Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ASAM BASA


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar Kritis 2

Dosen pengampu Nyayu Nina Putri C, Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3 S1-3C

AnnisaDwi Putri (217095)

Cindio Vega Melani (217100)

Eva DwiPurwanti (217107)

Isma Melina (217114)

Muhammad Ichsan (217120)

Riapul Purba (217128)

Yani Septyani (217136)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

S1 KEPERAWATAN

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allat SWT atas berkah dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Keseimbangan Cairan Elektrolit Dan Asam Basa” dengan baik dan benar.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Gadar Kritis 2 yang telah memberikan tanggung jawab
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk pemenuhan tugas
yang diberikan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan
kritik serta saran dari dosen dan para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bandung, 16 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan ...........................................................................................................1

1.4 Manfaat .........................................................................................................2

1.3 Metode Penelitian..........................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................3

2.1 Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa.........................................3

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................12

3.1 Kasus ..........................................................................................................12

BAB III PENUTUP ...........................................................................................17

3.1 Kesimpulan..................................................................................................17

3.2 Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan asam basa
didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan
saluran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen – komponen tersebut oleh
ginjal dan paru. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbangai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air.
( pelarut ) dan zat tertentu ( zat terlarut ). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel – partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan,
minuma, dan cairan intravena ( IV ) dan distribusi keseluruh tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam sveluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan cairan dan elektrolit, salah satunya
adalah penyakit. Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi
yang baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dan asam basa yang normal karena mekanisme adaftaif  tubuhnya. Namun bayi,
bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan
orientasi atau klien yang imobilitasi, serta lansia sering kali tidak mampu
merespon secara mandri dan seiring dengan waktu kemampuan adaptif tubuh
mereka tidak lagi dapat mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit, da
asam basa tanpa adanya bantuan oleh karena itu, asuhan keperawatan untuk
beragam klien meliputi pengkajian  dan perbaikan ketidak seimbangan atau upaya
mempertahankan ketidak seimbangan cairan, elektolit dan asam basa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan tentang Keseimbangan Cairan Elektrolit Dan Asam
Basa?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada kasus Keseimbangan Cairan
Elektrolit Dan Asam Basa?
1.3 Tujuan

1
1. Menjelaskan materi tentang Keseimbangan Cairan Elektrolit Dan Asam
Basa
2. Menganalisa Asuhan Keperawatan Pada kasus Keseimbangan Cairan
Elektrolit Dan Asam Basa
1.4 Manfaat

a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan mengenai Keseimbangan
Cairan Elektrolit Dan Asam Basa dengan kasus tersebut.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan
Keseimbangan Cairan Elektrolit Dan Asam Basa dengan Asuhan
Keperawatan Pada Kasus
Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi bekal dalam proses
keperawatan Gadar Kritis agar dapat mencerminkan kepekaan terhadap apa
yang terjadi melalui tugas dan tanggung jawab tenaga medis atau perawat
untuk meingkatkan kualitas kesehatan gerontik berdasarkan kasus.
1.5 Metode Penelitian
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran Materi terkait Keseimbangan Cairan
Elektrolit Dan Asam Basa. Adapun materi yang ditelusuri, diambil dari berbagai
sumber yang berhubungan

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Keseimbangan Cairan Elektrolit Dan Asam Basa

A. DEFINISI
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam
dan basa dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja
berbagai organ.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14.
Kadar pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang
dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan
asidosis. Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45,
dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.

Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ

3
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

B. ETIOLOGI
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
diantaranya adalah usia, temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
a. Usia
Variasi  usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism
yang diperlukan dan berat badan.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu :
a) Untuk berat badan sampai 10kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
b) Berat badan 11-20kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +50ml/kgBB
c) Berat badan >20kg, kebutuhan cairan perhari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kg/BB/hari

b. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
d. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan. Kondisi sakit
sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh misalnya :
a) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.

