Anda di halaman 1dari 11

Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

PENGARUH METODE KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR TERHADAP


PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA

Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

Prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Palembang1, 2


miming@stikes-aisyiyah-palembang.ac.id1
novyendayni199907@gmail.com2
DOI: 10.36729

ABSTRAK
Latar belakang: Dalam penerapan pelayanan yang mengacu pada patient safety ada beberapa standar
yang perlu diimplementasikan, salah satu standar tersebut adalah penerapan timbang terima
menggunakan komunikasi dengan metode Situation, Background, Assesement and Recommendation
(SBAR). Kerangka komunikasi dengan metode SBAR digunakan pada saat perawat melakukan
timbang terima (handover), pindah ruang perawatan maupun dalam melaporkan kondisi pasien kepada
dokter. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Metode Komunikasi
Efektif SBAR Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Timbang Terima Pasien. Metode: Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualititatif dengan metode Pre Exsperimenal Ekspeimen sedangkan
rancangan penelitian One Grub Design pre intervensi - post intervensi. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari bulan oktober 2019 s.d Januari 2020. Uji normalitas
data dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov, sedangkan analisa bivariatnya mengunakan
uji statistik non parametrik yaitu uji wilxocom. Hasil: Hasilpenelitiandari 30 responden, diketahui
bahwa hasil ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan timbang terima sebelum dan setelah
pelaksanaan komunikasi efektif SBAR dengan nilai p value = 0,000 < nilai α 0,05. Saran: Diharapkan
Meningkatkan pelaksanaan komunikasiefektif SBAR padasaat Timbang Terima yang lebih optimal
khususnya diruang dengan cara berkesinambungan khususnya untuk mengikuti pelatian tentang SBAR
dan Lebih Meningkatkan lagi informasi serta evaluasi terkait dengan pelaksanaan identifikasi pasien.
Kata Kunci: Komunikasi Efektif SBAR, Timbang Terima

ABSTRACT
Background: In the application of services that refer to patient safety there are several standards that
need to be implemented, one of these standards is the application of weighing using communication
with the Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR) Method. The
communication framework using the SBAR method is used when nurses carry out handovers, move
care rooms and report patient conditions to doctors. Objective: The purpose of this study is to
determine the Effect of Effective SBAR Communication Methods on the Effectiveness of the
Implementation of Patient Weighing Acceptance. Method: This study used a qualitative approach
with the Pre-Experiment Experiment method while the One Grub Design research design was pre-
intervention - post intervention. This research was conducted at the Muhammadiyah Hospital in
Palembang from October 2019 to January 2020. The data normality test was carried out by the
Kolmogorov-Smirnov statistical test, while the bivariate analysis used a non-parametric statistical test,
the Wilxocom test. Results: The results of the study of 30 respondents, it is known that the results
have a significant effect between the weighing before and after the implementation of effective SBAR
communication with p value = 0,000 <α value of 0.05. Suggestion: It is hoped to improve the
implementation of effective SBAR communication at a more optimal Weighing and Receiving
System, especially in a room that is sustainable, especially to follow the training about SBAR and
More Improving information and evaluation related to the implementation of patient identification.

