologi Indonesia

Retno Sulistyo Wardani1, Azmi Mir’ah Zakiah2, Yoan Levia Magdi3,


Dolly Irfandy4, Anna Mailasari Kusuma Dewi5, Budi Sutikno6,
Sarwastuti Hendradewi7, Sinta Sari Ratunanda8, Delfitri Munir9
Divisi Rinologi, Departemen THT Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran 1Universitas
Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2Universitas Hasanudin –
RS Wahidin Sudirohusodo Makasar, 3Universitas Sriwijaya – RSUP M Husin Palembang,
4
Universitas Andalas – RSUP M Jamil Padang, 5Universitas Diponegoro – RS Kariadi
Semarang, 6Universitas Airlangga – RSUD Soetomo Surabaya, 7Universitas Sebelas Maret
– RSUD Moewardi Surakarta, 8Universitas Padjajaran – RSUP Hasan Sadikin Bandung,
9
Universitas Sumatera Utara – RS H Adam Malik Medan

ABSTRAK
Latar belakang: Oksimetazolin adalah bahan aktif dekongestan topikal yang digunakan untuk
rinitis alergi maupun inflamasi mukosa hidung lainnya. Cara pemakaian oksimetazolin yang baik dan
benar akan memengaruhi keberhasilan pengobatan. Efek samping rinitis medikamentosa merupakan
komplikasi yang sering terjadi dan sebaiknya dapat dicegah. Tujuan: Penulisan tinjauan pustaka ini untuk
memberikan pemahaman terkini tentang berbagai indikasi oksimetazolin pada praktik klinik Telinga
Hidung Tenggorok sehari-hari, cara pemakaian yang tepat, efek samping dan komplikasi yang terjadi
berdasarkan studi kepustakaan yang dipublikasikan di PubMed, Google Scholar, dan Scopus dalam 10
tahun terakhir (2007–2016) oleh tim adhoc anggota Kelompok Studi (KODI) Rinologi Indonesia. Tinjauan
pustaka: Oksimetazolin memiliki indikasi yang diperluas jika digunakan bersama dengan bahan aktif
lain. Oksimetazolin semprot hidung 0,05% yang digunakan bersama dengan steroid intranasal dilaporkan
memberikan manfaat pada penatalaksanaan rinitis alergi, rinitis kronis, dan polip hidung. Oksimetazolin
digunakan juga dalam bedah sinus endoskopik untuk mendapatkan visualisasi lapang operasi yang baik
karena efek hemostatik vasokonstriktor intranasal. Keuntungan yang dilaporkan juga diiringi dengan
kemungkinan efek samping dan komplikasi yang sudah dikenal sampai yang membahayakan hingga
kematian akibat koarktasio aorta, infark miokard elevasi non-ST, dan krisis hipertensi. Kesimpulan:
Rekomendasi yang dibuat oleh KODI Rinologi berdasarkan analisis secara sistematik dengan telaah
kritis, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan oksimetazolin
yang bermanfaat dan dapat mencegah efek samping yang berbahaya.

Kata kunci: Oksimetazolin, dekongestan intranasal, indikasi, efek samping, komplikasi

ABSTRACT
Background: Oxymetazoline is an active ingredient of topical decongestant in treating allergic
rhinitis and other nasal mucosal inflammation. A good and proper usage of oxymetazoline will influence a
beneficial outcome. Rhinitis medicamentosa is a common complication that should be avoided. Purpose:
Content of the literature review is the indications of oxymetazoline usage in daily ENT clinical practice;
the proper usage, side effects and complications are appraised from Pubmed, Scopus and Google Scholar
publications within the last 10 years (2011 – 2015). The work was performed by adhoc team consisted
of member of Rhinology Study Group Indonesia. Literature Review: Oxymetazoline broader indications
obtained when applied together with other active ingredients. Oxymetazoline 0.05% nasal spray with
topical intranasal steroid was reported as having efficacy in management of allergic rhinitis, chronic
rhinitis and nasal polyps. Oxymetazoline is used as topical vasoconstrictor during endoscopic sinus surgery

171
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

to get clear endoscopic visualization due to its hemostatic effect. Combination of oxymetazoline with
topical intranasal steroid, was reported to be beneficial in the management of allergic rhinitis, chronic
rhinitis and nasal polyps. Oxymetazoline is also used as topical vasoconstrictor during endoscopic sinus
surgery to get clear endoscopic visualization due to its hemostatic effect. The good result of oxymetazoline
was reported along with its side effects, which could be fatal, such as coarctation of the aorta, non-ST
elevation myocardial infarction, and critical hypertension. Conclusion: Recommendation from Rhinology
Study Group Indonesia based on systematic analysis with critical appraisal that has been made, may
widen the knowledge and understanding of oxymetazoline usage and indications, and also avoiding the
dangerous side effects and complications.

Keywords: Oxymetazoline, topical intranasal decongestant, indication, side effect, complication

Alamat Korespondensi: DR. Dr. Retno S Wardani, SpT.H.T.K.L.(K), Divisi Rinologi Departemen THT-
KL Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jl. Diponegoro 71
Jakarta. Email: retno.wardani@ui.ac.id.

PENDAHULUAN Oksimetazolin adalah simpatomimetik


Oksimetazolin adalah obat golongan yang secara selektif bekerja pada reseptor
simpatomimetik. yang dikenal juga sebagai adrenergik α1 dan sebagian reseptor adrenergik
obat adrenergik; merupakan golongan α2. Mekanisme aksi oksimetazolin adalah
stimulan yang memiliki efek agonis pada vasokonstriksi karena reseptor adrenergik α1
sistem saraf simpatis dan mengakibatkan banyak terdapat pada pre-sinaptik pembuluh
pelepasan serta aksi nor-epinefrin dan darah, sedangkan lokasi reseptor α2 post-
epinefrin. Hormon epinefrin dan nor-epinefrin sinaptik mengakibatkan vasokontriksi melalui
dikenal juga sebagai adrenalin dan nor- penghambatan pelepasan neurotransmiter.
adrenalin yang disekresi oleh kelenjar adrenal. Vasokontriksi pembuluh darah akan
Aksi utama nor-epinefrin dan epinefrin adalah mengakibatkan hilangnya sumbatan hidung
sebagai perantara respon fight or flight. Aksi melalui 2 mekanisme: 1) melalui terjadinya
lain berupa vasokonstriksi, peningkatan peningkatan lumen saluran napas; 2) melalui
tekanan darah serta akselerasi kecepatan dan penurunan eksudasi yang berasal dari venula
kekuatan kontraksi jantung. Obat adrenergik pasca-kapiler. Secara keseluruhan terjadi
yang memicu dan menghambat efek ini penurunan resistensi aliran udara hidung
dikenal sebagai obat simpatomimetik atau sebesar 35,7% dan penurunan 50% produksi
simpatolitik.1-3 eksudat yang berasal dari aliran darah
mukosa.1-3
Simpatomimetik yang beraksi pada
reseptor adrenergik dapat bekerja secara Kongesti hidung adalah persepsi
langsung atau tidak langsung seperti melalui berkurangnya aliran udara hidung atau
aktivasi reseptor pasca-sinaptik, menghambat sensasi rasa penuh pada wajah, mencakup
pemecahan dan penggunaan neurotransmiter berbagai mekanisme yang mendasarinya.
tertentu atau menstimulasi produksi dan Inflamasi mukosa termasuk edema jaringan,
pelepasan katekolamin. Sehubungan eksudasi plasma dan vasodilatasi terjadi
dengan sifat obat simpatomimetik yang akibat kontribusi mediator inflamasi dan
dapat meningkatkan tekanan darah dan neurogenik. Inflamasi mukosa adalah
meningkatkan irama jantung, maka obat ini mekanisme patofisiologi utama pada kongesti
dapat digunakan untuk asma bronkial, syok hidung termasuk peningkatan pelebaran vena,
dan henti jantung.1-3 peningkatan sekresi dan edema jaringan,
dan selanjutnya akan menyempitkan pasase
hidung melalui terjadinya vasodilatasi,

