MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG RENCANA KEHUTANAN TINGKAT
NASIONAL TAHUN 2011-2030.
Pasal 1
(1) Rencana Kehutanan Tingkat Nasional memuat arahan
makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang
dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan
kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan yang
menggunakan kawasan hutan dalam skala nasional
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Kehutanan Tingkat Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat Rencana Kehutanan dan
Peta Arahan Indikatif Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional Tahun 2011-2030.
(3) Rencana Kehutanan dan Peta Arahan Indikatif Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III dan Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 2
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi acuan dalam:
a. penyusunan Rencana Makro Penyelenggaraan
Kehutanan;
b. penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi;
c. penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan di Tingkat
Kesatuan Pengelolaan Hutan;
d. penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan;
e. penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hutan;
f. koordinasi perencanaan jangka panjang dan menengah
antarsektor; dan/atau
g. pengendalian kegiatan pembangunan kehutanan.
-5-
Pasal 3
Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
semua perencanaan kehutanan yang telah disusun
berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.49/MENHUT-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 381), dinyatakan tetap berlaku
dan selanjutnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.49/MENHUT-II/2011 tentang
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011-
2030 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 381), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-6-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Juli 2019
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Agustus 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.41/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019
TENTANG
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)
TAHUN 2011-2030
OMAN PELAKSANAAN PENGUKURAN, PELAPORAN
DAN VERIFIKASI AKSI AN SUMBER DAYA
PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
1. PENDAHULUAN
Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Pulau dan Jenis Kegiatan
Papua
Maluku
Sulawesi
Kalimantan
Bali-Nusa Tenggara
Jawa
Sumatera
Tabel 10. Rekapitulasi Luas Indikatif Areal Karhutla Periode Tahun 2015-2018
Pada Lahan Gambut Dan Mineral
Luas Areal Terbakar (hektar)
No. Pulau/Provinsi 2015 2016 2017 2018
Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Sumatera 463.791 584.844 76.607 74.765 8.777 15.013 42.210 34.156
1 Aceh 794 119 1.973 7.185 2.522 1.343 448 836
2 Sumatera Utara 730 5.281 3.524 29.505 131 637 2.061 1.617
3 Riau 98.124 85.684 58.416 26.804 5.663 1.203 33.867 3.354
4 Kep. Riau 0 0 0 67 0 20 0 321
5 Sumatera Barat 2.212 1.728 930 1.700 430 1.797 1.483 939
6 Jambi 62.037 53.597 6.638 1.644 0 109 622 769
7 Sumatera Selatan 295.192 351.107 5.064 3.721 0 3.626 2.071 10.949
8 Bengkulu 0 932 0 1.000 31 100 0 9
9 Bangka Belitung 2.281 17.490 0 0 0 0 248 1.808
10 Lampung 2.421 68.906 62 3.139 0 6.178 1.410 13.554
Kalimantan 384.322 573.401 18.100 44.798 4.651 13.608 80.740 154.962
11 Kalimantan Barat 32.192 61.323 5.369 3.805 3.988 3.479 39.573 28.738
Kalimantan
12 336.689 247.144 2.257 3.891 623 1.121 27.516 14.006
Tengah
Kalimantan
13 12.846 183.670 842 1.490 40 8.250 9.902 88.736
Selatan
14 Kalimantan Timur 438 68.915 8.413 34.724 0 676 3.749 22.856
15 Kalimantan Utara 2.157 12.349 1.219 888 0 82 0 626
Sulawesi 0 88594 0 19366 0 5951 0 15015
