Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salahsatu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negar berkembang. 1,2,3,4 diperkirakan 1000 juta kejadian
diare terjadi setiap tahun pada anak balita dan anak mengalami 2 sampai 8 kali
kejadian diare dalam setahun. Diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta anak
balita setiap tahunnya.1,4 Di samping sebagai penyebab langsung kematian, diare
juga sebagai penyebab utama kurang gizi.4,5
Sebagian besar diare menyerang pada dua tahun pertama kehidupan anak.
Angka kejadian tertinggi adalah pada kelompok umur 6-11 bulan, ketika makanan
sapihan mulai diberikan. Kebanyakan penyakit diare bersifat akut, biasanya
berlangsung 3-5 hari.1,4,6
Diare sendiri adalah perubahan konsistensi berak menjadi lembek sampai cair
lebih dari 3-5 kali per hari. Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa
tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. 4,7 Penyebab diare
bisa karena psikis, faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enternal maupun
parenteral. Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering. 1,2,3,4
Dalam menangani diare, selain faktor penyebab juga perlu diperhatikan masalah
sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi, status gizi, sosial
ekonomi, dan budaya yang masing-masing sangat berpengaruh dan saling
berkaitan.1
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut dehidrasi
ringan sedang dengan tujuan untuk mengetahui cara menegakkan diagnosa dan
mengelola penderita sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang sekaligus untuk
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.

C. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu penulis menegakkan
diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui komplikasi yang terjadi pada
penderita Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang.
BAB III
PEMBAHASAN

A. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG


1. DIAGNOSIS
Definisi diare yang dianut pada umumnya adalah menurut Smith, 1975 yaitu
perubahan konsistensi dan frekuensi berak, untuk penggunaan yang lebih praktis
menurut Seminar Rehidrasi Nasional III, 1982 diare didefinisikan sebagai berak
lembek cair sampai cair lebih dari 3-5 kali sehari.1,2
Karena adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis,
maka gejala klinis merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya
gejala klinis diare dapat dibagi menjadi 4 aspek yaitu1,2 :
1. Muntah dan berak
2. Aspek etiologi
3. Aspek dehidrasi
4. Aspek komplikasi
1. Muntah dan berak
Muntah pada diare harus dibedakan dengan muntah karena faktor cerebral,
saluran nafas bagian atas, ataupun gangguan pasase saluran makanan. Muntah dan
berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran
cairan tubuh dan bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan
mempercepat terjadinya dehidrasi dan timbulnya asidosis.1
Penting sekali untuk diketahui baik secara anamnesis maupun pemeriksaan
tentang kualitas dan kuantitas tinja di antaranya :1,2,9
- Konsistensi : lembek sampai cair
- Warna : kuning, hijau, coklat, atau merah dengan darah Di sertai
darah dan atau lendir
- Bau tinja : asam (peragian karbohidrat/intoleransi laktosa). busuk
(pembusukan protein atau lemak), khusus (kolera, amubiasis)
- Berbuih
- Jumlah : Voluminus, banyak, disertai nyemprot
- Frekuensi setiap hari
2. Aspek etiologik
Czemic mengajukan faktor etiologi diare sebagai berikut : 1,2,9,10
a. Faktor makanan Makanan merupakan penyebab non infeksi yang paling
sering diantaranya : makanan busuk atau mengandung racun, perubahan
susunan makanan yang mendadak, atau susunan makanan yang tidak
sesuai umur bayi
b. Faktor infeksi
Merupakan penyebab diare yang paling sering, dibagi menjadi dua
golongan:
- Infeksi parenteral:
Merupakan infeksi di luar usus seperti infeksi saluran nafas, infeksi
saluran kencing, campak, dan lainnya.
Diperkirakan terjadi melalui jalur susunan saraf vegetatif yang
mempengaruhi sisteim saluran cema sehingga terjadi diare.
- Infeksi enternal:
 Infeksi virus. : sebagian besar oleh virus Rota
 Infeksi bakteri : E. coli, shigella, salmonella Vibrio cholerae, dan lain-
lain
 Investasi parasit : jamur (candida albicans), protozoa (amubas giardia
lamblia), cacing (ascaris, trichuris trichiura, strongiloides)
c. Faktor konstitusi:
Intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak
d. Faktor psikis Keadaan depresif melalui susunan saraf vegetatif dapat
mepgganggu Saluran cerna sehingga tenjadi diare.  Penularan agen
infeksius biasanya melalui jaluran fecal Oral, terutama karena:
- Menelan makanan yang terkontaminasi
- Kontak dengan tangan yang terkontaminasi
- Tidak memadainya penyediaan air bersih
- Pencemaran air oleh tinja
- Penyiapan dan Penyimpanan makanan yang tidak semestinya
Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingginya insiden diare :
- Umur penderita
- Status gizi penderita
- Faktor susunan makanan
Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan
yang lain.
3. Aspek dehidrasi
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan
melebihi cairan yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan,
muntah, dan penguapan karena demam. Pengeluaran cairan sangat
dipengaruhi oleh jumlah, Gekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita.
Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi ringan,
sedang, berat. Sedangkan menurut kandungan elektrolit plasma dehidrasi
dibagi menjadi isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Untuk menilai derajat
dehidrasi dapat menggunakan skor Maurice King, kriteria WHO, maupun
Depkes. Pada pembahasan ini derajat dehidrasi dinilai berdasarkan kriteria
WHO 1992 9,11,12

