Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
MENGENAI PENDIDIKAN ANTI - KORUPSI

Makalah ini disusun oleh :


1. Tri Wahyu Cahyatini (18334011)
2. Anggit Melvina (18334012)

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepda kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
KEWARGANEGARAAN tentang PENDIDIKAN ANTI KORUPSI.
Makalah ini telah telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.

Jakarta,09 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 6

2.1 Pengertian Korupsi Dan Ditinjau Dari Beberapa Rumusan ............. 6


2.2 Beberapa Definisi Korupsi Ditinjau Dari Beberapa Rumusan ........... 6
2.3 Faktor Atau Aspek Penyebab Korupsi ........................................... 8
2.4 Gerakan Dan Strategi Anti-Korupsi Bagi Mahasiswa .................... 10
2.5 Peranan Mahasiswa Sebagai Anti-Korupsi ............................................ 14

BAB III PENUTUP ...................................................................... 16

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah
dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda
sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah
generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga
karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya.
Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak
melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh budaya
korupsi dari generasi pendahulunya. Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat
yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika
bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman terus bergerak dan
berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan
idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa,
semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahanperubahan atas
keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi
dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus
berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi
ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa
lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan
pemimpin bangsa. Apabila kita menengok ke belakang, ke sejarah perjuangan bangsa,
kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda dimotori oleh para
mahasiswa kedokteran STOVIA. Demikian juga dengan Soekarno, sang Proklamator
Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan mahasiswa. Ketika pemerintahan bung
Karno labil, karena situasi politik yang memanas pada tahun 1966, mahasiswa tampil
ke depan memberikan semangat bagi pelaksanaan tritura yang akhirnya melahirkan
orde baru. Demikian pula, seiring dengan merebaknya penyimpangan penyimpangan
yang dilakukan oleh orde baru, mahasiswa memelopori perubahan yang kemudian
melahirkan jaman reformasi. Demikianlah perjuangan mahasiswa dalam
memperjuangkan idealismenya, untuk memerangi ketidakadilan. Namun demikian,
perjuangan mahasiswa belumlah berakhir. Di masa sekarang ini, mahasiswa
dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar dibandingkan dengan kondisi masa
lampau. Kondisi yang membuat Bangsa Indonesia terpuruk, yaitu masalah korupsi
yang merebak di seluruh bangsa ini.
Mahasiswa harus berpandangan bahwa korupsi adalah musuh utama bangsa
Indonesia dan harus diperangi.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian korupsi dan ditinjau dari beberapa rumusan.


B. Apa faktor atau aspek penyebab korupsi.
C. Apa gerakan dan strategi anti-korupsi bagi mahasiswa.
D. Apa peranan mahasiswa sebagai antikorupsi.

1.3 TUJUAN

A. Mengetahui pengertian korupsi dan ditinjau dari beberapa rumusan.


B. Mengetahui faktor atau aspek penyebab korupsi.
C. Mengetahui gerakan dan strategi anti-korupsi bagi mahasiswa.
D. Mengetahui peranan mahasiswa sebagai antikorupsi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KORUPSI DAN DITINJAU DARI BEBERAPA RUMUSAN

A. Pengertian Korupsi Pengertian korupsi menurut hukum positif (UU No 31 Tahun


1999 No UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
adalah perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara. Penyebab terjadinya korupsi bermacam-
macam dan banyak ahli mengklasifiksikan penyebab terjadinya korupsi. Salah
satunya Boni Hargen, yang membagi penyebab terjadinya korupsi menjadi 3 wilayah,
yaitu:
1. Wilayah Individu Dikenal sebagai aspek manusia yang menyangkut moralitas
personal serta kondisi situasional seperti peluang terjadinya korupsi termasuk
di dalamnya adalah faktor kemiskinan.
2. Wilayah Sistem Dikenal sebagai aspek institusi/administrasi. Korupsi
dianggap sebagai konsekuensi dari kerja sistem yang tidak efektif. Mekanisme
kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah sistem memberi peluang terjadinya
korupsi.
3. Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem Dikenal dengan aspek sosial
budaya, yang meliputi hubungan antara politisi, unsur pemerintah dan
organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga kultur masyarakat yang
cenderung permisif dan kurang perduli dengan hal-hal yang tidak terpuji.
Disamping itu terjadinya pergeseran nilai, logika, sosial, dan ekonomi yang
ada dalam masyarakat.