4
c) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

2. Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa


a. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi
lain yang memengaruhi fungsi paru-paru dalam membuang
karbondioksida (CO2). Dengan kata lain, asidosis respiratorik terjadi
ketika tubuh hanya dapat membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi
yang dapat memicu asidosis respiratorik kronis, antara lain:
 Asma.
 Penyakit paru obstruktif kronis.
 Edema paru.
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple
sclerosis dan distrofi otot.
 Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam
bernapas, misalnya obesitas atau skoliosis.
Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh
beberapa kondisi, seperti:
 Henti jantung.
 Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan
emfisema.
 Kelemahan otot pernapasan.
 Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
 Overdosis obat penenang.

b. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak


asam, atau saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui
urine. Asidosis metabolik terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik


terjadi ketika tubuh kekurangan insulin, sehingga lemak yang
dipecah bukan karbohidrat. Pemecahan lemak ini
mengakibatkan keton darah yang bersifat asam meningkat.
Kondisi ini lazim lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe
1 yang tidak terkontrol.

5
 Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan
oleh kurangnya kadar natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi
ini dapat disebabkan oleh diare

 Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan


asam laktat. Asidosis laktat dapat disebabkan oleh konsumsi
alkohol (ketoasidosis alkoholik), kanker, gagal jantung, kejang,
gagal hati, kadar gula darah rendah, serta kekurangan oksigen
dan olahraga yang berlebihan.

c. Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu


suatu kondisi ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu
dalam. Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh perasaan panik
dan cemas. Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik
adalah:

 Demam tinggi

 Berada di dataran tinggi

 Penyakit paru

 Penyakit liver

 Kekurangan oksigen

 Keracunan salisilat

d. Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau


kelebihan basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut
adalah:

 Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh


kekurangan elektrolit.

 Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.

 Penyakit kelenjar adrenal.

 Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida)


6
C. PATOFISIOLOGI
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
1. Ketidakseimbangan Volume
a. Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai
kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan
air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik
sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan
hipernatremia.
b. Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-
duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan
terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF
(hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan
interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan
cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau
generalisata.
2. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam
cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang
aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas
(overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di
dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam
plasma.

7
PATHWAY

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Usia Iklim Diet Stress Kondisi sakit

Difusi,filtrasi,transpor aktif,osmosis

Hipovolemi Hipervolemi Gangguan keseimban elektrolit: Gangguan


keseimbangan asam
- Hiponatremia&hypernatremia
basa:
- Hipokalemia&hyperkalemia
- Hipokalsemia&hyperkalsemia - Asidosis
Kekurangan Kelebihan - Hipokloremia&hyperkloremia respiratorik
volume volume - Hipofosfatemia&hyperfosfate - Asidosis
cairan cairan mia metabolic
- Alkalosis
respiratorik
- Alkalosis
Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
Gangguan
pertukaran gas
ketidakefektipan
pola napas

8
D. PENGATURAN ELEKTROLIT
Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium
(potassium), kalsium, magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat:
1. Natrium (sodium)
a. Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan
Ekstrasel (CES)
b. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan
kontraksi otot.
c. Sodium diatur oleh intake  garam aldosteron, dan pengeluaran
urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a. Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
b. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein,
pengaturan keseibangan asam basa,  karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel,  konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
c. Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
d. Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
4. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting
untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai
normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS,  normalnya sekitar 95-105 mEqlt.
6. Bikarbonat
a. HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan CES dan CIS.
b. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
a. Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
b. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler,
metabolism karbohidrat, dan pengaturan asam basa.
c. Pengaturan oleh hormone parathyroid.
9
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Kelelahan
2. Kram otot dan kejang
3. Mual
4. Pusing
5. Pingsan
6. Lekas marah
7. Muntah
8. Mulut kering
9. Denyut jantung lambat
10. Kejang
11. Palpitasi
12. Tekanan darah naik turun
13. Kurangnya koordinasi
14. Sembelit
15. Kekakuan sendi
16. Rasa haus
17. Suhu naik
18. Anoreksia
19. Berat badan menurun