Keywords: SBAR Effective Communication, Weigh Accept

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 162


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

PENDAHULUAN pemberian asuhan keperawatan pasien dan


Sasaran keselamatan pasien yang meningkatkan kesinambungan perawat dan
tertuang dalam PMK No. pengobatan maka dapat diwujudkan
1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan baik melalui komunikasi yang
dengan mengacu pada sembilan solusi efektif antar perawat, maupun dengan tim
keselamatan pasien oleh WHO bertujuan kesehatan yang lain (Nursalam, 2015).
untuk mendorong perbaikan spesifik dalam Komunikasi efektif merupakan unsur
keselamatan pasien.Timbang terima pasien utama dari sasaran kesalamatan pasien
termasuk pada sasaran yang kedua yaitu karena komunikasi adalah penyebab
peningkatan komunikasi yang efektif pertama masalah keselamatan pasien
petugas kesehatan. Kesalahan akibat (patient safety). Komunikasi yang efektif
penyampaian timbang terima pada saat yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
pergantian shift akan berakibat pada dan dipahami oleh penerima mengurangi
menurunnya indikator kualitas pelayanan kesalahan dan meningkatkan keselamatan
terutama patient safety suatu rumah sakit pasien.Maka dalam komunikasi efektif
(Fabre, 2010 dalam Manopo, 2012). harus dibangun aspek kejelasan, ketepatan,
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) sesuai dengan konteks baik bahasa dan
Nomor 11 tahun 2017 setiap rumah sakit informasi, alur yang sistematis, dan
wajib mengupayakan pemenuhan sasaran budaya. Komunikasi yang tidak efektif
keselamatan pasien. Sasaran keselamatan akan menimbulkan risiko kesalah dalam
pasien meliputi tercapainya ketepatan pemberian asuhan keperawatan
identifikasi pasien, peningkatan (Supinganto, 2015).
komunikasi yang efektif, peningkatan Kerangka komunikasi efektif terkini
keamanan obat yang perlu diwaspadai, yang digunakan di rumah sakit adalah
kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur tepat komunikasi SBAR, WHO mewajibkan
pasien operasi, pengurangan risiko infeksi kepada rumah sakit untuk menggunakan
terkait pelayanan kesehatan, dan suatu standar yang strategis yaitu dengan
pengurangan risiko pasien jatuh menggunakan metode komunikasi SBAR.
(Permenkes, 2017). Komunikasi SBAR merupakan komunikasi
Dari enam unsur sasaran keselamatan yang terdiri dari 4 komponen yaitu S
pasien yang utama dari layanan asuhan ke (Situation) merupakan suatu gambaran
pasien adalah komunikasi efektif. yang terjadipada saat itu.B (Background)
Menghindari resiko kesalahan dalam merupakan suatu yang melatar belakang

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 163


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

situasi yang terjadi.A (Assesment) pada Sasaran Keselamatan Pasien.


merupakan suatu pengkajian terhadap mensyaratkan agar rumah sakit
suatu masalah. R (Recommendation) menetapkan dan melaksanakan proses
merupakan suatu tindakan dimana komunikasi “Serah Terima” (hand over)
meminta saran untuk tindakan yang benar dan menyusun cara komunikasi yang
yang seharusnya dilakukan untuk masalah efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
tersebut .Komunikasi SBAR dalam dunia dan dapat dipahami penerima (SNARS,
kesehatan dikembangkan oleh pakar 2017). Hand over pasien dirancang sebagai
patient safety dari California untuk salah satu metode untuk memberikan
membantu komunikasi antara dokter dan informasi yang relevan pada tim perawat
perawat.Komunikasi SBAR di desain setiap pergantian shif, sebagai petunjuk
untuk komunikasi dalam situasi beresiko praktik memberikan informasi mengenai
tinggi antar perawat dan dokter untuk kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan,
mengatasi masalah pasien (The Joint rencana perawatan serta menentukan
Commission International, 2010). prioritas pelayanan yang dilakukan secara
Penelitian I Ketut Suardana, Dkk, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
(2015). penelitian ini menunjukkan ada sehingga dapat dipahami, dan akan
hubungan antara metodekomunikasi efektif mengurangi kesalahan, serta menghasilkan
SBAR yang diterapkan dirawat inap peningkatan keselamatan pasien (Rushton,
Griyatama RSUD Tabanan dengan 2010 dalam Santoso, 2018).
efektifitas pelaksanaan timbang terima Fenomena yang dijumpai dalam
(handover) yang menghasilkan ρ value pelayanan keperawatan dirumah sakit
0,000. Nilai koefisien korelasinya adalah terkait dengan komunikasi antar petugas
0,902 yang artinya terdapat pengaruh yang terutama dalam kegiatan timbang terima
kuat dan menunjukkan arah positif. pasien (handover) adalah komunikasi yang
Kerangka SBAR sangat efektif digunakan salah sehingga berdampak salah persepsi,
untuk melaporkan kondisi dan situasi waktu yang lama, isi (content) komunikasi
pasien secara singkat pada saat pergantian yang tidak focus tentang masalah pasien
shift, sebelum prosedur tindakan atau bahkan tidak jarang saat timbang terima
kapan saja diperlukan dalam melaporkan (handover) topik pembicaraan sering
perkembangan kondisi pasien. ngelantur, informasi tidak lengkap
Sedangkan Standar Nasional sehingga perawat harus menanyakan ulang
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 2017 kepada perawat yang bertugas sebelumnya.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 164