16 Sulawesi Barat 0 4.989 0 4.134 0 188 0 978
17 Sulawesi Tengah 0 31.680 0 11.744 0 1.310 0 3.891
18 Sulawesi Selatan 0 10.074 0 438 0 1.036 0 1.741
19 Gorontalo 0 5.226 0 738 0 0 0 159
20 Sulawesi Utara 0 4.861 0 2.240 0 103 0 125
21 Sulawesi Tenggara 0 31.764 0 72 0 3.314 0 8.121
Jawa 0 13575 0 0 0 11792 0 11717
22 Banten 0 250 0 0 0 0 0 0
23 Jawa Barat 0 2.886 0 0 0 648 0 4.105
24 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Jawa Tengah 0 2.472 0 0 0 6.028 0 332
26 Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Jawa Timur 0 7.967 0 0 0 5.116 0 7.280
Bali dan Nusa
0 88370 0 9674 0 71818 0 69767
Tenggara
28 Bali 0 373 0 0 0 371 0 207
Nusa Tenggara
29 0 2.566 0 706 0 33.121 0 14.352
Barat
Nusa Tenggara
30 0 85.431 0 8.968 0 38.326 0 55.208
Timur
- 15 -
4.3. Tujuan
Agar dapat dioperasionalkan dengan baik, misi RKTN
kemudian dijabarkan dalam 6 (enam) butir tujuan yang
merupakan gambaran kondisi-kondisi ideal yang lebih operasional
dan mudah diukur yang hendak diwujudkan di akhir periode
perencanaan. Adapun tujuan pembangunan kehutanan 2011-
2030 adalah tercapainya:
1) Tersedianya luas kawasan hutan yang cukup dengan fungsi
dan sebaran yang proporsional dalam memenuhi tantangan
nasional dan global;
2) Terwujudnya tatanan baru penyelenggaraan kehutanan;
3) Terwujudnya multi manfaat hutan yang optimal pada semua
fungsi hutan;
4) Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan kontribusi optimal
kehutanan dalam pembangunan yang berkeadilan;
5) Terwujudnya pembangunan kehutanan yang ramah
lingkungan; dan
6) Meningkatnya pengakuan peran dan posisi kehutanan
Indonesia di tingkat regional dan global.
- 20 -
Areal untuk
Pembangunan Non - 0,33 3,22 4,30 5,22 13,07
Kehutanan
Areal yang
27,43 29,33 23,57 24,90 7,62 112,85
dipertahankan
Luas Efektif Kawasan 112,85
Hutan 2030 (89,62% dari total luas kawasan saat ini)
Namun karena izin yang berada pada lahan gambut seluas 3,41
juta hektar diarahkan menjadi ruang perlindungan hutan alam dan
ekosistem gambut, maka perlu disiapkan areal pengganti (land
swap) seluas 3,41 juta hektar. Dengan demikian, sisa alokasi ruang
untuk pemanfaatan hutan berbasis korporasi yang belum diberikan
izin pemanfaatan adalah seluas 0,27 juta hektar. Ketersediaan
ruang untuk pemanfaatan hutan berbasis korporasi disajikan pada
Tabel 18.
56,7
63,0
Skenario 1
Skenario 1
Skenario 2 40,5
Skenario 2 45,0
Saat ini 2011 2015 2020 2025 2030 Saat ini 2011 2015 2020 2025 2030
Gambar 15. Skenario Target Produksi Pulp (Kiri Atas) dan Kertas (Kanan Atas)
dalam juta ton
Tabel 24. Komoditi dan Target Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu
Unggulan
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
Perbaikan/revisi dan
penguatan peraturan √ √ √ √
perundangan
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
inisiasi/inovasi dalam
pengelolaan hutan
Peningkatan koordinasi
dengan sektor-sektor yang
memanfaatkan jasa ekosistem √ √ √ √
dan keanekaragaman hayati
dari kawasan hutan
Pengalokasian DAK-
Kehutanan dan dana Dekon
ke daerah berbasis kinerja √ √ √
pengurusan hutan
(perencanaan, pengelolaan)
Meningkatkan penutupan
hutan pada kawasan hutan
dan hutan hak yang √ √ √ √
mempunyai nilai ekosistem
tinggi
Mengembangkan
perencanaan pengelolaan
√ √ √ √
kawasan hutan di pulau kecil
dan pesisir
- 37 -
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
Mengembangkan sistem
insentif dan imbal jasa √ √ √ √
lingkungan
Meningkatkan peran
masyarakat dalam
perlindungan hutan melalui √ √ √ √
kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat
Mengembangkan sistem
penilaian dalam
mengendalikan perubahan √ √
kawasan hutan dalam review
RTRWP
Mempercepat penyelesaian
√ √
review RTRWP tepat waktu
Mempercepat pengukuhan
