Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS /


DUKS MIGAS DAN KOMUNIKASI
MARITIM
NO. A-001/I10130/2007-S0

Pengelolaan Pelabuhan Khusus – Manajemen Aset


Pendayagunaan Aset & Teknologi Informasi
Direktorat Umum dan SDM
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 1 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

BAB I
UMUM
A. LATAR BELAKANG
Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran/ transportasi
laut memegang peranan yang sangat penting dan strategis sehingga
penyelenggaraannya dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh
Pemerintah dalam rangka menunjang, menggerakkan dan mendorong pencapaian
tujuan nasional, menetapkan wawasan nusantara, serta memperkokoh ketahanan
nasional.
Untuk menunjang perekonomian nasional, minyak dan gas bumi merupakan
komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku
industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara
sehingga pengelolaannya harus dilakukan seoptimal mungkin agar dapat
dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pertamina adalah BUMN yang didirikan untuk menyelenggarakan usaha di bidang
minyak dan gas bumi baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta kegiatan
usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas
bumi mempunyai tujuan untuk mengupayakan keuntungan dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Selain itu dapat melaksanakan penugasan dari Pemerintah
untuk penyediaan dan pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) keperluan dalam
negeri. Dalam kerangka kegiatan di bidang usaha hulu maupun hilir minyak dan gas
bumi Pertamina memerlukan sarana Pelabuhan bagi penyaluran hasil explorasi dan
produksi, memasok bahan baku kilang (crude dan lain-lain) menyalurkan hasil
produksi kilang, bongkar muat kebutuhan peralatan penunjang, dan sebagai saluran
distribusi ke seluruh tanah air melalui Depot-Depot Pemasaran. Sesuai Regulasi
Kepelabuhanan Nasional, Pelabuhan yang dibangun dan dioperasikan untuk
kepentingan sendiri disebut Pelabuhan Khusus yang merupakan bagian yang tidak
terlepas dari Tatanan Kepelabuhanan Nasional.
Sampai dengan saat ini Pertamina telah membangun dan mengoperasikan 116 lokasi
Pelabuhan Khusus operasi sendiri, mengelola 2 lokasi Pelabuhan Khusus LNG PT
Badak dan PT Arun serta 36 lokasi Pelabuhan khusus milik Kontraktor Kontrak
Kerjasama (KKKS) di bawah pengawasan BP. MIGAS.
Dalam rangka Pengelolaan Pelabuhan Khusus Migas yang memenuhi ketentuan
regulasi nasional dan standar internasional untuk keselamatan pelayaran,
keselamatan bongkar muat, keamanan, kelestarian lingkungan, dan lain-lain maka
perlu disusun suatu Pedoman sebagai panduan bagi Pengelola dan Operator
Pelabuhan Khusus didalam melaksanakan pengoperasiannya.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 2 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

B. TUJUAN
Maksud pembuatan Pedoman ini adalah sebagai acuan bagi Pengelola dan Operator
Pelabuhan Khusus Migas dalam menerapkan prinsip-prinsip Pengelolaan Pelabuhan
Khusus Migas yang mengikuti kaidah kemaritiman nasional maupun internasional,
kelaikan teknis sarana dan fasilitas pelabuhan, memenuhi aspek keselamatan
pelayaran, keamanan dan kelestarian lingkungan dan sekaligus mengusahakan jasa
pelabuhan, jasa komunikasi maritim dan usaha lain penunjang pelabuhan yang
memungkinkan sehingga diharapkan operasional dapat berjalan dengan aman,
selamat, lancar, cepat, menekan biaya semaksimal mungkin dan memperoleh
pendapatan dari pengelolaan jasa pelabuhan dan usaha lain penunjang kegiatan
pelabuhan.
Tujuannya adalah untuk mempermudah bagi para pengelola dan operator Pelabuhan
Khusus Migas dalam rangka melaksanakan kegiatan :
- Perencanaan pembangunan pelabuhan khusus dari aspek operasi, jenis sarana
tambat dengan mempertimbangan Rencana Tata Ruang Wilayah, aspek
kemaritiman, keamanan, keselamatan pelayaran dan kelestarian lingkungan
pelabuhan.
- Pengurusan perijinan yang meliputi ijin penetapan lokasi, ijin pembangunan dan
ijin operasional Pelsus serta persetujuan pengelolaan DUKS.
- Pematuhan regulasi kepelabuhanan nasional dan internasional.
- Operasional Pelsus mengikuti kaidah kemaritiman nasional dan internasional
- Kelancaran proses sandar lepas kapal yang berpijak pada aspek keselamatan
pelayaran.
- Kelancaran proses bongkar muat yang berpijak pada aspek keselamatan
bongkar muat.
- Kehandalan sarana dan prasarana pelabuhan.
- Pelayanan maksimal sehingga waktu tunggu kapal di pelabuhan
(Port Time) lebih singkat.
- Pendapatan dari jasa pelabuhan dan usaha lain secara maksimal.
- Pelayanan jasa komunikasi maritim dan accounting authority.

C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku di lingkungan Pertamina yang memiliki Pelabuhan/Dermaga
Khusus Migas yang ijin operasinya diberikan oleh Pemerintah kepada Pertamina.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 3 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

D. PENGERTIAN
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.
2. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan
pelayanan masyarakat umum termasuk pelabuhan daratan (Dry Port).
3. Pelabuhan Khusus (Pelsus) adalah pelabuhan yang dibangun dan dioperasikan
untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
4. Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) adalah dermaga dan fasilitas
pendukungnya yang berada di dalam DLKR dan atau DLKP Pelabuhan Laut yang
dibangun, dioperasikan dan digunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan tertentu.
5. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) adalah wilayah daratan dan
perairan yang digunakan langsung untuk kegiatan Pelabuhan Umum.
6. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP) adalah wilayah perairan
diluar DLKR perairan Pelabuhan Umum yang dipergunakan untuk menjamin
keselamatan pelayaran.
7. Pengelola Pelsus/DUKS Migas adalah pemegang ijin Operasi
Pelsus/Pengelolaan DUKS Migas, dalam hal ini adalah Direksi Pertamina.
8. Operator Pelsus /DUKS Migas adalah pelaksana kegiatan operasional
Pelsus/DUKS Migas di Unit Operasi.
9. Jasa Pelabuhan adalah pelayanan/jasa yang diberikan oleh pengelola/operator
pelabuhan kepada kapal dalam rangka proses kegiatannya di pelabuhan.
10. Biaya Jasa Pelabuhan adalah biaya yang diperhitungkan dan dibebankan kepada
kapal yang dilayani atas pemakaian jasa pelabuhan.
11. Sarana Pelabuhan adalah alat atau sarana yang secara langsung digunakan bagi
pelayaran atau digunakan kapal untuk masuk dan keluar ke dan dari pelabuhan
termasuk untuk penambatan kapal.
12. Prasarana Pelabuhan adalah alat atau sarana yang secara tidak langsung
digunakan untuk membantu kapal melaksanakan bongkar muat, termasuk fasilitas
penunjang kegiatan pelabuhan.
13. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) adalah sarana yang dibangun atau
terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu
navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan
bahaya dan atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 4 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

