Lapsus Dyah
Lapsus Dyah
Disusun oleh :
HANUM LAKSITA INTAN HAPSARI
J2A013019P
Disusun oleh :
Nama : Hanum Laksita
NIM : J2A013019P
Disetujui Oleh :
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preparasi saluran akar merupakan hal yang penting untuk merupakan hal
yang penting untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
endodontic. Ada 4 hal yang hal yang mempersulit perawatan saluran akar
yaitu anatomi saluran akar yang kompleks, bakteri yang masuk jauh ke
tubulus dentin, Instrumen yang digunakan belum cukup efisien, dan pelebaran
saluran akar dan perawatn endodontic membutuhkan kesabaran dan
ketekunan, sedangkan upah yang diberikan belum sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan.Dalam melakukan perawatan endodontic, ada tiga hal utama
yang perlu diperhatikan, yakni, mikrobiologi, anatomi gigi, teknik perawatan
yang dilakukan.
B. Identitas
1. Nama : DY
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Semarang
6. No RM :472
C. Anamesa
1. Keluhan utama
Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan
ini dan ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk
mengunyah makanan, dan minum dingin bahkan makan makanan yang
manis.
2. Riwayat Keluhan Utama
Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan
ini dan ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk
mengunyah makanan, dan minum dingin bahkan makan makanan yang
manis. Sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan pada gigi
tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini masih merasa sakit.
3. Riwayat Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak sedang
dalam perawatan dokter dan tidak sedang mengkonsumsi obat rutin
Pasien tidak memiliki alaergi terhadap jenis makanan tertentu maupun
jenis obat-obatan tertentu dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Pasein belum pernah melakukan donor darah sebelumnya.
4. Riwayat Gigi terdahulu
Pasien rutin berkumjumg ke dokter gigi untuk melakukan perawatan
pada giginya tindakan terakir yang dilakukan adalah penambalan pada
gigi atas sejak beberapa bulan yaitu 2 bulan yang lalu. Pasien menyikat
gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari yaitu pada saat mandi pagi
dan mandi sore dan menyikat gigi menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan dengan kepala sikat yang panjang dengan gerakan
secara vertical, selain itu pasien tidak menggunakan obat kumur
maupun benang gigi untuk membersihkan gigi tersebut. Pasoe
enggosok gigi dengan gerakan vertical dan pasien memiliki kebiasaan
mengunyah satu sisi pada gigi yang tidak terdapat lubang.
5. Riwayat Keluarga.
Ayah dan Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
6. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang wiraswasta Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya di sebuah lingkungan perkampungan di Semarang Pasien
sehari hari mengkonsumsi air mineral kemasan dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran, selain itu pasien
memiliki kebiasaan mengkonsumsi the setiap pagi yaitu 1gelas per
hari. Pasien tidak rutin dalam berolahraga dan juga pasien seorang
perokok aktif nsmun buksn seorang alkoholik.
D. KEADAAN UMUM
a. Berat Badan : 50 kg
b. Pernapasan : 20 X permenit
c. Cacat Fisik : Tidak Ada
d. Warna Kulit Muka : Tidak Ada
e. Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
f. Jaringan parut : Tidak Ada
E. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
a. Kepala
1) Tonjolan : Tidak Ada
2) Cacat : Tidak Ada
3) Bercak Kulit : Tidak Ada
4) Wajah : Tidak Ada
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : Tidak Ada
2) Kelenjar Sublingualis : Tidak Ada
3) Nodus Limfatikus : Tidak Ada
4) Kelenjar Submandibula : Tidak Ada
c. TMJ
1) Luas pergerakan : Tidak Ada
2) Nyeri tekan pada TMJ : Tidak Ada
3) Suara : Ada
4) Locking : Tidak Ada
5) Dislokasi : Tidak Ada
6)
F. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
a. Mukosa
Terdapat lesi berwarna putih ± 1mm pada mucossa bucal dextra dan
sinistra sepanjang M1-M2, berwarna seperti mukosa, konsistensi
kenyal, berbatas tegas, dapat digerakan, tidak ada rasa sakit suspect
Linea Alba.
b. Gingiva
Tidak terdapat kelainan
c. Palatum
Tidak terdapat kelainan
d. Lidah
Tidak terdapat kelainan
G. Pemeriksaan Objektif
Terdapat karies pada distal gigi 15 kedalaman pulpa
Sondasi : negative
Perkusi : negative
Palpasi : positif
Vitalitas : negative
Pulpa
EPT : 46
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Diagnosis Banding
Nekrosis pulpa
J. Terapi
1. KIE
2. Perawatan Saluran Akar ( Acces opening, shaping and cleaning,
obturation)
3. Tumpatan restorasi akhir pasca endodontic
K. Prognosis
Ad bonam, dapat dilakukan dikatakan baik jika tidak ada keluhan pasca
perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fase 1
Merumuskan suatu rencana perawatan awal dengan
pemeriksaan radiografi dan periodontal, serta diagnosis dan
prognosis, setelah menghilangkan rasa nyeri pasien. Rencana
perawatan di tahap ini hanya pendahuluan dan terutama berhubungan
dengan kebutuhan perawatan., perawatan banding, dan prognosis
berbagai metode perawatan. Setelah fase 1 dokter gigi memiliki
pasien yang sudah siap dan mendapatkan informasi lengkap, yang
dapat ikut berperan dalam penentuan rencana perawatan lanjutnya.
2. Fase 2
Mempertahankan semua gigi yang masih ada melalui prosedur
bedah mulut, perawatan sementara, dan perawatan restorasi, prosedur
endodontic, perawatan periodontium, perawatan fungsi, evaluasi
secara menyeluruh. Semua temuan klinis dicatat saat kunjungan
kedua untuk pengumpulan data.
3. Fase 3
Prosedur bedah periodontik dan endodontic. Evaluasi ulang
yang dilakukan di akhir fase ini memberikan kesimpulan pasti tentang
gigi mana, yang pada awalnya meragukan, yang dapat dipertahankan.
4. Fase 4
Mencakup prosedur pra perawatan awal untuk implant gigi dan
atau perawatan orthodontic, sebelum dilakukan perawatan prostetik
yang pasti (fase 5)
5. Fase 6
Fase pemeliharaan, untuk memastikan keberhasilan perawatan
dalam jangka panjang.
Cavity entrance pada tiap gigi berbeda baik dari segi bentuk
outlinenya serta teknik yang dilakukan untuk cavity entrancenya. Hal ini
dikarenakan perbedaan bentuk anatomis pada tiap-tiap gigi sehingga antar
gigi memiliki perbedaan dalam proses cavity entrancenya.
A. Outline Form Cavity entrance
Ruang Pulpa memiliki dua bagian yaitu bagian mahkota dan
bagian akar. Pada ruang pulpa terdapat tanduk pulpa yang menjadi
salah satu pertimbangan dalam membuat proyeksi pada incisal ataupun
oklusal. Selain ruang pulpa, posisi oriface saluran akar juga menjadi
salah satu pertimbangan pembuatan proyeksi. Pada gigi premolar
terdapat dua tanduk pulpa bagian mesial dan distal. Pada gigi insisif
memiliki satu oriface. Sehingga jika diproyeksikan antara 1 oriface dan
dan duatanduk pulpa,didapatkan bentuk outline triangular pada incisal.
Outline pada gigi insisif sentral dan lateral adalah sama, hanya ukuran
besar atau kecilnya triangular yang berbeda
2. Preparasi Cavity entrance
Pembuangan tanduk pulpa harus dibuka secara hati-hati dan tidak perlu
membuang terlalu banyak email atau dentin.
1. Teknik Konvensional:
a) Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang
dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh
sempurna.
b) Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K
c) Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum
preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan
panjang kerja gigi. Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi
puncak tertinggi bidang insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas
preparasi saluran akar.
d) Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling
kecil
e) Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil
hingga lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah
terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke
apical.
f) Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor
yang lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk
dentin yang terasah. Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar
H2O2 3% dan aquadest steril, bahan irigasi tyerakhir yang dipakai
adalah aquadest steril.
g) Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang
dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan
irigasi lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat
diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal,
EDTA, atau glyde (pilih salah satu).
h) Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang
terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap
pengisian saluran akar.
2. Teknik Step Back
Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong
atau preparasi serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969
dan menjadi populer ketika serangkaian laporan penelitian mengindikasikan
keunggulan dibanding teknik preparasi standar. Selain itu teknik step back
menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke arah korona. Teknik ini
dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang banyak sekali
diajarkan dan digunakan dewasa ini.
a) Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang
bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.
b) Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok
sehingga preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan
tidak dapat dengan gerakan berputar.
c) Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel
atau lentur.
d) Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 : Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e) Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja
dengan file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar
karena serbuk dentin yang terasah.
f) Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan
saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
Keuntungan dibanding konvensional Kekurangan
Tidak begitu mudah menyebabkan Pada akar yang sempit, instrument
trauma periapikal tersendat dan mudah patah
Memudahkan pengambilan lebih Kebersihan daerah apical dengan
banyak debris irigasi sulit dicapai
Flare lebih besar yang dihasilkan Resiko terdorongnya debris kea rah
instrumentasi memudahkan periapikal
pemampatan kerucut gutta –perca
yang ditambahkan baik dengan
metode kondensasi lateral maupun
kondensasi vertikal.
Perkembangan suatu matriks apikal Prosedur perawatan membutuhkan
atau stop mencegah penumpatan waktu lama
berlebih saluran akar
Tekanan kondensasi lebih besar Membutuhkan banyak peralatan
dapat digunakan yang sering
digunakan untuk mengisi saluran
lateral dengan bahan penutup
CROWN-DOWN
a) Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal
(19 mm)
b) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)
c) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)
d) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)
e) Irigasi NaOCl 2,5%-5%
STEP-BACK CROWN-DOWN
Sudah lama digunakan Popularitas baru menanjak
Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di
Asia Amerika
Diawali dengan instrumen terkecil Diawali dengan instrumen terbesar
Preparasi dimulai pada daerah 1/3 Preparasi dimulai pada daerah 1/3
apikal korona
Menggunakan hand instrument Menggunakan rotary instrument
Metode aplikasi yang dapat diterima dengan baik dan telah tebukti
antara lain: kondensasi lateral, kondensasi vertical, kondensasi
termomekanis.
Alat :
a. Diagnostic set g. Sliding caliper
b. High Speed Handpiece h. Spuit injeksi
c. Low Speed Handpiece i. Endo akses bur
d. Handscoon dan masker j. Smooth broach
e. Cotton roll k. Barbed broach
f. Suction l. K-File
m. H-file n. Lentulo
Bahan :
a. Paper point
b. Formokresol
c. Bahan dressing (CaOH)
d. Bahan irigasi (NaOCl)
e. Pasta CaOH
f. Iodoform
g. Cavit
h. Lining SIK
Resin komposit
A. Kunjungan Pertama (7 Juli 2019)
1 Diagnosis didukung foto rontgen
S : Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan ini dan
ingin dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk mengunyah makanan, dan
minum dingin bahkan makan makanan yang manis. Sebelumnya pasien sudah
melakukan perawatan pada gigi tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini
masih merasa sakit.
Sondasi : negative
Perkusi : negative
Palpasi : positif
Vitalitas : negative
Pulpa
EPT : 48
Terdapat adanya karies pada oklusal dan distal gigi dengan kedalaman pulpa, lamina
dura baik , T.A.K
B. Kunjungan Kedua
S : Pasien datang mengeluhkan gigi kanan atas terasa sakit sejak 2 bulan ini dan ingin
dilakukan perawatan. sakit dirasakan ketika untuk mengunyah makanan, dan minum dingin
bahkan makan makanan yang manis. Sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan pada
gigi tersebut di dokter gigi akan tetapi sampai saat ini masih merasa sakit.
0 : Terdapat karies distooklusal gigi 15 kedalaman pulpa
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
Vitalitas CE : -
Pulp tester : 48
A : Berdasarkan pemeriksaan subyektif dan obyektif terdapat gigi nekrosis pulpa disertai
lesi periapikal.
P : KIE, PSA, Restorasi akhir
Perawatan
1 Preparasi kavitas
Open access dengan menggunakan bur bulat dengan posisi tegak lurus dari sumbu gigi,
kemudian dilanjutkan searah sumbu gigi, dilanjutkan dengan bur endo ketika searah
sumbu gigi untuk mencari orifice,
2 Preparasi Biomekanik (shaping and cleaning)
C. Kunjungan ketiga
a. Pemeriksaan Subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan
menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada
keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan Objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Bongkar tumpatan sementara, irigasi dan keringkan dengan papper point
d. Tes perihidrol
e. Pengisian saluran akar (Obturasi)
f. Tumpat sementara menggunakan cavit
D. Kunjungan keempat
a. Pemeriksaan subjektif
Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan
menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada
keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
b. Pemeriksaan objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Restorasi permanen menggunakan restorasi direk resin komposit kelas IV
DAFTAR PUSTAKA
Aytul, C., Vandarh, D.A., dan Sonmez, I.S.. 2009, Coronal Microleakage of Four Endodontic
Material: An Vitro Study, Oral surgery, Oral Medicine, Oral Radiology, Oral Pathology,
and Endodontology
Beer, R., Baumann, M., Kielbassa, A.M. 2012. Atlas Saku Endodontik. EGC: Jakarta.
Chandra, B.S., dan Gopikishna. 2017. Grossman’s Endodontic Practice 13 edition. Wolters
Kluwer.
Gregorio, Cesar de, Estevez, R., Cisneros, R., Paranjpe, A., dan Cohenca, N. 2010, Efficacy of
Different Irrigation and Activation System on the Penetration of Sodium Hypochlorite into
Simulated Lateral Canals and up to Working Lenght: An In Vitro study, JOE.
Awaru, B.T., Nugroho, J.J. 2012. Restorasi pada gigi anterior setelah perawatan endodontic.
FKG Universitas Hasanuddin.
Ardana, E., Trilaksana, A.C. 2013. Pasak estetik dari bahan fiber reinforced composite. FKG
Universitas Hasanuddin. Dentofasial.
Widihapsari, S., Ratih, D.N. 2016. Restorasi direk resin komposit preparasi onlei pada gigi pasca
perawatan saluran akar. FKG UGM. MKGK.
Saputra, D.C., Nugraheni, T. 2015. Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dan Crown
Lenghtening pada Gigi 11 dan 21 Pasca Trauma. FKG UGM.
Wijayanti, N. 2014. Pasak Fiber Reinforced Composite sebagai Penguat Restorasi Resin
Komposit Kelas IV pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Nekrosis Pulpa Disertai
Lesi Periapikal. Ilmu Konservasi Gigi PSPDG FKIK UMY.