kawasan hutan negara dan √ √
hutan hak
Mengembangkan sistem
pengelolaan kawasan hutan
√ √ √ √
yang berbasis teknologi
terkini
Menyelesaikan masalah
tenurial kehutanan dan
penyelesaian keterlanjuran
√ √ √ √
pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan
Pemantapan yang berkeadilan
Kawasan Hutan
Mempercepat penetapan dan
perencanaan pengelolaan
√ √ √
kawasan hutan termasuk
pada hutan hak/adat
Memperkuat penetapan
fungsi hutan dan arah √
√
pemanfaatan hutan berbasis
tipologi lahan dan hutan
Mengitegrasikan kawasan
hutan dengan tata ruang
√ √ √ √
pada berbagai tingkat
pemerintahan
Memperkuat pengendalian
penggunaan serta perubahan
√ √ √ √
fungsi dan peruntukkan
kawasan hutan
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
berkesinambung Mengembangkan
an perencanaan kehutanan yang
√ √ √ √
Spatial Monitoring And
Reporting Tool (SMART)
Menetapkan rencana
kehutanan pada berbagai
tingkat penyelenggraan √ √ √ √
kehutanan dan pengelolaan
hutan
Mengembangkan rencana
pengelolaan hutan pada
√ √ √ √
kawasan strategis dan
kawasan perbatasan hutan
Mengembangkan forum
perencanaan kehutanan dan √ √ √ √
pusat pelayanan masyarakat
Mengembangkan sistem
monitoring dan evaluasi
√ √ √ √
pelaksanaan rencana
kehutanan
Mengintegrasikan rencana
kehutanan dengan rencana
pembangunan nasional,
√ √ √ √
rencana tata ruang dan
rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
Restrukturisasi kebijakan
pemanfaatan sumberdaya
hutan dalam rangka √ √
meningkatkan nilai tambah
produk hasil hutan
Pengembangan wilayah
pengusahaan hasil hutan
berbasis multiple values of
forest yang menjamin
√ √
Peningkatan keberlanjutan usaha,
produktivitas dan melindungi sistem tata air
nilai tambah serta memperoleh pengakuan
sumberdaya para pihak
hutan sesuai Penetapan dan
fungsinya pengembangan komoditas
strategis kehutanan √ √
berdasarkan potensi
unggulan daerah
Mengembangkan aplikasi
teknologi tepat guna yang
dapat meningkatkan nilai
√ √ √ √
produk hasil hutan termasuk
penyediaan bibit, teknik
silvikultur dan proses
- 39 -
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
produksi hasil hutan
Meningkatkan efisiensi
√ √ √
industri kehutanan
Pengembangan infrastruktur
√ √ √
pemasaran hasil hutan
Percepatan operasionalisasi
√ √
dan kemandirian KPH
Menyediakan peraturan
perundangan terkait √
operasionalisasi KPH
Meningkatkan potensi
kerjasama dan kemitraan
√ √ √
dengan pelaku usaha
kehutanan dan masyarakat
Percepatan pembentukan
kelembagaan konservasi yang
mandiri (KPHK, non Taman
Pengarusutamaan √ √ √ √
Nasional) pada taman
KPH dalam
nasional yang mempunyai
pengelolaan hutan
potensi tinggi
Meningkatkan penyediaan
√ √
sarana dan prasarana KPH
Meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia yang
berkompeten untuk √ √ √ √
mendukung operasionalisasi
KPH
Meningkatkan pemanfaatan
hasil hutan kayu, hasil hutan
√ √ √
bukan kayu dan jasa
lingkungan dalam KPH
Peningkatan variasi
pengenaan PNBP √ √ √ √
pemanfaatan kawasan hutan
Pembangunan infrastruktur
Optimalisasi penunjang pembangunan √ √ √
pengelolaan kehutanan
sumber daya
hutan Mempertahankan dan
meningkatkan
keanekaragaman hayati,
HCVF (High Conservation
√ √ √ √
Value Forest) dan Kawasan
Ekosistem Esensial
(yurisdiksi pengelolaan ada di
Pemda, secara teknis di
- 40 -
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
KLHK)
Meningkatkan peran
pemanfaatan dalam
Pengembangan √ √ √
perlindungan dan konservasi
pengelolaan
sumberdaya hutan
sumber daya
hutan yang Menerapkan pola-pola
berkelanjutan perlindungan dan
pemanfaatan hutan yang
tepat dengan memperhatikan √ √ √
daya dukung dan daya
tampung air, kondisi lahan
dan teknologi
Meningkatkan pengetahuan
dan kapasitas masyarakat
√ √ √
terkait dengan perubahan
iklim
Menerapkan sistem
Measurement, Reporting,