14. Telekomunikasi Pelayaran / Komunikasi Maritim adalah setiap pemancaran,


pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara, dan informasi dalam
bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik
lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan
pelayaran.
15. Stasiun Radio Pantai / Pelabuhan (Coast / Port Station) adalah satu-satunya
stasiun radio darat yang dapat dihubungi / menghubungi stasiun radio kapal.
16. Accounting Authority adalah suatu badan yang bertanggung jawab
menyelenggarakan perhitungan jasa telekomunikasi dan menyelesaikan
pembayaran jasa telekomunikasi stasiun-stasiun radio kapal-kapal laut
sehubungan dengan penggunaan fasilitas telekomunikasi dalam dinas bergerak
pelayaran baik nasional maupun internasional.
17. Pekerjaan Pengerukan adalah pekerjaan merubah bentuk dasar perairan untuk
mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material
dasar laut / perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu, dengan
menggunakan instalasi terapung berupa dredger (alat keruk).
18. Pandu adalah petugas berlatar belakang pelaut nautis yang melaksanakan
pemanduan.
19. Alur Pelayaran adalah bagian dari perairan yang digunakan untuk alur masuk dan
keluar kapal dari dan ke pelabuhan khusus/DUKS.
20. Area Berlabuh Jangkar adalah bagian dari perairan sebagai tempat kapal
berlabuh jangkar yang batas perairannya ditetapkan oleh Pemerintah.
21. Kolam Pelabuhan adalah area perairan di depan dermaga untuk olah gerak
sandar/lepas kapal, dan apabila memungkinkan dapat juga digunakan untuk
tempat berputar kapal.
22. Sarana Tambat adalah sarana tempat bertambatnya kapal untuk melaksanakan
bongkar/muat dapat berupa Dermaga/Jetty, Island Berth, Conventional Buoy
Mooring, Single Point Mooring, Multy Buoy Mooring.
23. Sarana Bantu Tambat adalah sarana berupa buoy tambat
di perairan pelabuhan yang digunakan untuk membantu penambatan guna
mengatasi benturan kapal dengan dermaga pada saat kondisi cuaca buruk di
pelabuhan tertentu.
24. Peralatan Bongkar Muat adalah peralatan yang digunakan untuk kegiatan
bongkar/muat dapat berupa Loading Arm, Cargo Hose, sistim pemipaan dan lain-
lain.
25. Pencemaran Perairan Oleh Minyak adalah masuknya atau dimasukannya
minyak ke lingkungan perairan oleh kegiatan manusia sehingga kualitas perairan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan perairan tidak
dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 5 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

26. Tumpahan Minyak Ke Perairan adalah keluarnya minyak ke perairan secara


berlebihan dan tidak terkendali akibat kegagalan operasi, transportasi dan
bencana, yang apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat dapat
menimbulkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan perairan.
27. Peralatan Lindungan Lingkungan Perairan adalah peralatan yang digunakan
untuk Penanggulangan Tumpahan Minyak di perairan, dapat berupa Oil Boom, Oil
Skimmer, Oil Containment Bag/Pollutank/Floating Tank, Oil Dispersant Pump dan
Sprayer Set, Oil Dispersant Chemicals, Oil Sorbent, Oil Coagulant.
28. Shore Reception Facilities adalah fasilitas yang disediakan untuk menampung
limbah kapal atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan pencemaran.
29. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan.

E. REFERENSI
1. Undang-Undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.
2. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
4. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan
Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai.
5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan /
atau Perusakan Laut.
6. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2000 tentang Tarif Atas PNBP Yang Berlaku
di Departemen Perhubungan
7. Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2000 tentang Kenavigasian.
8. Peraturan Pemeritah No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan.
9. Konvensi International Chamber of Shipping “Oil Companies International Marine
Forum (OCIMF)” tahun 1978 - International Maritime Organization (IMO) tentang
The International Safety Guide for Oil Tankers and Terminals (ISGOTT),
Amandement SOLAS 1974 Chapter XI tentang ISPS Code dan Standar
Internasional lainnya.
10. Peraturan Menteri Pertambangan No. 04/P/M/Pertmb/1973 tanggal 22 Maret 1973
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Perairan Dalam Kegiatan
Eksplorasi dan/atau Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.
11. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM - 54 tahun 2002 tanggal 29 Agustus
2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 6 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

12. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM - 55 tahun 2002 tanggal


