Anda di halaman 1dari 7

HEMATOTORAKS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematotoraks merupakan kondisi yang sering terjadi pada kasus trauma
toraks yang didefinisikan sebagai kumpulan darah di ruang pleura, yang
merupakan ruang antara pleura parietal dan pleura visceral.1
Mekanisme trauma yang paling umum adalah cedera tumpul atau penetrasi
struktur intratoraks atau ekstratoraks yang menyebabkan perdarahan ke dalam
toraks. Perdarahan dapat timbul dari dinding dada, arteri mamaria interkostal atau
internal, pembuluh darah besar, mediastinum, miokardium, parenkim, paru,
diafragma atau perut.1 Kecelakaan kendaraan bermotor di Amerika Serikat
menyumbang 70 hingga 80% dari trauma dada tumpul.2
Trauma dada terjadi pada sekitar 60% dari semua kasus politrauma dan
hematotoraks paling banyak disebabkan oleh trauma dada. Insidensi hematotoraks
akibat trauma di Amerika Serikat mencapai 300.000 kasus per tahun.3
Trauma tersebut juga dapat terjadi spontan akibat kelainan pembuluh
darah, keganasan, kelainan jaringan ikat dan lain-lain. Selain itu juga dapat
merupakan komplikasi prosedur/ iatrogenik.4 Hematotoraks harus dibedakan dari
penyakit lain yang menyebabkan dispnea dan gangguan pernapasan.5
Gejala hematotoraks yang paling umum adalah nyeri dada yang parah dan
sesak napas. Pada saat pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara napas yang
menurun, deviasi trakea, dan dispnea yang dapat mengancam jiwa jika terjadi
ketidakstabilan hemodinamik dan syok hipovolemik.5
Terapi medis yang umum dilakukan berupa resusitasi cairan dan transfusi
darah serta dapat dilakukan pembedahan berupa torakotomi pada pasien dengan
ketidakstabilan hemodinamik akibat hematotoraks masif atau perdarahan aktif. 5
Apabila hematotoraks tidak dievakuasi, maka dapat menyebabkan empiema yang
sering kali membutuhkan pembedahan. Prognosis untuk sebagian besar pasien
dengan hematotoraks terisolasi adalah baik.6
1.2 Tujuan penulisan
Penulisan Grand Case ini bertujuan untuk mengetahui definisi, anatomi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, komplikasi dan prognosis hematotoraks.
1.3 Batasan Masalah
Penulisan Grand Case ini membahas tentang definisi, anatomi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, komplikasi dan prognosis hematotoraks.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan Grand Case ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hematotoraks dapat didefinisikan dengan du acara, yaitu secara
morfologis merupakan kumpulan darah patologis di dalam rongga pleura, antara
pleura parietal dan visceral. Secara klinis, hematotoraks didefinisikan sebagai
cairan pleura dengan hematokrit yang berkisar minimal 25-50% darah tepi.4
Pada kasus hematotoraks yang berlangsung lama karena hemodilusi,
hematotoraks dapat muncul dengan tingkat hematotoraks yang lebih rendah.
Hematotoraks massif didefinisikan sebagai drainase lebijh dari 1500 cc darah
pada pemasangan tabung dada.7
Hematotoraks dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi
hematotoraks traumatik yang diakibatkan oleh trauma baik tumpul maupun
tembus, hematotoraks spontan yang tidak disebabkan oleh trauma dan penyebab
lain serta iatrogenik yang pada umumnya merupakan komplikasi prosedur medis
seperti bedah kardiopulmonal, pemasangan kateter jugular atau subclavian, serta
biopsi paru atau pleura.5
2.2 Anatomi Toraks
Rongga toraks dibagi menjadi tiga kompartemen yaitu mediastinum, dan
dua rongga pleura di setiap sisi. Mediastinum merupakan kompartemen median
yang berisi jantung dan pembuluh darah besar, sedangkan rongga pleura
mengandung paru-paru. Rongga toraks merupakan pelengkap untuk otot-otot
dada, ekstrimitas atas, punggung dan perut.8
Dinding toraks anterior dibatasi oleh sternum dan kartilago kosta, bagian
lateral oleh tulang rusuk dan ruang interkosta, bagian posterior oleh vertebra