√ √ √
Verification (MRV) di setiap
bidang
Mengembangkan dan
mendukung pelaksanaan
√ √ √
kebijakan pertumbuhan
ekonomi yang rendah karbon
- 41 -
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
Mendorong pemerintah
daerah menyusun
strategi/rencana aksi
√ √ √
adaptasi berdasarkan
dokumen RAN-API dan kajian
kerentanan daerah
Memperkuat pemanfaatan
jasa-jasa ekosistem yang
√ √ √
mengurangi dampak
perubahan iklim
Pengembangan penelitian
kehutanan berbasis √ √ √ √
kebutuhan dan tipologi hutan
Mengembangkan teknologi
tepat guna dan pola-pola
Peningkatan perlindungan hutan serta
√ √ √ √
Penelitian dan pemanfaatan yang tidak
Pengembangan mengurangi fungsi
Kehutanan perlindungan
Pengembangan teknologi
tepat guna untuk
pemanfaatan hutan,
√ √ √ √
pemanenan, pengolahan hasil
dan inovasi kreatif dalam
pemasaran
Memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk
√ √ √ √
mengakses teknologi dan
hasil riset kehutanan
Meningkatkan kapasitas
lembaga kehutanan tingkat √ √ √
pusat, daerah dan tapak
Penguatan kelembagaan
penyuluhan kehutanan √ √ √ √
Pengembangan SDM
Kehutanan sesuai komoditas √ √ √ √
unggulan daerah
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
pusat dan daerah
Standardisasi kompetensi
SDM Kehutanan √ √ √ √
Peningkatan kapasitas √ √ √
lembaga kehutanan di daerah
Pemberian kewenangan
kepada Daerah untuk
√ √ √ √
mengelola sebagian Hutan
Konservasi
Pengembangan pendelegasian
sebagian kewenangan dalam
proses pemanfaatan hutan, √ √ √
industri dan pemasaran hasil
hutan
Penguatan diplomasi
√ √ √
kehutanan
Meningkatkan peran
kehutanan Indonesia dalam
√ √ √
kepemimpinan regional dan
global
Melakukan pemantauan
pelaksanaan komitmen
√ √ √
internasional dalam
Peningkatan mengurangi perubahan iklim
mitigasi dan Mengembangkan kerjasama
adaptasi luar negeri berbasis √ √ √ √
perubahan iklim kesetaraan
Menyusun dan
mengimplementasikan √ √
Strategi Nasional REDD+
Mempermudah dan
mempercepat proses
perizinan para pihak yang
√ √ √ √
mengajukan pola peningkatan
stok karbon (carbon
enhancement) dalam skema
- 43 -
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
REDD+
Meningkatkan kekuatan
Peningkatan penetrasi produk kehutanan
√ √ √
kontribusi dalam pasar regional dan
kehutanan bagi global
keberlanjutan Mendorong integrasi dan atau
sektor sinergitas pemanfaatan
perekonomian √ √ √
komoditas dan wilayah kelola
lainnya antar sektor
Meningkatkan kemampuan
subsektor kehutanan dalam √ √ √
penyerapan lapangan kerja
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2016- 2021-
2026-2030
2015 2020 2025
Penyelesaian rancangan
blok/zonasi dan dokumen √ √ √ √
perencanaan lainnya
Promosi/pemasaran jasa
lingkungan √ √ √ √
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2016- 2021-
2026-2030
2015 2020 2025
Melakukan perubahan orientasi
kawasan konservasi yang
mandiri (dari cost center menjadi
√ √ √ √
profit center) tanpa
menghilangkan fungsi
konservasi
Mengembangkan pelestarian
sumber daya hutan dan
ekosistem penting di luar
√ √ √ √
kawasan hutan Negara, antara
lain: Kawasan Ekosistem
Esensial
Pengamanan keanekaragaman
√ √ √ √
hayati
Konservasi keanekaragaman
hayati di HCVF dan kawasan √ √ √ √
konservasi satwa liar
Pengelolaan koridor
keanekaragaman hayati untuk √ √ √ √
spesies-spesies penting
Mengembangkan usaha-usaha
restorasi keanekaragaman √ √ √ √
hayati pada kawasan konservasi
Perlindungan keanekaragaman
hayati dan sumber plasma √ √ √ √
nutfah
Penyesuaian peraturan
penangkaran dan budidaya
tumbuhan dan satwa liar √ √ √ √
berkoordinasi dengan Scientific
Authority
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2016- 2021-
2026-2030
2015 2020 2025
termasuk dengan masyarakat
Milestone
Kebijakan Strategi 2016- 2021- 2026-
2011-2015
2020 2025 2030