F. KOMPLIKASI
1. Kejang yang muncul akibat gangguan keseimbangan elektrolit dalam
tubuh, terutama natrium dan kalium.
2. Permasalahan pada ginjal dan saluran kemih, terutama jika dehidrasi
yang dialami terjadi berulang kali. Dehidrasi dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih, batu ginjal, batu kandung kemih, bahkan gagal
ginjal akut.
3. Cedera akibat suhu tinggi (heat injury). Jika sedang melakukan
aktivitas fisik berat, namun tidak menjaga asupan cairan tubuh, dapat
mengalami dehidrasi yang memicu terjadinya heat injury. Gejala heat
injury yang tergolong ringan bisa berupa kram. Sedangkan gejala
beratnya bisa berupa kelelahan dan heat stroke.
4. Syok hipovolemik. Ini merupakan komplikasi akibat dehidrasi paling
serius, dan bahkan berpotensi membahayakan jiwa Anda. Kekurangan
cairan dapat menyebabkan volume darah di dalam tubuh menjadi
berkurang, sehingga tekanan darah dan kadar oksigen menjadi
menurun

10
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi cairan IV.
b. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
c. Terapi obat-obatan.
d. Transfusi darah (jika diperlukan).

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Menghitung tetesan infus.
Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

Faktor tetes infus (Dewasa) :


a. Merek Otsuka
Faktor tetes = 15 tetes/ml
b. Merek Terumo
Faktor tetes = 20 tetes/ml
2) Rehidrasi oral.
3) Menghitung keseimbangan cairan.
IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny.A, umur 48 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemah,haus. Pada
pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 80/65 mmhg, nadi 120x/menit, lemah dan
dalam, respirasi rate 30x/mnt. Mukosa mulut kering, turgor menurun, kesadaran
apatis, kulit dingin dan lembab, matacekung. Berat badan dan tinggi badan sebelum
sakit 50 kg/ 150 cm. hasil laboratorium Kalium: 2,9 mEq/liter, Natrium: 125
mEq/liter. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan: RR: 33x/mnt, N: 80x/mnt, TD: 80/90
mmHg, CRT: <2 dtk, kesadaran E:2,V: 3, M: 3.hasil pemeriksaan AGD didapatkan
pH: 7.5, PCO2: 70, HCO3; 20, Hb: 1, Ht: 39.

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Umur : 48 tahun
Agama :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Alamat :-
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian :-
No. Register :-
Diagnosa Medis :-
Penanggung Jawab :-

B. DATA FOKUS
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini
Pada saat MRS dan pengkajian, pasien mengeluh lemas dan haus.
a. Airways: jalan nafas
Suara nafas:tidak ada suara nafas tambahan
b. Breathing:pernafasan tidak ada (-) sumbatan dijalan nafas
Batuk: (-)
Bunyi nafas: tidak ada ronchi (-) wheezing (-)
c. Circulation
Nadi: 120x/menit lemah dan dalam
TD: 80/60Mmhg
Bb: 50 kg
Tb: 150 cm
Reapirasi: 30x/menit
12
d. Ekstermitas
Kesadaran: Apatis
Kulit: teraba dingin dan lembab
Turgor: menurun
Mata: cekung
Mukosa mulut: kering
CRT < 2 detik

2. Pengkajian Primer
a. Keluhan utama:
pasien datang ke rs mengeluh lemah,haus
b. pemeliharaan kesehatan :
pemasukan cairan kurang
c. pola cairan :
gejala lemas, haus, membrane mukosa kering crt < 2 detik
e. pemeriksaan penunjang
kesadaran E:2 V:3 M:3 TD : 80/90 mmhg, N : 80x/menit,
RR:33x/menit, kalium :2,9mEq/liter, natrium 125mEq/liter AGD:ph
7.15 PCO2:25 PO2:70 HCO3:20 HB: 11 HT:39