29 Agustus 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan Khusus.
13. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM - 33 tahun 2003 tentang Pemberlakuan
ISPS Code di Indonesia tmt 1 Juli 2004.
14. Surat Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan No. AL.003/4/18/PHB-2004
tanggal 18 Oktober 2004 yang menegaskan bahwa penanggung jawab
pengoperasian/pengelolaan Pelsus/DUKS Migas adalah Direksi Pertamina.
15. Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. PP. 72/3/19-05 tahun 2005 perihal
laporan data operasional Pelsus/DUKS Migas.
16. Persetujuan Bersama antara Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan Direktur
Utama Pertamina tanggal 15 Maret 1972 tentang Hak-hak dan Kewajiban-
kewajiban Pertamina di Pelabuhan-Pelabuhan Khusus/Dermaga-Dermaga Khusus
untuk industri migas yang telah diperpanjang dengan Telex Direktur Jenderal
Perhubungan Laut No. 220/PHBL tanggal 15 Maret 1982.
17. Instruksi Direktur P dan T No. Inst-03/G0000/1985 tanggal 26 Juni 1985 tentang
Prosedur Tetap Pencegahan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Perairan.
18. Keputusan Direktur Utama Pertamina No. 108/C00000/2002-S0.
A003/I00400/2002-S0 tanggal 23 September 2002 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Tingkat Korporat.
19. Keputusan Direktur Utama Pertamina No. Kpts-028/C00000/2006 tanggal 31
Agustus 2006 tentang Perhitungan Biaya Pemakaian Sarana/Peralatan Lindungan
Lingkungan Perairan dan Jasa Sumber Daya Manusia Dalam Penanggulangan
Tumpahan Minyak di Perairan.
20. Memorandum Direktur Umum dan SDM No. 842/I00000/2006-S0 tanggal 6
Desember 2006 perihal Fungsi Kepelabuhanan Pelabuhan Khusus di Tingkat
Pusat.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 7 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

BAB II
REGULASI KEPELABUHANAN DAN KOMUNIKASI MARITIM

A. TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL


Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistim kepelabuhanan nasional yang
memuat tentang peran dan fungsi, klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, kegiatan,
keterpaduan intra dan antar moda transportasi serta keterpaduan dengan sektor
lainnya.
Tujuannya adalah agar tertatanya pelabuhan sesuai peran dan fungsi serta kegiatan
untuk terciptanya efisiensi penyelenggaraan kepelabuhanan nasional, sebagai
perwujudan perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro
dibidang kepelabuhanan dan keselamatan pelayaran.

Tatanan Kepelabuhanan Nasional mencakup :


- Peran dan fungsi pelabuhan
- Kegiatan pelabuhan
- Klasifikasi pelabuhan
- Jenis pelabuhan

Pelabuhan menurut perannya adalah merupakan :


- Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya
- Pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan internasional,
- Tempat kegiatan alih moda transportasi
- Penunjang kegiatan industri dan perdagangan
- Tempat distribusi, konsolidasi dan produksi

Pelabuhan menurut kegiatannya adalah merupakan pelayanan :


- Kegiatan pemerintahan
- Kegiatan jasa kepelabuhanan
- Kegiatan jasa kawasan
- Kegiatan penunjang kepelabuhanan
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 8 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Pelabuhan menurut klasifikasinya dibedakan atas :


- Fasilitas pelabuhan
- Operasional pelabuhan
- Peran dan fungsi pelabuhan

Pelabuhan menurut jenisnya terdiri dari :


- Pelabuhan Umum.
- Pelabuhan Khusus.

B. PELABUHAN UMUM DAN PELABUHAN KHUSUS


Pelabuhan Umum terdiri dari :
a. Pelabuhan yang diusahakan yaitu pelabuhan umum yang perencanaan,
pembangunan, pengoperasian, pengusahaan dan perawatannya
diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan yang dibentuk khusus untuk
kegiatan tersebut.
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan yaitu pelabuhan umum yang diselenggarakan
oleh Unit Pelaksana Teknis dengan mengutamakan fungsi pelayanan umum.
Pelabuhan Khusus adalah Pelabuhan yang dibangun dan dikelola untuk kepentingan
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu dimana lokasinya berada diluar DLKR dan
diluar DLKP .
DUKS adalah Dermaga dan fasilitas pendukungnya yang dibangun dan dioperasikan
dan digunakan untuk kepentingan sendiri yang lokasinya berada didalam DLKR dan
DLKP.

C. KENAVIGASIAN
Kenavigasian adalah kegiatan yang meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, Hydrografi, Alur dan
Pelintasan, Pemanduan, Penanganan Kerangka kapal, Salvage dan Pekerjaan
Bawah Air untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 9 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Penyelenggaraan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Telekomunikasi Pelayaran


dilakukan oleh Pemerintah. Pengadaan, Pengoperasian dan Pemeliharaan Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran dapat dilakukan oleh Pengelola Pelsus dengan
persyaratan yang ditetapkan antara lain :
a. Memenuhi persyaratan teknis
b. Sumber pembiayaan dari pengelola Pelsus yang bersangkutan.
c. Memiliki alat perlengkapan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.
d. Wajib memelihara kehandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.

Kapal yang berlayar di perairan Indonesia dikenakan biaya penggunaan Sarana


Bantu Navigasi Pelayaran yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP).
Pelayanan Telekomunikasi Pelayaran dilakukan melalui Stasiun Radio Pantai,
Stasiun Radio Pelabuhan atau Stasiun Bumi Pantai dari atau ke kapal dan atas
pemakaiannya dikenakan jasa Telekomunikasi yang merupakan PNBP.
Pemanduan adalah kegiatan Pandu untuk membantu Nakhoda mengarahkan
kapalnya agar navigasi dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar dalam
berlalu lintas pada daerah pelayaran tertentu yang ditetapkan sebagai perairan wajib
Pandu dan Perairan Pandu Luar Biasa.
Kapal berukuran Tonase 500 GT atau lebih pada perairan wajib pandu wajib
dilakukan pemanduan, Penyelenggara pemanduan adalah Pemerintah dan
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada penyelenggara pelabuhan dan/atau
pengelola Pelsus.
Pelayanan pemanduan bagi kapal-kapal didaerah wajib pandu dan perairan pandu
luar biasa dikenakan biaya pemanduan.