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

Situasi ini mengakibatkan pelayanan Komunikasi yang efektif tentang


terlambat bahkan berdampak terhadap informasi klinikal pasien adalah faktor
keselamatan pasien (patient safety). penting untuk memberikan aman dan
(Suprapta, M.A, 2012). berkualitas tinggi. Rumah Sakit
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammadiyah Palembang merupakan
Wahyuni (2014), didapat hasil berdasarkan salah satu rumah sakit swasta di Kota
Paired sample t-test adanya peningkatan Palembang yang berasaskan islam yang
yang bermakna pada mutu operan jaga melayani pasien rawat jalan dan rawat
setelah diberikan pelatihan komunikasi inap. Salah satu ruangan Ahmad Dahlan
SBAR dngan nilai signifikan p =0,000 yang merupakan ruangan pelayanan
(p<0,05). Hal ini dikarenakan Perbedaan keperawataan, penyakit dalam baik laki-
mutu operan jaga yang menjadi lebih baik laki maupun perempuan yang memiliki 26
dari sebelumnya telah diberikan sebuah perawat. Untuk meningkatkan kualitas
perlakuan pelatihan komunikasi SBAR pelayanan dalam hal kelengkapan
pada perawat.Berdasarkan hasil penelitian keperawatan yaitu meningkatkan frekuensi
tersebut perlu dilakukan pelatihan pengawasan dan penilaian, meningkatkan
komunikasi SBAR untuk mendapatkan pelatihan secara berkala, meningkatkan
kualitas pelaksanaan handover yang baik. strategi pengelolaan sumber daya manusia
Pelatihan komunikasi SBAR dapat ( siswantoet al, 2013).
dijadikan solusi untuk mengatasi Berdasarkan uraian diatas maka
kekurangan dalam pelaksanaan handover peneliti tertarik untuk melakukan
terutama komponen B ( background) dan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
A (Assessment). Komunikasi efektif SBAR Terhadap
Hasil penelitian dari Siti Robiah, Pelaksaan Timbang Terima Pasien di
(2015). penelitian Hasil analisis univariat Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit
didapatkan nilai mean pre test-post test Muhammadiyah Palembang“.
15,24 (24,92%). Hasil uji paired t-test juga
menunjukkan adanya peningkatan yang METODE PENELITIAN
bermakna pada kualitas timbang terima Penelitian ini dilakukan dengan
setelah diberikan pelatihan komunikasi metode penelitian menggunakan pre-
SBAR kepada perawat diruang rawat inap eksperiment dengan rancangan One Group
RSI Sultan Agung Semarang, dengan nilai Pretest-postest, yaitu suatu penelitian yang
signigfikansi p=0,001. bertujuan untuk mendapatkan informasi