B. Definisi Korupsi Ditinjau dari Beberapa Rumusan Dalam Oxford English Dictionary
(OED) makna korupsi dikategorikan dalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Secara fisik : misalnya perbuatan pengrusakan atau dengan sengaja
menimbulkan pembusukan dengan tindakan yang tidak masuk akal serta
menjijikan.
2. Moral : bersifat politis yaitu membuat korup moral seseorang atau bisa berarti
fakta kondisi korup, dan kemerosotan yang terjadi dalam masyarakat.
3. Penyelewengan terhadap kemurnian : seperti misalnya penyelewengan norma
sebuah lembaga sosial tertentu, adat istiadat dan seterusnya. Perbuatan ini
tidak cocok atau menyimpang dari nilai kepatutan kelompok pergaulan.
Penggunaan istilah korupsi dalam hubungannya dengan politik diwarnai oleh
pengertian yang termasuk kategori moral.

6
2.2 BEBERAPA DEFINISI KORUPSI DITINJAU DARI BEBERAPA RUMUSAN
YANG ADA ANTARA LAIN:

A. Rumusan korupsi menurut perkembangan ilmu ilmu sosial Kelompok terbesar


penulis ilmu-ilmu sosial mengikuti rumusan OED atau mengambil salah satu
bentuk kategori dasar yang telah disebut para ilmuwan sosial pada umumnya
mengaitkan definisi mereka tentang korupsi, terutama ditujukan pada kantor
pemerintahan (instansi atau aparatur), sedangkan kelompok yang lebih kecil
mengembangkan definisi yang dihubungkan dengan permintaan dan penawaran
serta menekankan pada konsep-konsep yang diambul dari teori-teori ekonomi, dan
sebagian lagi membahas korupsi dengan pendekatan kepentingan masyarakat.

B. Rumusan yang menekankan pada jabatan dalam pemerintahan Definisi korupsi


yang berkaitan dengan konsep jabatan dalam pemerintahan terlihat di dalam karya
tiga pengarang sebagai berikut yaitu: a. Menurut Barley, perkataan korupsi
dikaitkan dengan perbuatan penyuapan yang berhubungan dengan
penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan
dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi.

C. Menurut Mc.Mullan, seseorang pejabat pemerintah dikatakan korup apabila ia


menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang
ia bias lakukan dalam tugas jabatannya, padahal ia selama menjalankan tugasnya
seharusnya tidak boleh berbuat demikian. c. Menurut S.Nye, korupsi sebagai
perilaku yang menyimpang dari kewajiban-kewajiban normal suatu peranan
jawatan pemerintah, karena kepentingan pribadi (keluarga, golongan, kawan
akrab), demi mengejar status dan gengsi atau pencari pengaruh bagi kepentingan
pribadi.

D. Rumusan korupsi yang dihubungkan dengan teori pasar Perumusan ini


dikembangkan oleh para ahli sebagai berikut: a. Jacob Van Klaveren,
mengemukakan bahwa seorang pengabdi Negara (pegawai negeri) yang berjiwa
korup, menganggap kantor jabatannya akan diusahakan semaksimal mungkin.
Besarnya hasil yang ia peroleh tergantung pada situasi pasar dan kepandaianya
untuk menemukan titik hasil maksimal permintaan masyarakat. b. Robert Tilman,
berkeyakinan bahwa korupsi meliputi suatu pergeseran dari model penentuan
harga yang diperintahkan ke model pasaran bebas. Mekanisme yang dipusatkan
menjadi cita-cita birokrasi modern yang dapat dipecah kedalam ketidaksamaan
yang serius antara penawaran dan permintaan. Para langganan akan mengambil
resiko yang sudah diketahui dan membayar harga yang lebih tinggi agar terjamin
untuk memperoleh keuntungan yang dicita citakan.