D. KEPELABUHANAN
Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas
kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra
dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 10 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Pelabuhan menurut fungsinya adalah merupakan pelayanan :


a. Kegiatan pemerintahan meliputi ;
1. Administrator Pelabuhan (ADPEL)/Kepala Kantor Pelabuhan (KAKANPEL)
adalah koordinator bidang Perhubungan Laut yang berfungsi
mengkoordinasikan unit pelaksana Badan Usaha Pelabuhan, instansi-
instansi pemerintah bidang perhubungan laut, dan instansi-instansi
pemerintah lainnya untuk kelancaran tugas-tugas kepelabuhanan di
Pelabuhan.
2. Syahbandar adalah unsur pemerintahan dibawah koordinasi ADPEL yang
bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran, kapal, awak kapal dan
penumpang.
3. Bea Cukai adalah unsur pemerintahan Departemen Keuangan yang
bertanggung jawab atas legalitas barang dan ketentuan barang yang terkena
bea masuk.
4. Imigrasi adalah unsur Pemerintahan Departemen Kehakiman yang
bertanggung jawab atas legalitas keluar masuknya orang ke atau dari luar
negeri.
5. Karantina adalah unsur Pemerintahan Departemen Kesehatan yang
bertanggung jawab atas penyakit yang dibawa orang, hewan atau tumbuhan
yang akan masuk atau keluar dari wilayah Indonesia.
b. Kegiatan jasa kepelabuhanan meliputi ;
1. Penyediaan kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas kapal dan tempat
berlabuh
2. Pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal-kapal
(pilotage) dan pemberian jasa penundaan kapal.
3. Penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk bertambat dan bongkar
muat
4. Penyediaan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, angkutan di
perairan pelabuhan, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.
5. Penyediaan tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan .
6. Penyediaan penampungan limbah dan sampah
7. Penyediaan peralatan lindungan lingkungan perairan
c. Kegiatan jasa kawasan meliputi ;
1. Penyediaan kawasan perkantoran
2. Penyediaan kawasan industri
3. Penyediaan kawasan perdagangan
4. Penyediaan kawasan perhotelan,restoran dan hiburan
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 11 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

d. Kegiatan penunjang kepelabuhanan meliputi ;


1. Penyediaan fasilitas bunker
2. Penyediaan fasilitas air tawar
3. Penyediaan fasilitas telekomunikasi
4. Penyediaan fasilitas pemadam kebakaran
5. Penyediaan fasilitas perbengkelan, dan lain-lain

E. KEAMANAN DAN KETERTIBAN


Wilayah pelabuhan yang terdiri dari daratan dan perairan merupakan daerah terbatas
(restricted area) yang rawan dari tindakan pencurian, perompakan, pembajakan,
penyelundupan dan aktivitas teroris. Oleh karena itu perlu disusun rancangan
keamanan terhadap fasilitas pelabuhan dengan maksud untuk memastikan aplikasi
tatacara/prosedur guna melindungi kapal yang berada di pelabuhan dan fasilitas
pelabuhannya sendiri, orang-orang termasuk awak kapal, muatan, unit pengangkut
muatan dan gudang kapal dari resiko insiden keamanan.
Ancaman keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan telah mendorong
International Maritime Organization (IMO) untuk mengadakan konferensi bagi
Negara-Negara peserta/anggota guna membicarakan dan membuat kajian dalam
rangka meningkatkan keselamatan dan keamanan maritim.
Hasil konferensi kemudian memutuskan untuk mengadakan Amandemen dari
ketentuan Safety Of Life At Sea (SOLAS) tahun 1974 yang mengatur mengenai
keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan dalam bentuk Koda yaitu Internasional Ship
and Port Facility Security Code disingkat ISPS Code.
ISPS Code berlaku secara internasional terhitung mulai 1 Juli 2004 dan untuk
Indonesia telah dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 33 tahun
2003.
Setiap pelabuhan termasuk Pelsus/DUKS Migas yang terbuka untuk kedatangan
kapal-kapal jalur internasional diwajibkan untuk Comply ISPS Code.
Untuk Comply ISPS Code maka harus dibentuk organisasi keamanan di pelabuhan
yang di koordinir oleh Pelaksana Pengelola Pelabuhan untuk di Pelsus/DUKS Migas
dikoordinir oleh Kepala Pelsus sebagai Port Facility Security Officer (PFSO).
PFSO wajib membuat rancangan keamanan pelabuhan (Port Facility Security Plan /
PFSP) yang disetujui oleh Pemerintah selaku Contracting Government sebagai
anggota IMO.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 12 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

F. PENGELOLAAN LINGKUNGAN PELABUHAN


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Migas pasal 40 ayat 2
dan 3, menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan dalam usaha migas adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya
kerusakan lingkungan hidup termasuk kewajiban pasca operasi pertambangan.
Kegiatan pengelolaan lingkungan tersebut diatas harus dilaksanakan mulai dari
perencanaan, operasional sampai dengan pasca operasi.
Dalam perencanaan pembangunan Pelsus/DUKS wajib dilakukan analisa dampak
lingkungan (AMDAL), bagi kegiatan yang akan berdampak penting terhadap
lingkungan wajib dibuat dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Bagi
kegiatan yang tidak ada dampak terhadap lingkungan wajib dibuat dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Dalam pelaksanaan operasional Pelsus/DUKS Migas untuk mencegah terjadinya
tumpahan minyak di perairan, sebelum dilaksanakan kegiatan bongkar muat minyak
wajib dilaksanakan pengecekan dengan menggunakan formulir Ship/Shore Safety
Check List dan Oil Pollution Prevention Check List. Apabila terjadi tumpahan minyak
wajib segera dilakukan penanggulangannya dengan mengerahkan semua sumber
daya yang tersedia.
Untuk penanggulangan tumpahan minyak diperairan, disetiap Pelsus/DUKS Migas
harus disiagakan Peralatan, dibentuk Tim Operasi Penanggulangan (TOP) tumpahan
minyak serta dibuat Prosedur Tetap setempat.

G. PENGERUKAN ALUR PELAYARAN DAN KOLAM PELABUHAN


Kegiatan Pengerukan dilakukan dengan target lebar dan kedalaman perairan
berdasarkan Keselamatan Pelayaran dan Operasi olah gerak kapal terbesar yang
masuk / menyinggahi Pelabuhan bersangkutan ditambah dengan deposit sedimen
(pendangkalan) sampai dengan jadwal kegiatan pengerukan berikutnya.