172
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

peningkatan aliran darah dan peningkatan rinitis alergi, rinitis kronik, dan polip hidung.
permeabilitas vaskuler. Dampaknya adalah Program pencegahan resistensi antibiotik
pelebaran vena sinusoid hidung, edema bagian juga dapat ditingkatkan dengan kesadaran
anterior konka inferior dan hambatan aliran untuk mengobati gejala sumbatan hidung
udara hidung, yang akan mengakibatkan rinosinusitis akut akibat infeksi virus.
terjadinya keluhan hidung tersumbat, hidung Pemahaman mengenai peran dekongestan
buntu atau hidung mampet. 1-3 Indikasi seperti oksimetazolin, dapat membantu
penggunaan oksimetazolin terutama untuk mengubah pola pikir dan meningkatkan
mengatasi kongesti hidung, karena efek kesadaran dalam menulis resep yang
vasokonstriksi bekerja dalam beberapa detik lebih rasional, yang mengutamakan terapi
sampai beberapa menit, dengan durasi aksi simtomatik dan mengkhususkan pemberian
lebih dari 12 jam. antibiotik untuk kasus tertentu saja.
Oksimetazolin juga dapat dimanfaatkan
Kongesti hidung juga dapat terjadi
untuk mempertahankan lapang pandang
akibat respon neurologik yang melibatkan
endoskop pada saat operasi bedah sinus
sistem neurotransmiter. Persarafan mukosa
endoskopik melalui mekanisme hemostatik
hidung yang berasal dari sistem sensorik,
untuk mengurangi atau mengatasi perdarahan
parasimpatis dan simpatis berkontribusi
yang terjadi. Efek samping serta komplikasi
terhadap refleks aktivasi kelenjar atau
oksimetazolin juga akan dibahas. Rangkuman
inflamasi neurogenik. Persarafan sensorik
dan rekomendasi yang dihasilkan merupakan
akan memicu sensasi hidung gatal dan
hasil diskusi intensif dari panitia adhoc kajian
merupakan saraf aferen untuk refleks motorik,
oksimetazolin yang dibentuk oleh Kelompok
seperti bersin. Refleks parasimpatis dan
Studi Rinologi Indonesia.
simpatis memengaruhi fungsi kelenjar dan
vaskuler hidung. Fungsi neuronal dapat secara
berkepanjangan meningkat regulasinya dan
Tingkat keamanan oksimetazolin serta
mengakibatkan inflamasi mukosa. Keadaan
efeknya pada mukosa hidung dan aliran
ini dapat menyebabkan reaksi hiper-responsif
darah mukosa hidung
persarafan dan inflamasi neurogenik, yang
diduga berasal dari pelepasan peptida-peptida Obat dekongestan hidung seperti
golongan neurotrofin seperti substansi P, oksimetazolin dapat menurunkan aliran
calcitonin gene-related peptide (CGRP), darah mukosa dan tahanan hidung. Dalam
dan neurokinin A yang berasal dari serabut pengamatan selama 8 jam, aliran darah akan
saraf sensorik nyeri nosiseptif. Pelepasan turun 30–40% setiap 6 jam. Profil farmakologi
neuropeptida ini terutama akan menyebabkan masih dipertanyakan, karena pengurangan
vasodilatasi pembuluh darah, sehingga aliran darah hidung mungkin tidak memiliki
menambah kongesti hidung. Mekanisme kegunaan pada infeksi saluran napas atas.1-3
molekuler yang mendasari reaksi hiper- Penurunan volume basal terukur pada konka
responsif tidak sepenuhnya dipahami, tetapi inferior dan konka media menunjukkan
diduga melibatkan aksi neurotrofin pada perubahan bermakna 1, 8, 10, 11, dan 12
serabut aferen saraf sensorik. Kerjasama jam sesudah penggunaan oksimetazolin
antara aksi molekul dan proses patologik berdasarkan pemeriksaan MRI.4 Instrumen
yang distimulasinya, akan memicu terjadinya computational fluid dynamic (CFD) yang
gejala kongesti hidung.1-3 digunakan untuk mensimulasi perubahan
aliran udara hidung menunjukkan 50%
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini
penurunan tahanan hidung terjadi 9,1 kali
adalah menelusuri dan merangkum indikasi
lebih cepat sesudah 8 jam penggunaan dan 3,2
terkini dari penggunaan oksimetazolin pada
kali lebih cepat sesudah 12 jam penggunaan