TANPA
DEHIDTRASI DEHIDRASI
Gejala TANDA
RINGAN-SEDANG BERAT
DEHIDRASI
*LESU, LUNGLAI,
KEADAAN BAIK,
*GELISAH, REWEL ATAU TIDAK
UMUM SADAR
SADAR
SANGAT
MATA NORMAL CEKUNG CEKUNG DAN
KERING
AIR BERKURANG/TIDAK
ADA TIDAK ADA
MATA ADA
MULUT &
BASAH KERING SANGAT KERING
LIDAH
MINUM
*MALAS MINUM,
RASA BAIK, *HAUS, INGIN
TIDAK BISA
HAUS TIDAK MINUM BANYAK
MINUM
HAUS
KEMBALI *KEMBALI
TURGOR *KEMBALI LAMBAT
CEPAT SANGATLAMBAT
Penilaian untuk dehidrasi ringan-sedang atau berat adalah bila ditemukan satu
tanda * ditambah satu atau lebih tanda lainnya.

4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat teijadi komplikasi :
dehidrasi, syok hipovolemik, hipokalemi, kejang, malnutrisi. 1,2,9
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebagai pendekatan terhadap
penyebab diare meliputi :
- Darah, urin rutin
- Tinja : Makroskopis
MikroskOpis: lekosit, eritrosit, sisa makanan parasit, Sudan III
pemeriksaan intoleransi laktosa biakan, uji
sensitivitas
Kultur tinja pada kasus diare akut tidak banyak membantu.8
Penderita ini sesuai dengan definisi diare akut dan berdasarkan derajat
dehidrasi WHO 1992, sesuai dengan dehidrasi ringan sedang sehingga dapat
didiagnosa diare akut dehidrasi ringan sedang.
Etiologi diare dapat disebabkan karena psikis, konstitusi, makanan dan
infeksi. Faktor psikis dapat disingkirkan karena anak masih berumur 25 bulan.
Dari anamnesis didapatkan penderita sebelum diare memakan jajanan yang
kurang bersih sehingga ada kemungkinan faktor makanan dapat menjadi penyebab
diare. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya infeksi ditempat lain,
sehingga infeksi parenteral dapat disingkirkan.
II. Pengelolaan
II.1. Aspek Keperawatan
Prinsip perawatan pada penderita ini adalah :
- pengawasan keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi.
- Memberikan cairan rehidrasi baik oral maupun parenteral
- Memberikan pengobatan terhadap infeksi yang ada

II.3. Aspek Medikamentosa


Pada umumnya rumusan 5 D yaitu Dehidrasi, Diagnostik, Dietetik, Drug
dan Defisiensi disakaridase masih relevan sebagai dasar penatalaksanaan diare.
Sebagai prioritas utama adalah dehidrasi untuk mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit.12
Obat pada umumnya tidak diperlukan untuk pengobatan rutin diare.4,13
Pengobatan kausal dengan antibiotik harus dengan indikasi yang jelas, karena
penggunaan secara bebas dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Antimikroba
dapat diberikan pada kasus kolera, disentri, infeksi entamoeba histolytica, giardia
lamblia, dan jamur. Beberapa jenis obat seperti antimotilitas, anti sekretorik,
adsorben sering dipakai tapi tidak bermanfaat dalam pengelolaan diare.

II.3. Aspek Dietetik


Makanan merupakan bagian penting dalam pengelolaan diare karena
mempercepat penyembuhan dan regenerasi mukosa usus, dan merangsang
produksi enzim usus. Pemberian ASI hendaknya diteruskan karena akan
memperpendek masa diare dan menurunkan keluar tinja.(4)
Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan kalori, protein, dan zat lainnya yang diperlukan tubuh. Prinsip
dietetik pada penderita diare harus menghindari intoleransi laktosa,
malabsorbsi, mudah dicerna dan diserap, mudah dihidangkan, mudah didapat,
dan murah.(1)

II.4. Aspek Edukasi


 Menjelaskan mengenai tanda tanda dehidrasi dan kegawatan pada diare
berikut upaya upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit
bertambah berat. Upaya tersebut antara lain pembuatan dan pemberian
cairan rehidrasi oral dan bubur tempe, bila tidak ada perubahan atau
memburuk diharapkan segera dibawa ke sarana pengobatan terdekat.
 Menyarankan untuk selalu menjaga kebersihan pada anak maupun orang
tua dan lingkungan sekitar antara lain kebersihan kuku dan tangan, rumah,
cuci tangan setelah buang air besar atau kecil dan sebelum makan, air
minum dimasak dengan tepat, persiapan alat makan dan minum yang
bersih, pengelolaan makanan yang bersih.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudigbia 1. Pengantar diare akut anak. Semarang : Badan penerbit FK


UNDIP, 1991.
2. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan
medik anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan
Anak FK UNDIP, 1989.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Gastroenterologi. Dalam buku
kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
1985.
4. suroto ed. Buku ajar diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Ditjen PPN dan
PLP. 1990.
5. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo !, Susanto R, dkk, editor.
Pedoman Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang; 1997:
149-57
6. Hoffbrand AU, Pettit JE. Anemia defisiensi besi dan anemia hipokrom lain.
Dalam: Kapita selekta hematologi. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1987: 29-45
7. Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In: Protein
energy malnutrition. London: Edward Arnold, 1992:54-74
8. Pudjiadi Solihin, Penyakit KEP ( Kurang energi Dan Protein ). Dalam
Pudjiadi Solihin, llmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Edisi 4. Jakarta 2000: 95 140
9. Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakam : Depkes RI, 1999;
3. 25-72.
10. Riedel BD, Ghisan FK. Acute diarrhea. In : Walker WA, Durie PR, Hamilton
JR Smith JA, ed; Pediatric gastrointestinal disease, Vol. 1, 2nd ed. Missouri :
Mosby,1991;251-60.
11. Depkes RI, Dirjen Pemberantasan penyakit menular dan Peyehatan
Lingkungan Pemukiman (Ditjen, PPM, dan PLP) Buku Ajar Diare. Depkes
RI,  1999 : 1-1
12.

Anda mungkin juga menyukai