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 165


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

mengenai Pengaruh Metode Komunikasi atau dampak yang muncul dalam penelitian
efektif SBAR Terhadap Pelaksaan ini adalah self determination. Privacy,
Timbang Terima Pasien di Ruang Penyakit anonimity, confidentiality dan protection
Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah from discomfort.
Palembang Tahun 2020. Uji Statistik dengan mengunakan
Populasi yang diambil pada peneitian statistik parametrik. Sebelum melakukan
ini adalah perawat dalam komuniksi efektif uji statistic terlebih dahulu dilakukan uji
SBAR sebelum dan setelah timbang terima normalitas data untuk mengetahui normal
di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit atau tidaknya data tersebut, yaitu dengan
Muhammadiyah tahun Palembang 2020 uji statistik Kolmogorov-Smirnov
yang telah mendapatkan izin, yang menunjukkan bahwa variabel yang
berjumlah 30 responden. Penelitian ini memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari
dilakukan dari bulan Oktober sampai 0,05 sehingga data dikatakan terdistribusi
dengan bulan Januari 2020. Sedangkan tidak normal. Sedangkan varibel lainnya
proses pengambilan data dari tanggal 10 memiliki nilai signifikansi lebih besar dari
sampai dengan 13 Januari 2020. Dan 0,05 sehingga data dikatakan terdistribusi
sampel penelitian ini menggunakan metode normal. Jadi jika data tetap tidak normal
non probability sampling yaitu yang maka pengolahan data dilakukan dengan
memenuhi Kriteria Insklusi (Untuk uji statistik non parametrik yaitu uji
Perawat pelaksana sift pagi, siang, malam wilxocom.
diruang Ahmad Dahlan Perawat yang tidak
sedang cuti, Bersedia menjadi responden, HASIL PENELITIAN
dan Perawat yang hadir saat operan sift) Hasil Analisa Univariat
dan Kriteria Eksklusi (Tidak bersedia Uji Normalitas Data Responden dengan
menjadikan responden dan Perawat yang Kolmogorov-Smirnov
sedang cuti). Hasil uji normalitas data pelaksanaan
Peneliti menjelaskan tentang aspek Timbang Terima Sebelum dan Setelah
etika dalam penelitian disertai dengan pelaksanaan Komunikasi Efektif SBAR di
penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
terhadap aspek tersebut. Pertimbangan- Muhammadiyah Palembang Tahun 2020
pertimbangan etika yang lazim digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
dalam penelitian ini untuk mengatasi resiko

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 166


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

Tabel 1.
Uji Normalitas Data Responden dengan Kolmogorov-Smirnov
Mean Kolmogorov- Asymp. Sig. (2-
Variabel
/Median Smirnov Z tailed)
Sebelum Timbang Terima 58.53 2.467 0.000
Setelah Timbang Terima 77.0 1.641 0.009

Berdasarkan table 1 diatas diketahui SBAR sebelum pelaksanaan timbang


nilai uji Normalitas Data Responden terima nilai P value = 0.000 dan sesudah
dengan menggunakan Kolmogorov- nilai P value = 0.009. Sehingga data
Smirnov variable komunikasi efektif dikatakan terdistribusi tidak normal.

Tabel 2.
Pelaksaaan Timbang Terima Sebelum pelaksanaan Komunikasi Efektif SBAR
No Sebelum Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak Sesuai 25 83.3

2 Sesuai 5 16.7
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui jumlah responden yang tidak


pelaksaaan timbang terima sebelum sesuai sebanyak 25 responden (83.3%),
pelaksanaan komunikasi efektif SBAR, sedangkan jumlah respon yang sesuai
menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebenyak 5 responden (16.7%).

Tabel 3.
Pelaksaaan Timbang Terima Setelah Pelaksanaan Komunikasi Efektif SBAR
No Setelah Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Tidak Sesuai 4 13,3
2 Sesuai 26 86,7
Total 30

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui jumlah respon yang tidak sesuai


pelaksaaan timbang terima setelah sebanyak 4 responden (13,3%), sedangkan
pelaksanaan komunikasi efektif SBAR, jumlah responden yang sesuai sebenyak 26
menunjukkan bahwa dari 30 responden, responden (86.7%).