173
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

dibandingkan semprot hidung dengan injeksi dunia adalah 6–15%, dan biasanya ditangani
Sham.5 di pelayanan lini pertama. Berdasarkan
bukti yang konsisten, rinosinusitis akut
Oksimetazolin berpengaruh terhadap
akan mengalami resolusi spontan, dan
frekuensi gerakan silia dan memengaruhi
rekomendasi penggunaan antibiotik hanya
waktu transpor mukosiliar. Penelitian
pada rinosinusitis akut bakterial. Namun, fakta
oksimetazolin 0,05% pada subyek sehat
berbicara bahwa lebih dari 80% penderita
dengan menggunakan tes sakarin menunjukkan
rinosinusitis akut mendapat antibiotik di
penurunan frekuensi gerakan silia (cilliary
Eropa dan Amerika, dan masih lebih dari 60%
beat frequency), serta pemanjangan waktu
di negara-negara Asia.8-10
transpor mukosiliar dari 474±21 detik
menjadi 572±41 detik. Walaupun demikian Prevalensi rinosinusitis akut bakterial
peningkatan waktu transpor mukosiliar ini hanya 2%, sedangkan 98% kasus yang
masih dalam batas normal.6 merupakan prevalensi terbesarnya adalah
rinosinusitis akut akibat infeksi virus atau
Benzalkonium klorida merupakan bahan
pasca infeksi virus dengan gejala yang
pengawet yang terkandung dalam komposisi
menetap sampai dengan waktu 12 minggu.8-10
oksimetazolin semprot hidung yang tersedia
Kriteria diagnosis rinosinusitis akut bakterial
di pasaran. Penelitian membuktikan bahwa
lebih sering ditetapkan berdasarkan gejala
benzalkonium klorida sendiri dapat memicu
dan tanda klinik dibandingkan dengan hasil
peningkatan edema mukosa hidung. Pada
pemeriksaan mikrobiologik. Gejala dan tanda
penggunaan selama 28 hari pada penelitian
klinik tersebut: 1) sekret hidung berwarna
30 orang sehat, angka edema mukosa
kuning-kehijauan, dengan perubahan warna
hidung akibat penggunaan oksimetazolin
merupakan tanda yang lebih kuat daripada
lebih berat dibandingkan benzalkonium
perubahan kekentalan; 2) nyeri unilateral pada
klorida. Oksimetazolin juga memicu
wajah atau kepala yang berat dengan skor
peningkatan reaktivitas hidung dibandingkan
Skala Visual Analog lebih dari 7; 3) demam
kelompok plasebo dan benzalkonium klorida.
lebih dari 38 0C; 4) peningkatan marker
Penggunaan jangka panjang oksimetazolin
inflamasi yaitu LED (laju endap darah) dan
memicu sensasi hidung tersumbat akibat
C-reactive protein; 5) terdapatnya “double
edema, hiper-reaktivitas maupun kombinasi
sickening” (perburukan gejala sesudah
keduanya yang merupakan mekanisme
terjadinya gejala yang awalnya ringan).
terjadinya rinitis medikamentosa. Kehati-
Rinosinusitis akut bakterial ditegakkan
hatian harus dipertimbangkan karena bahan
berdasarkan adanya 3 kriteria positif dari
pengawet benzalkonium klorida dalam obat
5 gejala dan tanda tersebut. Pemeriksaan
semprot dekongestan dapat memperberat
bakteriologik maupun pemeriksaan foto
rinitis medikamentosa.7
polos sinus tidak direkomendasikan dalam
menegakkan diagnosis rinosinusitis akut
Peran oksimetazolin untuk pencegahan bakterial.8,9
peresepan antibiotik pada rinosinusitis Tinjauan sistematik menunjukkan bahwa
akut rinosinusitis akut yang ringan akan membaik
Rinosinusitis akut adalah kondisi infeksi tanpa pemberian antibiotik. Tinjauan Cochrane
akut pada hidung dan sinus dengan gejala tentang penggunaan antibiotik dibandingkan
hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah atau dengan plasebo pada rinosinusitis akut dewasa
rasa tertekan di wajah dan gangguan penghidu dari 10 penelitian dengan bias risiko rendah
pada dewasa, atau batuk pada pasien anak. melibatkan 2450 subyek, mendapatkan bahwa
Angka prevalensi di berbagai tempat di antibiotik tidak memberikan manfaat yang

174
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

berarti; antibiotik hanya mempercepat waktu mudahnya antibiotik diperjualbelikan di


penyembuhan sebanyak ½ hari dibandingkan mana-mana dan kurangnya kesadaran akan
plasebo, hanya 5 dari 100 subyek yang ancaman dan masalah resistensi antibiotik di
sembuh lebih cepat dalam 7–14 hari. 8,9 tingkat lokal maupun global.8-10
Indikator number needed to treat (NNT)
Penatalaksanaan tanpa antibiotik pada
melaporkan bahwa diperlukan 18 pasien yang
rinosinusitis akut viral dan pasca viral
harus diterapi antibiotik untuk setiap 1 pasien
adalah pemberian edukasi tentang perjalanan
yang sembuh lebih cepat ½ hari (IK 95%:
alamiah dari penyakit, menentramkan dan
10–115). Efek samping penggunaan antibiotik
meyakinkan pasien bahwa tidak diperlukan
ditunjukkan dengan jumlah pasien yang harus
antibiotik, serta pemberian terapi simtomatik.9
diterapi terhadap terjadinya efek samping,
Terapi lini pertama untuk rinosinusitis akut
yaitu 8 orang (IK 95%: 6–13), dengan efek
viral adalah higiene hidung, yaitu menjaga
samping tersering gangguan gastrointestinal
kebersihan hidung dengan melakukan cuci
(mual, muntah, diare) dan kemerahan wajah,
hidung. Berbagai teknik cuci hidung akan
tetapi tidak terjadi efek samping yang berat.8,9
disajikan dalam tulisan yang lain.
Dengan demikian berdasarkan pertimbangan
keselamatan pasien, dan tidak didapatinya Prevalensi infeksi virus pada
manfaat yang jelas, serta masalah global saluran napas meningkat secara global
tentang resistensi antibiotik, maka Kelompok dan memberikan dampak signifikan pada
Studi Rinologi Indonesia merekomendasikan kesehatan. Virus respiratorik yang tersering
dan menegaskan bahwa tidak dibenarkan adalah Adenovirus, virus Influenza, virus
penggunaan dan peresepan antibiotik pada Parainfluenza, RSV (Respiratory Syncytial
pasien rinosinusitis akut ringan akibat Virus) dan Rhinovirus. Virus adalah patogen
infeksi virus, atau pasca infeksi virus yang yang berbahaya bagi populasi manusia karena
didiagnosis secara klinik. sampai saat ini belum didapatkan terapinya.
Human Rhinovirus (HRV) adalah penyebab
Pemberian antibiotik sebagai usaha
utama rinosinusitis akut/rinitis akut/selesma/
pencegahan komplikasi orbita dan intrakranial
common cold, yang merupakan penyakit
pada kasus rinosinusitis akut adalah pola
infeksi akut tersering pada manusia. Terdapat
pikir yang salah. Laporan kasus serial dari
101 serotipe HRV yang saat ini sudah dapat
rumah sakit tersier menunjukkan bahwa
diidentifikasi. Sembilah puluh persen HRV
komplikasi orbita dan intrakranial terjadi
menggunakan molekul adesi intraseluler
segera pada awal penyakit.8,9 Usaha untuk
(ICAM-1, CD 54) sebagai reseptor selulernya.
menurunkan prevalensi dan keberhasilan
Molekul adesi seluler ini memegang peranan
penatalaksanaan tidak dipengaruhi oleh
penting dalam interaksi sel-sel imunologi
upaya pemberian antibiotik profilaksis. Terapi
dengan sel endotelial, serta dalam rekrutmen
antibiotik profilaksis tidak ada di dalam alur
sel-sel efektor dalam sistem imunitas. Infeksi
penatalaksanaan rinosinusitis akut ringan-
HRV selain mengakibatkan rinosinusitis
sedang dan tanpa komplikasi.8,9
akut/rinitis akut/selesma/common cold juga
Penelitian menunjukkan bahwa berperan dalam terjadinya otitis media,
pemberian antibiotik yang tidak rasional eksaserbasi asma pada anak dan penyakit
pada rinosinusitis akut adalah akibat paru obstruktif kronik, serta merupakan
ketidakmampuan menegakkan diagnosis, predisposisi untuk terjadinya super-infeksi
ketidakmampuan membedakan infeksi oleh bakteri.11
virus dan infeksi bakteri, harapan dan
Pengobatan infeksi virus adalah
persepsi pasien yang menginginkan antibiotik
mengatasi gejala yang ditimbulkannya,
untuk mempercepat kesembuhan penyakit,
tidak ditujukan untuk mengeradikasi virus.

175
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

Mekanisme terjadinya gejala pada infeksi akut/selesma/common cold, menunjukkan


saluran napas atas adalah akibat respons kemampuan oksimetazolin untuk mencegah
inflamasi pejamu dan bukan merupakan akibat replikasi virus pada mukosa nasofaring dan
kerusakan struktur sel pejamu (cytopathic mencegah penyebaran infeksi ke saluran
effect = CPE) akibat invasi virus. Konsep napas bawah.11
ini didukung oleh berbagai pengamatan in
Penelitian tersebut membuktikan
vitro dan in vivo yang menunjukkan bahwa
oksimetazolin memiliki aktivitas anti-HRV
sekret hidung pada saat infeksi HRVdiperkaya
in vitro, dan efek simpatomimetik alfa,
dengan albumin, kinin, IgG, sitokin pro-
selain sebagai terapi simtomatik dapat
inflamasi dan mediator lipid.11 Kondisi ini
juga digunakan sebagai terapi kausatif.
juga disertai dengan infiltrat neutrofil seluler
Indikasi terjadinya penghambatan replikasi,
yang dominan. Dengan demikian terapi
aktivitas, dan penyebaran virus, yang disertai
terhadap selesma ditujukan kepada 3 hal,
dengan efek anti-inflamasi, anti-oksidan,
yaitu: 1) untuk menurunkan dan meringankan
dan mekanisme aksi vasokonstriksi, dapat
gejala-gejala; 2) menurunkan terjadinya
memperpendek gejala hidung tersumbat dan
viral shedding-spreading; 3) menurunkan
rinore pada penggunaan oksimetazolin untuk
efek akibat respon imun. Dengan demikian
rinosinusitis akut viral/rinitis viral/selesma/
pengobatan yang ideal adalah kombinasi
common cold.11
anti-virus dan anti-inflamasi. Dekongestan
topikal termasuk oksimetazolin secara
efektif dapat menurunkan gejala obstruksi Oksimetazolin meningkatkan efektivitas
dan rinore pada rinitis; juga dilaporkan pada steroid intranasal pada rinitis alergi
penelitian in vitro potensi oksimetazolin
untuk menghambat replikasi HRV pada sel Oksimetazolin sebagai dekongestan
yang terinfeksi, efek eradikasi virus sekaligus agonis adrenergik telah terbukti juga
kemampuannya memproteksi sel, serta memiliki efek anti inflamasi. Beberapa
efeknya dalam menekan ekspresi ICAM-1 penelitian telah dilakukan untuk menilai efek
(SC54) yang merupakan reseptor permukaan oksimetazolin sebagai terapi tambahan pada
yang terlibat dalam invasi virus dan respon kasus rinitis alergi. Namun apakah efek lain
inflamasi host. Inhibisi maksimum (81,5%) oksimetazolin ini juga sebagai kontributor
pada CPE (cytopathic effect) yang diinduksi dalam berkurangnya gejala rinitis alergi,
oleh virus dapat tercapai pada penggunaan belum dapat dibuktikan. Pada penelitian yang
200 ug/ml oksimetazolin dan menurunkan dilakukan oleh Baroody dkk12 tahun 2011,
pembentukan plak sebanyak 88%. Plak virus dilakukan pemberian oksimetazolin pada
adalah struktur yang terbentuk pada kultur malam hari, yang diduga akan memberikan
sel dalam media agar, akibat virus yang efek meningkatnya aliran udara dalam kavum
menginfeksi dan menyebabkan terjadinya nasi sehingga pasien akan tidur lebih baik.
replikasi bakteri. Inhibisi CPE, formasi Hal ini dilihat dari skor nasal peak flow yang
plak, dan reduksi titer virus kemungkinan diambil di pagi hari, sebelum dan sesudah
terjadi akibat induksi aktivitas antivirus pemberian oksimetazolin. Pada hasil data
oksimetazolin. Penurunan regulasi dan keseluruhan, ditemukan bahwa didapatkan
ekspresi ICAM-1 yang diinduksi oleh pengaruh yang signifikan pada sebagian
oksimetazolin kemungkinan berhubungan besar gejala rinitis alergi baik pada pagi dan
dengan aktivitas anti-oksidatif yang memicu sore hari, dengan penambahan oksimetazolin
reaksi redoks (reaksi reduksi/oksidasi) bersama flutikason furoat pada pengobatan
dalam sel.11 Pada keadaan ini, pendekatan rinitis alergi.12
kausatif terhadap rinosinusitis akut/rinitis