E. Rumusan yang berorientasi pada kepentingan umum a. Carl J. Friedrich, misalnya


mempertahankan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada apabila seorang
pemegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu, seperti

7
pejabat yang bertanggung jawab melalui uang atau semacam hadiah lainya yang
tidak diperbolehkan oleh undang- undang (secara tidak sah), membujuk untuk
mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah dan
dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum.

F. Arnold A. Regan dan D. Lasswell, mempertahankan bahwa suatu perbuatan yang


korup menodai pertanggungjawaban bagi sedikitnya satu sistem dari tertib umum
atau warga negara dan sudah tentu bertentangan dengan sistem tersebut. Sistem
yang mengutamakan kepentingan umum atau warga negara lebih mengagungkan
kepentingan umum diatas kepentingan khusus dan perkosaan terhadap
kepentingan umum untuk memperoleh manfaat tertentu bagi dirinya adalah
korupsi. Keempat rumusan korupsi tersebut, pada giliranya mewarnai perumusan
dalam undang undang pidana korupsi suatu negara tertentu. Namun setiap negara
mempunyai perumusan masing masing tentang tindak pidana korupsi, walaupun
pada prinsipnya mempunyai unsur unsur yang hampir sama. Dari pendapat para
ahli diatas korupsi merupakan kejahatan yang luar bisa karena kejahatan ini
mengakibatkan dampak begitu serius di berbagai sektor dan apabila dibiarkan
terus menerus akan menjadi kejahatann yang biasa karena pelaku menganggap
kejahatan ini sudah lumrah dan hal yang biasa. Untuk itu harus dicegah sedini
mungkin agar tidak menjadi kejahatan yang turun temurun bagi generasi
selanjutnya.

2.3 FAKTOR ATAU ASPEK PENYEBAB KORUPSI

Menurut Yamamah, ketika perilaku konsumtif dan materialistic masyarakat


serta sistem politik yang masih mendewakan materi maka dapat memaksa terjadinya
permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009). Nur Syam (2000) memberikan
pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena
ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya.
Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang
salah dalam mengakses kekayaan. Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi
karena faktor politik, hukum, ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran
Parlemen dalam Membasmi Korupsi yang mengidentifikasikan empat factor
penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi
serta faktor transnasional.

A. Faktor Faktor Penyebab Korupsi :

1. Faktor Politik Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan bahkan ketika meraih dan mempertahankan
kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level pemerintahan adalah

8
dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan,
pencurian barangbarang publik untuk kepentingan pribadi, disebabkan
suatu hal yang disebut konstelasi politik. Sementara menurut De Asis,
korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan
anggota legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif, dana illegal untuk
pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara
illegal dan teknik lobi yang menyimpang (De Asis: 2000). Dapat
dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan)
ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan dan
pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari
aspek perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum.
Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan
yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelastegas sehingga
menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain,
sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga
tidak tepat sasaran, dan sebagainya, memungkinkan peraturan tidak
kompatibel dengan realitas di masa mendatang akan mengalami resistensi.
Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi bagi berbagai
kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima
hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.

3. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab


terjadinya korupsi. Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang
tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena
dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya dilakukan orang untuk
memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya dilakukan oleh
komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup. Namun di
saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro: 2004). Pendapat lain menyatakan kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri merupakan faktor paling menonjol
menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia. Dari keinginan pribadi
untuk keuntungan yang tidak adil, ketidakpercayaan sistem peradilan,
banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen termasuk
warga biasa, terlibat dalam perilaku korup.

4. Faktor Organisasi Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab


terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi: a. Kurang
adanya teladan dari pimpinan b. Tidak adanya kultur organisasi yang
benar c. System akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai d.
Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Melalui

9
tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang
segala kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan
dalam kerangka organisasi. Tujuan organisasi dapat berfungsi
menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi anggotanya. Tujuan
organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara dalam
kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur
dalam menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila
anggotanya bersedia mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah
laku (yang normatif), sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama
mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan yang telah
ditentukan.