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 167


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksaaan
Komunikasi Efektif SBAR
No Komunikasi Efektif SBAR Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Kurang 9 30.0

2 Baik 12 40.0

3 Sangat Baik 9 30.0


Total 30 100.0
Berdasarkan Tabel 4 diatas, Ho ditolak dan jika p value > α (0,05)
menunjukkan bahwa dari 30 responden, maka Ho akan diterima.
diketahui jumlah responden yang Kurang Pengaruh antara Pelaksaaan Timbang
sebanyak 9 responden (30.0%), sedangkan Terima Sebelum dan Setelah
komunikasi Efektif SBAR
jumlah responden yang Baik sebenyak 12
Jumlah responden dalam penelitian ini
responden (40.0%) dan yang Sangat Baik
adalah 30 orang. Pada analisis bivariat ini
sebanyak 9 responden (30.0%).
digunakan untuk mengetahui Pengaruh
Analisis Bivariat antara PelaksaaanTimbang terima sebelum
Pada penelitian ini peneliti
dan setelah komunikasi efektif SBAR
menggunakan Uji statistik yang digunakan
Diruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
adalah Uji Wilcoxon, dengan batas
Muhammadiyah Palembang Tahun 2020.
kemaknaan bila p value ≤ α =(0,05) maka
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5.
Pengaruh Metode Komunikasi Efektif SBAR Terhadap
Pelaksanaan Timbang Terima
Timbang Terima Z P Value Keterangan
Sebelum dan
setelah -4.379 0.000 Signifikan

Berdasarkan tabel 5 data yang wilcoxon signed rank mendapatkan p value


diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa = 0,000 berarti pada ≤ α (0,05).
penelitian ini ada pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan timbang terima PEMBAHASAN
sebelum dan setelah pelaksanaan Pelaksaaan Komunikasi Efektif SBAR
komunikasi efektif SBAR. Hasil uji Dari hasil analisa univariat diketahui
statistik dengan menggunakan uji statistik bahwa pelaksanaan timbang terima

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 168


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

sebelum dan setelah komunikasi efektif keperawatan dapat berjalan dengan


SBAR didapat dari 30 responden. Timbang sempurna (Nursalam, 2016).
terima responden sebelum dilakukan Hasil dari Siti Robiah, (2015).
komunikasi sbar, responden yang tidak penelitian Hasil analisis univariat
sesuai sebanyak 83.3 % dan responden didapatkan nilai mean pre test-post test
yang sesuai sebanyak 16.7 %. Sedangkan 15,24 (24,92%). Hasil uji paired t-test juga
pelaksanaan timbang terima setelah menunjukkan adanya peningkatan yang
komunikasi efektif sbar yang tidak sesuai bermakna pada kualitas timbang terima
sebanyak 13,3% dan responden yang setelah diberikan pelatihan komunikasi
sesuai 86,7% dan sedangkan komunikasi SBAR kepada perawat diruang rawat inap
efektif SBAR terdapat 30 responden terdiri RSI Sultan Agung Semarang, dengan nilai
9 responden kurang 30% 12 responden signigfikansi p=0,001.
baik 40% dan 9 responden sangat baik Peneliti berpendapat bahwa
30%. pelaksanaan timbang terima perawat
Komunikasi SBAR adalah sebelum pelaksaan komunikasi SBAR
komunikasi dengan menggunakan alat kurang dalam menyampaikan keadaan
yang logis untuk mengatur informasi pasien hal ini dikarenakan perawat tersebut
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain tidak menggunakan komunikasi SBAR.
secara akurat dan efisien. Komunikasi Pelaksanaan timbang terima setelah
dengan menggunakan SBAR (Situation, perawat memberikan informasi relevan
Background, Assesment, Recomendation) pada tim perawat setiap pergantian shift
untuk mencapai ketrampilan berfikirkritis, hal ini komunikasi SBAR sangat
dan menghemat waktu (NHS, diperlukan saat timbang terima berkaitan
2012).Timbang terima adalah suatu teknik dengan pasien dan memfasilitasi
untuk menyampaikan dan menerima suatu kelanjutan proses perawatan pasien
informasi yang berkaitan dengan keadaan selanjutan.
pasien. Timbang terima harus dilakukan Pengaruh Metode Komunikasi Efektif
seefektif mungkin dengan menjelaskan SBAR Terhadap Pelaksanaan Timbang
Terima
secara singkat, jelas dan lengkap tentang
Hasil uji statistik dengan
tindakan mandiri perawat, tindakan
menggunakan uji statistik wilcoxon signed
kolaboratif yang sudah dan belum
rank mendapatkan p value = 0,000 ≤ α
dilakukan serta perkembangan pasien pada
(0,05) terlihat ada pengaruh yang
saat itu.Informasi yang disampaikan harus
signifikan rata-rata tentang komunikasi
akurat sehingga kesinambungan asuhan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 169


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

efektif sbar perawat sebelum dan setelah peranan penting dalam menentukan baik
dilakukan komunikasi efektif sbar ini buruknya mutu pelyanan kesehatan di
berarti ada pengaruh Komunikasi Efektif rumah sakit.
SBAR terhadap Timbang Terima diruang Hasil penelitian ini sejalan dengan
Ahmad Dahlan Rumah Sakit penelitian I Ketut Suardana, Dkk, ( 2015).
Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan
Komunikasi efektif berbasis SBAR antara metode komunikasie fektif SBAR
adalah kerangka teknik komunikasi yang yang diterapkan dirawat inap Griyatama
disediakan untuk berkomunikasi antar RSUD Tabanan dengan efektifitas
petugas kesehatan dalam menyampaikan pelaksanaan timbang terima(handover)
kondisi pasien. SBAR merupakan yang menghasilkan ρ value 0,000. Nilai
kerangka yang mudah diingat , mekanisme koefisien korelasinya adalah 0,902 yang
nyata yang digunakan untuk artinya terdapat pengaruh yang kuat dan
menyampaikan kondisi pasien yang kritis menunjukkan arah positif. Kerangka
atau perlu perhatian dan tindakan SBAR sangat efektif digunakan untuk
segera.Permanente, K. (2011). melaporkan kondisi dan situasi pasien
Sesuai dengan teori Permenkes secara singkat pada saat pergantian shift,
Nomor 1691 (2010) dalam program patient sebelum prosedur tindakan atau kapan saja
mengatakan bahwa untuk menjamin diperlukan dalam melaporkan
keselamatan pasien di rumah sakit, perkembangan kondisi pasien..
pelatihan program keselamatan pasien Dari hasil penelitian dan teori yang
merupakan salah satu pelayanan mutu ada, maka peneliti berpendapat bahwa ada
terhadap pasien. Perawat yang kurang pengaruh antara pelaksanaan komunikasi
termotivasi untuk menggunakan teknik efektif SBAR dengan timbang terima. Hal
komunikasi SBAR dapat menyebabkan ini dikarenakan peningkatan dalam
pelayanan kepada pasien kurang baik. menyampaikan informasi keadaan pasien
Penggunaan komunikasi yang tepat dengan tujuan agar menjaga keselamatan
menjadi salah satu sasaran dari program pasien. setelah dilakukan pejelasan tentang
patient safety yaitu peningkatan SBAR perawat dapat mengerti prntingnya
komunikasi yang efektif. Perawat komunikasi sbar dalam timbang terima, da
merupakan tenaga terbanyak dan memiliki peningkatan yag signifikan
mempunyai waktu kontak dengan pasien dibandingkan yang sebelum dlakukan
lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan komunikasi SBAR. Berdasarkan hasil
yang lain, sehingga mereka mempunyai penelitian tersebut perlu dilakukan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 170


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

pelatihan komunikasi SBAR untuk 2. Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR


mendapatkan kualitas pelaksanaan sebanyak 30% berkatagori kurang,
handover yang baik. Pelatihan komunikasi sebanyak 40% berkatagori baik dan
SBAR dapat dijadikan solusi untuk sebanyak 30% berkatagori sangat baik.
mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan 3. Dapat diketahui p – value 0.000 ≤ α 0.
handover terutama komponen B maka keputusan Ho = di tolak, berarti
(background ) dan A (Assessment). ada pengaruh yang bermakna pada
Komunikasi Efektif SBAR terhadap
KESIMPULAN DAN SARAN pelaksanaan Timbang Terima.
Kesimpulan Saran
Dari hasil penelitian yang telah Hasil dari penelitian ini diharapkan
diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik pihak Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, Peneliti menyarankan sebagai
kesimulan sebagai berikut :
berikut.
1. Pelaksanaan Timbang terima responden a. Meningkatkan pelaksanaan komunikasi
sebelum dilakukan komunikasi SBAR, efektif SBAR pada saat Timbang
responden yang tidak sesuai sebanyak Terima yang lebih optimal khususnya
83.3 % dan responden yang sesuai diruang Ahmad Dahlan dengan cara
sebanyak 16.7%. Sedangkan berkesinambungan khususnya untuk
pelaksanaan timbang terima setelah mengikuti pelatian tentang SBAR.
komunikasi efektif SBAR yang tidak b. Lebih Meningkatkan lagi informasi
sesuai sebanyak 13,3% dan responden serta evaluasi terkait dengan
yang sesuai 86,7% pelaksanaan identifikasi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Dewi Mursidah (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal
health & sport.Vol 5(3):646-655
Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient safety
goals.
Joint Comission Resource. Suicide Prevention. (2017). Toolkit for Implementing National
Patient Safety Goal 15A. The Joint Comission on Acreditation of Healthcare
Organization :USA.
Lestari, P dkk.(2016). Hubungan Motivasi Dengan Pelaksanaan Komunikasi Sbar Dalam
Handover (Operan Jaga) Pada Perawat . RSUD Salatiga Kota Salatiga.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 171


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Miming Oxyandi1, Novi Endayni2

National Guidelines/National Standards/Regulatory. (2013). Agency for Healthcare Research


and Quality. Nurse bedside shift report: Implementation handbook.
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta. 2012.
Notoatmodjo. (2014). Metodologi Penelelitian Kesehatan. Jakarta: Edisi : Rineka Cipta :
Jakarta :2012
Nur, H. A., & Santoso, A. (2018). Komunikasi Interprofesional Dalam Peningkatan
Keselamatan Pasien : Systematic Review, 1(1).
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik KeperawatanProfesional
(edisi 5). jakarta: salemba medika.
Nursalam. Manajamen Keperawatan. (2014). Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika Edisi 4.2014.. I.(20-22).
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Ed.7. Jakarta:Salemba Medika.
Permanente, K. (2011). SBAR Technique For Communication: A Situaational Briefing Model.
Evergreen, Colorado, USA, (online), (http://www.ihi.org, diakses 04 November 2019)
Permenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang
keselamatan pasien
Rofii, Muhammad (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam peltihan di
RSUD Tugurego. SEMARANG
Rushton.H.C. (2010). Ethics of Nursing Shift Report.AACN:Advanced Critical care. Ethics in
Critical Care, 21(4), 380–384.
Sudersti. (2015). Hubungan Penggunaan Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan
Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Acces OJS
Sugiyono.(2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Edisi
kelima.Alfabeta:Bandung
Umi hidayah & Hanna Harida. (2014). Peran Komunikasi SBAR dalam Pelaksanaan
Handover diRuang Rawat inap RPPS. Jurnal Acces OJS
Wahyuni. (2014). Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Mutu Operan
Jaga (Hand Over) di Bangsal Wardah RS PKU. Jurnal Acces OJS
.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 172

Anda mungkin juga menyukai