Mengembangkan usaha-usaha
restorasi keanekaragaman hayati
√ √ √
pada kawasan perlindungan
gambut
Pengembangan pengelolaan
hutan alam dan ekosistem
gambut yang berkelanjutan
√ √ √ √
(evaluasi perijinan,
pembangunan sistem tata kelola
gambut)
Pemeliharaan dan
pemulihan sumber Penetapan bentuk dan pola
daya hutan dan kegiatan Perhutanan Sosial
ekosistemnya dalam kawasan ekosistem √
gambut dan kawasan ekosistem
esensial
Milestone
Kebijakan Strategi 2016- 2021- 2026-
2011-2015
2020 2025 2030
Percepatan rehabilitasi
√ √ √ √
kawasan hutan
Mempermudah masyarakat
untuk mengakses pusat bibit
yang berkualitas (bersertifikat) √ √ √ √
dan dalam jumlah yang
memadai
Memperkuat sistem
rehabilitasi, reklamasi dan
√ √
Peningkatan peran restorasi pada areal yang
hutan dalam terdegradasi
pemulihan daya
dukung DAS Melaksanakan rehabilitasi
dengan skema restorasi
√ √ √
partisipatif pada kawasan
yang berkonflik
Mendorong usaha-usaha
rehabilitasi pada hutan hak
dan atau hutan adat √ √ √
khususnya di daerah kawasan
lindung
Mendorong peningkatan
keterlibatan mayarakat dalam √ √ √
pengelolaan DAS
Internalisasi rencana
pengelolaan DAS dengan
√ √
sektor terkait dan rencana
tata ruang wilayah
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
Milestone
Kebijakan Strategi
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
Mengembangkan peluang
pasar domestik dan ekspor √ √ √
produk hasil hutan
Meningkatkan efisiensi
industri kehutanan
termasuk pemegang izin
√ √ √
pemanfaatan hasil hutan
Mengembangkan sistem
monitoring dan evaluasi √
pemanfaatan hasil hutan
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2021- 2026-
2016-2020
2015 2025 2030
Mengembangkan kemitraan
antara usaha korporasi dan
masyarakat dalam
√ √ √
pembangunan hutan
tanaman serta pemanfaatan
hasil hutan
Perbaikan mekanisme
pengakuan hutan adat √ √
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2021- 2026-
2016-2020
2015 2025 2030
Fasilitasi pengembangan
kluster-kluster komoditas dan
pemasaran produk √ √
perhutanan sosial dan
kemitraan
Pengembangan
pendampingan pemanfaatan √ √ √
hutan berbasis masyarakat
Pembinaan dan
pengembangan hutan rakyat √ √ √
dan industri ikutannya
Peningkatan pemanfaatan
potensi penyuluh melalui
√ √ √
kerjasama dengan instansi
terkait
Milestone
Kebijakan Strategi 2011- 2021- 2026-
2016-2020
2015 2025 2030
Membangun sistem
monitoring dan evaluasi
√ √
perubahan peruntukan dan
fungsi kawasan hutan
Menyediakan akses
pengembangan usaha non
kehutanan yang terintegrasi
Optimalisasi dalam pengelolaan kawasan √ √ √
distribusi fungsi hutan dengan memperhatikan
dan peruntukan daya dukung dan daya
kawasan hutan tampung air
Mengarahkan perubahan
fungsi dan peruntukan
kawasan hutan hanya untuk
mendukung pencapaian target √ √ √
pembangunan prioritas
nasional dan pembangunan
sektor kehutanan
- 49 -
8. PENGARUSUTAMAAN RKTN
Untuk memastikan RKTN ini digunakan sebagai landasan
perencanaan kehutanan nasional maupun daerah, diperlukan sejumlah
langkah sebagai berikut:
a. Pengintegrasian RKTN ke dalam RPJMN
b. Penjabaran RKTN ke dalam Rencana Makro Penyelenggaraan
Kehutanan
c. Penjabaran RKTN ke dalam Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi dan
Rencana Pengelolaan Hutan di tingkat tapak
- 51 -
9. PENUTUP
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011-2030
merupakan arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau
ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan
pembangunan di luar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan
dalam skala nasional untuk jangka waktu 20 tahun. RKTN 2011-2030
menjadi acuan bagi perencanaan kehutanan pada tingkat yang lebih
rendah termasuk perencanaan kehutanan di wilayah provinsi,
kabupaten/kota dan Kesatuan Pengelolaan Hutan.
ttd.