2.4 GERAKAN DAN STRATEGI ANTI-KORUPSI BAGI MAHASISWA

A. Gerakan Anti Korupsi Bagi Mahasiswa Meluasnya korupsi hingga ke tatanan


struktural masyarakat yang terendah atau semakin besarnya kuantitas dana
yang dikorupsi menjadi peringatan bahwa daya perlawanan terhadap korupsi
harus ditingkatkan. Beriringan dengan itu, lembaga yang memiliki otoritas
untuk memberantas korupsi secara hukum mulai diperlemah. Kekuatan
hukum untuk mengekang korupsi menjadi bias akibat pertarungan yang justru
terjadi di badan inter-pranata dalam penegakkan hukum tersebut. Di sinilah
dibutuhkan suatu daya sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga
mampu menuntut pemberantasan korupsi secara tegas dan sigap. Di sisi lain,
mahasiswa sebagai generasi muda perlu dipersiapkan sebagai penerus
kepemimpinan bangsa. Karena, pejabat yang kini bergelimangan harta hasil
korupsi bisa jadi dulunya adalah mahasiswa yang berteriak lantang tentang
integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan karakter anti-korupsi
harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan budaya masyarakat
muda yang secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari internalisasi
kultural yang berpengaruh hingga personal, diharapkan mampu membentuk
generasi anti-korupsi yang bertahan sejak dini hingga ketika menjabat di
kepemimpinan bangsa kelak.

B. Dilatar belakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan anti-
korupsi bagi mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural dan
kultural. :

1. Gerakan Struktural Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang


reaktif terhadap isu dan melibatkan massa dalam jumlah besar dalam
pelaksanaannya. Makna struktural diartikan sebagai satu komponen di
dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi
tertentu. Jadi, gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti
memberikan satu aksi atau reaksi terhadap isu tertentu yang ditujukan

10
kepada pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dalam penyelesaian
isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah:
a. Memberikan pernyataan sikap pemuda
b. Memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait
c. Menampilkan propaganda dan pencerdasan kepada public
d. Menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat
perlawanan terhadap korupsi. Salah satu bentuk dari gerakan
struktural ini adalah aksi dan unjuk rasa terkait kasus korupsi
tertentu.

2. Gerakan Kultural Gerakan kultural bertujuan untuk:


a. Memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk nyata anti-
korupsi di dalam kemahasiswaan
b. Menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini
c. Membentuk karakter generasi anti-korupsi. Berbeda dengan
sebelumnya, gerakan kultural ini cenderung bersifat aktif, sehingga
gerakan yang dilakukan tidak bergantung terhadap isu yang ada.

C. Beberapa model gerakan yang dapat dilakukan pada klasifikasi kultural


diantaranya:
a. Propaganda Integritas Akademik, salah satu bentuk kecil korupsi
adalah kecurangan akademik. Untuk itu, sebagai pemupukan
budaya anti-korupsi, perlu ditingkatkan propaganda integritas
akademik bagi mahasiswa. Upaya ini adalah untuk mencegah
bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-
kecurangan kecil yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas
akademik di kemahasiswaan.
b. Pemahaman Korupsi dalam Pemerintahan Mahasiswa (Student
governance), dalam hal ini mahasiswa diberikan pemahaman
tentang definisi korupsi secara luas dan bagaimana cara
pencegahannya. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh bentuk
korupsi di dalam organisasi kemahasiswaan sebagai satu upaya
pemupukan kesadaran untuk tidak melakukan tindakan korupsi
dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan pemahaman yang
ada tentang jenis korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi
kemahasiswaan, diharapkan penyelenggaraan kelembagaan yang
bersih dari korupsi mulai dipraktikkan oleh mahasiswa sejak dini.
c. Propaganda Anti-Korupsi Mahasiswa Propaganda anti-korupsi
mahasiswa diterapkan dengan memberikan aksentuasi pada peran
mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan. Bahwa sebagai
generasi penerus yang mengharapkan kondisi negara yang bersih,
maka mahasiswa harus mampu menjaga kebersihan perilakunya
dari tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran

11
sebagai generasi penerus serta menumbuhkan mental anti-korupsi
secara permanen. Mekanisme pembudayaan yaitu dengan cara
pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-ajang yang
melibatkan mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran
utama dari gerakan ini adalah timbulnya kesadaran untuk
mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku kuliah
hingga bangku pemerintahan.