H. KOMUNIKASI MARITIM DAN ACCOUNTING AUTHORITY


Untuk keselamatan pelayaran serta penanggulangan keadaan darurat bahaya di laut,
menyelenggarakan komunikasi maritim dari darat ke kapal dan sebaliknya, dengan
kapal-kapal milik maupun charter Pertamina, fungsi Safety Management
Representative Bidang Perkapalan dan BASARNAS/DA secara cepat, tepat dan
terjamin kerahasiaannya.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 13 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

BAB III
PELABUHAN KHUSUS / DUKS MIGAS DAN KOMUNIKASI
MARITIM

A. SARANA DAN PRASARANA


Dalam pengelolaan Pelsus/DUKS Migas dan Komunikasi Maritim diperlukan sarana
dan prasarana pelabuhan serta sarana komunikasi maritim yang memenuhi
persyaratan di bidang kepelabuhanan, industri migas dan ketentuan nasional dan
internasional yang digunakan bagi kegiatan kapal mulai dari kapal masuk ke
pelabuhan, sandar, bongkar muat sampai dengan kapal meninggalkan pelabuhan.
Sarana dan prasarana dimaksud meliputi alur pelayaran, area berlabuh jangkar,
kolam pelabuhan, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, sarana tambat (Dermaga/Jetty,
Island Berth, Conventional Buoy Mooring, Single Point Mooring), sarana bantu
tambat, fasilitas bongkar muat, sarana tunda, kapal kepil, penanggulangan tumpahan
minyak, penampungan limbah (Shore Reception Facilities), pemadam kebakaran di
pelabuhan, peralatan keamanan pelabuhan serta stasiun radio pantai/stasiun
pelabuhan.
Kelengkapan sarana dan prasarana tersebut diatas antara Pelsus/DUKS satu dengan
lainnya tidak sama, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi keberadaan
Pelsus/DUKS itu sendiri.

B. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN


Dalam rangka menunjang kegiatan industri Migas dan sarana penunjang lainnya
dibutuhkan adanya pelabuhan sebagai sarana pemasok bahan baku dan outlet
produk.
Untuk pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Pelsus/DUKS Migas
diperlukan studi yang meliputi antara lain rencana penerimaan dan pengapalan
muatan untuk kegiatan usaha hulu dan hilir.

1. Pembangunan Pelabuhan Khusus Migas.


Dalam pembangunan Pelsus/DUKS Migas, diperlukan perencanaan yang
meliputi :
a. Pemilihan alternatif lokasi pelabuhan.
Pemilihan alternatif lokasi pelabuhan sangat mempertimbangkan perpaduan
antara aspek kelautan dan aspek darat. Berdasarkan kajian awal dari data
sekunder (kelautan dan darat), ditentukan beberapa alternatif lokasi
pelabuhan.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 14 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

b. Penetapan lokasi pelabuhan.


Penetapan lokasi pelabuhan ditentukan berdasarkan penilaian hasil
peninjauan lapangan ke beberapa alternatif lokasi dengan parameter aspek
laut dan darat yang memenuhi kriteria antara lain :
• Kontinuitas operasi
• Mampu mengantisipasi kebutuhan industri migas, dan rencana
pengembangan dimasa mendatang
• Adanya infra struktur yang memadai untuk pendistribusian industri migas.
• Aspek keamanan dan keselamatan
• Sosial dan lingkungan
• Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

c. Survei kelautan dan pemetaan


Untuk perencanaan dan evaluasi lebih lanjut dalam pembangunan pelabuhan
khusus perlu dilaksanakan survei kelautan dan pemetaan yang meliputi
antara lain kedalaman perairan, arah dan kecepatan arus, pergerakan massa
air, pasang surut, ombak dan gelombang, cuaca, pantai dan lahan darat.

d. Pembangunan pelabuhan dan fasilitas lainnya.


Berdasarkan evaluasi dan kajian terhadap hasil survei kelautan dan
pemetaan, selanjutnya dapat direncanakan :
• Jenis dan kapasitas sarana tambat.
Jenis sarana tambat tersebut dapat berupa dermaga/Jetty, Island Berth,
Conventional Buoy Mooring, Single Point Mooring, dengan
memperhitungkan kondisi perairan setempat (laut terbuka atau
terlindung)
• Koordinat/posisi geografis sarana tambat.
Penentuan koordinat/posisi geografis sarana tambat mempertimbangkan
kebutuhan kedalaman perairan sesuai dengan kapasitas sarana tambat.
• Arah dan azimuth dermaga.
Penentuan arah dan azimuth dermaga memperhitungkan faktor dominan
dari arah arus dan pergerakan massa air serta pengaruh angin.
• Lay out sarana tambat.
Lay out sarana tambat dibuat pada peta bathimetri dengan
memperhatikan jenis dan kapasitas, koordinat, arah dan azimuth sarana
tambat termasuk fasilitas lainnya termasuk jalur pipa bawah air.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 15 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

• Alur pelayaran.
Perencanaan kedalaman dan lebar perairan untuk alur pelayaran dengan
mempertimbangkan panjang, lebar dan maksimun Draft kapal yang
sesuai dengan kapasitas sarana tambat.
• Kolam pelabuhan.
Perencanaan kolam pelabuhan termasuk turning basin yang
memperhitungkan faktor panjang kapal dan maksimun Draft kapal yang
sesuai dengan kapasitas sarana tambat.
• Sarana bantu navigasi pelayaran.
Jumlah dan jenis sarana bantu navigasi pelayaran yang diperlukan
sesuai dengan kondisi perairan setempat.
• Pengerukan atau reklamasi pantai.
Diperlukan adanya pekerjaan pengerukan atau reklamasi pantai,
disesuaikan dengan kondisi perairan setempat dan kebutuhannya.
• Break Water / penahan ombak.
Pembangunan Break Water / penahan ombak diperlukan untuk
mempertahankan kontinuitas operasi sarana tambat dermaga dari
pengaruh kondisi perairan setempat/ombak dan gelombang.
• Merencanakan batas-batas wilayah daratan dan perairan atau perairan
dilengkapi titik-titik koordinat untuk keperluan rencana induk pelabuhan
khusus.