SITI NURBAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt.KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 52 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.41/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019
TENTANG
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)
TAHUN 2011-2030
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 54 -
.
.
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 55 -
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 56 -
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 57 -
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 58 -
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 59 -
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
- 60 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.41/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019
TENTANG
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)
TAHUN 2011-2030
SITI NURBAYA
MAMAN KUSNANDAR
- 61 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.41/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019
TENTANG
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)
TAHUN 2011-2030
1. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Sumatera
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 24.768 57,20% 19,26% 23,54%
2. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Jawa
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 10.392 43,18% 2,69% 54,13%
3. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Bali dan Nusa Tenggara
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 4.618 39,76% 6,18% 54,06%
4. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Kalimantan
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 17.249 60,24% 20,36% 19,41%
Arahan Konservasi 4.922 88,48% 10,78% 0,75%
Arahan Perlindungan Hutan Alam
8.385 81,43% 17,49% 1,08%
dan Ekosistem Gambut
Arahan Prioritas Rehabilitasi 2.826 66,18% 26,21% 7,62%
RKTN Arahan Pemanfaatan Berbasis
15.976 67,26% 31,79% 0,95%
Korporasi
Arahan Pemanfaatan Berbasis
2.558 73,40% 18,16% 8,44%
Masyarakat
Arahan Non Kehutanan 1.386 65,82% 20,21% 13,96%
5. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Sulawesi
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 5.252 48,59% 10,68% 40,73%
Arahan Konservasi 1.641 80,41% 12,96% 6,63%
Arahan Perlindungan Hutan Alam
3.549 71,37% 27,72% 0,92%
dan Ekosistem Gambut
Arahan Prioritas Rehabilitasi 502 65,26% 27,61% 7,13%
RKTN Arahan Pemanfaatan Berbasis
791 66,08% 30,57% 3,35%
Korporasi
Arahan Pemanfaatan Berbasis
1.667 67,01% 26,01% 6,99%
Masyarakat
Arahan Non Kehutanan 386 48,33% 24,72% 26,95%
6. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Maluku
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 1.320 71,01% 13,35% 15,64%
Arahan Konservasi 626 92,17% 7,14% 0,69%
Arahan Perlindungan Hutan Alam
1.920 83,18% 15,76% 1,06%
dan Ekosistem Gambut
Arahan Prioritas Rehabilitasi 390 72,70% 17,47% 9,83%
RKTN Arahan Pemanfaatan Berbasis
1.636 79,93% 19,56% 0,51%
Korporasi
Arahan Pemanfaatan Berbasis
664 84,22% 11,08% 4,71%
Masyarakat
Arahan Non Kehutanan 1.103 79,87% 12,19% 7,93%
7. Tabel Daya Dukung dan Daya Tampung Air di dalam Kawasan Hutan di Pulau
Papua
Daya Dukung Daya Tampung Air Luas Belum Terlampaui
Terlampaui
Jasa Kinerja Air (1996-2016) (ribu ha) Tetap Menurun
APL 2.937 71,59% 25,34% 3,07%
Arahan Konservasi 8.548 93,04% 6,96% 0,00%
Arahan Perlindungan Hutan Alam
16.590 89,97% 10,02% 0,01%
dan Ekosistem Gambut
Arahan Prioritas Rehabilitasi 1.814 73,72% 26,27% 0,00%
RKTN Arahan Pemanfaatan Berbasis
8.099 71,52% 28,47% 0,01%
Korporasi
Arahan Pemanfaatan Berbasis
2.392 78,69% 21,28% 0,02%
Masyarakat
Arahan Non Kehutanan 956 73,07% 26,90% 0,03%
TOTAL PULAU PAPUA 41.336 83,93% 15,85% 0,23%
ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
SITI NURBAYA
ttd.
MAMAN KUSNANDAR