176
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

Hal utama yang menjadi pertimbangan (100ug/hari) setiap rongga hidung pada malam
pemakaian oksimetazolin sebagai terapi dan pagi hari selama 4 minggu; dibandingkan
tambahan pada rinitis alergi adalah dengan kelompok 2 yang mendapat semprot
kemungkinan terjadinya rinitis medikamentosa hidung flutikason furoat (100 ug/hari) saja
pada pemakaian jangka panjang. Walaupun setiap pagi selama 4 minggu. Sembilan puluh
patofisiologi terjadinya rinitis medikamentosa satu subyek dapat menyelesaikan waktu
masih belum diketahui dengan pasti, namun evaluasi lengkap hingga akhir 4 minggu
secara teori awal perkembangan terjadinya penelitian. Penelitian ini mengkonfirmasi
rinitis medikamentosa adalah hilangnya α dan memperbaiki penelitian sebelumnya,
reseptor pada mukosa kavum nasi akibat bahwa penggunaan oksimetazolin dengan
adanya perubahan mukosa dan epitel.12 kombinasi flutikason furoat menunjukkan
efektivitas, keamanan serta perbaikan gejala
Kombinasi oksimetazolin dengan
sisa dan memperbaiki kualitas hidup pasien
flutikason furoat pada penelitian tersebut
yang berhubungan dengan rinitis alergi
menunjukkan tidak terjadi rinitis
pada populasi India. Kelemahan penelitian
medikamentosa walaupun pada pemakaian
Matreja13 adalah jumlah sampel yang terlalu
8 minggu. Namun pada studi lain, pemakaian
sedikit untuk mengevaluasi adanya efek
lebih dari 8 minggu menunjukkan perubahaan
samping, waktu penelitian yang hanya 4
mukosa dan berkembang menjadi rinitis
minggu serta penggunaan label terbuka
medikamentosa. Pemakaian flutikason furoat
sehubungan dengan keterbatasan dana.
bersamaan dengan oksimetazolin memberi
efek positif melawan efek perubahan mukosa Meltzer dkk,14 tahun 2013 melakukan
hidung akibat oksimetazolin. Anti inflamasi penelitian efektivitas jangka pendek dan
flutikason furoat mencegah perubahan keamanan penggunaan mometason furoat
mukosa dan epitel hidung yang terjadi intranasal ditambah dengan oksimetazolin
akibat oksimetazolin. Hal inilah yang semprot hidung pada 705 subyek berusia
diduga membuat penggunaan oksimetazolin lebih dari 12 tahun dan menderita rinitis
jangka panjang tidak menyebabkan rinitis alergi musiman lebih dari 2 tahun. Subyek
medikamentosa. Penggunaan flutikason dibagi menjadi 4 kelompok yaitu, kelompok
furoat sendiri tanpa kombinasi oksimetazolin 1) mometason furoate (MF) semprot hidung
menunjukkan berkurangnya inflamasi dan 1 kali sehari, 2 semprot per lubang hidung
jumlah sel mast pada mukosa hidung. (200 ug), ditambah oksimetazolin 0,05%
Namun kombinasi dengan oksimetazolin 3 spray per lubang hidung (MF + oksi 3);
menyebabkan efek pengurangan gejala kelompok 2) MF 1 kali/hari + oksi 1 semprot
rinitis alergi lebih cepat dibandingkan hanya per lubang hidung (MF + oksi 1); kelompok
flutikason furoat sebagai terapi tunggal, 3) MF 1 kali/hari; kelompok 4) oksimetazolin
ditunjukkan dengan skor gejala hidung total 2 kali/hari dan plasebo diberikan selama
(total nasal symptom score/TNSS) yang lebih 15 hari, dengan waktu evaluasi 1 minggu.
rendah dan nilai rinometri akustik yang lebih Didapati kombinasi MF + oksimetazolin
besar.12 mengurangi gejala secara signifikan pada
pagi dan malam hari selama hari 1–15 hari
Matreja dkk 13 pada tahun 2012,
dibandingkan dengan oksimetazolin 2 kali
melakukan penelitian dengan membandingkan
per hari, atau plasebo (p<0,002). Sedangkan
2 kelompok subyek penderita rinitis alergi
perubahan sumbatan hidung dari nilai awal
yang dirandomisasi berdasarkan tabel
lebih baik secara bermakna pada penggunaan
random angka. Kelompok 1 mendapat terapi
kombinasi dengan oksimetazolin 2 kali
oksimetazoline tetes hidung (0,05%) selama
sehari. (MF + oksi 3), -0,92; (MF + oksi 1),
1 minggu dan 2 semprot flutikason furoat
-0,8; oksi 2 kali per hari, -1,06 dibanding

177
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

MF 1 kali per hari -0,63 dan plasebo -0,57. terjadi akibat ketidakmampuan steroid
Kombinasi oksimetazolin dan mometason intranasal mencapai jaringan polip dan
furoat 2 kali per hari memiliki efektivitas mukosa hidung secara efektif.
yang lebih bermakna untuk perubahan
Studi terdahulu memperlihatkan
TNSS pada pagi hari, sore hari, efek cepat
terapi kombinasi steroid intranasal dengan
dan segera (instantaeous) secara harian pada
oksimetazolin lebih memberikan perbaikan
periode 1 minggu; oksimetazolin 2 kali per
pada penatalaksanaan rinitis alergi dibanding
sehari lebih unggul daripada plasebo dalam
steroid intranasal saja, karena potensi
minggu ke-1. Efek samping yang dilaporkan
terjadinya onset cepat dekongestan, aktivitas
jumlahnya sedikit dan memiliki kemiripan
anti-inflamasi ditambah perlindungan yang
di antara berbagai obat yaitu epistaksis
diberikan oleh steroid intranasal pada reseptor
ringan dan pemanjangan interval QT. Efek
takifilaksis.12-14
samping yang berat terjadi 1 kasus dari
kelompok mometason furoat 1 kali per hari Pada tatalaksana polip hidung ternyata
yaitu perdarahan esofagus dan 1 kasus dari penggunaan steroid topikal intranasal yang
kelompok plasebo yaitu nyeri dada sekunder dikombinasikan dengan dekongestan topikal
akibat refluks gastroesofagus. Kedua efek intranasal dinilai lebih menguntungkan
samping yang berat ini tidak memerlukan dibandingkan hanya dengan penggunaan
terapi lebih lanjut.14 steroid intranasal secara tunggal saja.
Pemberian kombinasi ini dinilai berguna
Berdasarkan bukti terkini tentang
dalam mengatasi keluhan berupa hiposmia,
penggunaan kombinasi steroid intranasal
peningkatan nasal peak flow, perbaikan
dan oksimetazolin pada rinitis alergi, perlu
transpor mukosiliar, dan reduksi ukuran polip
dilakukan penelitian multisenter di Indonesia
yang kemudian akan menunjang perbaikan
untuk mendapat data lokal di Indonesia
dari kualitas hidup pasien itu sendiri.15
oleh anggota Kelompok Studi Rinologi
bekerja sama dengan Kelompok Studi Keuntungan didapatkan dari mekanisme
Alergi Imunologi dari Perhimpunan Dokter oksimetazolin yang merupakan dekongestan
Spesialis THT Bedah Kepala Leher Indonesia oral dengan masa kerja lama, yang menekan
(PERHATI-KL). edema yang terjadi pada polip hidung
sehingga steroid intranasal dapat masuk pada
lapisan mukosa yang lebih dalam secara lebih
Terapi kombinasi steroid intranasal dan efektif.15 Namun, hal ini masih membutuhkan
oksimetazolin 0,05% pada polip hidung penelitian yang lebih lanjut.
dewasa
Kekurangan dari pemberian terapi
Polip hidung adalah penyakit inflamasi kombinasi ini dapat terjadi keadaan rinitis
kronik pada mukosa sinonasal dengan medikamentosa yang ditandai dengan adanya
etiologi yang masih diperdebatkan tetapi rebound congestion pada penggunaan jangka
terdapat kesepakatan bahwa penyakit ini panjang. Terdapat 2 hipotesis yang mendasari
akan memberikan dampak besar pada terjadinya rebound congestion, yaitu
kualitas hidup penderitanya. Walaupun stimulasi reseptor α2 secara berlebihan yang
steroid intranasal merupakan terapi utama menyebabkan keadaan vasokonstriksi secara
dan memiliki tingkatan pembuktian dan berkepanjangan sehingga terjadi edema
rekomendasi tinggi terhadap gejala dan interstitial. Hipotesis berikutnya adalah adanya
ukuran polip; tetapi kurang lebih 50% penurunan kadar nor-epinefrin endogen yang
penderitanya tidak respons dengan steroid disebabkan karena adanya umpan balik
intranasal. Diduga bahwa kegagalan terapi negatif sehingga akan terjadi dilatasi relatif