D. Strategi Anti-Korupsi Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah.


Dari pengalaman Negaranegara lain yang dinilai sukses memerangi korupsi,
segenap elemen bangsa dan masyarakat harus dilibatkan dalam upaya
memerangi korupsi melalui cara-cara yang simultan. Upaya pemberantasan
korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:
a. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,
b. Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara
bersamaan,
c. Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu sampai
hilir (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
aspek kuratifnya) dan meliputi berbagai elemen. Sebagaimana
Hong Kong dengan ICAC-nya, maka strategi yang perlu
dikembangkan adalah strategi memerangi korupsi dengan
pendekatan tiga pilar yaitu:
1. Strategi preventif adalah strategi upaya pencegahan
korupsi melalui perbaikan system dan prosedur dengan
membangun budaya organisasi yang mengedepankan
prinsipprinsip fairness, transparency, accountability &
responsibility yang mampu mendorong setiap individu
untuk melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.
2. Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi
melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum
terhadap para pelaku korupsi.
3. Sedangkan strategi edukatif adalah upaya
pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat
untuk berperan serta memerangi korupsi dengan sesuai
dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing.
Kepada masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai
kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap korupsi
melalui pesan-pesan moral. Selain mengenal
karakteristik korupsi, pengenalan diri diperlukan untuk
menentukan strategi yang efektif yang akan digunakan.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, mahasiswa harus
menyadari siapa dirinya, kekuatan dan kemampuan apa
yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk
menghadapi peperangan melawan korupsi. Apabila kita

12
menilik ke dalam untuk mengetahui apa hakekat dari
mahasiswa, maka kita akan mengetahui bahwa
mahasiswa mempunyai banyak sekali sisi. Disatu sisi
mahasiswa merupakan peserta didik, dimana mahasiswa
diproyeksikan menjadi birokrat, teknokrat, pengusaha,
dan berbagai profesi lainnya. Dalam hal ini mahasiswa
dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Hal
tersebut disebabkan kecerdasan intelektual tidak dapat
mencegah orang untuk menjadi serakah, egois, dan
bersikap negatif lainnya. Dengan berbekal hal-hal
tersebut, mahasiswa akan dapat menjadi agen
pembaharu yang handal, yang menggantikan peran-
peran pendahulunya di masa yang akan datang akan
dapat melakukan perbaikan terhadap kondisi yang ada
kearah yang lebih baik. Di sisi lain, mahasiswa juga
dituntut berperan untuk melakukan kontrol sosial
terhadap penyimpangan yang terjadi terhadap sistem,
norma, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Selain itu, Mahasiswa juga dapat berperan dalam
mempengaruhi kebijakan publik dari pemerintah.