2. Pengembangan Pelsus/DUKS Migas


Pengembangan Pelsus/DUKS Migas didasari oleh suatu kajian yang
dilaksanakan oleh unit operasi dengan pertimbangan antara lain karena
meningkatnya kebutuhan BBM, keterbatasan kapal tanker ukuran tertentu di
pasaran sehingga sarana tambat Pelsus/DUKS Migas yang tersedia tidak lagi
dapat menampung sesuai kapasitasnya.
Maksud dari pengembangan Pelsus/DUKS Migas adalah meningkatkan/
memperbesar kapasitas sarana tambat existing untuk dapat mengakomodasi
kapal tanker ukuran yang lebih besar, atau menambah/ membangun sarana
tambat baru sesuai dengan kebutuhannya.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 16 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Dalam pengembangan pelabuhan dimaksud perlu dilaksanakan updating


kedalaman perairan serta survei kelautan lainnya yang diperlukan sebagai dasar
untuk perencanaan teknis dan operasional dalam menentukan :
a. Posisi/koordinat geografis lokasi dan jenis sarana tambat yang diperlukan.
b. Tata letak sarana tambat berikut fasilitas pendukungnya.
c. Kolam pelabuhan atau perairan yang digunakan untuk olah gerak
sandar/lepas maupun memutar kapal.
d. Jarak aman terhadap sarana tambat yang tersedia dan lingkungan
di sekitarnya.
e. Disain enjiniring sarana tambat.

C. PERIJINAN PELABUHAN KHUSUS / PENGELOLAAN DUKS MIGAS DAN


KOMUNIKASI RADIO.
C1. Untuk Pengelolaan Pelsus/DUKS Migas diperlukan ijin dari Departemen
Perhubungan.
Perijinan Pengelolaan Pelsus/DUKS Migas meliputi :
1. Ijin Pelabuhan Khusus, terdiri dari :
a. Ijin penetapan lokasi
b. Ijin pembangunan
c. Ijin pengoperasian
2. Persetujuan Pengelolaan DUKS
3. Ijin Penyelenggaraan Kegiatan Ship to Ship Transfer
4. Persetujuan perubahan bangunan konstruksi fasilitas pelabuhan
5. Ijin Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
6. Ijin Pemasangan Mooring Buoy
7. Ijin Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi
8. Ijin Penggelaran Pipa Bawah Air
9. Ijin Operasi Pelabuhan 24 jam
10. Ijin Pelabuhan Khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri atau
ekspor/impor.
11. Ijin Pelimpahan Kewenangan Pelaksanaan Pemanduan di Pelsus Migas.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 17 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Tahapan proses pengajuan perijinan pengelolaan Pelsus/DUKS Migas :


1. Di Tingkat Wilayah
Mengajukan permohonan kepada Otoritas Maritim setempat dengan
melengkapi persyaratan sebagaimana ketentuan yang berlaku untuk
mendapatkan rekomendasi sesuai dengan perijinan yang dimintakan.
2. Di Tingkat Pusat.
Mengajukan permohonan kepada Menteri Perhubungan/Direktur Jenderal
Perhubungan Laut berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh otoritas
maritim dengan melengkapi dokumen lainnya sesuai persyaratan.

C2. Untuk Komunikasi Maritim diperlukan ijin dari Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut Departemen Perhubungan dan Departemen Pariwisata Pos dan
Telekomunikasi meliputi :
1. Ijin Stasiun Radio (ISR).
2. Ijin Komunikasi Radio (IKR).
3. Ijin Penyelenggaraan Perhitungan Jasa Telekomunikasi.

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Dalam pengelolaan Pelsus/DUKS Migas dan Komunikasi Maritim wajib mematuhi
regulasi yang berlaku sesuai dengan ketentuan nasional maupun internasional.
Untuk implementasi regulasi tersebut di seluruh unit operasi, diperlukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan operasional agar penerapannya tidak
berbeda.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan dengan suatu panduan/petunjuk
pelaksanaan, sosialisasi, koordinasi dan pelatihan yang meliputi antara lain :
a. Regulasi kepelabuhanan
b. Teknis operasional kepelabuhanan
c. Standar kualifikasi personil Pelsus/DUKS Migas dan Komunikasi Maritim
d. Panduan pengelolaan jasa pelabuhan
e. Panduan keselamatan operasional pelabuhan
f. Panduan keamanan pelabuhan
g. Panduan kesiagaan pencegahan dan penanggulangan tumpahan minyak di
perairan.
h. Panduan pemeliharaan fasilitas pelabuhan, antara lain terdiri dari dermaga dan
sarana penunjangnya, sarana tambat apung (SPM/CBM/MBM), Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP), pengerukan kolam dan alur pelayaran, peralatan
lindungan lingkungan perairan.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 18 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

i. Panduan Pengelolaan Komunikasi Maritim dan Accounting Authority.


j. Panduan kerjasama pemanfaatan fasilitas dan sarana pelabuhan dengan pihak
lain yang meliputi kapal tunda, dermaga, gudang, tempat penumpukan dan lain-
lain.
Untuk menilai tingkat kelaikan operasional Pelsus/DUKS Migas dilakukan
pemeriksaan/assesment kesesuaian fasilitas/sarana Pelsus/DUKS berdasarkan
ketentuan pemerintah dan peraturan internasional antara lain mencakup organisasi,
alur dan kolam pelabuhan, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), Sarana
Pemanduan dan Penundaan kapal, konstruksi sarana tambat tetap dan apung, Ship
to Ship (STS) Transfer, peralatan bongkar muat, prosedur dan fasilitas keamanan,
keselamatan, kesiagaan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
(gangguan keamanan, kecelakaan, kebakaran dan tumpahan minyak).
Hasil pelaksanaan pemeriksaan/assesment akan disampaikan dalam bentuk
Executive Summary untuk laporan manajemen dan rekomendasi penyempurnaannya
kepada pimpinan unit operasi yang bersangkutan.
Berkaitan dengan implementasi ISPS Code di setiap Pelsus/DUKS Migas, secara
periodik akan dilaksanakan internal audit oleh Tim Manajemen ISPS Code Korporat
sebelum dilaksanakan eksternal audit oleh Designated Authority.

E. PENGORGANISASIAN PELABUHAN KHUSUS/DUKS MIGAS


Dalam melaksanakan pengelolaan Pelsus/DUKS Migas diperlukan pengorganisasian
yang terdiri dari :
1. Aspek operasional mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan
kapal, kesiapan sarana dan prasarana pelabuhan, pelayanan bongkar muat,
keselamatan pelayaran, keamanan pelabuhan, kelestarian lingkungan
pelabuhan.
2. Aspek pengusahaan pelabuhan mencakup semua kegiatan jasa kepelabuhanan
dan usaha lain yang menunjang kegiatan pelabuhan sejauh tidak bertentangan
dengan regulasi yang ada serta anggaran dan administrasi umum lainnya.
3. Aspek teknis pelabuhan mencakup kegiatan yang berkaitan dengan kehandalan
sarana dan prasarana.
4. Aspek Komunikasi Maritim mencakup kegiatan pengoperasian, pemeliharaan
sarana dan fasilitas stasiun radio.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 19 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

BAB IV
PENGOPERASIAN

A. PELAYANAN KAPAL
Pelayanan kapal masuk/keluar meliputi persiapan penerimaan kapal, selama berada
di pelabuhan sampai keluar/berangkat, antara lain : pemberitahuan rencana
kedatangan kapal, koordinasi dalam rangka kesiapan sarana dan prasarana
pelabuhan termasuk muatan, permintaan pelayanan kebutuhan Bunker, air tawar,
transportasi awak kapal, pelayanan komunikasi.