C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Makanan Kekurangan
- Klien mengeluh haus Volume Cairan
dan lemah Toksin tidak dapat
Do : diabsorpsi
- Mukosa mulut
tampak kering. Hiperperistaltik
- Mata tampak
cekung. Diare
- Turgor kulit
menurun. Hilangnya cairan dan
- TD : 80/90 mmHg elektrolit berlebih
- Nadi : 80x/menit
- Respirasi : Ganggaun keseimbangan
33x/menit cairan dan elektrolit
- Ht : 39 %
Dehidrasi

1. Keseimbangan negative
antara asupan dan
haluaran
2. Penurunan BB
3. Kulit/membrane
13
mukosa kering
4. Penurunan haluaran
urine atau haluaran urin
berlebih
5. Haus, mual, anoreksia

Kekurangan Volume
cairan
2
Ds : Darah residu Gangguan
- pasien mengeluh lemas melebihi darah pertukaran gas
Do : volume ventrikel kiri
- Respirasi 33x/menit
- Nafas cepat Tekanan ventrikel
- Nadi : 80x/menit dan atrium kiri
- Kesadaran : apatis meningkat
- PCO2:25
- PO2:70 Menghambat darah
dari paru-paru

Kongesti/bendungan
paru

Gangguan
pertukaran gas

Masalah : Gangguan
pertukaran gas

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan bd kehilangan cairan aktif
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DX NOC NIC RASIONAL


O KEPERAWATAN
1. Kekurangan Tujuan: setelah  Monitor status  Untuk
Volume Cairan dilakukan tindakan hidrasi mengetahui
asuhan keperawatan (kelembabpan perkembanga
diharapkan :
membran mukosa, n status
 Cairan seimbang
nadi adekuat, rehidrasi.
 Hidrasi
tekanan darah
 Status Nutrisi :
ortostatik), jika
intake cairan &
diperlukan.
nutrisi, dengan :
K.H :
 Monitor TTV.
-mempertahankan urine  Untuk
output sesuai dengan memantau
usia dan BB, BJ urine TTV px
normal.
dalam batas

14
-tekanan darah, nadi,  Kolaborasikan normal.
suhu tubuh dalam batas dengan tim medis
normal. dengan pemberian
cairan IV.  Untuk
-tidak ada tanda-tanda mengganti
volume cairan turun, cairan yang
 Monitor status
elastisitas turgor baik, keluar.
cairan termasuk
membran mukosa
intake & output
lembab, tidak ada rasa
cairan.
haus berlebihan.  Untuk
 Monitor BB memantau
status cairan
px.
 Anjurkan px
menambahan
intake oral (cairan
 Untuk
maupun nutrisi)
memantau
BB px.

 Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan dan
nutrisi px.
2. Gangguan Tujuan : 1) Kaji suara paru;
pertukaran gas bd Dalam waktu 1x 24 jam frekuensi
ketidakseimbanga pertukaran gas akan napas,kedalaman,
n ventilasi-perfusi kembali efektif dan usaha napas;
Kriteria hasil: dan penggunaan
1) TTV dalam batas otot bantu nafas,
normal 2) Pantau saturasi o2
2) GDA dalam dengan oksimeter
batas normal nadi.
3) Menunjukkan 3) Pantau hasil gas
ventilasi yang darah ( misalnya
adekuat  kadar PaO2 yang
4) Oksigenasi rendah, dan
adekuat PaCO2 yang
5) Perbaikan distres tinggi
pernafasan menunjukkan
pernafasan )
4) Pantau kadar
elektrolit.
5) Pantau status
mental ( gelisah,

15
tingkat kesadaran
dan konfusi ).
6) Ajarkan tekhnik
bernafas dan
relaksasi pada
pasien.
7) Jelaskan pada
pasien alasan
pemberian
oksigen dan
tindakan lainnya.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (KDM),
dengan menggunakan metedologi proses keperawatan dan berpedoman pada
standar keperawatan, dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan. (DPP PPNI, 1999).

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu
bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan.

4.2 Saran

Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam


penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangnan cairan elektrolit dan asam
basa. Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam. Diharapkan dapat
mempelajari berbagai macam penanganan pada gangguan keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nanti.