178
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

pada pleksus sinusoid dari mukosa nasal. Efek pembedahan. Untuk mencapai kondisi
samping lain yang merugikan dari penggunaan optimal ini, diperlukan persiapan operasi
terapi kombinasi ini dalam jangka panjang, yang baik dan pada saat operasi diperlukan
khususnya dekongestan topikal intranasal dukungan teknik anestesi tertentu serta
berupa gangguan neurologik sentral dan penggunaan vasokonstriktor topikal pada
kardiovaskular, berupa sakit kepala, rasa saat operasi. Vasokonstriktor topikal adalah
mengantuk, hipertensi, takikardia, bahkan obat hemostatik yang baik untuk mencapai
depresi pernapasan, namun insidens yang kondisi optimal pada saat operasi, tetapi
dilaporkan sangat jarang.12 memiliki potensi efek kardiopulmoner
sistemik yang membahayakan pasien. Higgins
Kirtsreesakul dkk15 pada tahun 2016
dkk16 melakukan tinjauan sistematik terhadap
melakukan uji klinik randomisasi tersamar
42 naskah tentang vasokontriktor topikal
ganda dengan kontrol plasebo, pada 2
yang digunakan untuk operasi pada hidung,
kelompok polip hidung, masing-masing
nasofaring dan sinus, dan mendapatkan
terdiri 34 subyek. Kelompok terapi mendapat
32 kasus morbiditas termasuk 5 kasus
oksimetazolin 2 spray per lubang hidung, lalu
mortalitas yang terjadi diduga berhubungan
5 menit kemudian disemprotkan mometason
dengan kokain topikal, kombinasi kokain
furoat 2 spray per lubang hidung; sedangkan
dan epinefrin topikal, epinefrin topikal, dan
kelompok kontrol mendapat terapi plasebo
fenilefrin topikal sebagai vasokontriktor
dan mometason furoat dengan dosis yang
topikal selama pembedahan. Efek samping
sama. Terapi tersebut diberikan 2 kali
yang dilaporkan terjadi akibat penggunaan
sehari selama 4 minggu. Selanjutnya kedua
vasokonstriktor topikal adalah hipertensi
kelompok mendapatkan mometason furoat 2
maligna, krisis hipertensi, syok kardiogenik,
spray per lubang hidung 2 kali sehari selama
iskemi miokard, fibrilasi ventrikel, takiaritmia,
2 minggu. Jadi total waktu pemberian terapi
sinus takikardi, glaukoma dan midriasis pupil.
adalah 6 minggu. Penelitian ini merupakan
Tidak ada laporan kasus morbiditas pada
publikasi pertama tentang kombinasi terapi
penggunaan oksimetazolin topikal maupun
oksimetazolin serta steroid intranasal pada
xilometazolin topikal.
polip hidung hingga diunduh pada 1 Desember
2016, menyimpulkan bahwa oksimetazolin Diperlukan investigasi yang sungguh-
yang diberikan 5 menit sebelum steroid sungguh untuk mencari hubungan kausal
intranasal 2 kali sehari selama 4 minggu, terjadinya reaksi efek samping obat. Metode
dilanjut steroid intranasal selama 2 minggu, yang sering digunakan untuk evaluasi
dapat meningkatkan efektivitas steroid hubungan sebab akibat adalah: 1) efek
intranasal, memperbaiki gejala hidung samping hanya terjadi sementara (temporer
tersumbat, gangguan penghidu, patensi = sine qua non); 2) kekuatan: hubungan yang
hidung, transpor mukosiliar dan ukuran polip lebih kuat lebih mungkin terjadi efek samping
dan tidak terdapat gejala dan tanda rinitis dibandingkan hubungan yang lebih lemah; 3)
medikamentosa.15 konsistensi: obat yang mengakibatkan efek
samping berhubungan dengan efek yang sama
dan terjadi berulang-ulang pada pengamatan;
Kegunaan larutan oksimetazolin 0,05% 4) gradien biologik: hubungan sebab dan efek
pada operasi bedah sinus endoskopik samping yang terjadi mengikuti kurva dosis
Bedah sinus endoskopik memerlukan dan respon; 5) plausibilitas: aksi biologik yang
vasokontriktor topikal agar diperoleh lapang terjadi akibat agen penyebab secara rasional
pandang operasi maksimal karena perdarahan dan/atau mengikuti mekanisme patofisiologi
minimal yang terjadi selama selama masa dapat mengakibatkan efek samping.16