13
2.5 PERANAN MAHASISWA SEBAGAI ANTIKORUPSI

Pada dasarnya usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi


tanggungjawab lembaga Negara saja yang dalam hal ini lembaga penegak hukum
khususnya KPK, akan tetapi usaha pemberantasan merupakan tanggungjawab semua
warga masyarakat Indonesia, oleh karena perbuatan koruptif telah masuk dalam
semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanggungjawab usaha pemberantasan
korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi tangungjawab penegak hukum saja tapi juga
menjadi tanggungjwab setiap elemen masyarakat khususnya kaum muda yang
merupakan generasi penerus bangsa dan Negara. Peranan pemuda dalam usaha
pemberantasan korupsi di Indonesia sangatlah penting peranannya. Pemuda
merupakan the high human capital of Indonesia untuk masa depan Indonesia merdeka,
oleh karena itu, pemuda (young) harus mulai mengambil peran dalam setiap usaha
pembangunan bangsa dan Negara, khususnya usaha pemberantasan korupsi untuk
menciptakan Indonesia yang bersih dari KKN dan untuk Indonesia sejahtera.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pemeberantasan
korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman karakter anti
karupsi kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan.
Di sinilah kaum muda dapat mengambil peranan dalam pemberantasan
korupsi, mereka harus menuntut ilmu dengan giat kemudian diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan terhadap hasil pendidikannya dapat dilakukan sejak
dini, misalnya dengan melakukan aksi-aksi sosial, baik dalam bentuk kerja bakti
terhadap masyarakat atau dengan aksi demonstrasi untuk menyuarakan aspirasinya
kepada pemerintah. Dengan begitu maka pemuda dapat membawa perubahan
terhadap bangsa dan Negara, karena di situlah kekuatan pemuda berada, oleh karena
itu tidak ayal jika mengakatakan bahwa pemuda merupakan the agent of change.
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup setiap
orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus ditaati
dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam
mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan
tersebut dan apa akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan
anti korupsi adalah bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik
yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya
sendiri serta lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab,
berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi.

Berikut adalah peran mahasiswa dalam anti-korupsi :

1. Moralitas Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki


kemampuan interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa
peduli dan rasa bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia
dengan anti-korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya
cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap Negara dan
masyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan korupsi.

14
2. Identifikasi korupsi Mahasiswa fakultas tertentu memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada
masyarakat pada umumnya. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai
standar-standar identifikasi dan analisis korupsi dari segi finansial maupun
hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki
kualitas penegakkan hukum di Indonesia.
3. Pelaporan Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan
korupsi oleh suatu entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi
tersebut kepada pemerintah karena mahasiswa dianggap memiliki suara yang
lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu menekan pemerintah. Selain
itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk melaporkan tindakan korupsi
tersebut karena mereka memiliki pengetahuan akan prosedur dan langkah
hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan
memiliki kemampuan interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi
sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor. Tindakan korupsi
diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya kesadaran dalam
diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak melakukan
korupsi.

Adapun dampak dari korupsi bagi bangsa Indonesia sangat besar dan
komplek. Menurut Soejono Karni, beberapa dampak korupsi adalah:

1. Rusaknya sistem tatanan masyarakat,


2. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,
3. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat.
4. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi,
administrasi, politik, maupun hukum.
5. Yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan,
apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif terhadap
pembangunan.

15
BAB III

PENUTUP

3.2 KESIMPULAN

Tanggung jawab usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi


tangungj awab penegak hukum saja tapi juga menjadi tanggungjawab setiap elemen
masyarakat khususnya kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa dan
Negara. Peranan pemuda dalam usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sangatlah
penting peranannya. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha
pemeberantasan korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman
karakter anti karupsi kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan.

Di sinilah kaum muda dapat mengambil peranan dalam pemberantasan korupsi,


mereka harus menuntut ilmu dengan giat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, dan menyurakan anti-korupsi karena, suara-suara para pemuda kerap kali
merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap
idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada
penguasa, dengan cara mereka sendiri. Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang
bermata dua, di satu sisi, mahasiswa mampu mendorong dan menggerakkan
masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan sistem termasuk didalamnya tindakan
penyelewengan jabatan dan korupsi. Sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa
merupakan faktor penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal
bagi terciptanya kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat
banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/materi-korupsi.html#

http://dokumen.tips/documents/materi-anti-korupsi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

http://r.search.yahoo.com/_ylt=A0LEVoA685pXbgwAAHr3RQx.;_ylu=X3oDMTBy
a3R2ZmV1BHNlYwNzcgRwb3MDNARjb2xvA2JmMQR2dGlkAw--/RV=2/RE=14
69801402/RO=10/RU=http%3a%2f%2facch.kpk.go.id%2fdocuments
%2f10180%2f11243%2fBuku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-Tinggi.pdf
%2f540542da-4060-4029-ae3e-
5e7dedb36d26/RK=0/RS=TzyeMxv06mpXirC4qZstL.M.T30-

17

Anda mungkin juga menyukai