17
DAFTAR PUSTAKA
Unknown. (2010). “asuhan keperawatan cairan dan elektrolit”. [online]. Tersedia:
https://aininurseskill.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-cairan-dan.html
yang direkam pada 12 april 2010.
Andrianto. (2015). “asuhan keperawatan gawat darurat”. [online]. Tersedia:
https://www.slideshare.net/fanda2819/askep-gadar-46795927
yang di rekam pada 08 April 2015.
Husniawati. (2012). “Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit”. [online].
Tersedia:
https://www.slideshare.net/NeliHusniawati/gangguan-keseimbangan-cairan-elektrolit
yang di rekam pada 29 Maret 2012
file:///C:/Users/HP/Downloads/Chapter%20II%20(7).pdf
Unknown. (2012). “Asuhan Keperawatan Kasus Lengkap”. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/8303809/Askep_KASUS_Lengkap

18
SEVENJUMP

STEP 1

1. HCo3 ( Riapul )
2. Po2 ( Isma )
3. PCo2 ( Vega )
4. Kesadaran E:2, V:3, M:3 ( Yani )
5. Ht ( Anisa Dwi )
6. Kesadaran Apatis ( Muhammad ican )
7. Agd ( Eva Dwi )

STEP 2

1. HC03 adalah Bikarbonat, fungsinya untuk menyeimbangkan asam basa


( Yani Septyani )
2. Po2 adalah tekanan parsial oksigen yang larut dalam darah, pengukuran
ini dapat menentukan seberapa baik oksigen dapat mengalir dari paru-paru
kedalam darah ( Muhammad Ichsan )
3. PCo2 adalah Tekanan pasial karbondioksida dimana karbondioksida
dalam darah, fungsinya untuk menentukan berapa baik karbondioksida
yang di keluarkan dalam tubuh ( Anisa Dwi Putri )
4. E : Eye Normal 4, V : Verbal normal 5, M : Motorik 6 jika semuanya
dinyatakan normal maka bias di bilang kesadaran composmentis ( Isma
Melina )
5. Ht ( Hematokrit ) yaitu kadar sel darah merah dalam darah, hematokrit ini
menunjukan jumlah presentase perbandingan sel darah merah terhadap
volume darah tersebut biasanya jika hematokrit nya terlalu redah atau
terlalu tinggi bisa menjadi pertanda penyakit tertentu seperti anemia atau
dehidrasi ( Eva Dwi )
6. Kesadaran Apatis adalah kesadaran yang senggan untuk berhubungan
dengan sekitarnya yang sikap nya acuh tak acuh biasanya tidak peduli
terhadap lingkungan ( Cindio Vega Meylany )
7. Agd adalah analisis gas darah yang bertujuan untuk pemeriksaan medis
untuk mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah ( Riapul
Purba )

STEP 3

1. Mengapa pada TTV pasien hasil respirate nya itu bisa sampai 33x/menit ?
( Yani Septyani )
2. Tolong sebutkan nilai normal PCo2, Po2, dan HCo3 ? ( Anisa Dwi Putri )
19
3. Penyakit apa yang di derita oleh pasien saat ini ? ( Cindio Vega Meylany )
4. Apakah tindakan pertama yang di lakukan oleh perawat pada saat pasien
datang kerumah sakit ( Isma Melina )
5. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus ini ? ( Riapul Purba )
6. Pada pemeriksaan Agd di dapatkan PH 7,15 apakah itu normal, tinggi,
atau terlalu rendah ? ( Eva Dwi Purwanti )
7. Mengapa tekanan darah bisa rendah ( Muhammad Ichsan )

STEP 4

1. Karena pasien mengalami dehidrasi sehingga tekanan oksigen itu bisa


meningkat ( Riapul Purba )
Menambahkan : Pasien mengalami dehidrasi sehingga pernafasan pasien
menjadi lebih cepat karena darah yang mengalir pada paru-parunya
berkurang makannya oksigen dalam paru-paru juga ikut berkurang
sehingga paru-paru melakukan pernafasan yang lebih cepat agar oksigen
yang di hirup juga lebih terpenuhi ( Anisa Dwi Putri )
2. Nilai normal PCo2 : 38-42 Mmhg, nilai nomal Po2 : 75-100 Mmhg, dan
nilai normal HCo3 : 22-28 Mmhg ( Yani Septyani )
3. Penyakit yang di derita pasien saat ini ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit asam dan basa ( Isma Melina )
4. Tindakan pertama yang di lakukan adalah pemberian cairan karena di
lihat dari tanda dan gejala nya seperti mata cekung, turgor kulit menurun,
mukosa mulut kering, apatis, da nada keluhan haus ( Eva Dwi Purwanti )
5. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini gangguan volume
cairan, gangguan pertukaran gas ( Cindio Vega Meylany )
6. Nilai Agd : 7,38-7,42 ini termasuk kedalam Agd rendah karena di lihat
dari nilai normalnya ( Muhammad Ichsan )
7. Karena pasien mengalami dehidrasi berat bisa di lihat dari tanda dan
gejalanya pasien mengalami lemah, haus mukosa mulut kering, turgor
kulit menurun, dan mata cekung hubungannya dengan tekanan darah yaitu
di pengaruhi oleh jumlah cairan yang ada di dalam pembuluh darah
makanya kenapa pasien bisa tekanan darah rendah karena pasien
mengalami dehidrasi sehingga cairan di dalam pembuluh darahnya
berkurang ( Anisa Dwi Putri )
8. Bagaimana keadaan normal status cairan dan elektrolit pasien ?
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.
Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
20
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
9. Pengaturan volume cairan ekstrasel Penurunan volume cairan ekstrasel
menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma.
10. Jelaskan mengenai keadaan normal status cairan dan elektrolit ?
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.
Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
1) Pengaturan volume cairan ekstrasel Penurunan volume cairan ekstrasel
menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan
volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma.
11. Apakah kemungkinan penyebab gangguan yang terjadi pada pasien ?
Kondisi sakit pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.

12. Bagaimana mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit ?


1) Keseimbangan Donnan Keseimbangan Donnan merupakan
keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler
yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang
merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya
ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif
yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak
dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk
mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan
negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua
sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan
perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel
tersebut.
21
2) Osmolalitas dan Osmolaritas Osmolalitas digunakan untuk
menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel,
sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah
osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan
metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan
osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam
satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti
bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain
itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.
3) . Tekanan Koloid Osmotik Tekanan koloid osmotik merupakan
tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat
berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler
dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein
dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti
yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas
kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek
penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar
kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid
osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru.
4) . Kekuatan Starling (Starling’s Forces) Tekanan koloid osmotik
plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada
ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat
berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir
arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan
reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous.
13. Bagaimana penanganan rehidrasi untuk pasien jika terjadi dehidrasi ?
alternatifnya :
- Minum air putih atau minuman rasa alami ( jus atau minuman rasa
buah )
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung air ( buah-buahan dan
sayuran )
- Cara lainnya :
cara mengatasi dehidrasi lainnya yang bisa dilakukan di rumah:

o Tempelkan kain basah pada tubuh terutama pada leher, wajah,


punggung, dada ataupun perut.
o Kurangi penyebab dehidrasi seperti muntah, diare, atau
demam.
22
o Oleskan lip balm pada bibir yang kering.
o Letakkan pendingin, es, dan minuman sehat dengan jarak yang
dekat supaya tubuh mendapatkan kondisi yang lebih nyaman.

Dan jika hal itu tidak bisa dilakukan maka harus di bawa ke rs untuk
penanganan lebih lanjut seperti pemenuhan cairan melalui parenteral.

14. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada kasus diatas adalah ?
1) Kekurangan Volume Cairan b.d Kegagalan mekanisme regulasi /
kehilangan cairan aktif
2) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

23

Anda mungkin juga menyukai