179
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

Publikasi vasokonstriktor topikal yang visualisasi yang adekuat atau hemostasis


mengakibatkan efek samping paling banyak tidak tercapai pertimbangkan dengan kehati-
terjadi dalam waktu sesaat saja (temporer) hatian penggunaan epinefrin 1/2000; 7) untuk
dan mengikuti kriteria plausibilitas; tetapi berat badan lebih dari 40 kg (85 pounds)
sulit dievaluasi kausalitasnya berdasarkan atau lebih dari 17 tahun dapat menggunakan
kriteria kekuatan, konsistensi dan hubungan oksimetazolin dan epinefrin 1/2000; 8) usia
dosis-respon karena sedikitnya jumlah lebih dari 18 tahun pergunakan epinefrin
kasus efek samping dan lemahnya kekuatan konsentrasi 1/2000 atau 1/1000.
penelitian komparatif. Faktor lain yang
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mempengaruhi hubungan sebab-akibat efek
dengan desain uji klinik randomisasi
samping vasokontriktor topikal dalam suatu
dengan jumlah subyek yang mencukupi.
pembedahan adalah adanya faktor perancu,
Sehubungan dengan angka efek samping dari
seperti efek anestesi sistemik, jumlah obat
vasokonstriktor topikal intranasal sangatlah
yang digunakan dan diserap, serta injeksi
rendah, diperlukan jumlah sampel yang cukup
lokal menggunakan obat sejenis. Pada saat
besar.
bedah sinus endoksopik, pengukuran sulit
dilakukan untuk menentukan jumlah obat
yang digunakan karena obat vasokontriktor Efek samping dan komplikasi penggunaan
yang diteteskan pada kapas, kebanyakan oksimetazolin intranasal pada dewasa dan
masih melekat pada kapas dan ditandai anak
dengan kapas yang masih tetap basah pada
saat kapas dipakai maupun saat kapas Ada beberapa hal harus dicermati dalam
dikeluarkan dari lubang hidung.16 penggunaan oksimetazolin yaitu serapan
sistemik yang akan menimbulkan efek alfa
Para ahli bedah pada prinsipnya menyetujui adrenergik perifer.13,17,18 Pada beberapa kasus
pentingnya penggunaan vasokontriktor topikal dikaitkan dengan gejala serangan jantung;
untuk mengurangi perdarahan. Walaupun pada penggunaan lama dapat mengakibatkan
demikian terdapat ketidak-sepakatan insomnia, iritabilitas, dan palpitasi, dan juga
dalam memilih jenis vasokonstriktor. respon takifilaksis dan rebound-congestion
Berdasarkan tinjauan sistematik oleh dapat terjadi pada penggunaan yang tidak
Higgins dkk,16 direkomendasikan protokol tepat.17 Pada dosis tertentu akan memberikan
untuk vasokonstriktor topikal berdasarkan manifestasi neurologik, selain itu pada dosis
profil keamanannya, sebagai berikut: 1) yang cukup besar karena efek akumulasi
fenilefrin topikal sebaiknya tidak digunakan; (tertelan saat pemberian intranasal) akan
2) kehati-hatian perlu dilakukan pada mengakibatkan hipertensi karena efek
penggunaan kokain topikal; 3) hindari vasokontriksi dan takiaritmia bahkan
penggunaan obat penghambat untuk kontrol sampai koma. Efek vasokontriksi tersebut
hipertensi intraoperatif sesudah penggunaan dihubungkan juga dengan sindrom koroner
vasokontriktor topikal; 4) hindari obat akut, spasme arteri koroner sampai stres
anestesi halogen hidrokarbon (misalnya kardiomiopati (kardiomiopati Takotsubo).19
halotan) jika menggunakan vasokonstriktor
topikal; 5) jika memungkinkan, hindari Selain itu serapan sistemik dapat
penggunaan kokain topikal atau epinefrin menstimulasi alfa2-adrenoreseptor
pada pasien dengan riwayat penyakit sentral terutama di locus ceruleus (area di
kardiovaskuler; 6) untuk neonatus atau anak pons serebri), mengurangi aliran sentral
kurang dari 40 kg (85 pounds) atau kurang simpatis. 17-19 Tampilan klinisnya mirip
dari 12 tahun, pertimbangkan penggunaan dengan keracunan opioid atau klonidin seperti
oksimetazolin 0,05% terlebih dahulu. Jika bradikardi, hipotensi, penurunan frekuensi

180
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

nafas, miosis, dan bisa menyebabkan stres bersamaan dengan steroid intranasal.
dan panik. Hipertensi berat ditemukan
pada gejala awal keracunan alfa agonis-1
perifer kemudian diikuti hipotensi dan Kesimpulan dan rekomendasi
bradikardi. Pada kasus overdosis kurang Oksimetazolin adalah dekongestan
dari 1-1,25 ml dari sediaan 0,05% pada anak topikal yang digunakan dalam praktik klinik
kurang dari 6 tahun, golongan imidazolin sehari-hari untuk mengatasi gejala sumbatan
dapat mengakibatkan kematian.18 Terdapat hidung melalui efek agonis pada sistem saraf
penelitian yang menemukan tidak ada simpatis yang mengakibatkan pelepasan serta
perbedaan secara statistik pada denyut aksi nor-epinefrin dan epinefrin pada reseptor
jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas alfa1 dan alfa2 di pembuluh darah.
setelah 1 jam diberikan 1 tetes oksimetazolin
0,025% intranasal pada anak usia 1-12 Pengkajian literatur mendapatkan
bulan.20 berbagai indikasi baru penggunaan
oksimetazolin sebagai berikut:
Pada sediaan 0,025% dosis toksis kurang
dari 2,5-5 ml. Dekongestan topikal golongan 1. Terapi antibiotik empiris ataupun
imidazolin (oksimetazolin) tidak dianjurkan profilaksis tidak diberikan pada
diberikan pada anak di bawah 6 tahun rinosinusitis akut yang disebabkan
karena sangat toksik dan dapat menimbulkan oleh infeksi virus. Oksimetazolin
kematian. Jumlah maksimum yang dapat dapat direkomendasikan sebagai terapi
diberikan dapat diserap dengan baik oleh simtomatik sesudah dilakukan cuci
kedua lubang hidung anak tidak lebih dari 0,15 hidung pada rinosinusitis akut virus
ml tiap lubang hidung, karena dikhawatirkan (Tidak ada data penelitian. Opini ahli.
dengan volume yang lebih akan tertelan dan Level Pembuktian IV. Rekomendasi D).
menimbulkan efek sistemik.18 2. Oksimetazolin dapat meningkatkan
Oksimetazolin memiliki efek efektivitas steroid intranasal dan
sebagai dekongestan yang paling baik sebaliknya steroid intranasal dapat
jika dibanding kortikosteroid intranasal mengeliminasi efek samping
pada penelitian yang dilakukan pemakaian oksimetazolin. Penggunaan secara
selama 28 hari, tetapi dekongestan topikal bersamaan harus dilakukan dengan kehati-
tidak direkomendasikan pada pemakaian hatian, karena hanya menghilangkan
lama karena akan mengakibatkan rinitis gejala sumbatan hidung dan tidak
medikamentosa (rhinopathy). Terjadinya diketahui mekanisme aksi kombinasi
rinitis medikamentosa ini bervariasi pada obat pada patofisiologi rinitis alergi
setiap individu, biasanya akan muncul pada (Tidak ada data penelitian. Opini ahli.
pemakaian hari ketiga sampai minggu ke-6 Level Pembuktian IV. Rekomendasi D).
pada pemakaian terus-menerus.21 3. Terapi oksimetazolin yang diikuti
Efek samping dari oksimetazolin yang oleh steroid topikal intranasal pada
dilaporkan Matreja dkk13 sama seperti yang polip hidung akan memperbaiki gejala
dilaporkan penelitian sebelumnya. Efek sumbatan hidung, patensi hidung,
samping yang tersering ditemukan seperti transpor mukosiliar, dan mengecilkan
mata berair, bersin dan atau rasa terbakar ukuran polip (Uji Klinik Randomisasi
dan menyengat di hidung. Sampai saat ini Tersamar Ganda dengan Kontrol Plasebo.
belum ada laporan gangguan terhadap aksis- Tingkat Pembuktian 1A. Rekomendasi
HPA, pertumbuhan tulang atau terbentuknya A).
katarak serta glaukoma jika diberikan

181
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

4. Oksimetazolin 0,05% dapat digunakan 2. Teixeira MS, Alper CM, Martin BS, Helal N,
sebagai bahan hemostatik dalam bedah Doyle BM, Doyle WJ. Oxymetazoline applied
sinus endoskopik untuk mengurangi topically to the nasal mucosa decreases trans-
mucosal nitrous oxide exchange for the
perdarahan lapangan operasi dan menjaga middle ear. Annals of Otology, Rhinology
lapang pandang endoskop tetap bersih. & Laryngology. 2016 May 1;125(5):400-7.
(Systematic Review. Tingkat Pembuktian
1A. Rekomendasi A). 3. Braun T, Rich M, Berghaus A, Kramer
MF. Effects of oxymetazoline nasal spray
Pasien yang menggunakan oksimetazolin on the nasal cycle assessed by long-
sebagai obat tunggal tidak boleh lebih dari 3 term rhinoflowmetry. Rhinology. 2012
hari secara berturut-turut. Dec;50(4):370-5.