torakalis dan diskus intervertebralis, bagian superior oleh membran suprapleural
dan inferior oleh diafragma pernapasan.9
Secara anatomis, paru-paru digambarkan berdasarkan puncak, tiga batas
dan tiga permukaan. Puncaknya terletak di atas kosta pertama, tiga batas meliputi
anterior, posterior dan inferior. Perbatasan anterior paru berhubungan dengan
refleksi pleura dengan takik yang terbentuk karena jantung. Perbatasan inferior
adalah tipis dan memisahkan dasar paru dari permukaan kosta, perbatasan
posterior tebal dan memanjang dari vertebra C7 hingga T10 yang merupakan
puncak paru hingga batas inferior. Tiga permukaan paru yaitu permukaan kosta,
medial dan diafragma.10
Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus sedangkan kiri teridiri dari dua
lobus. Lobus paru kanan dibagi oleh fisura oblik dan horizontal sedangkan lobus
paru kiri hanya memiliki fisura oblik. Lobus akan terbagi menjadi bronkus utama,
bronkus lobaris dan segmental. Hilum (akar) adalah permukaan yang tertekan di
tengah permukaan medial paru-paru yang sebagian besar terdiri dari pembuluh
darah, bronkus, dan pembuluh darah paru, saraf frenikus, kelenjar getah bening,
dan pembuluh bronkial.10
Pembuluh darah yang menyediakan oksigen untuk parenkim paru adalah
arteri bronkialis. Arteri paru utama muncul dari ventrikel kanan dan bercabang
dua menjadi arteri pulmonalis utama kanan dan kiri. Cabang arteri pulmonalis
akan meluas di sepanjang cabang-cabang bronkial dan akhirnya menjadi kapiler di
alveoli. Vena paru menerima darah teroksigenasi dari kapiler alveoli dan darah
terdeoksigenasi dari arteri bronkial dan pleura visceral.10
Sirkulasi bronkial adalah bagian dari sirkulasi sistemik. Arteri bronkialis
kiri muncul sebagai dua (superior dan inferior) dari aorta torakalis. Arteri
bronkialis kanan pada umumnya berasal dari salah satu dari tiga berikut: arteri
interkostalis posterior kanan, dengan arteri bronkialis superior kiri dari aorta atau
langsung dari aorta. Vena bronkial mengumpulkan darah terdeoksigenasi dan
mengosongkan ke dalam vena azygos.10
Paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis yang langsung membungkus paru, bersifat sensitif serta berlanjut
sampai ke hilus dan mediastinum bersama dengan pleura pariental, yang
menempel pada rongga dada, di antara kedua pleura tersebut terdapat rongga
yang disebut kavum pleura. Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan
pembuluh darah dan limfatik. Pada ruang tersebut terdapat aliran cairan,
fagositosis debris, penambalan apabila terdapat kebocoran udara dan kapiler.11
Saraf frenikus yang berasal dari C3,4,5 menginervasi pericardium fibrosa,
pleura viseral dan diafragma. Paru-paru menerima persarafan dari dua sumber
utama yaitu: pleksus pulmonal (kombinasi persarafan parasimpatis dan simpatis)
dan saraf frenikus. Pleksus pulmonal terdiri dari serabut saraf otonom aferen dan
eferen, cabang saraf vagus (parasimpatik) dan simpatik. Persarafan parasimpatis
menyebabkan penyempitan bronkus, pelebaran pembuluh darah paru, dan
meningkatkan sekresi kelenjar sedangkan persarafan simpatis menyebabkan
pelebaran bronkus dan penyempitas pembuluh darah paru.10

Gambar 2.1 Anatomi Toraks

Gambar 2.2 Kavitas (Rongga) Pleura

2.3 Epidemiologi
Hematotoraks ditemukan sekitar 50% pasien dengan trauma tumpul di
dada.12 Hematotoraks paling banyak disebabkan oleh trauma dada dimana trauma
tersebut terjadi pada 60% dari semua kasus politrauma. Insidensi hematotoraks
akibat trauma di Amerika Serikat mencapai 300.000 kasus per tahun.3
Sebuah studi yang dilakukan di Eropa, menunjukkan bahwa 7,4% dari 709
pasien rawat jalan yang datang ke IGD dengan minimal fraktur 1 tulang iga akan
didiagnosis hemothorax dalam 14 hari.13 Data epidemiologi hematotoraks di
Indonesia belum ada sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai