Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ivenia Harindah

Nim: 1801166

Kelas: C

ASAS DIDAKTIK DAN PENERAPANNYA

1. Azas Motivasi

Untuk memperoleh hasil pengajaran yang sebaik-baiknya dalam proses


mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan minta para murid sehingga seluruh
perhatian mereka tertuju dan terpusat kepada bahan pelajaran yang sedang
diajarkan.Guru harus menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik perhatian
murid sebagaimana juga tidak setiap murid menaruh perhatian terhadap pelajaran yang
sama, karena itu muthlak diperlukan kecakapan guru untuk dapat memberikan motivasi
membangkitkan minat dan perhatian murid terhadap bahan pelajaran yang sedang
diajarkan. Motivasi merupakan suatu hal yang sangat urgen yang harus diberikan oleh
seorang guru, sebab tidak semua murid benar-benar siap untuk belajar, banyak factor
yang menyebabkan itu semua diantaranya: masalah keluarga, misalnya orang tua cerai,
perasaan minder karena merasa tidak bisa, tidak betah dan lain sebagainya.

2. Azas Aktifitas

Menurut konsepsi modern, jiwa seseorang bersifat dinamis mempnuyai energi


sendiri dan dapat menjadi aktif bila didorong oleh berbagai macam kebutuhan. Dengan
demikian anak harus dipandang sebagai organisme yang mempunyai dorongan untuk
berkembang. Karena dalam mendidik berarti membimbing anak untuk mengembangkan
bakatnya maka anak itu sendirilah yang harus aktif. demikian pula halnya dalam belajar,
guru harus merangsang keaktipan murid dengan jalan menyajikan bahan pelajaran untuk
kemudahan diolah dan dicernakan sendiri oleh anak sesuai dengan bakat dan latar
belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana anak-anak harus aktif.
Sekarang ini muncul suatu teori pendidikan yaitu pendidikan partisifatif yaitu
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya lebih terpusat pada diri siswa (people
centred), seorang psycholog kelahiran swiss, piaget berpendapat bahwa seseorang anak
berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak tak berfikir. Agar anak berfikir
sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.

3. Azas Apersepsi

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan


lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai
batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan
pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah
diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. Inilah yang dimaksud dengan
apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami apabila
kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan berjalin dengan kesan-kesan lama
yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas.
Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan pelajaran yang akan
diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.

4. Azas Peragaan

Yang dimaksud peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar
dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda
aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan
pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Azas peragaan telah
cukup lama dikenal orang tapi belum sampai pada pengamatan dunia sekitar. Ilmu dan
pengetahuan hanya dicari dari buku-buku, akibatnya sekolah menjauhkan diri dari dunia
penghidupan dan kenyataan, dan menjadi persemaian verbalisme.

Tahun 1600 timbul di Eropa aliran yang disebut realisme. Aliran ini mengarahkan
perhatiannya kepada dunia kenyataan. Pengetahuan harus diperoleh dari dunia realitas
dengan menyelidiki benda-benda itu sendiri. Sejak itu mulailah terjadi peralihan dari
buku kepada alam yang nyata sebagai sumber pengetahuan.

5. Azas Ulangan

Azas ulangan disini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui taraf


kemajuan/hasil belajar murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap
setelah mengikuti program pengajaran sebelumnya. Karena penguasaan akan mudah
sekali terlupakan oleh murid-murid jika hanya dialami sekali saja atau diingat
setengah-setengah, maka pengetahuan yang sering diulang-ulang akan menjadi
pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik.

6. Azas Korelasi

Setiap peristiwa belajar-mengajar adalah menyeluruh, bersegi banyak dan


kompleks. Guru hendaknya tidak memandang anak sebagai sejumlah daya-daya
yang statis melainkan sebagai keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis
yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapau
tujuannya. Dalam menerima pelajaran anak bersifat selektif kemudian bereaksi
mengolahnya. Karena itu mata pelajaran-matapelajaran yang tidak ada hubungannya
satu dengan yagn lain, kurang bermanpaat sebab tidak berdasarkan azas
keseluruhan. Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran guru diharuskan berusaha
menghubungkan dengan bahan yang lein sehingga merupakan suatu mata rantai
yang erat dan mempunyai arti bagi murid.

7. Azas Konsentrasi

Yang dimaksud dengan konsentrasi disini menentukan sesuatu pokok


tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran dalam rangka melaksanakan tujuan
sekolah serta memperhatikan kebutuhan anak dalam lingkungan itu. Hal ini penting
sebagai usaha pemusatan perhatian dan kegiatan para murid dalam mencari jawaban
dari pertanyaan yang timbul serta menemukan cara pemecahan masalah yang sedang
dihadapi.

Langkah-langkah pelaksanaan biasanya melalui 4 tahap:

1. Memilih pokok/Fokus
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Puncak usaha unit
8. Azas Individualisasi
Karena perbedaan pembawaan dan lingkungan pada umumnya meliputi
seluruh pribadi murid seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat,
pendidikan, keadaan rumah, keluarga, kesehatan, usia dan lain sebagainya, maka
tidak ada dua anak yang sama. Mengingat hal tersebut maka pada setiap
pengajaran guru dituntut agar selalu berusaha menyesuaikan bahan pelajaran
yang diajarkan dengan keadaan sifat-sifat, bakat dan kemampuan masing-
masing murid, serta tidak semata-mata bersifat uniform. Prinsif individualitas ini
umumnya masih kurang mendapatkan perhatian di sekolah kita. Kurikulum yang
berlaku masih bersifat uniform.
9. Azas Sosialisasi
Azas sosialisasi sangatlah penting artinya dalam mewujudkan suasana
sosial sehingga anak-anak terdorong untuk belajar lebih tekun, bekerja lebih
cermat dan semangant demokrasi semakin tumbuh. Pengajaran yang hanya
mengutamakan perkembangan individual tidak akan menguntungkan anak dan
masyarakat dimana anak itu hidup.

Usaha-usaha guru dalam melaksanakan azas sosialisasi antara lain:

 Memberi pelajaran berupa tugas-tugas kelompok kepada murid-murid,


misalnya membuat taman percontohan, peternakan, belajar di
laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.
 Menyelenggarakan diskusi panel guna membahas sesuatu masalah atau
kesulitan-kesulitan bahan pelajaran untuk mencari penyelesaian dan
pemecahannya.
 Mengadakan kegiatan sosial seperti pengabdian sosial, pameran sekolah,
karyawisata, porseni dan sebagainya.
10. Azas Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah mengukur/menilai sampai dimana tujuan
pengajaran telah dicapai, baik dari sudut pandang murid maupun dari sudut
guru. Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini mencakup penilaian terhadap
kemajuan/hasil belajar murid-murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan
serta sikap setelah mengikuti program pengajaran. Dengan evaluasi yang tepat,
cermat dan obyektif terhadap hasil belajar murid merupakan cara yang efektif
untuk mengecek kemajuan anak dan sekaligus untuk mempertinggi prestsi
belajarnya di samping menjadi alat pengontrol bagi guru sendiri tentang cara
mengaharnya. Evaluasi yang baik akan membimbing murid dalam menilai serta
memahami pelajaran yang diperoleh disamping juga introspeksi terhadap dirinya
sendiri sehingga membuka jalan untuk mahu dengan tenaga, kesungguhan dan
kepercayaan pada diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai