Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL

Disusun oleh :
HANUM LAKSITA INTAN HAPSARI
J2A013019P

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN ENDODONTIK

PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ENDODONTIK

Disusun oleh :
Nama : Hanum Laksita
NIM : J2A013019P

Semarang, 27 juli 2019

Disetujui Oleh :
Pembimbing

drg. Dwi Windu Kinanti , M.MR

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang


menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi
yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya
sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Hal ini
berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi baik.
Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu perawatan
kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan
endodontik bedah.

Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan yang


dilakukan dengan cara mengambil seluruh jaringan pulpa nekrosis,
membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan
perawatan saluran akar (PSA) adalah untuk mempertahankan gigi non vital
dalam lengkung gigi agar dapat bertahan selama mungkin dalam rongga mulut
dengan cara membersihkan dan mendisinfeksi sistem saluran akar sehingga
mengurangi munculnya bakteri

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan


dalam kasus perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas
tiga tahap utama yaitu : preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan
dan pembentukan (cleaning dan shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi
saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan syarat utama
keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila
saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan
pengisi. Apabila obturasi yang dilakukan tidak hermetis, maka karies akan
berlanjut ke tahap yang lebih parah, karena bakteri masih bisa masuk ke
bagian akar yang tidak terisi dan terus menyebar ke bagian periapikal dan
lama kelamaan akan menjadi abses. Jika hal ini terjadi, maka tindakan
perawatan yang dilakukan akan menjadi lebih rumit.

Preparasi saluran akar merupakan hal yang penting untuk merupakan hal
yang penting untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
endodontic. Ada 4 hal yang hal yang mempersulit perawatan saluran akar
yaitu anatomi saluran akar yang kompleks, bakteri yang masuk jauh ke
tubulus dentin, Instrumen yang digunakan belum cukup efisien, dan pelebaran
saluran akar dan perawatn endodontic membutuhkan kesabaran dan
ketekunan, sedangkan upah yang diberikan belum sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan.Dalam melakukan perawatan endodontic, ada tiga hal utama
yang perlu diperhatikan, yakni, mikrobiologi, anatomi gigi, teknik perawatan
yang dilakukan.

B. Identitas
1. Nama : DY
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Semarang
6. No RM :472

C. Anamesa
1. Keluhan utama
Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan
ini dan ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk
mengunyah makanan, dan minum dingin bahkan makan makanan yang
manis.
2. Riwayat Keluhan Utama
Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan
ini dan ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk
mengunyah makanan, dan minum dingin bahkan makan makanan yang
manis. Sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan pada gigi
tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini masih merasa sakit.

3. Riwayat Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak sedang
dalam perawatan dokter dan tidak sedang mengkonsumsi obat rutin
Pasien tidak memiliki alaergi terhadap jenis makanan tertentu maupun
jenis obat-obatan tertentu dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Pasein belum pernah melakukan donor darah sebelumnya.
4. Riwayat Gigi terdahulu
Pasien rutin berkumjumg ke dokter gigi untuk melakukan perawatan
pada giginya tindakan terakir yang dilakukan adalah penambalan pada
gigi atas sejak beberapa bulan yaitu 2 bulan yang lalu. Pasien menyikat
gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari yaitu pada saat mandi pagi
dan mandi sore dan menyikat gigi menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan dengan kepala sikat yang panjang dengan gerakan
secara vertical, selain itu pasien tidak menggunakan obat kumur
maupun benang gigi untuk membersihkan gigi tersebut. Pasoe
enggosok gigi dengan gerakan vertical dan pasien memiliki kebiasaan
mengunyah satu sisi pada gigi yang tidak terdapat lubang.
5. Riwayat Keluarga.
Ayah dan Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
6. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang wiraswasta Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya di sebuah lingkungan perkampungan di Semarang Pasien
sehari hari mengkonsumsi air mineral kemasan dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran, selain itu pasien
memiliki kebiasaan mengkonsumsi the setiap pagi yaitu 1gelas per
hari. Pasien tidak rutin dalam berolahraga dan juga pasien seorang
perokok aktif nsmun buksn seorang alkoholik.

D. KEADAAN UMUM
a. Berat Badan : 50 kg
b. Pernapasan : 20 X permenit
c. Cacat Fisik : Tidak Ada
d. Warna Kulit Muka : Tidak Ada
e. Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
f. Jaringan parut : Tidak Ada
E. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
a. Kepala
1) Tonjolan : Tidak Ada
2) Cacat : Tidak Ada
3) Bercak Kulit : Tidak Ada
4) Wajah : Tidak Ada
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : Tidak Ada
2) Kelenjar Sublingualis : Tidak Ada
3) Nodus Limfatikus : Tidak Ada
4) Kelenjar Submandibula : Tidak Ada
c. TMJ
1) Luas pergerakan : Tidak Ada
2) Nyeri tekan pada TMJ : Tidak Ada
3) Suara : Ada
4) Locking : Tidak Ada
5) Dislokasi : Tidak Ada
6)
F. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
a. Mukosa
Terdapat lesi berwarna putih ± 1mm pada mucossa bucal dextra dan
sinistra sepanjang M1-M2, berwarna seperti mukosa, konsistensi
kenyal, berbatas tegas, dapat digerakan, tidak ada rasa sakit suspect
Linea Alba.

b. Gingiva
Tidak terdapat kelainan
c. Palatum
Tidak terdapat kelainan
d. Lidah
Tidak terdapat kelainan

G. Pemeriksaan Objektif
Terdapat karies pada distal gigi 15 kedalaman pulpa

Sondasi : negative

Perkusi : negative
Palpasi : positif

Vitalitas : negative
Pulpa
EPT : 46
H. Pemeriksaan Penunjang

I. Diagnosis Banding
Nekrosis pulpa
J. Terapi
1. KIE
2. Perawatan Saluran Akar ( Acces opening, shaping and cleaning,
obturation)
3. Tumpatan restorasi akhir pasca endodontic
K. Prognosis
Ad bonam, dapat dilakukan dikatakan baik jika tidak ada keluhan pasca
perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rencana Perawatan dan Persiapan

Rencana perawatan dapat dikategorikan ke dalam enam fase khusus


sebagai berikut (Beer, 2012)

1. Fase 1
Merumuskan suatu rencana perawatan awal dengan
pemeriksaan radiografi dan periodontal, serta diagnosis dan
prognosis, setelah menghilangkan rasa nyeri pasien. Rencana
perawatan di tahap ini hanya pendahuluan dan terutama berhubungan
dengan kebutuhan perawatan., perawatan banding, dan prognosis
berbagai metode perawatan. Setelah fase 1 dokter gigi memiliki
pasien yang sudah siap dan mendapatkan informasi lengkap, yang
dapat ikut berperan dalam penentuan rencana perawatan lanjutnya.
2. Fase 2
Mempertahankan semua gigi yang masih ada melalui prosedur
bedah mulut, perawatan sementara, dan perawatan restorasi, prosedur
endodontic, perawatan periodontium, perawatan fungsi, evaluasi
secara menyeluruh. Semua temuan klinis dicatat saat kunjungan
kedua untuk pengumpulan data.
3. Fase 3
Prosedur bedah periodontik dan endodontic. Evaluasi ulang
yang dilakukan di akhir fase ini memberikan kesimpulan pasti tentang
gigi mana, yang pada awalnya meragukan, yang dapat dipertahankan.
4. Fase 4
Mencakup prosedur pra perawatan awal untuk implant gigi dan
atau perawatan orthodontic, sebelum dilakukan perawatan prostetik
yang pasti (fase 5)
5. Fase 6
Fase pemeliharaan, untuk memastikan keberhasilan perawatan
dalam jangka panjang.

B. Prinsip Perawatan Saluran Akar


Tujuan utama preparasi saluran akar adalah mengurangi jumlah
bakteri yang terdapat pada dinding saluran akar. Pada gigi yang nekrosis,
dinding saluran akar yang terinfeksi sampai mencapai 1,2 mm ke dalam
tubulus dentin sehingga pembersihan yang sempurna tidak dapat dilakukan
hanya dengan instrumen saja, tetapi harus digabung dengan desinfeksi
secara khemis.
Ada empat hal yang mempersulit perawatan saluran akar
1. Anatomi saluran akar yang komplek
2. Bakteri yang masuk jauh ke tubulus dentin
3. Instrumen yang digunakan belum cukup efisien
4. Pelebaran saluran akar dan perawatan endodontic membutuhkan
kesabara dan ketekunan.

Prinsipnya adalah sebagai berikut:

1. Memperhatikan jumlah dan lokasi orifisum berdasarkan foto rontgen


selama perjalanan dari kamar pulpa.
2. Pembuangan seluruh karies serta bahan tambalan yang menghalangi
3. Pembuangan seluruh atap pulpa.
4. Dengan sonde, orifisum tidak sukar ditemukan.
5. Pembulatan orifisum dengan bur gates yang dilakukan segera dan
pembuangan bagian dentin sekunder yang menghalangi.
6. Memastikan instrument yang digunakan dapat masuk ke saluran akar
tanpa halangan dan kalau bisa tanpa menggunakan kaca mulut.
7. Setelah preparasi saluran akar selesai, kavitas ditutup dengan bahan
tambalan sementara atau langsung ditambal tetap.
Prinsip preparasi menurut Harty, yaitu:
1. Selalu mempertahankan bentuk semula dari saluran dan bekerja dalam
batas saluran.
2. Membuat preparasi meruncing dalam tiga dimensi, dengan diameter
pemotongan melintang tersempit pada penyempitan apikal.
3. Membuat lebar yang cukup besar di bagian koronal saluran
untuk memungkinkan digunakannya irigasi yang banyak untuk mengeluarkan
kotoran organik dan bakteri dari sistem saluran akarserta memungkinkan
diperoleh ruang yang cukup untuk kondensasibahan pengisi gutta percha
(Harty, 1992: 137-138).
4. Perlu juga diketahui hubungan antara saluran akar dengan anatomi akar
keseluruhan. Preparasi akhir, walaupun lebih lebar, tetap
merupakanmempertahankan bentuk, keruncingan dan arah konfigurasi
saluran akar semula (Harty, 1992: 138).
5. Reamer dan file digunakan untuk preparasi saluran akar. Keduanya jangan
dikacaukan atau ditukar-tukar pemakaiannya. Penggunaan file
fleksibel berukuran kecil yang liberal dianjurkan, pemakaian ulang dari
alat yang sudah rusak berarti mendorong terjadinya fraktur alat dalam
saluran (reamer listrik meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi
akar atau kerusakan penyempitan apikal alami dan sebaiknya jangan
digunakan pada terapi saluran akar) (Harty, 1992: 138).

C. Anatomy of Pulp Cavity and Access Opening Gigi Maksiler


Panjang gigi rata-rata adalah 21,8 mm. Kamar pulpa terletak pada
pusat mahkota.Disebeleh mesiodistal luas dengan bagian terlebar
disebelah insisal. Kamar pulpa biasanya mengikuti kontur mahkota dan
mempunyai tiga tanduk pulpa yang cocok dengan perkembangan pada
gigi muda. Kamar pulpa ovoid ke arah mesiodistal. Akar dan saluran akar
mempunyai satu akar dengan satu saluran akar. Saluran akar luas bagian
labio palatal, besar, terletak dipusat (Chandra dan Gopikishna, 2017)
Pembukaan jalan masuk dengan lapisan email ditembus pada pusat
lingual posisi tegak lurus dengan bur bulat no 4. Setelah itu sejajar
dengan sumbu panjang gigi dengan bur endo.
1. Outline Form Cavity entrance

Cavity entrance adalah teknik untuk membuat akses ke saluran


akar dalam perawatan endodontic. Untuk dapat melakukan cavity entrance
dibuat suatu outline form untuk mempermudah pekerjaan cavity entrance
tersebut. Outline Form Cavity entrance merupakan proyeksi ruang pulpa
ke permukaan gigi di bagian cingulum untuk gigi anterior atau oklusal
untuk gigi posterior. Tujuanya untuk membuat akses yang lurus,
menghemat preparasi jaringan gigi, membuka atap ruang pulpa.

Cavity entrance pada tiap gigi berbeda baik dari segi bentuk
outlinenya serta teknik yang dilakukan untuk cavity entrancenya. Hal ini
dikarenakan perbedaan bentuk anatomis pada tiap-tiap gigi sehingga antar
gigi memiliki perbedaan dalam proses cavity entrancenya.
A. Outline Form Cavity entrance
Ruang Pulpa memiliki dua bagian yaitu bagian mahkota dan
bagian akar. Pada ruang pulpa terdapat tanduk pulpa yang menjadi
salah satu pertimbangan dalam membuat proyeksi pada incisal ataupun
oklusal. Selain ruang pulpa, posisi oriface saluran akar juga menjadi
salah satu pertimbangan pembuatan proyeksi. Pada gigi premolar
terdapat dua tanduk pulpa bagian mesial dan distal. Pada gigi insisif
memiliki satu oriface. Sehingga jika diproyeksikan antara 1 oriface dan
dan duatanduk pulpa,didapatkan bentuk outline triangular pada incisal.
Outline pada gigi insisif sentral dan lateral adalah sama, hanya ukuran
besar atau kecilnya triangular yang berbeda
2. Preparasi Cavity entrance

Prinsip preparasi cavity entrance :

A. Membentuk jalan masuk


Pembentukan jalan masuk diperlukan agar operator
mendapatkan lapang pandang dan cahaya yang memadai untuk melihat
kavitas. Jalan masuk ini harus dibentuk sedemikian rupa untuk semua
bentuk instrumen. Pembentukan jalan masuk sangat perlu untuk
diperhatikan, karena jalan masuk ke kavitas akan sangat memengaruhi
preparasi operator nantinya. Pembentukan jalan masuk yang baik akan
menghasilkan preparasi yang baik pula
B. Menghilangkan karies dan jaringan yang lemah akibat karies
Perlu diketahui dan dipahami bahwa posisi dan luas karies
menentukan bentuk dasar dan teknik preparasi kavitas. Dalam
membentuk sebuah cavity entrance, prinsip yang perlu diingat adalah
membuang semua jaringan yang terserang karies dengan membuang
sesedikit mungkin jaringan sehat.

C. Membuat bentuk yang memuaskan secara biologis


Prinsip penting dari pembuatan bentuk yang memuaskan
secara biologis adalah melakukan perluasan untuk mencegah karies
timbul kembali. Dalam hal ini, tepi kavitas harus dilebarkan ke
daerah dimana karies tidak mudah terjadi, yang berarti daerah
permukaan gigi yang mudah dibersihkan oleh pasien. Hal ini
dipengaruhi oleh letak karies dan oral hygiene pasien. Selain itu, perlu
diperhatikan pula hubungan antara kavitas dengan bentuk kamar
pulpa. Sangat penting bagi operator untuk mengetahui dan memahami
bentuk dan posisi kamar pulpa masing-masing gigi agar dapat
membentuk cavity entrance yang baik.

D. Membuat bentuk yang memuaskan secara mekanis


Hal ini berkaitan dengan mencegah pergeseran atau patahnya
restorasi. Dalam hal pembuatan cavity entrance perlu
mempertimbangkan stabilitas restorasi. Apabila ingin mendapatkan
kavitas yang stabil bagi restorasi kita nantinya, kavitas harus dibuat
agar memiliki dinding dan bagian dasar yang lurus, juga memiliki
sudut tegak lurus antara satu dengan yang lain. Kavitas tidak harus
memiliki sudut yang tajam, justru sudut kavitas lebih baik agak
membulat pada beberapa kasus, namun kavitas tidak boleh dibuat
dengan dasar benar-benar bulat membentuk cekungan seperti
mangkuk. Bentuk kavitas yang membulat seperti mangkuk dapat
menyebabkan restorasi berotasi keluar dari kavitas.

1. Preparasi cavity entrance

Preparasi cavity entrance dapat dilakukan setelah pembentukan


outline cavity entrance. Dimana alat alat yang digunakan dalam
preparasi cavity entrance adalah sebagai berikut:

- Macam macam mata bur low speed


- Round bur kecil
- Round bur besar
- Fissure silindris
- Fissure tapered
- Long shank flat end dan round end

Untuk teknik preparasi cavity entrance sendiri berbeda antara gigi


berakar tunggal dan ganda. Perbedaannya terletak pada saat
pengarahan mata bur untuk mencari orifice.

Untuk preparasi cavity entrance pada akar tunggal gigi, preparasi


dimulai dengan menggunakan mata bur round bur kecil sejajar dengan
elemen, lalu sekiranya mata bur sudah menembus bagian terluar dari
dentin mata bur dapat di ganti dengan mata bur fissure silindris untuk
kemudian di arahkan kembali sejajar sumbu gigi sampai terasa
menembus ruang kosong, yang berarti sudah menembus kamar pulpa.
Jika sudah demikian pencarian orifice dapat di cari menggunakan
smooth broach. Jika orifice sudah di temukan gunakan round bur
besar untuk menghilangkan tanduk pulpa. Caranya, yaitu dengan
menggerakkan mata bur round besar inside to out side sampai tanduk
pulpa benar benar rata. Cara mengecek tanduk pulpa sudah rata yaitu
dengan menggunakan explorer yang di masukkan ke dalam saluran
akar, jika dalam pergerakannya masih ada sangkutan, maka tanduk
pulpa masih perlu di bersihkan kembali. Langkah yang terakhir adalah
dengan menggunakan mata bur fissure silindris untuk meratakan dan
membentuk kavitas sesuai dengan outline yang sudah di buat. Hal ini
bertujuan agar instrument yang kita gunakan untuk perawatan dapat
masuk dengan baik dan tidak ada hambatan.

Alasan pentingnya pembuangan atap dan tanduk pulpa ialah sebagai


berikut:

1. Membantu menemukan orifis saluran akar


2. Memungkinkan diperolehnya akses yang lurus
Akses yang lurus diperlukan untuk memudahkan memasukkan
instrument pada saluran akar pada tahapan selanjutnya dari
perawatan saluran akar

3. Menurunkan insidens diskolorisasi pada gigi anterior


Hal ini terjadi karena tanduk pulpa berisi debris yang jika tidak
dibersihkan akan menyebabkan diskolorisasi dalam beberapa bulan
atau tahun.

Pembuangan tanduk pulpa harus dibuka secara hati-hati dan tidak perlu
membuang terlalu banyak email atau dentin.

Berikut adalah kesalahan kesalahan yang di mungkinkan dapat


terjadi pada saat melakukan cavity entrance

- Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi


lateral
- Perforasi terlalu dalam menyebabkan perforasi menembus bifurkasi
- Preparasi cavity entrance yang terlalu lebar sehingga menyebabkan
permukaan gigi yang tersisa terlalu tipis sehingga mudah pecah jika di
tumpat.

D. Teknik preparasi saluran akar

Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh


jaringan karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus,
dengan prinsip Cleaning and Shaping.
Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan
melakukan debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa
bakteri, produk bakteri, jaringan nektorik, debris organik, jaringan vital,
produk dari saliva, darah, dll) yang ada maupun yang mampu menjadi iritan
dari seluruh sistem saluran akar. Shaping yaitu membentuk saluran akar agar
bisa diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat apapun (hermetic).
Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa dan
mengambil jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa
(orifice) kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja.

1. Teknik Konvensional:
a) Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang
dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh
sempurna.
b) Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K
c) Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum
preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan
panjang kerja gigi. Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi
puncak tertinggi bidang insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas
preparasi saluran akar.
d) Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling
kecil
e) Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil
hingga lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah
terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke
apical.
f) Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor
yang lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk
dentin yang terasah. Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar
H2O2 3% dan aquadest steril, bahan irigasi tyerakhir yang dipakai
adalah aquadest steril.
g) Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang
dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan
irigasi lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat
diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal,
EDTA, atau glyde (pilih salah satu).
h) Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang
terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap
pengisian saluran akar.
2. Teknik Step Back
Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong
atau preparasi serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969
dan menjadi populer ketika serangkaian laporan penelitian mengindikasikan
keunggulan dibanding teknik preparasi standar. Selain itu teknik step back
menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke arah korona. Teknik ini
dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang banyak sekali
diajarkan dan digunakan dewasa ini.
a) Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang
bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.
b) Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok
sehingga preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan
tidak dapat dengan gerakan berputar.
c) Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel
atau lentur.
d) Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:
 No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
 File No. 25 : Master Apical File (MAF)
 No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
 No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
 No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
 No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e) Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja
dengan file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar
karena serbuk dentin yang terasah.
f) Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan
saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
Keuntungan dibanding konvensional Kekurangan
Tidak begitu mudah menyebabkan Pada akar yang sempit, instrument
trauma periapikal tersendat dan mudah patah
Memudahkan pengambilan lebih Kebersihan daerah apical dengan
banyak debris irigasi sulit dicapai
Flare lebih besar yang dihasilkan Resiko terdorongnya debris kea rah
instrumentasi memudahkan periapikal
pemampatan kerucut gutta –perca
yang ditambahkan baik dengan
metode kondensasi lateral maupun
kondensasi vertikal.
Perkembangan suatu matriks apikal Prosedur perawatan membutuhkan
atau stop mencegah penumpatan waktu lama
berlebih saluran akar
Tekanan kondensasi lebih besar Membutuhkan banyak peralatan
dapat digunakan yang sering
digunakan untuk mengisi saluran
lateral dengan bahan penutup

3. Teknik Balance Force


a) Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex
b) Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file
diputar searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan
jarum jam.
c) Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
d) Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill
(GGD)
- GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
- GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm
- GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm
- GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm
- GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm
e) Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
f) Dilakukan irigasi

Keuntungan balance force :


 Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
 Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
 Mencegah pecahnya dinding saluran akar
 Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks

4. Teknik Crown Down Presureless


Preparasi saluran akar dengan menggunakan teknik crown-down
bertujuan untuk menghasilkan bentuk preprasi seperti corong yang lebar pada
daerah korona dan pelebaran daerah apeks yang kecil. Dengan pelebaran
daerah korona terlebih dahulu maka kototoran dan debris keluar terlebih
dahulu sebelum instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga
kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat terhindari.
Teknik Crown Down Presureless dan teknik step down adalah
modifikasi dari teknik step back. Ketiga teknik ini menghasilkan hasil yang
serupa yaitu bentuk preparasi seperti corong yang lebar dengan pelebaran
daerah apeks yang kecil. Para pendukung teknik ini menganjurkan agar
saluran akar sedapatnya dibersihkan dengan baik dahulu sebelum instrumen
ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi
debris ke jaringan periapeks dapat dikurangi. Teknik ini kerap dianjurkan
sebagai pendekatan dasar dengan menggunakan instrumen nikel- titanium
rotatif.
Keuntungan teknik crown-down
 Membuang penyempitan servikal
 Akses ke apical lurus
 Instrumentasi apical efisien
 Irigasi mudah
 Pengeluaran debris mudah
 Mencegah debris terdorong ke arahapeks
 Instrumen yang digunakan lebih sedikit
 Waktu lebih cepat
 Preparasi menghasilkan taper lebih besar

Keuntungan teknik crown-down dengan alat putar (rotary instrument)


 Meenggunakan sedikit peralatan/instrument
 Waktu perawatan lebih cepat
 Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang
 reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga :
 Bentuk saluran lebih baik
 Obturasi lebih mudah
 Keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai

CROWN-DOWN
a) Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal
(19 mm)
b) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)
c) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)
d) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)
e) Irigasi NaOCl 2,5%-5%

STEP-BACK CROWN-DOWN
Sudah lama digunakan Popularitas baru menanjak
Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di
Asia Amerika
Diawali dengan instrumen terkecil Diawali dengan instrumen terbesar
Preparasi dimulai pada daerah 1/3 Preparasi dimulai pada daerah 1/3
apikal korona
Menggunakan hand instrument Menggunakan rotary instrument

E. Obturasi saluran akar

Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup


seluruh sistem saluran akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight fluid
seal).
Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar, antara lain;
 Tidak ada keluhan penderita
 Tidak ada gejala klinik
 Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)
 Tumpatan sementara baik
 Hasil perbenihan negatif
Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan
maupun kuman dari jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi
infeksi ulang. Bahan pengisi yang sering digunakan pada pengisian saluran
akar dibagi menjadi
 Bahan Padat ; Gutta percha, Silver-point
 Bahan Semi padat atau pasta
Contohnya ; Semen Grossman, semen kalsium hidroksida, resin epoksi,
resin polivinil Amalgam
Teknik pengisian saluran akar

1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha


a) Single cone : Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan gutta point
tunggal ke dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter
preparasinya. Untuk menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya
terhadap dinding saluran akar ditambahkan semen saluran akar
(sealer).
b) Kondensasi : Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point
kedalam saluran akar, kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan
kearah lateral maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk
saluran akarnya oval atau tidak teratur.
- Lateral : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25)
dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan
dengan spreader ke arah lateral. Dengan cara yang sama
dimasukkan guttap point tambahan (lebih kecil dari spreader)
hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
- Vertikal : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama
dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian guttap
point dipanaskan ditekan dengan plugger ke arah vertikal ke
bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap percha tambahan (dibuat
seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran akar
terisi sempurna.
c) Kloropercha / eucapercha : Teknik ini dilakukan dengan melunakkan
ujung guttap point utama dengan kloroform atau eucalyptol dan
dimasukkan ke dalam saluran akar hingga guttap point akan berubah
bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal. Kon
dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran
akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran akar dan
ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
d) Termokompaksi : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat
McSpadden Compactor atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file
tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan gesekan dengan dinding
saluran akar mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke arah
apikal
e) Termoplastis : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil
atau Obtura, yaitu alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu
melunakkan guttap point serta mendorong ke dalam sakuran akar ke
arah apikal

Gambar 2 : Obtura engine untuk teknik termoplastis

Gambar 1 : single cone obturation

Gambar 3 : kondensasi lateral

2. Teknik Pengisian Ag-Point


a) Grossman, langkah-langkahnya;
 Asepsis
 Memilih Ag-point
 Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
 Ag-point dipotong sebatas orifice
 Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
 Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
 saluran akar dengan tang “Stieglietz forcep”.
 Basis dengan semen
 Foto pengisian
b) Sommer, langkah-langkahnya;
 Asepsis
 Memilih Ag-point
 Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
 Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
 Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
 saluran akar.
 Sekitar orifice diberi gutta-percha
 Basis dengan semen
 Ag-point dipotong pada bidang oklusal
 Foto pengisian

Gambar 4 : contoh bentuk silver point


c) Nichols / sectional, langkah-langkahnya;
 Asepsis
 Memilih Ag-point
 Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
 Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan
 carborundum
 Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
 Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
 saluran akar.
 Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.
 Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
 Foto pengisian
d) Ag-tip, langkah-langkahnya;
 Asepsis
 Memilih Ag-point
 Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
 Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
 Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam
 saluran akar dengan aplikator.
 Aplikator diputar
 Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
 Foto pengisian

3. Teknik Pengisian Amalgam


a) Pengisian amalgam dari servikal (orthograde)
b) Indikasi : saluran akar pada 1/ 3 apikal sempit / buntu
c) Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan menggunakan plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan
kondensasi Pengisian amalgam dari apikal (retrograde)
d) Indikasi :
 Saluran akar bengkok
 Saluran akar melebar ke apikal
 Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone
e) Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah
pemotongan apeks, dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan
ditumpat dengan amalgam melalui apikal.
Panjang obturasi

Panjang obturasi relatif terhadap apeks juga merupakan faktor yang


penting. Idealnya, material obturasi tidak sampai keluar dari saluran akar.

 Obturasi berlebih (overfill)

Overfill adalah keadaan yang tidak dikehendaki. Jika material


melewati saluran akar maka kegagalan makin lama makin meningkat.
Pemeriksaan histologik jaringan periapeks setelah obturasi yang berlebih
secara khas memperlihatkan adanya inflamasi yang meningkat dan
penyembuhan yang terhambat atau terlambat. Dalam keadaan ini, pasien
mungkin mengalami ketidaknyamanan setelah obturasi. Dua masalah lain
akibat obturasi berlebih adalah terjadinya iritasi dari material obturasi dan
tidak adanya kerapatan apeks.

 Obturasi terlalu pendek (underfill)

Keadaan ini terjadi jika baik preparasi maupun obturasinya lebih


pendek daripada panjang kerja yang seharusnya atau jika obturasi tidak
mencapai panjang yang dipreparasi. Keduanya dapat menyebabkan kegagalan,
terutama dalam jangka panjang. Preparasi ideal atau panjang obtursi adalah 1-
2 mm kurang dari apeks. Preparasi atau obturasi yang tidak mencapai panjang
ini akan menyisakan iritan atau sisa-sisa yang berpotensi menjadi iritan di
daerah apeks saluran akar. Lama kelamaan bisa timbul inflamasi di periapeks,
bergantung pada volume iritannya atau keseimbangan antara iritan dengan
sistem imun tubuh.
Dibandingkan dengan obturasi brlebih, obturasi yang terlalu pendek
tidak begitu menimbulkan masalah, seperti terlihat dari prognosis dan
pemeriksaan histologinya. Oleh karena itu, aksiomanya adalah jika ada
kemungkinan kesalahan, pilihlah yang lebih pendek dan berusahalah selalu
untuk melakukan semuanya hanya di dalam saluran akar.

F. Instrumentasi Saluran Akar


Menurut Beer (2012) instrumentasi dengan menggunakan teknik
step back, bagian apikal diinstrumentasi terlebih dahulu dan selanjutnya
aspek koronal saluran akar dibentuk. Radiografi untuk menentukan
panjang kerja. File pertama yang sesuai dengan panjang kerja dan
dimasukkan ke dalam saluran akar sampai titik terjepit yang disebut
sebagai file apikal awal (IAF).
Saluran akar harus dilebarkan membentuk kerucut dengan empat
instrument yang lebih besar secara berurutan. Selama fase instrumentasi
awal, tidak boleh ada ukuran instrument yang dilewati karena ada resiko
penyumbatan saluran akar. File sebelumnya dianjurkan untuk
dimasukkan kembali untuk memastikan kualitas instrumentasi hingga
kedalaman yang tepat. Setelah setiap pergantian instrument, saluran akar
harus dibilas berulang kali.
File terakhir yang digunakan sesuai panjang kerja, dan terus
membuang serpihan dentin yang berwarna putih disebut sebagai file
master apikal (AMF). Ukurannya sesuai dengan master point guta perca.
Bagian korona saluran akar kemudian dibentuk kerucut dengan teknik
step back menggunakan empat ukuran instrumen tambahan. Untuk
mendapatkan hasil ini, keempat file terakhir diatur 1mm lebih pendek
daripada AMF, yang memberikan bentuk kerucut pada saluran akar di
bagian atas, disertai stop apikal tetap. Instrumentasi terakhir dengan AMF
yang memastikan kelancaran saluran akar. Dalam satu penelitian,
kebersihan saluran akar beserta arah dan bentuknya diteliti setelah
instrumentasi menggunakan file K, file Hedstrom, dan Uni file.
Larutan irigasi yang digunakan terdiri dari : larutan saline, larutan
urea, larutan ureaperoksida dalam gliserin, larutan kloramin, sodium
hipoklorit, sodium hipoklorit bersama dengan asam
etilendiaminotetrasetik (EDTA). Beberapa larutan irigasi yang biasanya
digunakan adalah sodium hypochlorite, EDTA, Chlorhexidine
digluconate.
Sodium hypochlorite adalah suatu agen pereduksi, larutan jernih
mengandung 5% klorin sebagai pelarut pulpa dan irigan saluran akar,
tetapi juga mempunyai sifat anti-mikrobial yang ssignifikan. Mekanisme
NaOCl dengan produksi hypochlorous acid dan hypochlorite ion.
Mempunyai kemampuan antibakteial dengan penetrasi masuk ke dinding
sel bakteri, kombinasi kimiawi pada protoplasma sel bakteri. NaOCl
merupakan bahan yang dapat melarutkan jaringan vital atau non vital dan
juga merupakan desinfeksi. Pelarutan ini merupakan efek dari NaOCl
terhadap jaringan vital jika konsentrasinya 1% atau lebih. Hidrogen
peroksida merupakan asam lemah dengan pH 5. Melalui kontak dengan
enzim katalase dan gluthation peroxidase, melepaskan On yang
menghasilkan buih bila berkontak dengan jaringan vital, darah, atau
nanah. Pada irigasi saluran akar, pembentukan buih ini dapat
menghasilkan sisa jaringan dan sisa dentin. Dengan terlepasnya On,
bakteri anaerob akan dihancurkan. Proses pelarutan jaringan lebih sedikit
dari NaoCl. Irigasi berselang antara NaoCl dengan H202 dapat
menghilangkan efek On dan juga meningkatkan efek bakterisida dari
bahan irigasi. Irigasi terakhir harus dilakukan dengan NaOCl karena On
yang terlepas dapat menyebabkan tekanan yang membesar pada saluran
akar yang tertutup dan pembengkakan serta rasa sakit (Tarigan, 2015).
EDTA sebagai larutan irigasi dapat menghilangkan smear layer
dentin dan benar-benar tidak meninggalkan debris pada permukaan
dentin. Agen ethylendiaminetetraacetic memebentuk kalsium chelate
solution dengan ion kalsium dentin. Larutan membersihkan komponen
inorganic pada smear layer endodontic.
Chlorhexidine digluconate merupakan kation bisbiguamide sebagai
irigasi dan sama seperti medikamentosa saluran akar.CHX efektif pada
bakteri E. faecalis dan mencegah konolisaasi bakteri pada saluran akar
periode yang lama. Penggunaan CHX sebagai irrigasi tidak
direkomendasikan untuk regenerasi prosedur endodontic. NaOCl dan
CHX seharusnya tidak dikombinasi selama irigasi karena akan terjadi
reaksi precipitation.
1. Disenfeksi Saluran Akar
Desinfeksi adalah mematikan mikroorganisme patogenik pada
saluran akar dengan pengambilan jaringan pulpa terlebih dahulu. Syarat
disinfeksi saluran akar adalah sebagai berikut : Germisida dan fungisida
yang efektif, Tidak mengiritasi jaringan periapikal, Stabil dalam larutan,
Mempunyai efek antimicrobial yang lama, Harus aktif dengan adanya
darah, derivate protein jaringan, Tidak mengganggu jaringan periapikal,
Tidak menodai struktur gigi, Harus mampu dinonaktifkan dalam medium
biakan, Harus tidak menginduksi respon imun antara sel.
1. Minyak esensial
Suatu kelompok minyak esesnsial dengan disenfektan yang
lemah. Eugenol dengan bahan esens kimiawi minyak cengkeh dan
mempunyai hubungan dengan fenol.
2. Fenol.
Bahan kristalin putih mempunyai bau khas ter batu bara,
dicairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air.
Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan
lunak
3. Para klorofenol.
Kompoun ini pengganti fenol dengan klorin yang
menggantikan salah satu atom hydrogen. Larutan ini memusnahkan
berbagai mikroorganisme yang biasanya ditemukan dalam saluran
akar yang terinfeksi.
4. Formokresol
Bahan ini merupakan kombinasi formalin dan kresol dalam
perbandingan 1:2. Formalin adalah disenfektan kuat yang bergabung
dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat
dilarutkan. Formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang
tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobic dan
anaerobic yang ditemukan di dalam saluran akar
5. Cresatin
Bahan metakresilasetat suatu larutan jernih, stabil, berminyak,
dan tidak mudah menguap, sebagai antiseptic dan meringankan rasa
sakit
6. Kalsium hidroksida
Medikamentosa yang digunakan sebagai medikamen
intrasaluran. Pengaruh antiseptic terkait dengan pH yang tinggi dan
melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Dalam studi menunjukkan pada
kerusakan periapikal kalsium hidroksida suatu disenfektan yang
efektif
7. Chlorhexidine Digluconate
CHX direkomendasikan sebagai irigasi dan medikamentosa
pada saluran akar dengan 2% CHX gel, mixture of CHX and kalsium
hidroksida. CHX efektif pada bakteri E. faecalis dan Candida Albican

2. Pengisian Saluran Akar

Metode aplikasi yang dapat diterima dengan baik dan telah tebukti
antara lain: kondensasi lateral, kondensasi vertical, kondensasi
termomekanis.

Gutta perca terdiri dari (Beer, 2012)


- 19-45% gutta perca
- 33-61% seng oksida
- 1-4,1% lilin (wax)
- 1,5-3,1% garam logam berat
Bahan pengisi saluran akar dibagi menjadi (Tarigan, 2015):

1. Bahan semi padat, terdiri atas bahan pasta atau semen.


Sekarang sudah mulai ditinggalkan.
2. Bahan padat. Contohnya metal (Ag, Au, Ti) dan kunstoff,
bahan ini juga sekarang mulai ditinggalkan karena kerugian
yang diberikannya.
3. Gutta perca. Bahan yang paling umum digunakan. Sekarang
gutta perca juga sudah menuruti ISO warna instrument
endodontic. Dahulu kloroform sering digunakan sebagai bahan
pelunak guta perca, tetapi sekarang tidak digunakan lagi karena
efek bakterisidnya. Sekarang juga guta perca dengan derajat
pengerucutannya 6%, 4%, 2% sesuai dengan instrument NiTi
yang digunakan.

Sealer merupakan semen yang ada takaran tertentu dapat menutupi


celah saluran akar yang belum diisi oleh guta perca.(Tarigan, 2015).
Semen saluran akar yang ideal harus : memberikan penutupan yang
sangat baik bila mengeras, menghasilkan cukup adhesi di antara dinding
saluran, radiopak, tidak menodai, secara dimensional stabil, mudah
dicampur dan dimasukkan ke dalam saluran, mudah dikeluarkan jika
perlu, tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan, bakterisidal, tidak
mengiritasi jaringan periapikal, lambat mengeras sehingga waktu kerja
lama.

1. Semen seng oksida resin


2. Semen kalsium hidroksida
3. Semen paraformaldehida
4. AH46
5. Diaket
6. Pasta
BAB III
TREATMENT
Alat dan Bahan

Alat :
a. Diagnostic set g. Sliding caliper
b. High Speed Handpiece h. Spuit injeksi
c. Low Speed Handpiece i. Endo akses bur
d. Handscoon dan masker j. Smooth broach
e. Cotton roll k. Barbed broach
f. Suction l. K-File
m. H-file n. Lentulo

Bahan :

a. Paper point
b. Formokresol
c. Bahan dressing (CaOH)
d. Bahan irigasi (NaOCl)
e. Pasta CaOH
f. Iodoform
g. Cavit
h. Lining SIK
Resin komposit
A. Kunjungan Pertama (7 Juli 2019)
1 Diagnosis didukung foto rontgen
S : Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan ini dan
ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk mengunyah makanan, dan
minum dingin bahkan makan makanan yang manis. Sebelumnya pasien sudah
melakukan perawatan pada gigi tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini
masih merasa sakit.

0 : terdapt karies pada distooklusal pada gigi 15 kedalaman pulpa

Sondasi : negative

Perkusi : negative
Palpasi : positif

Vitalitas : negative
Pulpa
EPT : 48

A : Berdasarkan pemeriksaan subyektif dan obyektif didiagnosa nekrosis pulpa

P : KIE, PSA, Restorasi akhir

Berdasarkan gambaran rontgen periapikal

Terdapat adanya karies pada oklusal dan distal gigi dengan kedalaman pulpa, lamina
dura baik , T.A.K
B. Kunjungan Kedua
S : Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan ini dan ingin
dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk mengunyah makanan, dan minum dingin
bahkan makan makanan yang manis. Sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan pada
gigi tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini masih merasa sakit.
0 : Terdapat karies distooklusal gigi 15 kedalaman pulpa
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
Vitalitas CE : -
Pulp tester : 48
A : Berdasarkan pemeriksaan subyektif dan obyektif terdapat gigi nekrosis pulpa disertai
lesi periapikal.
P : KIE, PSA, Restorasi akhir
Perawatan
1 Preparasi kavitas
Open access dengan menggunakan bur bulat dengan posisi tegak lurus dari sumbu gigi,
kemudian dilanjutkan searah sumbu gigi, dilanjutkan dengan bur endo ketika searah
sumbu gigi untuk mencari orifice,
2 Preparasi Biomekanik (shaping and cleaning)

Nama File Panjang Kerja Irigasi


K File No. 15 18,5 mm NaOCl + H202
K File No. 20 18,5 mm Rekapitulasi File No. 15
K File No. 25 18,5 mm Rekapitulasi File No. 20
K File No. 30 18,5 mm Rekapitulasi File No. 25
Irigasi menggunakan NaoCl untuk antimicrobial dan menghilangkan smear,
debris, pelarut pulpa. Kombinasi dengan H202 untuk menimbulkan reaksi berbusa,
secara mekanis mengeluarkan gelembung dan mendorong debris keluar dari saluran akar
melalui orifice.
3 Peletakan dressing creshopene sebagai antiseptik yang memiliki efek antimikrobial
4 Tumpatan sementara cavit

C. Kunjungan ketiga
a. Pemeriksaan Subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan
menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada
keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan Objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Bongkar tumpatan sementara, irigasi dan keringkan dengan papper point
d. Tes perihidrol
e. Pengisian saluran akar (Obturasi)
f. Tumpat sementara menggunakan cavit
D. Kunjungan keempat
a. Pemeriksaan subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan
menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada
keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Restorasi permanen menggunakan restorasi direk resin komposit kelas IV

DAFTAR PUSTAKA
Aytul, C., Vandarh, D.A., dan Sonmez, I.S.. 2009, Coronal Microleakage of Four Endodontic
Material: An Vitro Study, Oral surgery, Oral Medicine, Oral Radiology, Oral Pathology,
and Endodontology

Beer, R., Baumann, M., Kielbassa, A.M. 2012. Atlas Saku Endodontik. EGC: Jakarta.

Chandra, B.S., dan Gopikishna. 2017. Grossman’s Endodontic Practice 13 edition. Wolters
Kluwer.

Gregorio, Cesar de, Estevez, R., Cisneros, R., Paranjpe, A., dan Cohenca, N. 2010, Efficacy of
Different Irrigation and Activation System on the Penetration of Sodium Hypochlorite into
Simulated Lateral Canals and up to Working Lenght: An In Vitro study, JOE.

Tarigan, G. 2015. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). EGC: Jakarta.

Awaru, B.T., Nugroho, J.J. 2012. Restorasi pada gigi anterior setelah perawatan endodontic.
FKG Universitas Hasanuddin.

Ardana, E., Trilaksana, A.C. 2013. Pasak estetik dari bahan fiber reinforced composite. FKG
Universitas Hasanuddin. Dentofasial.

Widihapsari, S., Ratih, D.N. 2016. Restorasi direk resin komposit preparasi onlei pada gigi pasca
perawatan saluran akar. FKG UGM. MKGK.

Saputra, D.C., Nugraheni, T. 2015. Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dan Crown
Lenghtening pada Gigi 11 dan 21 Pasca Trauma. FKG UGM.

Wijayanti, N. 2014. Pasak Fiber Reinforced Composite sebagai Penguat Restorasi Resin
Komposit Kelas IV pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Nekrosis Pulpa Disertai
Lesi Periapikal. Ilmu Konservasi Gigi PSPDG FKIK UMY.

Deliperi, S. 2008. Direct FiberReinforced Composite Restoration in An Endodontically-Treated


Molar: A ThreeYear Case Report. Operative Dentistry, 33.

Anda mungkin juga menyukai