B. PELAYANAN BONGKAR MUAT


Pelayanan bongkar muat meliputi pemasangan dan pelepasan peralatan bongkar
muat, monitoring operasi bongkar muat, kondisi tali-tali tambat kapal ke dermaga,
tangga penghubung darat dan kapal, pengamanan kapal selama operasi bongkar
muat.

C. KESELAMATAN PELAYARAN
Keselamatan pengoperasian pelabuhan meliputi keselamatan kapal mulai masuk alur
pelabuhan, berlabuh jangkar, kegiatan bongkar/muat dipelabuhan, keselamatan
terminal dan lingkungan perairan pelabuhan hingga kapal meninggalkan pelabuhan.
Untuk dapat terpenuhinya aspek keselamatan tersebut di atas, diperlukan prosedur-
prosedur antara lain :
1. Operasional Pelsus/DUKS Migas
2. Perawatan alur dan kolam pelabuhan
3. Standar keselamatan operasional bongkar/muat
4. Keselamatan kapal dan terminal
5. Perawatan sarana bantu navigasi pelayaran
6. Pengamanan pelabuhan
7. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
8. Pencegahan dan penanggulangan tumpahan minyak di perairan
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 20 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

D. KEAMANAN DAN KETERTIBAN


Untuk keamanan dan ketertiban di lingkungan Pelsus/DUKS Migas dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang berlaku di unit operasi setempat baik untuk keluar
masuk orang, kendaraan maupun barang.
Pelsus/DUKS Migas yang telah mendapatkan Certificate of Compliance ISPS Code
wajib melaksanakan pengamanan terhadap fasilitas pelabuhan sesuai dengan
rancangan keamanan fasilitas pelabuhan (Port Facility Security Plan) yang telah
dibuat oleh Port Facility Security Officer (PFSO) dan telah disetujui oleh Designated
Authority (Direktur Jenderal Perhubungan Laut).
Apabila terjadi perubahan yang berpengaruh terhadap Port Facility Security Plan,
agar dilaksanakan revisi baik berupa lampiran tambahan maupun seluruhnya dan
dilaporkan kepada ADPEL/PSO setempat.

E. PENGUSAHAAN PELABUHAN
Dalam rangka pengelolaan Pelsus/DUKS Migas dapat dilakukan usaha-usaha
sepanjang tidak bertentangan dengan regulasi kepelabuhanan dan dapat menambah
pendapatan dari pemanfaatan sarana dan prasarana pelabuhan.
Usaha-usaha dimaksud dapat berupa :
- Jasa kepelabuhanan meliputi : Jasa labuh, jasa tambat, jasa pandu, jasa tunda
dan kepil.
- Jasa barang meliputi : jasa bongkar muat, jasa gudang, jasa penumpukan dan
jasa dermaga.
- Jasa-jasa lainnya seperti penjualan air tawar, bunker, kerja sama penundaan,
kerja sama pemanfaatan fasilitas pelabuhan, kerja sama operasi
penanggulangan tumpahan minyak di perairan, biaya pemakaian peralatan
komunikasi, biaya pemakaian service boat, pemakaian telepon, dan lainnya.
Atas pelayanan yang diberikan tersebut dikenakan biaya atau pungutan sesuai
dengan ketentuan dan tarif yang berlaku.

F. PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA


Keberadaan sarana dan prasarana Pelsus/DUKS Migas sebagai salah satu mata
rantai proses produksi dan distribusi produk migas perlu dijaga kehandalan
operasinya guna menghindari kerugian yang besar akibat terganggunya proses
loading unloading hingga proses produksi / distribusi produk migas secara
keseluruhan.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 21 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

Kehandalan operasi sarana dan prasarana Pelsus / DUKS Migas dapat


dipertahankan bila diupayakan pelaksanaan pemeliharaan (preventive maintenance
maupun predictive maintenance) secara baik dan berkesinambungan.
Proses pemeliharaan sarana dan prasarana Pelsus / DUKS Migas meliputi kegiatan
inspeksi (scheduled inspection maupun special inspection), kegiatan perawatan
(curing) dan kegiatan perbaikan (repair). Dan pelaksanaannya akan berjalan dengan
baik apabila didukung rencana kerja dan anggaran yang memadai, ketersediaan
SDM terlatih (telah mengikuti program-program pelatihan terkait yang
diselenggarakan oleh perusahaan) serta ketersediaan panduan teknis pelaksanaan
pemeliharaan di unit-unit operasi Pelsus / DUKS Migas.
Dalam menjalankan fungsi pembinaan keandalan sarana dan prasarana Pelsus /
DUKS Migas, Manajemen Pengelolaan Pelabuhan Khusus perlu mendapatkan
masukan dari unit-unit operasi secara berkala perihal kondisi umum dan kinerja
sarana / prasarana terkait. Berdasarkan masukan tersebut, bilamana diperlukan -
Manajemen Pengelolaan Pelsus dapat melaksanakan kajian teknis lebih rinci
(technical assessment) dan menyampaikan hasilnya kepada unit operasi terkait
sebagai bahan masukan untuk rencana tindak lanjut.

G. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN TUMPAHAN


MINYAK
Dalam upaya pengelolaan lingkungan pelabuhan guna perlindungan dari ancaman
pencemaran perairan oleh minyak dan bahaya kebakaran yang diakibatkan kegiatan
operasional di Pelsus/DUKS Migas, harus :
1. Disiagakan Peralatan Lindungan Lingkungan Perairan untuk Penanggulangan
Tumpahan Minyak di perairan dan Pemadam Kebakaran agar sewaktu-waktu
siap digunakan.
2. Dibentuk Organisasi Satuan Tugas Khusus Tim Operasi Penanggulangan, yang
selalu dalam keadaan siaga untuk melaksanakan penanggulangan Tumpahan
Minyak dan Kebakaran di perairan.
3. Dibuat Prosedur Tetap Pencegahan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak dan
Kebakaran di perairan, dengan strategi mencakup wilayah tanggung jawab dan
wilayah kepentingan dari Unit Operasi Pertamina setempat.
4. Melaksanakan Latihan secara berkala dengan melibatkan semua unsur dan
sumber daya sesuai Prosedur Tetap Penanggulangan.
5. Menanggulangi tumpahan minyak di perairan yang terjadi di Pelsus/DUKS Migas
dan menyiapkan dokumen pendukung klaim penanggulangan tumpahan minyak.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 22 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

H. PENYELESAIAN PERMASALAHAN
Penyelesaian permasalahan operasional pelabuhan meliputi :
1. Adanya silang pendapat dalam penerapan regulasi.
2. Kendala/hambatan operasional Pelsus/DUKS Migas.
3. Jasa kepelabuhanan.
4. Klaim atas kerusakan fasilitas sarana dan prasarana pelabuhan.
5. Pemanfaatan/pemakaian sarana pelabuhan oleh pihak lain.
6. Legalitas perizinan Pelsus/DUKS Migas.
7. Tanah dan perairan Pelsus/DUKS Migas.
8. Keamanan pelabuhan.
9. Sengketa dengan pihak lain berkaitan dengan keberadaan Pelsus/DUKS Migas.
10. Aspek kepelabuhanan lainnya.
Prosedur dan pelaksanaan penyelesaian permasalahan dimaksud sesuai mekanisme
dan ketentuan yang berlaku.

I. PELAYANAN KOMUNIKASI MARITIM


Pengiriman Berita ke Kapal
1. Berita yang diterima dari user/operasi tanker, dibukukan ke dalam buku berita
acara
2. Sebelum dikirim berita diperiksa ulang, nama kapal, callsign/ ID dari kapal tersebut
apakah sudah benar.
3. Berita yang akan dikirim didraft kedalam komputer sambil diadakan pengecekan
ulang, berita yang sifatnya segera/urgent pengirimannya harus didahulukan.
4. Berita yang isinya sudah benar, dikirim melalui satelit Inmarsat Indosat (Indosat
Acses) dan diteruskan ke kapal oleh Coast Earth Station (CES) / Land Earth
Station (LES) yang berada di Singapore.
5. Apabila berita belum dapat tersampaikan ke kapal maka Coast Earth Station (CES)
/ Land Earth Station (LES) dalam jangka waktu 60 menit akan memberitahukan ke
si pengirim bahwa berita tersebut belum/tidak tersampaikan ( Not Delivered ) dan
akan dilakukan pengiriman ulang oleh petugas stasiun pantai sampai berita
tersebut diterima dengan baik oleh kapal.
Penerimaan Berita dari Kapal
1. Berita yang diterima dari kapal dibukukan kedalam buku berita acara meliputi
tanggal, jam, nomor berita nama kapal cs/id kapal dan tujuan/alamat berita.
2. Sebelum dikirim ke alamat tujuan diperiksa ulang kebenaran isi dan alamat berita.
3. Dalam keadaan berita yang sudah benar, dikirim melalui facsimile ke alamat
tujuan.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 23 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

J. KEGIATAN PEKERJAAN PENGERUKAN


Terdapat 2 jenis pekerjaan pengerukan yaitu Capital Dredging (kegiatan pengerukan
pada saat pembangunan awal dilaksanakan) dan Maintenance Dredging (kegiatan
pengerukan bersifat pemeliharaan kedalaman).
Kegiatan Pengerukan meliputi aspek Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan.
Aspek Perencanaan, meliputi :
- Kebutuhan akan pengerukan (justifikasi)
- Perencanaan anggaran (budget)
- Pelaksanaan AMDAL
- Perencanaan Teknik
- Persiapan Pelelangan
Aspek Pelaksanaan, meliputi :
- Persiapan Awal
- Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Aspek Pengawasan :
Pengawasan dilaksanakan pada tahap :
- Persiapan Awal
- Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
- Pelaksanaan Pekerjaan
- Pekerjaan selesai

K. PELAPORAN
Terdapat 2 jenis laporan :
1. Laporan rutin operasional
Laporan operasional Pelsus/DUKS Migas dan Komunikasi Maritim wajib
disampaikan setiap bulan oleh Pengelola Pelsus/DUKS Migas kepada
Pemerintah sesuai ijin yang diberikan.
Operator Pelsus/DUKS Migas Unit Operasi, setiap bulan harus menyampaikan
laporan operasional Pelsus/DUKS Migas kepada pengelola pelabuhan meliputi :
a. Laporan kegiatan operasional pelabuhan dan komunikasi maritim.
b. Laporan penerimaan jasa-jasa pelabuhan.
c. Laporan kegiatan lindungan lingkungan perairan pelabuhan.
Pedoman

FUNGSI : PENGELOLAAN PELSUS – NOMOR : A-001/I10130/2007-S0


MANAJEMEN ASET DIT. UMUM DAN
REVISI KE :0
SDM
BERLAKU TMT : 07 Agustus 2007
JUDUL : PENGELOLAAN PELABUHAN HALAMAN : 24 dari 24
KHUSUS / DUKS MIGAS DAN
KOMUNIKASI MARITIM

2. Laporan insidentil
Laporan disampaikan oleh operator Pelsus/DUKS Migas Unit Operasi kepada
Fungsi Pengelolaan Pelabuhan Khusus pada saat situasi terjadi.
Laporan disampaikan secara lisan melalui pesawat telepon dan disusul tertulis
melalui facsimile.
Laporan meliputi hal-hal yang tidak masuk dalam laporan rutin operasional
Pelsus/DUKS Migas, seperti terjadinya kecelakaan/musibah dalam pelaksanaan
operasional Pelsus/DUKS Migas dan gangguan keamanan terhadap fasilitas
pelabuhan.

Vice President
Manajemen Aset

Anda mungkin juga menyukai