Untuk terapi kombinasi, oksimetazolin 4. Pritchard S, Glover M, Guthrie G, Brum J,


digunakan terlebih dahulu 5 menit sebelum Ramsey D, Kappler G, Thomas P, Stuart S,
steroid intranasal. Jika digunakan dalam Hull D, Gowland P. Effectiveness of 0.05%
oxymetazoline (Vicks Sinex Micromist®)
waktu yang lebih lama daripada yang nasal spray in the treatment of objective
direkomendasikan, maka ada kemungkinan nasal congestion demonstrated to 12 h
bisa terjadi perburukan, perbaikan atau post-administration by magnetic resonance
kembalinya gejala hidung tersumbat; selain imaging. Pulmonary pharmacology &
efek samping yang lain yaitu rasa panas- therapeutics. 2014 Feb 28;27(1):121-6.
terbakar, rasa tertusuk, ingus bertambah, rasa 5. Kishore A, Blake L, Wang C, Ba S, Gross
kering di dalam rongga hidung, bersin, cemas, G. Evaluating the Effect of Sinex®(0.05%
mual, pusing, sakit kepala, gangguan tidur, Oxymetazoline) Nasal Spray on Reduction
dan denyut jantung yang bertambah cepat of Nasal Congestion Using Computational
atau bertambah lambat. Fluid Dynamics. Journal of biomechanical
engineering. 2015 Aug 1;137(8):081011.
Obat sebenarnya adalah racun dalam
dosis yang tepat. Perlu kehati-hatian dalam 6. Zhang L, Han D, Song X, Wang K, Wang H.
Effect of oxymetazoline on healthy human
mengambil keputusan untuk peresepan obat. nasal ciliary beat frequency measured
An ounce of prevention is worth a pound of with high-speed digital microscopy and
cure – Benjamin Franklin. mucociliary transport time. Annals of
Otology, Rhinology, and Laryngology. 2008
Feb;117(2):127-33.
Ucapan terima kasih: Kelompok Studi
Rinologi Indonesia memberikan apresiasi 7. Rubinstein A. Is Afrin (Oxymetazoline)
yang setinggi-tingginya kepada PT Merck A Safe And Effective Drug In Normal,
Tbk, yang telah memberikan dukungan dana Healthy Adults With Reference To Nasal
Congestion And The Nasal Response?
tanpa pamrih (grant) dalam meningkatkan Diunduh pada tanggal 1 Desember 2016.
suasana dan kegiatan ilmiah Rinologi di http://digitalcommons.pcom.edu/cgi/
Indonesia. viewcontent.cgi?article=1074&context=pa_
systematic_reviews.

DAFTAR PUSTAKA 8. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C,


Alobid I, Baroody F, Cohen N, Cervin A,
1. Westfall TC, Westfall DP. Adrenergic agonists Douglas R, Gevaert P, Georgalas C. European
and antagonists. Goodman and Gilman’s The position paper on rhinosinusitis and nasal
Pharmacological Basis of Therapeutics, 12th polyps 2012. Rhinology. Supplement. 2012
ed. Edited by Brunton LL, Lazo JS, Parker Mar(23):3-p.
KL. New York, McGraw-Hill. 2011:277-333.

182
ORLI Vol. 46 No. 2 Tahun 2016 Penggunaan terkini oksimetazolin pada praktik klinik

9. Fokkens WJ, Hoffmans R, Thomas M. Avoid 16. Higgins TS, Hwang PH, Kingdom TT, Orlandi
prescribing antibiotics in acute rhinosinusitis. RR, Stammberger H, Han JK. Systematic
BMJ. 2014 Oct 17;349(g5703):1-3. review of topical vasoconstrictors in
endoscopic sinus surgery. The Laryngoscope.
10. Wa n g D Y, Wa r d a n i R S , S i n g h K , 2011 Feb 1;121(2):422-32.
Thanaviratananich S, Vicente G, Xu G,
Zia MR, Gulati A, Fang SY, Shi L, Chan 17. Barone DA, Krieger AC. A. 45-years old
YH. A survey on the management of acute man with delayed onset of osa events during
rhinosinusitis among Asian physicians. polysomnography. Jurnal Chest, April 2016.
Rhinology. 2011 Aug;49(3):264. E 123-6.

11. Koelsch S, Tschaikin M, Sacher F. 18. Nordt SP, Vivero LE, Cantrell FL. Not
Anti-rhinovirus-specific activity of the just a drop in the bucket—inversion of
alpha-sympathomimetic oxymetazoline. oxymetazoline nasal decongestant container
Arzneimittelforschung. 2007 Jul;57(07):475- increases potential for severe pediatric
82. poisoning. J Pediatrics 2015. 1-2.

12. Baroody FM, Brown D, Gavanescu L, 19. I z u m i Y, D r u g - i n d u c e d Ta k o t s u b o


DeTineo M, Naclerio RM. Oxymetazoline cardiomyopathy. Heart Failure Clin 9 (2013)
adds to the effectiveness of fluticasone furoate 225–31.
in the treatment of perennial allergic rhinitis.
Journal of Allergy and Clinical Immunology. 20. Hite D, Mullen N. Effects of intranasal
2011 Apr 30;127(4):927-34. oxymetazoline on the pediatric population
aged 1 to 12 months: an interim analysis.
13. Matreja PS, Gupta V, Kaur J, Singh S. Annals of Emergency Medicine, 2008-10-01,
Efficacy of fluticasone and oxymetazoline as Volume 52, Issue 4, Pages S165-S165.
the treatment for allergic rhinitis. J Clin Diagn
Res. 2012 Feb;6:85-8. 21. Wallace DV, Dykewicz MS, Bernstein DI,
Blessing-Moore J, Cox L, Khan DA, Lang
14. Meltzer EO, Bernstein DI, Prenner BM, DM, Nicklas RA, Oppenheimer J, Portnoy
Berger WE, Shekar T, Teper AA. Mometasone JM, Randolph CC. The diagnosis and
furoate nasal spray plus oxymetazoline nasal management of rhinitis: an updated practice
spray: short-term efficacy and safety in parameter. Journal of allergy and clinical
seasonal allergic rhinitis. American journal of immunology. 2008 Aug 31;122(2):S1-84.
rhinology & allergy. 2013 Mar 1;27(2):102-8.

15. Kirtsreesakul V, Khanuengkitkong T,


Ruttanaphol S. Does oxymetazoline increase
the efficacy of nasal steroids in treating nasal
polyposis? American journal of rhinology &
allergy. 2016 May 1;30(3):195-200.

183

Anda mungkin juga menyukai